BAB II LANDASAN TEORI 2.1. TEORI UMUM 2.1.1 Komunikasi Massa 2.1.1.1. Definisi Komunikasi Massa Istilah ‘komunikasi massa’ yang muncul pertama kali pada akhir tahun 1930-an memiliki banyak pengertian sehingga sulit bagi para ahli untuk secara sederhana mendefinisikan komunikasi massa. Namun demikian terdapat upaaya untuk terus mengajukan definisi lainya agar dapat menggambarkan proses kerja ( working definition) serta sifat-sifat komunikasi secara umum. Istilah ‘massa’ menggambarkan sesuatu (orang atau barang) dalam jumlah besar, sementara ‘komunikasi’ mengacu pada pemberian dan penerimaan arti, pengiriman dan penerimaan pesan. Proses komunikasi massa tidaklah sama dengan media massa (organisasi yang memiliki teknologi yang memungkinkan terjadinya komunikasi massa). Media massa juga dapat dimanfaatkan untuk tujuan orang perorangan (individu) atau organisasi. Media massa yang membawa pesanpesan public kepada masyarakat luas juga dapat memuat pesan-pesan pribadi (personal), seperti ucapan terima kasih, ucapan selamat atau duka cita yang sifatnya pribadi (personal). Dengan demikian, telah terjadi penyatuan (konvergensi) komunikasi dimana garis batas antara bidang publik dan pribadi serta komunikasi skala luas dan komunikasi individu semakin tidak jelas batasnya.(Morrisan, Teori Komunikasi Massa, 2010, pp. 7-8) 2.1.1.2. Teori Komunikasi Massa Teori komunikasi massa merupakan penjelasan atau perkiraan terhadapa gejala sosial, yang berupaya untuk menghubungkan komunikasi massa kepada berbagai aspek kehidupan kultutral dan personal atau system sosial. Untuk memahami teori komunikasi massa, perlulah kita memahami beberapa hal berikut ini.(Morrisan, Teori Komunikasi Massa, 2010, pp. 8-9) 1. Tidak ada teori tunggal dalam komunikasi massa. Misalnya, terdapat teori yang menjelaskan gejala yang melibatkan masyarakat luas, seperti bagaimana masyarakat memberikan arti kepada simbol-simbol budaya dan bagaimana simbol-simbol itu mempengaruhi tingkah laku kita (interaksi simbolik). Ada pula teori yang menjelaskan sesuatu yang bersifat individual, seperti bagaimana media massa mempengaruhi orang-orang tertentu pada saat terjadinya perubahaan atau krisis (teori ketergantungan). Para ahli juga menyusun sejumlah teori kelas menengah (middle-range theories) yang menjelaskan atau memperkirakan aspek-aspek yang lebih khusus dan terhadap proses komunikasi massa. 2. Teori komunikasi masssa sering meminjam pengetahuan dari disiplin ilmu lainya .Misalnya, teori konstruksi sosial atas kenyataan (the social contruction of reality theory) berasala dari ilmu sosiologi, teori perubahan sikap (attitude changing theory) dipinjam dari ilmu psikologi. Para ahli komunikasi massa menyesuaikan teori-teori pinjaman ini untuk menjawab pertanyaan dan isu-isu yang muncul dalam ilmu komunikasi. 3. Teori komunikasi massa merupakan konstruksi manusia (human construction). Orang yang menciptakan teori komunikasi massa dan karenanya, teori-teori itu sering dipengaruhi oleh lingkungan dimana orang bersangkutan berada, misalnya kapan teori itu disusun, jabatan atau posisi orang berangkutan dalam proses komunikasi massa dan sejumlah faktor lainya? Para peneliti yang bekerja pada industri penyiaran memiliki teori yang berbeda dengan peneliti di perguruan tinggi mengenai bagaimana efek tayangan yang mengandung kekerasan di televisi kepada penonton. 4. Teori komunikasi massa bersifat dinamis. Karena teori komunikasi massa merupakan konstruksi manusia, sementra lingkungan dimana manusia itu berada selalu berubah, maka teori komunikasi massa bersifat dinamis. Misalnya teori-teori komunikasi massa yang dikembangkan sebelum televisi atau jaringan komputer (internet) menjadi media massa perlu diuji kembali, bahkan ditinggalkan karena munculnya bentuk media massa baru. 2.1.1.3. Proses Komunikasi Massa Denis McQuail menjelaskan proses komunikasi massa yang sekaligus menjelaskan ciri atau karakteristik komunikasi massa sebagai berikut. • Ciri utama yang paling jelas yang dimiliki media massa adalah bahwa institusi ini dirancang untuk dapat menjangkau masyarakat luas. Potensi audiens dipandang sebagai kumpulan orang dalam jumlah besar yang memiliki sidat tidak saling mengenal satu sama lain. Begitu pula hubungan antara pengirim pesan (sender) dan penerima pesan (receiver), adalah tidak saling mengenal. • Pengirim, dalam hal ini adalah organisasi media massa atau komunikator professional, seperti wartawan, penyiar, produser, artis, dan sebagainya yang bekerja untuk organisasi media massa bersangkutan. Pengirim dapat pula terdiri atas suara-suara di masyarakat yang diberikan kesempatan untuk menggunakan saluran media massa, baik dengan cara membayar ataupun gratis, sebagai pemasang iklan, politisii, pendakwah, penjabat dan sebagainya. • Hubungan antara pengirim dan penerima bersifat satu pihak (onesided) dan tidak ditujukan kepada orang-orang tertentu saja (impersonal) dan terdapat jarak sosial dan jarak fisik yang memisahkan kedudukan pengirim dan penerima pesan. • Pengirim pesan biasanya memiliki lebihh banyak otoritas, keahlian dan juga gengsi ( prestige ) disbanding penerima pesan. • Hubungan antara pengirim dan penerima pesan tidak saja bersifat asimetris , namun juga kalkulatif dan manipulative. Pada dasarnya, hubungan antara pengirim dan penerima pesan adalah bersifat nonmoral, yang didasarkan atas jasa yang dijanjikan atau diminta melalui kontrak tidak tertulis, namun tidak ada keharusan untuk memenuhinya. • Pesan komunikasi massa memiliki ciri dirancang dengan cara yang sudah distandarkan (produksi massa) dan kemudian diproduksi dalam jumlah banyak. Pada umumnya, media dengan nilai kegunaan bagi penerimanya, yaitu konsumen media. Dengan demikian, pesan media merupakan komoditi, yang dalam hal ini berbeda dengan tipe esan yang ada pada hubungan komunikasi lainya. • Audien media massa terdiri atas kumpulan besar orang yang terletak tersebar dan bersifat pasif karena tidak memiliki kesempatan untuk memberikan respons atau berpartisipasi dalam proses komunikasi dengan cara yang alami (orisinil). • Audien media massa pada umumnya menyadari bahwa mereka adalah bagian dari audien yang lebih besar, namun mereka memiliki hubungan atau pengetahuan yang terbatas dengan audien lainya. • Audien yang bersifat massa itu terbentuk untuk sementara waktu karena adanya hubungan yang bersifat serentak dengan pengirim (sumber), sedangkan eksistensi audien itu sendiri tidak pernah ada kecuali dalam catatan industri media.