BAB 2 Kajian Pustaka 2.1 State of The Art State of the art merupakan penelitian sebelumnya berisikan mengenai penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya. Tujuan disajikan penelitian sebelumnya adalah sebagai materi pendukung dan juga sebagai pembanding serta tolak ukur untuk penelitian skripsi ini. Tabel 2.1 State of the art Judul Memahami Komunikasi Persuasif Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) Smile Plus Dalam Meyakinkan ODHA Bergabung Untuk Membangun Kepercayaan Diri Penulis Nugraheni Yunda Nuraga, Taufik Suprihatini, Hedi Pudjo Santosa Tempat & Temanggung Jawa Tengah 2013 Waktu Metodologi Kualitatif Masalah keberadaan ODHA selalu dipandang sebelah mata oleh Penelitian kebanyakan orang dan di Indonesia masyarakat menganggap virus HIV/AIDS sebagai suatu aib, hal ini tentu mengakibatkan masyarakat menjauhi ODHA dan mengakibatkan ODHA memilih untuk tertutup dari dunia luar. Hasil Memperlihatkan perbedaan teknik komunikasi persuasif yang Penelitian dilakukan oleh pembimbing KDS Smile Plus kepada ODHA. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pembimbing yang positif HIV/AIDS melakukan komunikasi persuasif dengan mengontrol emosinya menjadi lebih sabar dan lembut. Sedangkan pembimbing yang negatif dari virus HIV/AIDS lebih terbuka dan mudah beradaptasi dalam melakukan komunikasi persuasif dengan ODHA. 9 10 Tabel 2.2 State of the art Judul Strategi Komunikasi Persuasif Human Resources Development Dalam Menyelesaikan Konflik Karyawan PT. Dimas Drillindo Cabang Duri Provinsi Riau Penulis Anaomi Tempat & Riau, Oktober 2014 Waktu Metodologi Kualitatif Masalah Human Resources Development adalah sebuah posisi yang Penelitian sangat penting dalam sebuah perusahaan, posisi ini tidak hanya memperhatikan lingkungan dari departemennya saja tetapi juga harus memperhatikan dan mengokohkan seluruh departemen dari struktur organisasi sebuah perusahaan. Dalam sebuah perusahaan konflik merupakan sebuah hal yang pasti akan dihadapi, inilah yang menjadi tugas dari HRD untuk menyelesaikan dan menjaga agar konflik bisa dihindari di masa depan. Hasil Hasil dari penelitian ini mengindikasikan bahwa strategi Penelitian komunikasi persuasif yang dilaksanakan oleh HRD sangat baik, sangat jelas dari proses persuasif yang dilaksanakan HRD tersebut dapat memberikan dampak kepada seluruh karyawan. Faktor yang sering menimbulkan masalah adalah kesalahan komunikasi antar karyawan, kurangnya fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan dll. 11 Tabel 2.3 State of the art Judul Persuasive Communication About AIDS Prevention: Need for Cognition determines the impact of message format. Penulis Bakker AB Tempat & Netherlands 2009 Waktu Metodologi Kualitatif Masalah Adolescents were classified as being high or low in need for Penelitian cognition (NFC) and expressed their knowledge about AIDS, attitudes toward condom use and perceived supportive norm after being exposed to a cartoon or written message about safe sex. Are these persuasive messages have a role in persuading these adolecents to have a safe sex? Hasil Both of the messages (written and oral) have a positive impact Penelitian on knowledge and attitudes. Theoretically interesting is the finding that the cartoon message is more effective in bringing about change in attitudes and subjective norms than the written message for low-NFC adolescents, and the written message is more effective than the cartoon message for high-NFC adolescents. These results are consistent with the theory-based prediction that a persuasive communication will be most effective when the format of the message is tailored to people’s information-processing proclivities. 