i KARAKTERISTIK ASAM AMINO DAN JARINGAN DAGING IKAN BARAKUDA (Sphyraena jello) SEGAR DAN KUKUS GALIH WENDI PRADANA DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 i PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Karakteristik Asam Amino dan Jaringan Daging Ikan Barakuda (Sphyraena jello) Segar dan Kukus” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2013 Galih Wendi Pradana NIM C34090073 ii ABSTRAK GALIH WENDI PRADANA. Karakteristik Asam Amino dan Jaringan Daging Ikan Barakuda (Sphyraena jello) Segar dan Kukus. Dibimbing oleh AGOES M. JACOEB dan NURJANNAH. Ikan barakuda (Sphyraena jello) merupakan salah satu biota laut yang sampai saat ini keberadaanya belum termanfaatkan secara optimal. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah menentukan proksimat dan komposisi asam amino serta struktur jaringan daging ikan barakuda segar dan kukus. Ikan barakuda diukur total panjang, tinggi dan bobot, rendemen tubuh (daging, tulang, jeroan, kulit). Nilai rendemen daging, tulang, jeroan, dan kulit ikan barakuda segar berturut-turut adalah 51,07%, 27,92%, 19,73%, dan 1,28%. Kandungan proksimat dari daging ikan barakuda segar dan kukus adalah: kadar air 80,69% dan 71,40% (bb), abu 6,73% dan 4,69% (bk), lemak 0,98% dan 0,87% (bk), protein 76,18% dan 71,50% (bk), protein larut air (PLA) 4,39% dan 1,49% (bb), protein larut garam (PLG) 9,85% dan 3,17% (bb). Jumlah total rata-rata asam amino ikan barakuda segar dan kukus adalah 1852mg/100g dan 2734mg/100g. Jaringan pada daging ikan barakuda kukus mengalami pengerutan. Berdasarkan uji proksimat dan asam amino, kandugan gizi dalam ikan barakuda berubah setelah mengalami pengukusan. Kata kunci: asam amino, barakuda, histologi, dan proksimat. ABSTRACT GALIH WENDI PRADANA. Characteristics of Amino Acids and Tissue from Pickhandle barracuda's (Sphyraena jello) fresh and steamed meat. Supervised by AGOES M. JACOEB and NURJANNAH. Pickhandle barracuda (Sphyraena jello) is one of marine fish which unutilized optimally. The objectives of this research were to determine proximate characteristic and amino acid content of fresh and steamed pickhandle barracuda's meat. Pickhandle barracuda were counted the total of tall, lenght, weight and yield bodies (meat, bone, offal, skin). Yield value of meat, bone, offal, and skin of pickhandle barracuda in a row were 51.07%, 28.16%, 20.77%, and 1.28%. The proximate compositions of pickhandle barracuda's fresh and steamed meat in a row were: moisture 80.69% and 71.40% (bb), ash 6.73% and 4.69% (bk), fat 0.98% and 0.87% (bk), protein 76.18% and 71.50% (bk), water soluble protein (PLA) 4.39% and 1.49% (bb), salt soluble protein (PLG) 9.85% and 3.17% (bb). Total average amino acid of pickhandle barracuda's fresh and boiled meat were 1852mg/100g and 2734mg/100g. Tissue in pickhandle barracuda's steamed meat undergo compression. Based on proximate analysis and amino acid, the nutrient content of pickhandle barracuda's meat was changed caused by steaming method. Key word: amino acid, histology, pickhandle barracuda, and proximate. iii KARAKTERISTIK ASAM AMINO DAN JARINGAN DAGING IKAN BARAKUDA (Sphyraena jello) SEGAR DAN KUKUS GALIH WENDI PRADANA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Teknologi Hasil Perairan DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 iv v Judul Skripsi Nama NIM Program Studi : Karakteristik Asam Amino dan Jaringan Daging Ikan Barakuda (Sphyraena jello) Segar dan Kukus : Galih Wendi Pradana : C34090073 : Teknologi Hasil Perairan Disetujui oleh Dr. Ir. Agoes M. Jacoeb, Dipl.-Biol. Pembimbing I Prof. Dr. Ir. Nurjanah, M.S Pembimbing II Diketahui oleh Dr. Ir. Joko Santoso, M.Si Ketua Departemen Tanggal Lulus: vi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul “Karakteristik Asam Amino dan Jaringan Daging Ikan Barakuda (Sphyraena jello) Segar dan Kukus” ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Dr. Ir. Agoes M. Jacoeb. Dipl.