(Morrisan, Teori Komunikasi Massa, 2010, pp. 9-10) 2.1.1.4. Fungsi Komunikasi Massa Dominick menyatakan fungsi komunikasi massa terdiri dari surveillance(pengawasan), interpretation (penafsiran), linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai), dan entertainment (hiburan) Menurut Joseph A Devitofungsi komunikasi massa secara khusus ada lima adalah : 1. Fungsi komunikasi massa secara umum antara lain memberikan hiburan kepada khalayaknya. Namun ada fungsi yang tidak kalah penting dari media massa yaitu fungsi meyakinkan atau persuasi. Persuasi bisa datang dari bentuk, yaitu: a. Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan atau nilai seseorang. b. Mengubah sikap, kepercayaan atau nilai seseorang c. Menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu; dan d. Memperkenalkan etika atau menawarkan sistem nilai tertentu. 2. Fungsi Menganugerahkan Status Penganugerahan status (status conferral) terjadi apabila berita yang disebarluaskan melaporkan kegiatan individu-indvidu hingga prestise (gengsi) mereka meningkat. 3. Fungsi Membius (Narcotization) Salah satu fungsi media massa yang paling menarik dan paling banyak dilupakan adalah fungsi membiusnya (narcotization). Intinya berarti bahwa apabila media menyajikan informasi tentang sesuatu, penerima percaya bahwa tindakan tertentu harus diambil 4. Fungsi Menciptakan Rasa Kebersatuan Fungsi komunikasi massa yang tidak banyak disadari oleh kita semua adalah kemampuannya untuk membuat kita merasa menjadi anggota suatu kelompok. 5. Fungsi Privatisasi Privatisasi adalah kecenderungan bagi seseorang untuk menarik diri dari kelompok sosial dan mengucilkan diri ke dalam dunia sendiri. 2.1.1.5. Karakteristik Komunikasi Massa Komunikasi massa memiliki ciri-ciri tersendiri yang membedakannya dengan komunikasi lain. Ciri-ciri dari komunikasi massa itu diungkapkan dalam sebuah buku pengantar komunikasi massa (Nurudin, 2007), dalam buku tersebut dijabarkan bahwa ciri-ciri komunikasi massa antara lain adalah sebagai berikut : 1. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, tetapi kumpulan orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud di sini menyerupai sebuah sistem. Sebagaimana kita ketahui sistem itu adalah “Sekelompok orang, pedoman, dan media yang melakukan suatu kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan, simbol, lambang menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai satu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi. 2. Komunikan dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen Komuniksn dalam komunikasi massa bersifat heterogen atau beragam. Artinya penonton televisi beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, memiliki jabatan yang beragam, memiliki agama atau kepercayaan yang tidak sama pula. Perbedaan ini yang menjadikan komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen menjadi salah satu ciri-ciri dari media massa. 3. Pesannya Bersifat Umum Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan-pesannya ditujukan pada khalayak yang plural. Oleh karena itu, pesan-pesan yang dikemukakannya pun tidak boleh bersifat khusus. Khusus di sini, artinya pesan memang tidak disengaja untuk golongan tertentu. 4. Komunikasi Berlangsung Satu Arah Dalam media cetak seperti Koran, komunikasi hanya berjalan satu arah. Kita tidak bisa langsung memberikan respons kepada komunikatornya (media massa yang bersangkutan). Kalaupun bisa, sifatnya tertunda. Misalnya, kita mengirimkan ketidaksetujuan pada berita itu melalui rubric surat pembaca. Jadi, komunikasi yang hanya berjalan satu arah akan memberi konsekuensi umpan balik (feedback) yang sifatnya tertunda atau tidak langsung (delayed feedback) 5. Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan Komunikasi ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan-pesannya. Serempak berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan. Bersamaan tentu saja bersifat relative.Majalah atau media sebagai contohnya.Surat kabar bisa dibaca di tempat terbit pukul 5 pagi, tetapi di luar kotabaru pukul 6 pagi.Ini hanyalah masalah teknis semata. Namun, harapan komunikator dalam komunikasi massa, pesan tetap ingin dinikmati secara bersamaan oleh para pembacanya. 6. Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan pada khalayaknya sangat membutuhkan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau elektronik). Televisi disebut media massa yang kita bayangkan saat ini tidak akan lepas dari pemancar. Apalagi dewasa ini telah terjadi revolusi komunikasi massa dengan perantaraan satelit. Peran satelit akan memudahkan proses pemancaran pesan yang dilakukan media elektronik seperti televisi. Bahkan saat ini sudah sering televisi melakukan siaran langsung (LIVE), dan bukan siaran yang direkam (recorded) 7. Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper Gatekeeper atau yang biasa sering disebut penapis informasi/palang pintu/penjaga gawang, adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. Sebagaimana telah kita ketahui, bahan-bahan, peristiwa, atau data yang menjadi bahan mentah pesan yang akan disiarkan media massa beragam dan sangat banyak. Tentu tidak semua bahan tersebut bisa dimunculkan.Di sinilah perlu ada pemilahan, pemilihan dan penyesuaian dengan media yang bersangkutan.Gatekeeper yang dimaksud antara lain reporter, editor film/surat kabar/buku, manajer pemberitaan, penjaga rubric, kameramen, sutradara dan lembaga sensor film yang semuanya mempengaruhi bahan-bahan yang akan dikemas dalam pesan-pesan dari media massa masing-masing. 2.1.1.6. Efek Komunikasi Massa Ada tiga dimensi efek komunikasi massa, yaitu: kognitif, afektif, dan konatif. Efek kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar, dan tambahan pengetahuan.Efek afektif berhubungan dengan emosi, perasaan, dan attitude (sikap). Sedangkan efek konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuyk melakukan sesuatu menurut cara tertentu. 