12 Tabel 2.4 State of the art Judul Changing Children Attitudes Toward Autism: A Process of Persuasive Communication. Penulis Jonathan M. Campbell Tempat & Georgia USA 2006 Waktu Metodologi Kualitatif Masalah Autism were unavailable, literature on children’s perceptions of Penelitian peers with physical and medical disabilities is reviewed as well as perceptions of adults with severe mental illness. Are the perspective of persuasive on theory relevant with this progress of rehabilitating autism? Hasil The purposes of this paper are two-fold. First, the initial Penelitian introduction of a child with autism to typically developing peers is conceptualized as a process of persuasive communication. Second, relevant literature is organized and reviewed according to important components and processes involved in persuasive communication, including effects of source, message, receiver, and channel. From the perspective of persuasif on theory, limitations of the literature and future research questions are identified that are relevant to introducing children with autism to peers for the first time. 13 Tabel 2.5 State of the art Judul Strategi Sosialisasi Program “Pertamina Pasti Pas” Tahun 2007-2009 Penulis Putri, Deviyana Utami Tempat & Yogyakarta , 2010 Waktu Metodologi Kualitatif Masalah Program-program yang dilaksanakan oleh setiap perusahaan Penelitian berbeda mulai dari rangkaian acara hingga cara penyampaian. Persaingan antar perusahaan kian hari semakin ketat, sehingga diperlukan strategi untuk meningkatkan mutu perusahaan serta loyalitas pelanggan. Hasil Pertamina dengan program “Pertamina Pasti Pas” mencoba Penelitian untuk meningkatkan kualitas pelayanan agar para konsumen tidak beralih. Salah satu kunci yang diperlukan dalam mempertahankan konsumen serta menarik pelanggan baru tentunya adalah strategi persuasif dimana komunikasi yang dilakukan harus bisa mempersuasif para konsumen untuk tetap menggunakan produk-produk pertamina. 14 2.2 Landasan Konseptual 2.2.1 Komunikasi Menurut Bernard Berelson & Gary A. Steiner, yang dikutip oleh Dedy Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, ketrampilan, dan sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol – kata-kata, gambar, figure, grafik dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang disebut dengan komunikasi. (Mulyana Deddy, 2005: 68) Menurut Richard West dan Lynn H. Turner, dalam bukunya Introducing Communication Theory Analysis and Application, Communication is a social process in which individuals employ symbols to establish and interpret meaning in their environment. (West & Turner. 2010: 5) Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah sebuah perilaku yang melibatkan dua orang atau lebih yang melakukan pertukaran informasi, gagasan dan perasaan dengan menggunakan kata-kata, gambar, simbol dan sebagainya. 2.2.2 Komunikasi Persuasif M. Ghojali Bagus A.P., S.Psi. dalam bukunya Buku Ajar Psikologi Komunikasi mengutip dari Burgon dan Huffner mengenai komunikasi persuasif sebagai berikut (Bagus M. Ghojali, 2010: 168): Proses Komunikasi yang bertujuan mempengaruhi pemikiran dan pendapat orang lain agar menyesuaikan pendapat dan keinginan komunikator. 15 Proses komunikasi yang mengajak atau membujuk orang lain dengan tujuan mengubah sikap keyakinan dan pendapat sesuai keinginan komunikator. Pada definisi ini “ajakan” atau “bujukan” adalah tanpa unsur ancaman / paksaan. Sedangkan menurut Kenneth E. Andersen pada buku Introduction to Communication theory and practice, komunikasi persuasif didefinisikan sebagai perilaku komunikasi yang mempunyai tujuan mengubah keyakinan, sikap atau perilaku individu atau kelompok lain melalui transmisi beberapa pesan. (Andersen. 