-Biol. dan Prof. Dr. Ir. Nurjanah, M.S selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. Dr. Ir. Mala Nurilmala, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini. Dr. Ir. Joko Santoso, M.Si selaku ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan. Ayah, ibu, dan adikku yang tercinta atas segala doa, dukungan, dan semangat yang tiada henti kepada penulis. Andika, Imam, Yoyog, Saiful, dan Irwana atas kebersamaan dan dukungannya selama ini kepada penulis. Teman-teman THP 46 (alto) untuk kebersamaan dan bantuannya terhadap penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukannya. Bogor, Oktober 2013 Penulis vii DAFTAR ISI DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR LAMPIRAN viii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 Ruang Lingkup Penelitian 2 METODE 2 Analisis Proksimat 3 Analisis kadar air (AOAC 2005, AOAC Official Methods 942.05) 3 Analisis kadar lemak (AOAC 2005, AOAC Official Methods 2003.06) 3 Analisis kadar protein (AOAC 2005, AOAC Official Methods 2001.11) 4 Analisis kadar abu (AOAC 2005, AOAC Official Methods 942.05) 4 Analisis Protein Larut Air dan Garam (Wahyuni 1992) 4 Analisis protein larut air 4 Analisis protein larut garam 4 Analisis Kandungan Asam Amino 4 Analisis Histologi (Metode Parafin) 4 Bahan 5 Alat 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 Hasil Morfometrik Ikan Barakuda 5 Rendemen Ikan Barakuda 6 Hasil Analisis Proksimat 7 Kadar air 7 Kadar abu 7 Kadar lemak 7 Kadar protein 8 Kadar karbohidrat 8 Hasil Analisis Asam Amino 8 Analisis Histologi 11 SIMPULAN DAN SARAN 12 Simpulan 12 Saran 12 DAFTAR PUSTAKA 12 LAMPIRAN 14 RIWAYAT HIDUP 15 viii DAFTAR TABEL No 1 Proksimat daging ikan barakuda 2 Asam amino daging ikan barakuda 3 Asam amino pada beberapa biota laut Halaman 7 9 10 DAFTAR GAMBAR No 1 2 3 4 5 Metode kerja Daging ikan barakuda segar dan kukus Rendemen ikan barakuda Diagram batang asam amino daging ikan barakuda Hasil pengamatan struktur jaringan daging ikan barakuda Halaman 3 6 6 10 11 DAFTAR LAMPIRAN No 1 High Perfomance Liquid Chromatography (HPLC) 2 Ikan barakuda (Sphyraena jello) Halaman 14 14 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki sumberdaya perikanan yang cukup melimpah. Produksi perikanan di Indonesia berasal dari perikanan budidaya dan perikanan tangkap. Berdasarkan data statistik perikanan tangkap menurut KKP tahun 2011, produksi perikanan tangkap di Indonesia pada tahun 2011 adalah 5.714.271 ton, dan meningkat sebesar 9,5% setiap tahunnya. Salah satu jenis ikan yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah ikan barakuda. Ikan barakuda merupakan salah satu jenis komoditas perikanan yang mempunyai nilai ekonomis di Indonesia. Ikan ini sering dikonsumsi oleh masyarakat karena memiliki daging yang enak dan dapat diolah menjadi berbagai macam masakan. Statistik perikanan Indonesia selama lima tahun terakhir (2005-2010) menunjukkan produksi ikan barakuda mengalami fluktuasi (antara 5.120 ton s/d 7.640 ton) dengan kenaikan rata-rata sebesar 0,97% tiap tahunnya (KKP 2011). Ikan barakuda berpeluang sebagai alternatif sumber protein hewani. Protein hewani mempunyai nilai biologis lebih tinggi dibandingkan dengan protein nabati, karena protein hewani memiliki komposisi dan kadar asam amino yang lebih lengkap. Asam amino merupakan komponen penyusun protein yang terdiri atas satu atom C sentral yang mengikat secara kovalen. Asam amino dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan utama, yaitu asam amino esensial dan asam amino non esensial. Asam amino esensial merupakan asam amino yang tidak dapat dibuat oleh tubuh dan harus diperoleh dari makanan sumber protein. Asam amino non esensial adalah asam amino yang dapat dibuat oleh tubuh manusia (Winarno 2008). Kamiya et al. (2002) menjelaskan bahwa asam amino berfungsi memperbaiki jaringan yang rusak setelah luka, melindungi hati dari berbagai zat toksik, menurunkan tekanan darah, mengatur metabolisme kolesterol, mendorong sekresi hormon pertumbuhan dan mengurangi kadar amonia di dalam darah. Pemanasan merupakan perlakuan suhu tinggi yang diberikan pada suatu bahan pangan yang bertujuan untuk mengurangi populasi mikroorganisme yang ada di dalam bahan pangan. Pengukusan adalah proses pemanasan yang sering diterapkan dengan menggunakan banyak air, tetapi air tidak bersentuhan langsung dengan produk. Bahan makanan dibiarkan dalam panci tertutup dan dibiarkan mendidih. Pengukusan sebelum penyimpanan bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam bahan baku sehingga tekstur bahan menjadi kompak (Tamrin dan Prayitno 2008). Pengaruh pengukusan terhadap komponen daging ikan barakuda dapat menyebabkan perubahan fisik dan komposisi kimia daging ikan tersebut. Beberapa studi menunjukkan bahwa proses pengukusan mempengaruhi kadar air, protein, lemak dan karbohidrat yang terdapat dalam daging ikan (Purwaningsih et al. 2005). Mengingat asam amino penting bagi tubuh manusia dan belum ada informasi mengenai pengaruh pengukusan terhadap kualitas asam amino pada daging ikan barakuda, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik asam amino pada daging ikan barakuda guna memperoleh data komposisi asam amino daging ikan barakuda setelah pengukusan. 