1. Efek Kognitif Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informative bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitif. Melalui media massa, kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung. Seseorang mendapatkan informasi dari televisi, bahwa “Robot Gedek” mampu melakukan sodomi dengan anak laki-laki di bawah umur.Penonton televisi, yang asalnya tidak tahu menjadi tahu tentang peristiwa tersebut.Di sini pesan yang disampaikan oleh komunikator ditujukan kepada pikiran komunikan. Dengan kata lain, tujuan komunikator hanya berkisar pada upaya untuk memberitahu saja. Menurut Mc. Luhan, media massa adalah perpanjangan alat indera kita (sense extention theory; teori perpanjangan alat indera). Dengan media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita lihat atau belum pernah kita kunjungi secara langsung. Realitas yang ditampilkan oleh media massa adalah relaitas yang sudah diseleksi. Kita cenderung memperoleh informasi tersebut semata-mata berdasarkan pada apa yang dilaporkan media massa. Televisi sering menyajikan adegan kekerasan, penonton televisi cenderung memandang dunia ini lebih keras, lebih tidak aman dan lebih mengerikan. Karena media massa melaporkan dunia nyata secara selektif, maka sudah tentu media massa akan mempengaruhi pembentukan citra tentang lingkungan sosial yang bias dan timpang. Oleh karena itu, muncul apa yang disebut stereotipe, yaitu gambaran umum tentang individu, kelompok, profesi atau masyarakat yang tidak berubah-ubah, bersifat klise dan seringkali timpang dan tidak benar. Sebagai contoh, dalam film India, wanita sering ditampilkan sebagai makhluk yang cengeng, senang kemewahan dan seringkali cerewet. Penampilan seperti itu, bila dilakukan terus menerus, akan menciptakan stereotipe pada diri khalayak Komunikasi Massa tentang orang, objek atau lembaga. Di sini sudah mulai terasa bahayanya media massa. Pengaruh media massa lebih kuat lagi, karena pada masyarakat modern orang memperoleh banyak informasi tentang dunia dari media massa. Sementara itu, citra terhadap seseorang, misalnya, akan terbentuk (pula) oleh peran agenda setting (penentuan/pengaturan agenda). Teori ini dimulai dengan suatu asumsi bahwa media massa menyaring berita, artikel, atau tulisan yang akan disiarkannya. Biasanya, surat kabar mengatur berita mana yang lebih diprioritaskan. Ini adalah rencana mereka yang dipengaruhi suasana yang sedang hangat berlangsung.Sebagai contoh, bila satu setengah halaman di Media Indonesia memberitakan pelaksanaan Rapat Pimpinan Nasional Partai Golkar, berarti wartawan dan pihak redaksi harian itu sedang mengatur kita untuk mencitrakan sebuah informasi penting. Sebaliknya bila di halaman selanjutnya di harian yang sama, terdapat berita kunjungan Megawati Soekarno Putri ke beberapa daerah, diletakkan di pojok kiri paling bawah, dan itu pun beritanya hanya terdiri dari tiga paragraf. Berarti, ini adalah agenda setting dari media tersebut bahwa berita ini seakan tidak penting.Mau tidak mau, pencitraan dan sumber informasi kita dipengaruhi agenda setting. Media massa tidak memberikan efek kognitif semata, namun ia memberikan manfaat yang dikehendaki masyarakat. Inilah efek prososial. Bila televisi menyebabkan kita lebih mengerti bahasa Indonesia yang baik dan benar, televisi telah menimbulkan efek prososial kognitif. Bila majalah menyajikan penderitaan rakyat miskin di pedesaan, dan hati kita tergerak untuk menolong mereka, media massa telah menghasilkan efek prososial afektif. Bila surat kabar membuka dompet bencana alam, menghimbau kita untuk menyumbang, lalu kita mengirimkan wesel pos (atau, sekarang dengan cara transfer via rekening bank) ke surat kabar, maka terjadilah efek prososial behavioral. 2. Efek Afektif Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada Efek Kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu kepada khalayak agar menjadi tahu tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, setelah mengetahui informasi yang diterimanya, khalayak diharapkan dapat merasakannya. Sebagai contoh, setelah kita mendengar atau membaca informasi artis kawakan Roy Marten dipenjara karena kasus penyalah-gunaan narkoba, maka dalam diri kita akan muncul perasaan jengkel, iba, kasihan, atau bisa jadi, senang. Perasaan sebel, jengkel atau marah daat diartikan sebagai perasaan kesal terhadap perbuatan Roy Marten.Sedangkan perasaan senang adalah perasaan lega dari para pembenci artis dan kehidupan hura-hura yang senang atas tertangkapnya para public figure yang cenderung hidup hurahura.Adapun rasa iba atau kasihan dapat juga diartikan sebagai keheranan khalayak mengapa dia melakukan perbuatan tersebut. Berikut ini faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya efek afektif dari komunikasi massa. a) Suasana emosional Dari contoh-contoh di atas dapat disimpulkan bahwa respons kita terhadap sebuah film, iklan, ataupun sebuah informasi, akan dipengaruhi oleh suasana emosional kita. Film sedih akan sangat mengharukan apabila kita menontonnya dalam keadaan sedang mengalami kekecewaan. Adeganadegan lucu akan menyebabkan kita tertawa terbahak-bahak bila kita menontonnya setelah mendapat keuntungan yang tidak disangka-sangka. b) Skema kognitif Skema kognitif merupakan naskah yang ada dalam pikiran kita yang menjelaskan tentang alur eristiwa. Kita tahu bahwa dalam sebuah film action, yang mempunyai lakon atau aktor/aktris yang sering muncul, pada akahirnya akan menang. Oleh karena itu kita tidak terlalu cemas ketika sang pahlawan jatuh dari jurang. Kita menduga, pasti akan tertolong juga. c) Situasi terpaan (setting of exposure) Kita akan sangat ketakutan menonton film Suster Ngesot, misalnya, atau film horror lainnya, bila kita menontontonnya sendirian di rumah tua, ketika hujan lebat, dan tiang-tiang rumah berderik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak lebih ketakutan menonton televisi dalam keadaan sendirian atau di tempat gelap. Begitu pula reaksi orang lain pada saat menonton akan mempengaruhi emosi kita pada waktu memberikan respons. d) Faktor predisposisi individual Faktor ini menunjukkan sejauh mana orang merasa terlibat dengan tokoh yang ditampilkan dalam media massa. Dengan identifikasi penontotn, pembaca, atau pendengar, menempatkan dirinya dalam posisi tokoh.Ia merasakan apa yang dirasakan tokoh. Karena itu, ketika tokoh identifikasi (disebut identifikan) itu kalah, ia juga kecewa; ketika didentifikasikan berhasil, ia gembira. 