2010: 68) Dari dua definisi yang telah dijabarkan oleh para ahli diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi persuasif adalah sebuah komunikasi yang dilakukan dengan tujuan agar target bicara dari komunikator bisa terbujuk atau mengubah keyakinannya tanpa ada paksaan dari komunikator. 2.2.3 Peranan Komunikasi Persuasif Elvinaro menyatakan dalam bukunya mengenai teori persuasi yakni salah satu tujuan utama PR adalah meyakinkan publik-publik yang menjadi sasaran organisasinya untuk mengadopsi sikap, opini atau perilaku tertentu. Bagi perusahaan yang mencoba untuk meningkatkan jumlah pelanggannya, rekrutmen pegawai atau meningkatkan citra, persuasi adalah kuncinya. Persuasi bukan hanya mencoba memanfaatkan kepentingan publik untuk organisasi, melainkan juga memberi alasan kepada orang-orang mengapa mereka harus mengadopsi sikap, opini, dan perilaku yang diinginkan komunikator. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa seni persuasi sudah berlangsung ribuan tahun. Aristoteles mengemukakan tiga aspek dasar persuasi yakni ethos (source credibility), logos (logical appeals), dan 16 pathos (emotional appeals). Ethos memfokuskan pada kredibilitas sumber dalam penyampaian sebuah pesan. Kredibilitas sumber secara langsung berpengaruh pada effectiveness appeal (daya tarik). Logos merujuk pada appeals berdasarkan alasan yang logis. Argumen – argument ini biasanya terdiri dari fakta-fakta dan gambaran – gambaran. Mereka menyampaikannya kepada khalayak pada suatu tingkatan kognitif. Taktik PR bertujuan mendidik sekelompok tertentu orang-orang, lebih memfokuskan pada logical appeal. Pathos merujuk kepada argument yang didasarkan pada emosi- membangkitkan perasaan – perasaan, seperti rasa takut, salah, amarah, humor atau haru. Para praktisi PR menggunakan appeals untuk membangkitkan motif sekelompok orang agar berpikir dan bertindak tentang sesuatu. (Elvinaro, 2011: 117-118) Dalam buku Elvinaro yang berjudul metodologi penelitian untuk Public Relations, West dan Turner mengatakan teori disonansi kognitif adalah teori yang menjelaskan bagaimana keyakinan dan perilaku dapat mengubah sikap. Teori ini berfokus pada efek inkonsistensi yang ada diantara kognisi-kognisi. Empat asumsi dasar dari teori ini, yaitu manusia memiliki hasrat akan adanya konsistensi pada keyakinan, sikap dan perilakunya; disonansi diciptakan oleh inkonsistensi psikologis; disonansi adalah perasaan tidak suka yang mendorong orang untuk melakukan tindakan-tindakan dengan dampak yang dapat diukur; disonansi akan mendorong orang untuk berusaha memperoleh konsonansi dan mengurangi disonansi. (Elvinaro, 2011: 132) Lebih lanjut Widgery mengatakan bahwa disonansi kognitif adalah suatu keadaan ketegangan psikologis yang terjadi sehingga seseorang sadar adanya hubungan yang tidak serasi antara kognisikognisinya, perasaan-perasaannya dan keadaan sekelilingnya. (Elvinaro, 2011: 133) Teori disonansi kognitif berkaitan dengan inkonsistensi psikologis antara apa yang diketahui seseorang dan bagaimana ia bertindak, atau berperilaku terhadap keadaan inkonsistensi tersebut. 