2 Perumusan Masalah Penelitian dan informasi mengenai kandungan gizi ikan barakuda masih sangat terbatas di Indonesia, padahal ikan tersebut memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi di pasaran. Data mengenai pengaruh pengukusan terhadap kualitas asam amino ikan barakuda belum tersedia. Atas dasar hal tersebut diperlukan penelitian mengenai kandungan gizi ikan barakuda guna meningkatkan pengetahuan akan komposisi gizi hasil perikanan. Tujuan Penelitian 1. 2. Tujuan penelitian ini adalah : Menentukan karakteristik proksimat dan jaringan daging ikan barakuda (Sphyraena jello) segar dan kukus. Menentukan komposisi asam amino daging ikan barakuda (Sphyraena jello) segar dan kukus. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna mengenai kandungan nutrisi dan susut gizi akibat pengukusan dari karbohidrat, protein, lemak, dan asam amino pada daging ikan barakuda. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah pengambilan dan preparasi sampel, analisis proksimat, asam amino dan jaringan daging ikan barakuda segar dan kukus. METODE Penelitian ini diawali dengan pengambilan sampel ikan di daerah Pasar Anyar, Kota Bogor, Jawa Barat. Kemudian dilakukan pengukuran ukuran dan berat ikan, serta preparasi sampel. Tahap selanjutnya adalah penghitungan rendemen (daging, tulang, jeroan) dari ikan barakuda. Kemudian sebagian daging ikan segar diberi perlakuan dikukus selama 20 menit pada suhu air (90-92) ºC. Tahap selanjutnya adalah analisis kimia yang terdiri atas analisis proksimat, PLA dan PLG serta analisis asam amino. Diagram alir metode penelitian daging ikan barakuda disajikan pada Gambar 1. Perhitungan morfometrik meliputi ukuran panjang, lebar, dan tebal ikan, serta perhitungan rendemen dengan mengukur berat rata-rata dari enam jenis sampel secara acak, meliputi berat total, berat daging, berat tulang, dan berat jeroan. 3 Analisis Proksimat Analisis proksimat yang dilakukan terhadap daging ikan barakuda segar dan kukus meliputi uji kadar air, kadar abu dengan metode termogravimetri, kadar lemak menggunakan metode soxhlet, kadar protein menggunakan metode kjeldahl dan perhitungan kadar karbohidrat dengan cara by difference. Analisis kadar air (AOAC 2005, AOAC Official Methods 942.05) Tahap pertama yang dilakukan untuk menganalisis kadar air adalah mengeringkan cawan porselen dalam oven pada suhu 105 ºC selama 1 jam. Sebanyak 5 gram sampel dimasukkan ke dalam cawan, kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 105 ºC selama 6 jam. Setelah selesai, cawan tersebut dimasukkan ke dalam desikator selama 30 menit dan dibiarkan sampai dingin untuk selanjutnya ditimbang kembali. Pengambilan sampel ikan barakuda (Sphyraena jello) Perhitungan morfometrik (ukuran dan bobot) Preparasi sampel Pengukuran rendemen (daging, tulang, jeroan, kulit) Daging segar Daging kukus Analisis : 1. Jaringan daging 2. Analisis proksimat 3. Analisis PLA dan PLG 4. Analisis asam amino Gambar 1 Metode kerja Analisis kadar lemak (AOAC 2005, AOAC Official Methods 2003.06) Sebanyak 5 gram sampel dimasukkan ke dalam selongsong lemak, kemudian sampel yang telah dibungkus dimasukkan ke dalam labu lemak yang sudah ditimbang berat tetapnya dan disambungkan dengan tabung Soxhlet. Selongsong lemak dimasukkan ke dalam ruang ekstraktor tabung Soxhlet dan disiram dengan pelarut lemak (n-heksana). Kemudian dilakukan refluks selama 6 jam. Pelarut lemak yang ada dalam labu lemak didestilasi hingga semua pelarut lemak 4 menguap. Labu lemak kemudian dikeringkan di dalam oven suhu 105 ºC, setelah itu labu didinginkan dalam desikator sampai beratnya konstan. Analisis kadar protein (AOAC 2005, AOAC Official Methods 2001.11) Analisis protein adalah untuk mengetahui kandungan protein kasar (crude protein) pada suatu bahan. Analisis protein menggunakan metode Kjehdal (titrimetri). Analisis kadar abu (AOAC 2005, AOAC Official Methods 942.05) Analisis kadar abu dilakukan dengan mengabukan sampel di dalam tanur. Proses pengabuan selama 6 jam sampai terbentuk abu