1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah upaya manusia untuk “memanusiakan manusia”.
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna
dibandingkan
dengan
makhluk
lain-Nya.
Pendidikan
sebagai
upaya
memanusiakan manusia pada dasarnya adalah upaya untuk mengembangkan
kemampuan atau potensi individu sehingga bisa hidup optimal baik sebagai
pribadi maupun sebagai anggota masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral
dan sosial sebagai pedoman hidupnya.1
Tantangan bagi pendidikan di era global saat ini sangat kompleks dan
perlu mendapatkan perhatian khusus. Salah satu masalah tersebut adalah
menurunnya norma kehidupan social dan etika moral dalam praktik kehidupan
yang mengakibatkan terjadinya sejumlah perilaku negatif yang merisaukan
masyarakat. Hal tersebut antara lain semakin maraknya penyimpangan
berbagai norma kehidupan agama dan social kemasyarakatan. Kenakalan
remaja saat ini semakin meningkat, seperti yang sering diberitakan di media
massa bahwa banyak terjadi penyimpangan yang dilakukan oleh pelajar,
diantaranya kurangnya kedisiplinan serta sentuhan nilai-nilai moral, seks
bebas, minuman keras, tawuran antar pelajar dan lain sebagainya.
Pendidikan mempunyai peranan untuk menjamin perkembangan dan
kelangsungan kehidupan suatu bangsa, sehingga dapat dikatakan bahwa maju
mundurnya suatu bangsa sebagian besar ditentukan oleh maju mundurnya
pendidikan di negara tersebut. Sementara ini orang beranggapan bahwa
apabila berbicara tentang pendidikan maka orientasinya ke dunia sekolah dan
menghubungkannya dengan guru dan murid. Mereka kurang menyadari
sebelum seorang anak memasuki dunia sekolah, mereka telah memperoleh
pendidikan yang diberikan oleh keluarganya, terutama ayah dan ibunya baik
1
Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung, Sinar Baru
Algensindo, 2005, hlm.1-2
1
2
secara langsung maupun tidak langsung. Pendidikan secara langsung artinya
bentuk asuhan orangtua yang berkaitan dengan pembentukan kedisiplinan,
kecerdasan dan ketrampilan yang dilakukan secara sengaja baik berupa
perintah, larangan, hukuman maupun pemberian hadiah sebagai alat
pendidikan. Sementara pendidikan secara tidak langsung merupakan bentuk
perilaku sosial dan pergaulan anak dalam lingkungan sekitar.
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama
dan utama, karena dalam keluarga inilah anak mendapatkan pendidikan dan
bimbingan. Di samping itu keluarga merupakan wadah pertama dan utama
bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu
baik dan menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika
tidak, tentu akan terhambat pertumbuhan anak tersebut. Sehingga pendidikan
yang paling banyak diterima oleh anak adalah keluarga.2 Anak merupakan
amanah yang diberikan oleh Allah SWT kepada orang tuanya sehingga orang
tua harus menjaga dan memelihara sebaik- baiknya serta menyampaikan
amanah tersebut kepada yang berhak menerimanya.
Rasulullah SAW menjelaskan bahwa dasar atau kodrat anak adalah
suci, didikan ayah dan ibu. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah yang
artinya “Setiap anak yang dilahirkan itu atas dasar fitrah (ala fitratil islam)
sehingga lisannya dapat berbicara, maka kedua orang tuanyalah yang
menyahudikan, menashranikan atau memajusikannya”. (HR. Al Bukhori). 3
Hadits tersebut secara tersurat menandakan bahwa peran orang tua
dalam keluarga terhadap anak sangatlah mendasar. Lingkungan yang
mengitari anak secara tidak sadar merupakan alat pendidikan meskipun
kejadian atau peristiwa yang berada di sekeliling anak tidak dirancang namun
keadaan tersebut mempunyai pengaruh terhadap pendidikan baik positif
maupun negatif.
2
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: CV. Ruhama,
1995, cet. II, hlm. 47.