3. Efek Behavioral Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Adegan kekerasan dalam televisi atau film akan menyebabkan orang menjadi beringas. Program acara memasak bersama Rudi Khaeruddin, misalnya, akan menyebabkan para ibu rumah tangga mengikuti resep-resep baru. Bahkan, kita pernah mendengar kabar seorang anak sekolah dasar yang mencontoh adegan gulat dari acara SmackDown yang mengakibatkan satu orang tewas akibat adegan gulat tersebut. Namun, dari semua informasi dari berbagai media tersebut tidak mempunyai efek yang sama. (Taqiyuddhin, 2012) 2.1.2 Media Massa Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, televisi, radio, dan film. Media massa merupakan sarana atau saluran resmi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesat kepada masyarakat luas. Media massa memberi informasi dan membantu masyarakat luas untuk mengetahui secara jelas tentang dunia sekelilingnya kemudian menyimpannya dalam ingatan masyarakat. Media massa berguna sebagai pengawas bagi masyarakat untuk mengajukan perbandingan dari apa yang kita lihat dan kita dengar, tentang dunia lain di luar lingkungan masyarakat hidup. Media massa sejak awal sebenarnya melakukan tugas kemudian membagikan informasi yang di inginkan masyarakat pada umumnya. Secara umum saluran komunikasi dibedakan atas saluran media massa (Mass Media Channels) dan saluran antarpribadi (Interpersonal Channels). Saluran media massa seperti radio, televisi, surat kabar, majalah dan sebagainya yang memungkinkan suatu sumber terjadi dari seseorang/beberapa orang untuk menjangkau khalayak yang banyak. Menurut Zulkarimein Nasution manfaat Media Massa adalah: 1. Menjangkau satau khalayak yang luas dan cepat 2. Menciptakan pengetahuan dan penyebaran informasi 3. Mengarahkan perubahan pada sikap yang di anut 2.1.3. Televisi sebagai Saluran Komunikasi Media Massa Dewasa ini kehadiran televisi telah mendominasi hampir semua waktu luang dan bisa dinikmati pemirsa diseluruh penjuru dunia tidak lepas dari peran penting seorang mahasiswa dari Berlin, bernama Paul Nipkow, yang menemukan electrisce telescope yang berfungsi mengirim pesan gambar melalui udara dari suatu tempat ke tempat lainnya. Televisi adalah media yang paling luas dikonsumsi oleh masyarakat luas. Sebagai media audio visual, televisi mampu sebagai saluran masuknya pesan-pesan atau informasi kedalam jiwa manusia lewat mata dan telinga. Televisi juga mampu membuat orang pada umumnya mampu mengingat 50% dari apa yang mereka lihat dan dengar pada layar televisi meskipun hanya sekali tayang. Berdasarkan pengertian diatas disimpulkan seberapa besar pengaruh televisi terhadap khalayak. Dengan demikian televisi yang dalam bahasa inggris Television diartikan sebagai melihat jauh, disini yaitu dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat (studio televisi) atau di luar studio (out door), dan dapat dilihat dari tempat berbeda melalui sebuah perangkat penerima (televisi). Dalam hal ini televisi merupakan penyiaran gambar bergerak beserta suara yang dipancarkan dari jarak jauh kepada khalayak melalui penerimaan gelombang radio, dan dapat disaksikan khalayak di suatu tempat melalui sebuah tabung. Televisi memiliki sejumlah kelebihan terutama kemampuannya dalam menyatukan antara fungsi audio dan visual, ditambah dengan kemampuannya dalam memainkan warna. Jadi penonton leluasa menentukan saluran mana yang mereka senangi. 2.1.3.1 Fungsi Televisi sebagai Media Massa Perkembangan televisi sebagai media massa elektronik pada awalnya dimulai dengan hadirnya kamera yang dikemukakan oleh Vladimir Zworykin pada tahun 1923. Televisi merupakan media dalam komunikasi massa atau biasa disebut media massa elektronik pandang–dengar (audio visual). Televisi gabungan dari media dengar dan gambar yang bisa bersifat informatif, hiburan dan pendidikan atau bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut. Televisi menciptakan suasana tertentu yaitu para pemirsanya dapat melihat sambil duduk santai tanpa kesengajaan untuk menyaksikan. Penyampaian isi pesan seolah-olah langsung antara komunikator dan komunikan. Media massa televisi juga memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan sendiri. Adapun kelebihan TV adalah karena siarannya bersifat audio visual, yang lebih menarik karena layar kacanya dengan ”gambar hidup” yang menarik khalayak penontonnya dan kekurangan TV adalah dalam penyiaran acara-acara budaya massal yang menimbulkan dampak negatif bagi khalayak tertentu, di samping itu isi pesannya tidak dapat di simpan dibanding surat kabar .(Rumondor, 2004, p. 229) Televisi pada pokoknya mempunyai fungsi sebagai berikut: fungsi penerangan, fungsi pendidikan, dan fungsi hiburan. Menurut fungsi ini segala sesuatu yang disiarkannya kepada masyarakat tergantung pada sistem negara dan pemerintah negara yang bersangkutan 1. Fungsi Penerangan (the information function) Televisi merupakan media yang mampu menyiarkan berbagai informasi, hal ini disebabkan oleh dua faktor yang terdapat didalamnya yaitu “Immediacy and Realism”. Immediacy yaitu mencakup pengertian langsung dan dekat. Peristiwa yang disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh para pemirsa dan saat peristiwa berlangsung seolah-olah mereka berada di tempat peristiwa itu terjadi. Realism yaitu mengandung makna kenyataan, ini berarti stasiun tv menyiarkan informasi secara audiovisual sesuai dengan kenyataan. 2. Fungsi Pendidikan (the education function) Sebagai media massa, televisi merupakan sarana yang paling ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya banyak secara simultan. Sesuai dengan pendidikan yakni meningkatkan pengatahuan dan penalaran masyarakat, televisi menyiarkan acara-acara tertentu secara implisit mengandung pendidikan seperti film, kuis dan sebagainya yang disebut Education Television (ETV). 3. Fungsi Hiburan (the entertainment function) Fungsi hiburan yang melekat pada televisi sangat dominan. Sebagian besar dari alokasi waktu massa siaran di isi acara-acara hiburan. Hal ini dapat dimengerti karena pada layar televisi dapat ditampilkan gambar hidup serta suara bagaikan kenyataan, dan dapan dinikmati sekalipun khalayak yang tidak mengerti bahasa asing. 