dengan suhu 600 ºC. Analisis Protein Larut Air dan Garam (Wahyuni 1992) Analisis protein larut air Sampel 5 gram ditambah 50 mL akuades, kemudian dihomogenkan dengan saringan waring blender selama 2-3 menit, suhu dijaga agar tetap rendah (5-8) ºC. Sampel disentrifugasi pada 3400 x G selama 30 menit dengan suhu 4 ºC, selanjutnya disaring menggunakan kertas saring Whatman no.1, filtrat ditampung dengan Erlenmeyer dan disimpan pada suhu 4 ºC. sebanyak 1 mL filtrat dianalisis kandungan proteinnya dengan metode mikro kjehdahl. Analisis protein larut garam Sampel 5 gram ditambah 50 mL larutan NaCl 5%, kemudian dihomogenkan dengan saringan waring blender selama 2-3 menit, suhu dijaga agar tetap rendah (5-8) ºC. Sampel disentrifugasi pada 3400 x G selama 30 menit dengan suhu 4 ºC, selanjutnya disaring menggunakan kertas saring Whatman no.1, filtrat ditampung dengan Erlenmeyer dan disimpan pad suhu 4 ºC. sebanyak 1 mL filtrat dianalisis kandungan proteinnya dengan metode mikro kjehdahl. Analisis Kandungan Asam Amino Komposisi asam amino ditentukan dengan menggunakan HPLC merk Shimadzhu. Analisis asam amino dengan menggunakan HPLC terdiri dari empat tahap, yaitu: tahap pembuatan hidrolisat protein, tahap pengeringan, tahap derivatisasi dan tahap injeksi serta analisis asam amino. Analisis Histologi (Metode Parafin) Analisis histologi daging ikan barakuda segar dan kukus dengan pembuatan preparat daging ikan. Proses pembuatan preparat melalui beberapa tahap yaitu fiksasi, hidrasi, clearing, embedding. Pembuatan preparat dimulai dengan fiksasi selama 24-48 jam dalam larutan Buffer Normal Formalin (BNF). Fiksasi dilakukan untuk mencegah kerusakan dan mempertahankan keadaan jaringan seperti keadaan hidup. Proses dehidrasi dengan perendaman jaringan daging sebanyak lima kali dalam larutan alkohol. Proses clearing dilakukan dengan cara bahan dipindahkan ke dalam larutan alkohol-xylol. Bahan kemudian dipindahkan 5 ke dalam larutan xylol-parafin (1:1) selama 45 menit dan dimasukkan ke dalam oven dengan suhu (65-70) ºC. Pergantian parafin dilakukan setiap 45 menit sekali sebanyak 3 kali pergantian. Proses embedding dilakukan dengan memindahkan larutan parafin ke dalam cetakan dan dilakukan penyusunan jaringan di dalam cetakan. Selanjutnya dilakukan penyayatan dengan mikrotom Yamoto RV-240 putar setebal 7-8 μm. Hasil sayatan kemudian direkatkan pada gelas obyek, selanjutnya direndam dalam larutan xylol. Preparat diwarnai dengan haematoxylin selama tujuh menit dan eosin selama satu menit. Preparat direkatkan menggunakan entellan atau Canada balsam dengan gelas penutup. Preparat diamati dan difoto menggunakan mikroskop cahaya merk Olympus CX41. Bahan Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan barakuda. Bahan yang digunakan pada analisis proksimat dan asam amino adalah akuades, campuran selenium, H 2 SO 4 , NaOH, H 3 BO 3 , HCl 0,01 N, HCl 6 N, pelarut heksana, NaCl, metanol, pikolotiosinat, trietilamin, natrium asetat 1 M, asetonitril 60%, buffer natrium karbonat, larutan methanol, larutan merkaptoetanol, buffer borat 1 M, Na-asetat, tetrahidrofuran (THF) dan larutan ortoftalaldehida. Alat Alat yang digunakan pada analisis proksimat adalah blender, plastik, timbangan digital, cawan porselen, oven, desikator, tabung reaksi, gelas erlenmeyer, tabung kjeldahl, tabung sokhlet, pemanas, destilator, buret, dan tanur. Alat yang digunakan dalam analisis asam amino adalah oven, syringe, pipet mikro, timbangan digital, erlenmeyer, evaporator, mortar, kertas saring milipore, High Performance Liquid Chromatrografi (HPLC), dan Mikroskop cahaya Olympus CX41. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Morfometrik Ikan Barakuda Ikan barakuda yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari Pasar Anyar, Kota Bogor, Jawa Barat. Ikan barakuda ini memiliki ciri-ciri tubuh semi-silindris yang panjang dan memiliki mulut yang panjang dengan ujung meruncing dan bergigi tajam dimana rahang bawah lebih panjang dari rahang atas; terdapat sepasang sirip pektoral, dua buah sirip dorsal yang secara jelas terpisah pada dorsal bagian depan dan belakang, sebuah sirip ventral yang memiliki posisi abdominal terhadap sirip pektoral, dan sebuah sirip anal. Daging segar dan daging kukus ikan barakuda dapat dilihat pada Gambar 2. 