17 elemen kognisi adalah sekelumit pengetahuan atau opini dan kepercayaan tentang diri sendiri berkenaan dengan perilakuperilakunya. (Elvinaro, 2011: 133) Disonansi menimbulkan ketegangan psikologis atau perasaan tidak enak, dan pada gilirannya memotivasi seseorang untuk mengurangi disonansi, menuju terciptanya keserasian. Jika disonansi muncul, selain seseorang berusaha mengurangi, ia juga secara aktif berupaya menghindari situasi-situasi dan informasi yang akan meningkatkan disonansi. Semakin penting elemen – elemen kognisi yang berdisonansi, semakin besar tekanan untuk memecahkan disonansi. Agar bsia mengurangi tingkat inkonsistensinya, seorang individu bisa mengatasi disonansi melalui tiga cara: (a) mengubah elemen kognitif sehingga sesuai dengan perilaku, dengan menipu diri sendiri, menolak kebenaran; (b) mengubah elemen kognitif sesuai dengan berperilaku tertentu sehingga mengubah situasi yang tidak serasi; (c) mencari informasi baru yang bisa mengurangi disonansi atau mengubah perilaku sehingga sesuai dengan informasi baru. (Elvinaro, 2011: 133) Seseorang yang bertindak atas dasar kepercayaan - kepercayaan yang bertentangan akan mengalami disonansi negatif. Hal ini bisa berarti bahwa semakin kecil tekanan yang ada pada seseorang karena banyaknya pilihan atau imbalan yang ditawarkan untuk melakukan kepercayaan yang bertentangan, semakin tinggi disonansi yang berlangsung (Elvinaro, 2011: 133) 2.2.4 Public Relations Definisi menurut beberapa ahli yang dikutip oleh Elvinaro pada bukunya Handbook of PR seperti Scott M. Cutlip, Aleen H. Center dan Glen M. Broom “Public Relations adalah fungsi manajemen yang menilai sikap-sikap publik, mengidentifikasi kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur dari individu atau organisasi atas dasar kepentingan publik dan melaksanakan rencana 18 kerja untuk memperoleh pengertian dan pengakuan publik” (Elvinaro, 2013: 8) Menurut Harlow pada buku “Pengantar Public Relations” karangan Keith Butterick, Public Relations adalah fungsi manajemen yang unik yang membantu membangun dan memelihara jalur komunikasi, memunculkan pemahaman, kerjasama antara organisasi dengan publiknya; melibatkan manajemen permasalahan dan isu; membantu manajemen untuk terus menginformasikan dan tanggap terhadap opini publik, mendefinisikan dan menekankan tanggung jawab manajemen untuk melayani kepentingan umum; membantu manajemen untuk tetap mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif, melayani sebagai sistem peringatan dini untuk membantu dan mencegah kecenderungan negative, dan menggunakan penelitian yang sehat dan etika komunikasi sebagai alat utamanya. (Butterick, 2012: 7) Dapat disimpulkan bahwa Public Relations adalah fungsi dari manajemen yang menghubungkan setiap pihak dalam sebuah perusahaan baik secara internal terhadap internal atau internal terhadap eksternal, dimana apabila terjadi sebuah konflik atau isu, PR harus secara cepat tanggap terhadap konflik tersebut agar tidak menyebar terlalu luas dan dampak yang terjadi bisa diminimalisir. 2.2.5 Peranan Public Relations Dalam buku Handbook of PR Elvinaro mengutip dari Center dan Jackson, bahwa Public Relations sebagai kajian ilmu, PR melahirkan berbagai teori, paradigm, dan konsepsi ilmu PR. Sedangkan sebagai profesi, PR adalah alat atau fungsi untuk kegiatan yang bersifat praktis. PR sebagai ilmu tentunya banyak berbicara tentang berbagai penelitian PR, yang dapat menguji teori (verifikatif), pemecahan masalah atau menemukan PR. Termasuk peran penelitian PR dalam membuat program-program yang tepat. 19 Menurut Joe Marconi menyatakan bahwa PR adalah sebuah fungsi informasi, tetapi pemahaman ini sudah mulai berakhir. PR adalah sebuah paying yang mencakup berbagai area dan fungsi seperti (Elvinaro, 2013: 76): communication (komunikasi); community relations (hubungan komunitas); customer relations (hubungan pelanggan); consumer affairs (hubungan konsumen); employee relations (hubungan karyawan); industrial relations (hubungan industrial); international relations (hubungan internasional); investor relations (hubungan pemodal); issues management (manajemen isu); media relations (hubungan