2.1.4. Format Acara Program Televisi Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai program yang jumlahnya sangat banyak dan dan jenisnya sangat beragam. Seperti yang telah kita ketahui bahwa naskah televisi ada beberapa macam bentuknya, tetapi mengingat bahwa naskah sarana pembawa pesan yang akan disampaikan kepada khalayak penonton, maka penulisan harus disesuaikan dengan format acara yang telah ditetapkan, sebab format dipandang sebagai suatu penyampaian pesan, sehingga antara naskah dan format tidak dapat dipisahkan. Televisi merupakan suatau media massa yang banyak kelebihan dari segi audiovisual. Untuk itu diperlukan program acara yang menarik dalam penyajiannya. Dalam dunia televisi program acara terdiri dari(Morrisan, 2008, pp. 207-218): 1. Program Informasi Segala jenis siaran yang tujuannya menambah pengetahuan (informasi) kepada khalayak audien. Terbagi menjadi dua bagian yaitu berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news). (1) Berita keras sebuah berita yang sajiannya berisi segala informasi penting dan menarik yang harus disiarkan oleh media penyiara kerena sifatnya yang segera untuk diketahui khalayak dan disebut dengan straight news. Contoh infotaiment yeng merupakan salah satu bentuk program berita dan fungsinya lebih besar sebagai hiburan bagi audiens. (2) Berita lunak adalah sebuah program berita yang menyajikan informasi penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam (indepth) namun tidak bersifat harus segera ditayangkan (misalnya: news magazine, currenaffair, talk show dan lain-lain). 2. Program Hiburan Segala bentuk siaran yang dibentuk untuk menghibur audien dalam bentuk musik, lagu, cerita dan permainan yang termasuk dalam kategori hiburan adalah drama, musik, dan permainan (game). Berikut yang termasuk dalam kategori hiburan tersebut. (a) Drama adalah pertunjukan (show) yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa orang (tokoh) yang diperankan oleh pemain (artis) yang melibatkan konflik dan emosi. Program televisi yang termasuk dalam program drama adalah sintron dan film. (b) Sinetron disebut juga dengan opera sabun (soap opera atau daytime serial) merupakan drama yang menyajikan cerita dari berbagai tokoh secara bersamaan, masing-masing tokoh memilki alur cerita mereka sendirisendiri tanpa harus dirangkum menjadi suatu kesimpulkan. (c) Film adalah film layar lebar yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan film. Yang dimaksud dengan format adalah suatu bentuk atau rupa yang lazim dipergunakan oleh umum, dimana pengertian disini adalah badan penyiaran. Tujuan penentuan format siaran adalah untuk memenuhi sasaran kahalayak secara spesifik dan untuk kesiapan berkompetisi dengan media lainnya. Format siaran lahir dan berkembang seiring dengan tuntutan sepesialisasi siaran (Morrisan, 2008, p. 109)Dengan berbagai jenis format sudah tentu penyajiannya berbeda pula sesuai dengan kaidah yang berlaku pada setiap jenis format atau bentuknya. Menurut Wiliam Fan Nostran dalam bukunya “The Non Broadcast Television Writers”, yang menyatakan bahwa format adalah metode yang sederhana untuk menyajkan informasi melalui media televisi dan untuk itu dibedakan antara isi dan gaya. Agar tayangan televisi bervariasi dalam penayangannya di perlukan program yang dapat menghibur dan memberikan informasi. Untuk itu televisi menyajikan reality atau variety show yang merupakan tayangan khas dan dapat disajikan kapan saja dan tanpa ketertarikan dengan aktualitas. Dalam menentukan jadwal penayangan suatu acara ada baiknya ditentukan atas dasar perilaku audien yaitu rotasi kegiatan mereka dalam satu hari dan juga kebiasaan menonton televisi pada jam tertentu . sedangkan dalam penyusunan jadwal acaranya harus mempertimbangkan bebagai faktor yang mempengaruhi kebiasaan menonton audien, pekerjaan, kebutuhan dan ketertarikan audien kepada hal-hal tertentu. 2.1.5. Reality Show Reality show adalah suatu acara yang menampilkan realties kehidupan seseorang yang bukan selebriti (orang awam), lalu disiarkan melalui jaringan TV, sehingga bisadilihat masyarakat. Reality show tak sekedar mengekspose kehidupan orang, tetapi juga ajang kompetisi, bahkan menjahili orang. (Widyaningrum dan Christiastuti,Agustus, 2004)(Febryna, 2010) )Reality show secara istilah bebarti pertunjukan yang asli (real), tidak direkayasa, dantidak dibuat-buat. Kejadiannya diambil dari keseharian, kehidupan masyarakat apaadanya, yaitu realita dari masyarakat ( Motulz Media Center, Mei, 2005)(Febryna, 2010) 2.1.5.1. Pengkategorian Reality Show Pengkategorian reality show ada enam jenis yakni (Hidayat, 2007): 1. Celebrity reality vs ordinary reality Celebrity reality adalah tayangan reality show yang menampilkan kehidupan actor atau aktris dalam lingkungan keluarga, teman-teman pekerjaan dalam keseharianya. Contoh: Newlyweds, The Anna Nicole Show, House of Carters Ordinary reality adalah tayangan reality show yang menempatkan orang biasa pada konsep acara yang sudah dirancang producer sehingga orang biasa ini menjadi selebritis yang diidolakan penonton. Contoh: Joe Miliuner Indonesia. 2. Hidden Camera Jenis lain dari program reality dimana gambar diambil melalui kamera tersembunyi yang merekam secara acak orang lewat dalam situasi yang sudah ditentukan sebelumnya. Reaksi orang yang diambil gambarnya akan menjadi tayangan yang lucu untuk ditonton, tetapi juga menampilkan sisi manusia yang sesungguhnya. Pengambilan gambar hidden camera dilakukan secara diam-diam tanpa sepengetahuan orang yang diambil gambar dan suaranya tersebut. Sehingga kejadian yang ditampilkan di layar televise adalah spontanitas atau reaksi sebenarnya. Reaksi dari orang-orang yang diambil gambarnya untuk hidden camera bermacam-macam.Marah, sedih, tertawa, dan secara langsung hidden camera juga dapat mengungkap rahasia atau kehiduan pribadi seseorang tanpa sepengetahuan orang tersebut. Contoh: MTV Punk’d, Spontan di SCTV. 3. Games Show Program reality show ini, menempatkan pendukung acara sebagai peserta dalam lingkungan yang terisolasi dan hanya ada kamera yang megawasi gerak-gerik peserta. Dalam