6 (a) (b) Gambar 2 (a) Daging barakuda segar (b) Daging barakuda kukus Warna tubuh ikan barakuda yang digunakan adalah hijau kecokelatan pada bagian punggung. Daerah lateral di bawah linea lateralis dan badan ikan bagian bawah (belly) berwarna keperakan. Terdapat bintik-bintik hitam disekitar bawah linea lateralis hingga ekor. Ikan barakuda yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 6 ekor dengan panjang rata-rata 29,05 cm, lebar rata-rata 3,63 cm, tebal rata-rata 2,98 cm, dan bobot rata-rata 127,33 gram. Rendemen Ikan Barakuda Rendemen adalah bagian dari suatu bahan baku yang dapat diambil dan dimanfaatkan. Rendemen merupakan parameter penting untuk mengetahui nilai ekonomis dan efektifitas suatu bahan baku. Hasil persentase rendemen ikan barakuda dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 Rendemen ikan barakuda Persentase rendemen bagian tubuh ikan barakuda yang tertinggi adalah daging 51,07%, diikuti persentase tulang 27,92%, jeroan 19,73%, dan kulit 1,28%. Daging ikan barakuda memiliki persentase yang paling tinggi, sehingga potensi pemanfaatan daging ikan barakuda besar. Menurut penelitian Pattipeilohy (2006), ikan laut memiliki rendemen daging yang beragam yaitu 63,5% pada ikan tuna (Thunnus sp.), 44,5% pada ikan bawal hitam (Prastromateus niger) dan 34,4% pada ikan kurisi (Parascolopsis sp.). 7 Hasil Analisis Proksimat Hasil analisis proksimat daging ikan barakuda segar dan kukus disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Proksimat daging ikan barakuda Segar (%) Jenis Gizi Basis Basis basah (bb) kering (bk) Air 80,69 Abu 1,30 6,73 Lemak 0,19 0,98 Protein 14,71 76,18 Karbohidrat 3,12 16,11 Kadar PLA 4,39 22,73 Kadar PLG 9,85 51,01 Kukus (%) Basis basah (bb) 71,40 1,34 0,25 20,45 6,56 1,49 3,17 Basis kering (bk) 4,69 0,87 71,50 22,94 5,21 11,08 Kadar air Tabel 1 menunjukkan kadar air pada daging ikan barakuda segar yang berasal dari Pasar Anyar, Bogor sebesar 80,69%. Pada penelitian lain terhadap ikan Sphyraena jello, menurut Ramachandran et al. (2006) memperoleh kadar air sebesar 72,47%. Perbedaan kadar air ini disebabkan oleh perbedaan habitat, kondisi lingkungan, umur dan jenis kelamin. Kadar air daging ikan barakuda setelah pengukusan mengalami penurunan sebesar 9,29% (bb), dari 80,69% turun menjadi 71,40%. Menurut penelitian Nurjanah et al. (2009), penurunan tersebut dipengaruhi oleh faktor pemanasan yang menyebabkan cairan dari dalam daging ikan merembes keluar (terjadi drip). Kadar abu Tabel 1 menunjukkan kadar abu pada daging ikan barakuda segar yang berasal dari Pasar Anyar, Bogor sebesar 1,30% (bb). Sedangkan kadar abu dari daging ikan barakuda jenis Sphyraena jello menurut Ramachandran et al. (2006) adalah sebesar 2,26% (bb). Kadar abu yang terdapat pada daging ikan barakuda kukus mengalami penurunan dibandingkan daging ikan barakuda segar menjadi 4,69% (bk). Tamrin dan Prayitno (2008) menyatakan bahwa pengukusan akan menyebabkan penurunan zat gizi pada suatu bahan. Pengukusan menyebabkan pecahnya mineral yang terikat pada air yang terkandung dalam daging ikan barakuda sehingga mineral pada daging tersebut ikut terbawa bersama uap air yang keluar dari daging selama pengukusan. Kadar lemak Kandungan lemak ikan barakuda (Tabel 1) mengalami perubahan dari 0,19% menjadi 0,25% (bb) setelah dikukus. Kadar lemak pada hampir semua produk perikanan yang telah diberi perlakuan pengukusan mengalami perubahan seperti pada kadar lemak ikan seabass (Dicentrarchus labrax) bernilai 4,18% berubah menjadi 5,88% (bb) setelah dikukus (Turkkan et al. 2007), dan ikan rainbow trout (Oncorhynchus mykiss) dengan perlakuan yang sama, yaitu sebesar 3,44% berubah menjadi 6,21% (bb) (Gokoglu et al. 2003). Secara umum, pemanasan yang dilakukan pada suatu bahan akan menyebabkan komponen-komponen lemak 8 pecah menjadi produk volatil seperti aldehid, keton, alkohol, asam dan hidrokarbon yang berpengaruh terhadap pembentukan flavor (Apriyantono 2002). Kadar protein Kandungan protein kasar (crude protein) daging ikan barakuda setelah pengukusan mengalami perubahan dari 14,71% menjadi 20,45% (bb). Perubahan persentase protein ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan penelitian Gokoglu et al. (2003), dimana nilai protein ikan rainbow trout (Oncorhynchus mykiss) berubah dari 19,80% menjadi 23,26% (bb) setelah dikukus dan penelitian Turkkan et al. (2007), dimana nilai protein ikan seabass (Dicentrarchus labrax) berubah dari 18,47% menjadi 21,13% (bb) dengan perlakuan yang sama. Hal