media); member relations (hubungan anggota); press agency (agen pers); promotions (promosi); publicity (publisitas); public affair (hubungan publik/umum); shareholder relations (hubungan pemegang saham); speech writing (penulisan naskah pidato); dan visitor relations (hubungan tetamu). Menurut Drs. T. May Rudy, fungsi utama program atau kegiatan Public Relations adalah melaksanakan upaya-upaya untuk menumbuhkan, memelihara, dan membangun citra. (Rudy, 2005: 81) 20 Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa peranan Public Relations adalah sebagai seorang komunikator yang menjembatani hubungan internal perusahaan dengan internal, dan internal dengan eksternal. Sebagai penghubung antara pihak internal perusahaan dengan pihak eskternal perusahaan, pihak internal yang dimaksudkan adalah bagian dalam perusahaan yaitu dari level staff hingga level manajemen yaitu para atasan, tugas seorang PR juga harus menjaga hubungan antar divisi, apabila ada terjadi isu disebuah perusahaan, baik internal maupun eksternal maka seorang PR harus menangani isu tersebut. seorang PR harus bisa membangun dan menjaga citra baik dari perusahaan serta mengembangkan citra tersebut menjadi lebih baik lagi. Dalam menangani urusan dengan pihak eksternal, PR berfungsi untuk berhubungan dengan para media sebagai penyalur informasi dari perusahaan ke masyarakat, jika bagian pemasaran berhubungan langsung dengan pelanggan seperti penjualan, maka PR membantu bagian pemasaran dalam mempromosikan dan meningkatkan citra dari perusahaan. 2.2.6 Sosialisasi Sosialisasi menurut J. Dwi Narmoko dan Bagong Suryanto, adalah suatu proses dengan mana seseorang menghayati (mendarah dagingkan – interlaliza) norma-norma kelompok dimana ia hidup sehingga timbulah diri yang unik. Sosialisasi adalah suatu proses dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat dimana dia menjadi anggota (Soerjono Soekanto, 2009: 59) Dari paparan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sosialisasi adalah proses dimana seseorang mempelajari serta menghayati normanorma dalam suatu kelompok, akan tetapi dalam penelitian ini lebih menekankan pada bagaimana seorang Public Relations dapat 21 memberikan dan menyebarkan informasi tentang suatu produk, program, dan hal-hal yang memiliki nilai sosial secara luas kepada khalayak sasarannya sebagai wujud komunikasi dengan masyarakat itu sendiri. 2.2.7 Event Definisi event menurut Any Noor adalah sebagai suatu kegiatan yang diselenggarakan untuk memperingati hal-hal penting sepanjang hidup manusia baik secara individu, atau kelompok yang terikat secara adat, budaya, tradisi, dan agama yang diselenggarakan untuk tujuan tertentu serta melibatkan lingkungan masyarakat yang diselenggarakan pada waktu tertentu. (Noor, 2009: 7) Menurut Kotler dan Keller, “Acara dan pengalaman adalah kegiatan dan program yang disponsori perusahaan yang dirancang untuk menciptakan interaksi harian atau interaksi yang berhubungan dengan merek tertentu.” (Kotler Keller, 2009: 174) Bisa ditarik kesimpulan bahwa inti definisi dari event adalah memberikan konsumen berhubungan dengan sebuah suatu pengalaman produk tertentu. menarik yang Event yang diselenggarakan harus memiliki pengaruh serta memberikan kesan mendalam kepada setiap peserta yang mengikuti event sehingga dapat mengingat pengalaman yang menyenangkan. Event juga merupakan sebuah alat promosi bagi perusahaan untuk memperkuat merek produk kepada peserta. 22 2.3 Kerangka Pemikiran Divisi Marketing Operation Peranan PR Komunikasi Persuasif Peranan Komunikasi Persuasif Sosialisasi Hambatan Event Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Sumber : Pribadi Penulis