lingkungan tersebut, peserta akan berkompetisi dalam sebuah permainan (fisik, logika, yang telah disusun oleh produser acara. Nantinya, peserta yang memenangkan permainan akan mendapat hadiah dan juga dukungan dari penonton. Agar ada kedekatan antara penonton dan peserta, maka aktivitas dari masing-masing peserta akan ditayangkan di televisi. Sehingga melalui kamera pengawas yang sudah terpasang di lokasi tersebut.Penonton juga ikut terlibat mengawasi dan mengenal masing-masing peserta. Melalui proses eliminasi, penonton menjadi juri dan berkuasa untuk menyingkirkan peserta yang tidak disukai dan mempertahankan peserta yang diidolakan atai dijagokan. Contoh: Indonesian Idoldi RCTI, AFIdi Indosiar, Big Brother di Trans TV. 4. Dating Show Program reality show ini adalah bentuk mencari jodoh.Melalui serangkaian tahap seleksi yang dilakukan. Maka pada akhirnya akan terpilih satu orang yang dirasa cocok. Contoh: Kontak Jodoh di SCTV. 5. Sports Show Hampir sama dengan game show, tetapi sport show lebih mengutamakan untuk pencarian atlet dan penyisihan peserta yang ‘tidak layak’ bukan memlalui proses eliminasi yang dilakukan penonton. Dengan melalui serangkaian ‘permainan’ yang bertemakan olahraga atau fisik, nantinya peserta yang tidak bisa bertahan akan gugur. Contoh: The biggest game show in Asia di RCTI. 6. Analysis Jenis reality show ini ‘mengarahkan’ peserta papda konsep acara produser. Artinya lokasi syuting, permainan, scenario, dan suasana dalam acara ini ‘sengaja’ dibuat seperti itu. Dan nantinya peserta yang terlibak akan menunjukan sifat ‘asli’-nya dan menciptakan konflik secara ‘tidak disengaja’. Karena lingkungan sekitanya ‘mendukung’. Contoh: Super Trap di Trans TV X Factor Indonesia termasuk dalam kategori game show, karena kontestan ditempatkan dalam lingkungan yang terisolasi dari kehidupan sehari-harinya. Kontestan X Factor Indonesia yang ada dalam lingkungan tersebut akan berkompetisi dalam show spektakuler. Melalui proses eliminasi, penonton menjadi ‘juri’ dan ‘berkuasa’ untuk menyingkirkan kontestan yang tidak disukai dan mempertahankan kontestan yang diidolakan atau dijagokan. 2.1.6. X Factor Indonesia Setelah sukses di 40 negara dan merebut perhatian ratusan juta pemirsa televisi di dunia, kini program X FACTOR hadir di Indonesia lewat layar RCTI. X FACTOR INDONESIA merupakan ajang kompetisi bernyanyi dengan batasan yang luas. Semua penyanyi dengan usia minimal 15 tahun sampai dengan usia maksimal yang tidak terbatas, dengan kategori baik solo maupun grup vocal mempunyai kesempatan yang sama untuk mewujudkan mimpi menjadi bintang dunia. Audisi X FACTOR INDONESIA berlangsung di 10 kota di Indonesia; Medan, Bandung, Padang, Balikpapan, Manado, Makassar, Manado, Surabaya, Jogjakarta, dan Jakarta. Berbeda dengan kompetisi bernyanyi lainnya, di X FACTOR INDONESIA, peserta tidak hanya bernyanyi di depan 4 orang Juri Utama tetapi juga disaksikan oleh ribuan penonton secara langsung. Penonton di sini akan berperan sebagai juri ke-5 yang bisa mempengaruhi keputusan Juri Utama. Kontestan yang lolos dari tahap Audisi berhak lanjut ke tahap Boot Camp. Di tahap ini kontestan akan dibagi menjadi 4 kategori - Solo pria usia 15-24 tahun, Solo wanita usia 15-24 tahun, Solo pria/wanita usia 25 tahun ke atas dan Grup. Tiap kategori akan dimentori oleh satu orang juri utama. Kompetisi yang berlangsung bukan hanya diantara para kontestan, tapi para juri pun otomatis ikut berkompetisi, saling berusaha menjadikan kontestan mereka yang terdepan hingga lolos ke babak final. 2.2. TEORI KHUSUS 2.2.1. Tahapan Produksi Program Televisi Dalam produksi program memiliki 3 tahap : pra produksi, produksi, dan paska produksi. a. Pra Produksi Menurut Wibowo Tahapan ini meliputi 3 bagian, sebagai berikut: 1. Penemuan Ide: Menemukan ide dan gagasan, membuat riset dan menulis naskah atau mengembangkan gagasan menjadi naskah sebuah riset. 2. Planning : Perencanaan mencakup kegiatan penentuan tujuan (objectives) serta mempersiapkan rencana dan strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut(Morrisan, 2008, p. 130). Adanya penetapan jangka waktu kerja (time schedule), menyempurnakan naskah, pemilihan artis, lokasi, dan crew, estimasi biaya, dan rencana alokasi. 3. Persiapan : Latihan para artis, pembuatan setting, meneliti dan melengkapi peralatan yang digunakan. b. Produksi 1. Organizing : Proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuanorganisasi, sumberdaya yang dimiliki dan lingkungan yang melingkupinya (Morrisan, 2008, p. 142). 2. Actuating : Memberikan pengaruh (penggerak) mencakup usaha untuk mempengaruhi merangsang (influencing) antusiasme tertuju karyawan pada untuk tanggung jawab mereka secara efektif upaya untuk melaksanakan (Morrisan, 2008, p. 154), proses ini mengarahkan dan memotifasi aggota-anggota organisasi untuk menuju kearah pencapaian tujuan organisasi, termasuk menciptakan iklim yang mendukung, membimbing dan meneladani anggota dalam melakukan pekerjaan. 3. Controling : suatu proses untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan organisasi atau perusahaan sudah tercapai atau belum (Morrisan, 2008, p. 159), untuk mengetahui bahwa kegiatan berjalan tidak baik dan terjadi penyimpangan-penyimpangan dari rancangan semula. Maka diperlukan koreksi dan evaluasi. Semua pengawasan ini dikerjakan untuk mengadakan peningkatkan pada masa yang akan datang. Tahap ini mencoba mewujudkan apa yang telah direncanakan dalam kertas dan tulisan (shooting script). c. Paska Produksi Executive producer, producer, tim creative dan seluruh bagian yang terkait dalam program acara mengevaluasi setiap program acara yang sudah berlangsung. Tahap ini meiliki tiga langkah yang utama, yaitu editing offline, editing online dan mixing. Proses manajemen dalam program televisi mengacu pada enam sumber daya pokok yang dikemukakakan George R. Terry (dalam buku principle of management) yaitu: a. Man/Woman ; Sumber daya manusia kreatif b. Materials ; Naskah/Konsep c. Macihnes ; Peralatan d. Methods ; Cara Pengorganisasian e. Money ; Dana Produksi f. Market ; Pasar Program Enam sumber daya manajemen tersebut dikelolah dengan empat fungsi utama manajerial untuk mencapai hasil atau target dalam produksi program televisi, yaitu: 1. Merencanakan (to plan; Planning) 2. Suatu kegiatan dengan tujuan pengambilan tujuan dan strategi dalam pengambilan tindakan selanjutnya. 