ini disebabkan oleh proses pengukusan yang menyebabkan turunnya kadar air pada daging ikan, sehingga secara proporsional kadar protein menjadi naik (Nurjanah et al. 2009). Kandungan protein larut air (PLA) daging ikan barakuda lebih kecil dibandingkan kandungan ptotein larut garamnya (PLG). Kandungan PLA dalam produk perikanan banyak berasal dari protein sarkoplasma yang kadarnya 15-25% dari total protein kasar, sedangkan komponen utama penyusun PLG, yaitu protein miofibril yang jumlahnya 50-60% dari total protein kasar (Ruiter 1995). Kandungan PLA dan PLG pada daging ikan barakuda menurun setelah proses pengukusan. Protein yang terdenaturasi akan kehilangan sifat fungsionalnya dan mudah leaching ke dalam media perebus (Kleinman et al. 1995). Kadar karbohidrat Produk perikanan banyak mengandung karbohidrat jenis glikogen. Ikan jenis finfish dan krustasea mengandung kurang lebih 1%, sedangkan kekerangan mengandung 1-8%. Kandungan terebut sangat dipengaruhi musim, fase hidup dan habitat (Okuzumi dan Fujii 2000). Perhitungan karbohidrat dilakukan dengan cara by difference, sehingga nilai yang didapat merupakan proporsional dari perhitungan keseluruhan proksimat. Kadar karbohidrat daging ikan barakuda segar (Tabel 1) bernilai 3,12% (bb). Kandungan tersebut cukup tinggi dibandingkan dengan produk perikanan lainnya, misalnya barakuda jenis Sphyraena jello yang mengandung 2,95% glikogen (Ramachandran et al. 2006) dan penelitian Green dan Korhonen (1969), dimana nilai glikogen dari calico scallop (Aequipecten gibbus) sebesar 0,13-3,86% glikogen. Hasil Analisis Asam Amino Kandungan asam amino daging ikan barakuda cukup lengkap dan terdapat 9 asam amino esensial (histidin, treonin, arginin, metionin, valin, fenilalanin, isoleusin, leusin, dan lisin). Triptofan dalam analisis tidak dilakukan karena memerlukan analisis terpisah. Kandungan asam amino non-esensial meliputi 6 asam amino (asam aspartat, asam glutamat, serin, glisin, alanin dan tirosin). Asam amino lain (prolin, sistein, asparagin, glutamin) tidak dapat dianalisis karena tidak memiliki standar analisis. Hasil analisis asam amino pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2. 9 Tabel 2 Asam amino daging ikan barakuda Asam amino Non-esensial Asam aspartat Asam Glutamat Serin Alanin Glisin Tirosin Esensial Histidin Arginin Treonin Metionin Valin Fenilalanin Isoleusin Leusin Lisin Total Segar (%) Kukus (%) Bb Bk Bb Bk 2,08±0,000 3,34±0,021 0,82±0,007 1,17±0,014 0,71±0,014 0,73±0,007 10,77±0,000 17,30±0,110 4,25±0,037 6,06±0,073 3,68±0,073 3,78±0,037 3,07±0,007 4,80±0,049 1,24±0,000 1,72±0,007 1,09±0,028 1,11±0,007 10,73±0,025 16,78±0,173 4,34±0,000 6,01±0,025 3,81±0,099 3,88±0,025 2,38±0,073 0,73±0,000 6,37±0,000 1,87±0,007 4,71±0,000 1,39±0,007 3,57±0,037 0,98±0,028 5,18±0,110 1,48±0,000 4,45±0,110 1,26±0,021 4,87±0,110 1,37±0,000 8,44±0,110 2,39±0,014 10,10±0,110 2,84±0,021 95,91±0,915 27,34±0,071 2,55±0,000 6,54±0,025 4,86±0,025 3,43±0,099 5,17±0,000 4,41±0,074 4,79±0,000 8,36±0,049 9,93±0,074 95,59±0,025 0,46±0,014 1,23±0,000 0,91±0,000 0,69±0,007 1,00±0,021 0,86±0,021 0,94±0,021 1,63±0,021 1,95±0,021 18,52±0,177 *nilai asam amino dari rata-rata 2 ulangan (mean;n=2) Proporsi dan perubahan kandungan asam amino daging ikan barakuda dapat dilihat pada Gambar 4. Kandungan asam amino daging ikan barakuda tertinggi terdapat pada asam glutamat dengan nilai segar dan kukus berturut-turut 17,30% (bk) dan 16,78% (bk), sedangkan kandungan terendah terdapat pada histidin dengan nilai segar dan kukus berturut-turut 2,38% (bk) dan 2,55% (bk). Asam amino non-esensial rata-rata memiliki kandungan lebih tinggi dibandingkan asam amino esensial. Hampir semua asam amino memiliki fungsi khusus. Asam amino bebas pada makanan laut banyak berperan dalam rasa makanan. Asam glutamat menyebabkan rasa ‘umami’ atau gurih yang kuat pada produk perikanan. Asam amino netral dan mulai dari aspartat sampai alanin (kecuali glutamat) menyebabkan rasa manis yang kuat. Asam amino basa dan valin merupakan hidropobik dan menyebabkan rasa pahit (Okuzumi dan Fujii 2000). 