3
Al Imam Zainuddin Ahmad bin Abdul Latif Az-Zubaid, Mukhtashor Shohih Al-Bukhori,
Al Juz’u Al-awwalu, Maktabah Daru Al Kutubil Al-`Ilmiyyah, t.th., hlm. 154.
3
Orang tua bertanggung jawab penuh terhadap pendidikan anak dalam
keluarga sejak lahir sampai mereka mampu menemukan dirinya sendiri dan
dapat bertanggung jawab atas tindakannya sendiri. 4 Kedisiplinan dalam
keluarga merupakan salah satu bentuk dari upaya orang tua untuk melakukan
control terhadap anak. Kedisiplinan dilakukan orang tua agar anak dapat
menguasai suatu kompetensi, melakukan pengaturan diri, dapat mentaati
aturan, dan mengurangi perilaku-perilaku menyimpang atau berisiko.5Disiplin
dapat membentuk kejiwaan pada anak untuk memahami peraturan sehingga ia
pun mengerti kapan saat yang tepat untuk melakukan peraturan, dan kapan
pula harus mengesampingkan. Sedangkan peraturan itu sendiri dalam
keseharian hidup anak. Kondisi kejiwaannya memang masih butuh untuk
diatur sehingga seorang anak akan merasa tentram bila hidup teratur.6
Pelaksanaan Kedisiplinan Keluarga peserta didik di MI NU Islamiyyah
Jetiskapuan Jati Kudus bertujuan untuk mengatur perilaku anak yang santun
dan lebih baik. Masing-masing keluarga mempunyai gaya kedisiplinan yang
berbeda – beda, ada suatu keluarga dimana hubungan antar anggota keluarga
saling harmonis dan komunikatif, orang tua bersifat tegas dan konsisten
dengan peraturan yang dibuatnya. Tetapi ada juga keluarga yang hubungan
anggota keluarga kurang harmonis, karena orang tua kurang memahami
keadaan anak. Orang tua yang sibuk dengan hal yang berbau materialistik
hampir tidak ada waktu untuk berkomunikasi dengan anak-anaknya sehingga
kedisiplinan keluarga tidak mendapat perhatian yang penuh, tetapi dalam hal
ini peserta didik mampu menerapkan kedisiplinan keluarga dengan baik dan
tenang.7
Pendidikan dapat tercapai secara optimal diperlukan suasana yang
mendukung proses belajar mengajar maupun pembinaan pribadi. Di dalam
4
Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Cet. I, hlm.
104.
5
Sri Lestari, Psikologi Keluarga, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2013. Hlm. 65.
Imam Ahmad Ibnu Nizar, Membentuk & Meningkatkan Disiplin Anak Sejak Dini,
Yogyakarta: DIVA Press, 2009, hlm. 22.
7
Hasil observasi dengan Peserta didik di MI NU Islamiyyah Jetiskapuan Jati Kudus pada
tanggal 24 September 2016
6
4
kehidupan bersama, hal ini dapat terbentuk dengan adanya aturan hidup
bersama yang disebut tata tertib.8Peraturan tata tertib sangat diperlukan dalam
suatu lembaga sekolah untuk mengatur, mendisiplinkan dan mendidik siswa.
Pemberian tata tertib dan pengawasan terhadap pelaksanaannya serta
penjelasan terhadap arti pentingnya tata tertib yang diharapkan akan dapat
menumbuhkan kepatuhan siswa terhadap tata tertib tersebut. Terciptannya
kepatuhan siswa mentaati tata tertib sekolah akan mendukung proses kegiatan
belajar mengajar yang ada, sehingga siswa akan memperoleh prestasi yang
baik.
Tata tertib sekolah di MI NU Islamiyyah Jetiskapuan Jati Kudus telah
diterapkan kepada peserta didik sejak mereka menjadi pelajar di Madrasah
Ibtidaiyyah tersebut. Kepatuhan mentaati tata tertib sekolah mempunyai
dampak secara langsung terhadap kualitas hasil pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar itu sendiri. Tata tertib sekolah di MI NU Islamiyyah ini telah
dibukukan dalam kurikulum dan ada juga yang ditempel di papan, tujuannya
agar peserta didik dapat dengan mudah membaca dan melaksanakannya.