3. Mengorganisasi (to organize; Organizing) Suatu kegiatan untuk menggerakkan angota kelompok dan membuat ketentuan dalam hubungan yang diperlukan. 4. Mengkoordinasi (to coordination; Actuating) Suatu kegiatan untuk mengarahkan kelompok dalam melaksakan pekerjaan sesuai dengan tugasnya. 5. Mengawasi (to control; Controlling) Suatu kegiatan untuk menyesuaikan antara pelaksaan dan rencana yang ditentukan. 2.2.2. Pendekatan Manejemen Pesatnya pengembangan serta persaingan antara media khususnya televisi maka diperlukan suatu kejelian dari seorang pimpinan stasiun televisi untuk mengelolah stasiun televisi tersebut. Hal ini dapat dilihat dari kemampuannya dalam mengoordinasikan masing-masing tim kerjanya dalam setiap divisi dalam mencapai strategi jangka panjang dan dapat dilakukan dengan menggunakan manajemen yang baik. Manajemen adalah proses perencanaan, pengoperasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan menggunakan sumber dayasumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan (Henny, 2004, pp. 1-4). Efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar. Ini merupakan konsep matematik atau penghitungan ratio antara keluaran (output) dan masukan (input) sedangkan efektifitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Adapun fungsi management sebagai berikut: (Chozanah, Opcit, 47) a. Perencanaan (planning) Perencanaan merupakan fungsi penentu tentang apa yang dilaksanakan dalam batas waktu yang tertentu, biaya, dan fasilitas tertentu untuk hasil yang telah di tentukan. Tujuan perencanaan adalah suatu hasil akhir secara efektif dan menjadi pokok dari proses menajemen, sesuai dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan umum yang telah dibuatnya. b. Pengorganisasian (organizing) Pengorganisasian adalah merupakan suatu kerangka/struktur kerja yang tersusun rapi, sehingga setiap bagian akan merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi, dengan kata lain bisa juga disebut dengan penyusunan tugas kerja dan tanggung jawabnya. Pengorganisasian meliputi proses pengaturan dan pengalokasian kerja, wewenang dan sumber daya dikalangan anggota organisasi, sehingga mereka dapat mencapai tujuan organisasi secara efisien. Tujuan pengorganisasian yaitu mempermudah pelaksanaan tugas dan pengawasan setiap unit orang sehingga manajemen berhasil secara efektif dan efisiensi. c. Penggerakan (actuating) Penggerakan adalah kegiatan yang dilakukan pimpinan untuk membimbing, mengarahkan, dan mengatur, segala kegiatan-kegiatan orang yang telah di berikan tugas didalam melaksanakan sesuatu kegiatan usaha. Tujuannya adalah agar proses manajemen dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan secara efektif dan efisiensi. d. Pengawasan (Controlling) Pengawasan adalah tugas atau pencocokan sampai dimanakah proses/rencana yang telah digariskan itu dilakasanakan sebagai mana mestinya dan apakah dilakukan secara dini perlu diketahui kelemahan, kekurangan, pemborosan, penyelewengan, dan dapat diketahui serta dapat dicari upaya untuk mengatasinya. Dengan kegiatan pengawasan, manager harus memastikan bahwa tindakan para anggota organisasi benar-benar membawa organisasi kearah tujuan yang telah diterapkan. Tujuannya adalah agar proses manajemen dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan secara efektif dan efisiensi. Dengan demikian di dalam produksi acara memang harus dilengkapi dengan penerapan manajemen yang profesional sebelum terjun langsung dalam sebuah produksi acara. Para tim ini harus dapat menyesuaikan diri dengan mencoba menguasai situasi untuk kepentingan audien, karena sebenarnya dalam memproduksikan acara, kekuatan audien pada akhirnya akan tetap menjadi hal yang utama. Dalam kaitannya dengan penelitian yang akan diteliti penyusun yaitu peran floor director dalam produksi program X Factor Indonesia di RCTI, agar mencapai tujuan yang telah disepakati oleh seluruh team yang terkait dan dapat bersaing dengan program lainnya 2.2.3. Struktus Organisasi Penyiaran Sebuah stasiun penyiaran yang terlebih khusus adalah stasiun televisi mempunyai struktur organisasi penyiaran dan pada umumnya tidak memiliki standar yang baku. Bentuk organisasi penyiaran berbeda-bedan antara satu dengan yang lainnya, bahkan pada wilayah yang sama stasiun penyiaran tidak memilki struktur yang sama. Perbedaan ini biasanya disebabkan oleh skala usaha atau besar kecilnya stasiun penyiaran. Stasiun kecil biasanya hanya memiliki sedikit tenaga pengelolah yang jumlahnya hanya terdiri atas beberapa orang saja. Stasiun penyiaran kecil sudah bisa beroperasi dengan peralatan yang sederhana. Namun dilain pihak stasiun penyiaran besar memiliki karyawan yang jumlahnya ratusan dan sudah menggunakan peralatan berteknologi canggih. Tanggungjawab dalam menjalankan stasiun penyiaran biasanya dibagi menjadi dua ketegori umum yaitu: (1) Manajemen Penyiaran, (2) Pelaksanaan Operasional Penyiaran. Fungsi managemen pada stasiun penyiaran akan mengalir berurutan mulai dari atas sampai kebawah; mulai dari pimpinan tertinggi, direktur utama, atas manajer umum hingga ke manajer, staf dan seterusnya kebawah. Pelaksanaan operasional ialah mereka yang menjadi bagian dari lembaga penyiaran yang terlibat dalam kerja penyiaran yakni antara lain para teknisi, para perancang program dan staf produksi yang membuat materi acara untuk stasiun penyiaran itu (Morrisan, 2008, p. 61) Bekerja di dunia penyiaran, tidak hanya cukup sekedar menguasai teori tetapi juga harus mampu diaplikasikan. Sebaiknya kemampuan praktek ataupun pengalaman tidak cukup apabila tidak dilandasi oleh teori yang relevan. Televisi terdapat profesi-profesi untuk menyelenggarakan siaran, yaitu Profesi dalam karya artistik dan karya jurnalistik. Dalam suatu proses produksi karya artistik perlu adanya dukungan tenaga-tenaga profesi sebagai berikut:(Suprapto, 2006, pp. 60-82). 1. Eksekutif Produser (Producer Executive) adalah orang yang memiliki wawasan dengan mengerti program televisi secara keseluruhan. 2. Producer adalah orang yang ditunjuk mewakili produser pelaksana (Eksekutif Produser) untuk melaksanakan apa yang dikehendaki oleh produser pelaksana. 