10 Gambar 4 Asam amino daging ikan barakuda Segar dan Kukus Perbedaan kandungan asam amino daging ikan barakuda (%bb) dengan biota laut lain dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Asam amino pada beberapa ikan Daging barakuda* Asam amino Segar Kukus Non-esensial Asam aspartat 2,08 3,07 Asam glutamat 3,34 4,80 Serin 0,82 1,24 Alanin 1,17 1,72 Glicin 0,71 1,09 Tirosin 0,73 1,11 Esensial Histidin 0,46 0,73 Arginin 1,23 1,87 Treonin 0,91 1,39 Metionin 0,69 0,98 Valin 1,00 1,48 Fenilalanin 0,86 1,26 Isoleusin 0,94 1,37 Leusin 1,63 2,39 Lisin 1,95 2,84 Total Asam Amino 18,52 27,34 *Penelitian **Oncorhynchus mykis(Unusan 2007) ***Mytilus galloprovincialis(Gülgün et al. 2008) Ikan trout** Segar goreng Daging mussel*** Segar Asap 1,49 1,9 0,6 1,03 0,9 0,5 2,44 3,63 1,08 1,46 1,63 0,7 1,36 1,78 0,81 0,70 0,80 0,68 1,47 2,08 0,99 0,97 0,99 0,73 0,9 0,77 0,74 0,27 0,6 0,65 0,53 1,15 1,41 13,44 1,09 1,41 1,14 0,49 0,99 1,01 0,88 1,69 2,02 21,66 0,45 0,87 0,72 0,25 0,66 0,84 0,59 0,95 1,05 14,27 0,46 0,45 0,82 0,29 0,72 0,85 0,65 1,06 1,77 16,72 11 Kandungan total asam amino daging ikan barakuda jika dibandingkan dengan jenis biota laut lain cukup tinggi. Proporsi jenis asam amino pada jenis biota laut tersebut hampir sama, yaitu kandungan tertinggi pada asam aspartat dan asam glutamatnya. Asam amino esensial paling tinggi pada leusin dan lisin, sedangkan terendah pada histidin (kecuali ikan trout) dan metionin. Hampir semua asam amino mengalami perubahan akibat proses pemasakan. Kandungan histidin pada biota perikanan dan cara pemasakan yang berbeda pada Tabel 3 menunjukkan nilai yang stabil. Kandungan lisin terlihat paling berubah pada pengasapan mussel (Mytilus galloprovincialis, L). Hal yang sama juga terjadi pada lisin dan leusin ikan trout, namun perubahan paling berbeda pada kandungan argininnya. Analisis Histologi Histologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari struktur dan sifat jaringan secara detail menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis. Pengamatan jaringan daging ikan barakuda dilakukan untuk melihat perbedaan struktur daging ikan sebelum dan sesudah pengukusan (Gambar 5). mioseptum mioseptum miomer (a) mioseptum miomer (b) mioseptum miomer miomer (c) (d) Gambar 5 Hasil pengamatan struktur jaringan daging ikan barakuda: (a) segar perbesaran 10x10; (b) kukus 10x10; (c) segar 10x40; dan (d) kukus 10x40 Jaringan daging ikan barakuda mengalami pengerutan dan terlihat tidak kompak setelah mengalami proses pengukusan. Hal ini dikarenakan kolagen dan protein sarkoplasma keluar disertai dengan keluarnya air dalam daging akibat adanya pemanasan (Hendrickx dan Knorr 2001). Jumlah jaringan ikat terutama protein miofibril pada produk perikanan lebih pendek dari mamalia dan sangat 12 labil. Aktinmiosin pada penyimpanan saja mudah larut dan keluar, hal tersebut menyebabkan daging mudah liat (Kleinman et al. 1995). Protein sarkoplasma pada produk perikanan dengan rentang suhu (50-70) oC akan mudah mengalami koagulasi (Okuzumi dan Fujii 2000). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kandungan proksimat dari daging ikan barakuda segar dan kukus yang diteliti adalah: kadar air 80,69% dan 71,40% (bb), abu 6,73% dan 4,69% (bk), lemak 0,98% dan 0,87% (bk), protein 76,18% dan 71,50% (bk), protein larut air (PLA) 4,39% dan 1,49% (bb), protein larut garam (PLG) 9,85% dan 3,17% (bb). Hasil ini menunjukkan bahwa pengukusan menyebabkan penurunan kadar air, abu, lemak, protein, protein larut air (PLA) dan protein larut garam (PLG). Kandungan asam amino pada daging ikan barakuda cukup lengkap, yakni terdapat 9 asam amino esensial (histidin, treonin, arginin, metionin, valin, fenilalanin, isoleusin, leusin, dan lisin), dan 6 asam amino non-esensial (asam aspartat, asam glutamat, serin, glisin, alanin dan tirosin). Pengukusan sedikit mempengaruhi kualitas asam amino. Kandungan asam amino daging ikan barakuda tertinggi terdapat pada asam glutamat dengan nilai segar dan kukus berturut-turut 17,30% (bk) dan 16,78% (bk), sedangkan kandungan terendah terdapat pada histidin dengan nilai segar dan kukus berturut-turut 2,38% (bk) dan 2,55% (bk). Pengukusan juga mempengaruhi strukur jaringan daging ikan barakuda. Pada saat setelah pengukusan, daging ikan mengalami pengerutan dan terlihat tidak kompak. Saran Informasi pengaruh zat gizi akibat pengukusan secara in vitro perlu diketahui untuk melihat perubahan sifat fungsional zat gizi akibat pengukusan. Selain itu metode pengolahan lain yang dapat mengurangi zat gizi perlu diketahui pada daging ikan barakuda. Perlu juga dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap pengaruh panas pada struktur jaringan. DAFTAR PUSTAKA [AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2005. Official Method of Analysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Arlington: The Association of Official Analytical Chemist, Inc. Apriyantono A. 2002. Pengaruh pengolahan terhadap nilai gizi dan keamanan pangan [internet]. [diacu 2013 juni 14]. Tersedia dari: http://209.85.175.104/. 