3. Pengarah Acara (Program Director) adalah orang yang ditunjuk untuk bertanggung jawab secara teknis pelaksanaan produksi satu mata siaran. 4. Penulis Naskah Artistik (Script Writer) adalah sesorang yang pekerjaannya membuat naskah untuk mata acara siaran dalam karya artistik. 5. Unit Manager adalah sesorang yang menyediakan kebutuhan utama logistik yang diperlukan untuk setiap elemen-elemen produksi dan pengawasan setiap penggunaan dana produksi. 6. Penata Artistik (Art Director) adalah seorang yang ahli dalam menata ruang atau lokasi pengambil gambar sesuai dengan yang di kehendaki dalam skenario. 7. Grafic Artistic adalah seseorang yang memiliki keahlian di bidang grafis baik di televisi swasta maupun televisi public atau pemerintah. 8. Penata Cahaya adalah orang yang menedesain dan menentukan pencahayaan untuk produksi televisi, baik produksi di dalam studio maupun di luar studio. 9. Audio/Video Enginer adalah seorang yang mengoperasikan peralatan audio video di stasiun televisi (juga di stasiun radio untuk level audio) 10. Technical Director adalah mengawasi dan mengatur teknik dari satu program baik televisi maupun radio. 11. Camera operator (Kemerawan) adalah bertanggung jawab untuk mengoperasikan kamera televisi selama rehearsals dan produksi program televisi. 2.2.4. Konsep Floor Director ( Pengarah Lapangan ) Tugas dari floor director lebih seperti production manager atau line producer, yang bertanggung jawab terhadap produksi sehari-hari dan perincian anggaran belanja ( budgetary details ). Tugas utama dari Floor Manageradalah mengkoordinasi semua aktivitas di ‘floor’ (Studio, Lokasi atau Panggung) dan memberikan isyarat dari sutradara kepada Talent. (Zettle, 2009, p. 355) Floor Director atauFloor Maager adalah staf produksi senior yang penting di dalam studio. Floor Director merupakan perwakilan Director untuk memegang kendali di dalam studio. Floor Director menyampaikan perintah dari director ke seluruh staf di studio melalui Handy Talky (HT) dan beberapa perintah akan “diterjemahan” dalam gerakan tangan (hand gestures). Floor Director juga bertanggung jawab untuk ‘menjamu’ semua tamu di studio yang menjadi bagian dari sebuah program. (Utterback, 2007, p. 92) Floor Director/ Floor Manager bertugas untuk mengatur pengisi acara dan mengarahkan floor crew. Di dalam studio, Floor Manager bertanggung jawab terhadap organisasi studio secara umum, keamanan, disiplin, dan perlindungan. Seorang asisten floor manager juga diperlukan untuk memastikan apakah pengisi acara/ talent telah ada dan siap, kemudian floor manager memberikan laporan kepada producer atau sutradara.(Millerson, 2009, p. 21) 2.2.4.1. Jenis Floor Director Pada dasarnya Floor Director dibedakan menjadi 4 grup yang berbeda, antara lain (Curry, 2011, pp. 61-62); a. The Production Group, bertugas sebagai penghubung instruksi dari director ke lapangan dan berinteraksi dengan stage, technical crew, dan talent. b. The stage, Technical, and Engineering Crew. Floor Director di bagian ini bertugass memegang kendali dan bertanggung jawab atas kelancaran studio dengan menggunakan handsignal sesuai dengan rundown. c. The Talent, adalah Floor Director yang bertugas di ruang make up talent, fungsinya untuk memastikan bahwa talent dapat ditemukan dengan cepat dan telah siap tampil ketika akan perform. d. Management Floor Director bertanggung jawab memberikan cue kepada talent dan audience. 2.2.4.2. Tugas Floor Director Floor Director mempunyai tugas utama yaitu menerjemahkan rundown acara menjadi sebuah program yang baik dan berkualitas, tahapantahapanya adalah (Millerson, 2009, pp. 330-331): i. Pra Produksi a. Memastikan jika seluruh studio telah siap dan tetap dalam keadaan tenang b. Memastikan bahwa talent dan crew telah siap dan berada dalam posisi masing-masing c. Memastikan bahwa monitor studio telah menampilkan gambar yang benar d. Mengecek dan mereview rundown program acara dan memberitahu kepada seluruh crew produksi jika ada perubahan rundown (Utterback, 2007, p. 92) e. Melakukan briefing talent dan crew (Zettle, 2009, p. 335) f. Menyiapkan intercom untuk berkomunikasi dengan control room dan crew produksi (Utterback, 2007, p. 92) g. Mengkoordinasi talent dan crew untuk rehearsals (Zettle, 2009, p. 335) ii. Produksi a. Mengawasi keseluruhan jalanya acara b. Mendengarkan petunjuk atau arahan dari intercom c. Memberikan isyarat (cue) kepada talent dan crew. d. Mengantisipasi jika ada kejadian yang fatal (Millerson, 2009, p. 331) iii. Pasca Produksi a. Melakukan Evaluasi b. Menahan Talent dan Crew sampai hasil syuting diperiksa (jika tapping) c. Mengumumkan dan mempersiapkan dika diperlukan retake (jika tapping) d. Melepaskan (clearing) studio, baik crew maupun talent e. Mengembalikan peralan dan perlengkapan yang digunakan ke kondisi semula. Serta mengucapkan terima kasih kepada bintang tamu atau talent, dan mengantar mereka keluar dair studio(Zettle, 2009, p. 356). f. Mengawasi jika ada masalah mengenai peralatan di studio atau barang yang digunakan di lokasi(Zettle, 2009, p. 356) 2.2.4.3. Kriteria Floor Director Untuk menjadi Floor Director diperlukan beberapa persyaratan, antara lain menurut adalah: i. Memiliki pengetahuan di bidang produksi televise ii. Memiliki pengetahuan lain mengenai sifat manusia (human nature) iii. Terorganisir iv. Terlatih dan giat v. Dapat dipercaya vi. Memiliki pengalaman di teater vii. Memiliki pengalaman untuk mengoperasikan camera, sound, lighting, set assembly, dan audio procedures(Utterback, 2007, p. 10) viii. Mampu membaca dan menguasai rundown acara (Utterback, 2007, p. 92) ix. Memiliki ketenangan (termasuk dalam menyelesaikan masalah), disiplin, ketegasan dengan diplomasi, dan ramah(Millerson, 2009, p. 330) x. Dapat membuat talen merasa nyaman (Millerson, 2009, p. 330) xi. Selalu siap sedia (Millerson, 2009, p. 330) 2.2.4.4. Hand Signals Dalam menjalankan tugasnya, Floor Director menggunakan Hand Signal untuk memberikan cue kepada semua artis, basic hand signal yang harus dikuasai oleh Floor Director adalah sebagai berikut(Millerson, 2009, p. 330): Gambar 2.1 (Millerson, 2009, p. 333) 2.3. Kerangka Berpikir Pra - Produksi Floor Director Produksi Pasca Produksi