13 Gokoglu N, Yerlikaya P, Cengiz E. 2003. Effects of cooking methods on the proximate composition and mineral contents of rainbow trout (Oncorhynchus mykiss). Food Chemistry 84 : 19-22. Green D, Korhonen R. 1969. Moisture content of north carolina bay, calico and sea scallop meats at harvest, processong and retail. Journal of Food Science; 34(6): 471–474. Gülgün F, Hüseyin G, Hanife K. 2008. Determination of the amino acid and chemical composition of canned smoked mussels (Mytilus galloprovincialis, L.). Turk. J. Vet. Anim. Sci; 32(1): 1-5. Hendrickx M, Knorr D. 2001. Ultra High Pressure Treathments of Food. New York; Plenum Publishers. Kamiya T, Miyukigaoka, Shi T, Ibaraki. 2002. Biological functions and health benefits of amino acids. Food Ingredients. No. 206. KKP (Kementrian Kelautan dan Perikanan). 2011. Statistik kelautan dan perikanan 2011 [internet]. [diacu 2013 Juni 12]. Tersedia dari: http://kkp.go.id. KKP (Kementrian Kelautan dan Perikanan). 2011. Statistik Perikanan Tangkap Indonesia 2010. Jakarta : Pusat Statistik dan Informasi. Kleinman, S, Bruce G, Robert E, Lawrence T, Allan W. 1995. Shell and tissue growth of juvenile sea scallops ( Placopecten magellanicus) in suspended and bottom culture in Lunenburg Bay, Nova Scotia. Aquaculture 142: 75-97. Nurjanah D, Ariyanti, Nurhayati T, Abdullah A. 2009. Karakteristik daging rajungan (Portunus pelagicus) industri rumah tangga, Desa Gegunung Wetan Rembang Jawa Tengah. Di dalam: Seminar Nasional Perikanan Indonesia 2009. Sekolah Tinggi Perikanan, Desember 3-4, 2009. Okuzumi M, Fujii T. 2000. Nutritional and Functional Properties of Squid and Cuttlefish. Japan: National Cooperative Association of Squid Processors. Pattipeilohy F. 2006. Pengolahan fish burger dengan memanfaatkan ikan rucah. Ichthyos 6(1): 27-34. Purwaningsih S, Josephine W, Lestari DS. 2005. Pengaruh lama penyimpanan daging rajungan (Portunus pelagicus) rebus pada suhu kamar. Buletin Teknologi Hasil Perikanan 8(1):42-50. Ramachandran D, Mohan M, Sankar TV. 2006. Physicochemical characteristics of muscle proteins from barracuda (Sphyraena jello) of different weight groups. LWT 40 : 1418-1426. Ruiter A. 1995. Fish and Fishery Products, Composition, Nutritive Properties dan Stability. Singapur; Cab international. Tamrin, Prayitno L. 2008. Pengaruh lama perebusan dan perendaman terhadap kadar air dan tingkat kelunakan kolang-kaling. Di dalam: Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi II 2008. Universitas Lampung, November 1718, 2008. Turrkan AU, Cakli S, Kilinc B. 2007. Effects of cooking methods on the proximate composition and fatty acid composition of seabass (Dicentrarchus labrax, Linnaeus, 1758). Food and Bioproducts Processing 86: 163-166. Unusan N. 2007. Change in proximate, amino acid and fatty acid contents in muscle tissue of rainbow trout (Oncorhynchus mykiss) after cooking. International Journal of Food Science and Technology 2007, 42, 1087–1093. Wahyuni. 1992. Panduan Praktikum Kimia Pangan. Jakarta: Erlangga. Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor: M-Brioo Press. 14 LAMPIRAN Lampiran 1 High Perfomance Liquid Chromatography (HPLC). Lampiran 2 Ikan barakuda (Sphyraena jello). 15 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tanjungpinang pada tanggal 11 Juli 1991. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan ayah bernama Surakhman dan ibu bernama Aryati Syukri. Pendidikan formal yang ditempuh penulis dimulai di SDN 2 Tanjungpinang pada tahun 1997 hingga tahun 2003. Penulis melanjutkan pendidikan pada tahun yang sama di SMPN 7 Tanjungpinang. Penulis lulus SMP pada tahun 2006. Pendidikan formal selanjutnya ditempuh di SMAN 2 Tanjungpinang pada tahun 2006 dan lulus pada tahun 2009. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur UTMI (Ujian Talenta Mandiri IPB). Selama perkuliahan, penulis aktif berorganisasi dalam Divisi Kewirausahaan, Himpunan Mahasiswa Teknologi Hasil Perairan (HIMASILKAN), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan tahun kepengurusan 2010-2011 dan 2011-2012.