Respon dari peserta didik sangat beragam ada yang mematuhi dan ada
beberapa peserta didik yang melanggar tata tertib tersebut. Bagi yang
melanggar akan dikenakan sanksi yang telah diterapkan untuk mendisiplinkan
siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Lingkungan sekolah yang tertib dapat
memberikan gambaran lingkungan siswa yang gigih giat, penuh perhatian,
serius dan kompetitif dalam pembelajarannya. Sehingga dengan adanya tata
tertib sekolah tersebut diharapkan bisa memberikan andil besar terhadap
lahirnya siswa yang berprestasi serta berkepribadian yang unggul. 9
Belajar merupakan proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan
latihan. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar,
mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses, dan hasil belajar,
8
Achmad Munib, dkk, Pengantar Ilmu Pendidikan, Semarang, MKUnnes, 2004, hlm. 32.
Hasil wawancara dengan Ibu Lutfiyatul Maesyaroh , Pendidik di MI NU Islamiyyah pada
tanggal 24 September 2016 di Ruang Tamu.
9
5
kesemuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru.10 Prestasi belajar
merupakan hasil belajar yang dicapai setelah melalui proses kegiatan belajar
mengajar. Prestasi belajar dapat ditunjukkan melalui nilai yang diberikan oleh
seorang guru dari jumlah bidang studi yang telah dipelajari oleh peserta didik.
Setiap
kegiatan
pembelajaran
tentunya
selalu
mengharapkan
hasil
pembelajaran yang maksimal. Salah satu faktor utama yang sangat
berpengaruh dalam keberhasilan pembelajaran adalah keberadaan guru. Guru
sangat berperan sekali dalam keberhasilan prestasi belajar dan membentuk
pilaku peserta didik. Dengan ini, guru harus lebih banyak mencurahkan
perhatian terhadap tugasnya, ia harus mengabdi dan membantu peserta didik
dalam mencapai prestasi yang maksimal.
Sebagaimana firman Allah
          
             
       
Artinya : “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S AlMujadalah:11)11
Pelajaran Akidah Akhlak merupakan salah satu rumpun Pendidikan
Agama Islam yang materi pelajarannya membahas tentang akhlak. Pada
dasarnya akhlak mengajarkan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan
dengan
Tuhan
penciptanya,
sekaligus
bagaimana
seseorang
harus
berhubungan dengan sesama manusia. Dan di dalam pelajaran tersebut juga
10
Aswan Zain, Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta, Cet IV,
2010, hlm. 10
11
Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al Qur’an, Al Qur’an dan Terjemahnya, Semarang,
Raja Publishing, 2011, hlm. 543.
6
terkandung nilai-nilai agama yang merupakan upaya untuk mengembangkan
atau membentuk individu menjadi manusia yang ideal (insan kamil).
Sekolah sebagai lembaga pendidikan untuk mencerdaskan bangsa
hendaknya didukung oleh orang tua dengan menciptakan kedisiplinan
keluarga yang baik. Selanjutnya peserta didik akan tertib dalam belajar bila
disertai dengan kepatuhan dalam melaksanakan tata tertib atau aturan yang
ada. Jadi sekolah yang memiliki peserta didik yang berprestasi selalu diawali
dengan kedisiplinan orang tua terhadap anaknya dan kepatuhan siswa dalam
mentaati semua tata tertib sekolah yang berlaku.
Sehubungan dengan realitas di MI NU Islamiyyah Jetiskapuan Jati
Kudus yang sudah melaksanakan kedisiplinan keluarga dan tata tertib sekolah
dan pengaruhnya terhadap prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran
Aqidah Akhlak, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang
pengaruh kedisiplinan keluarga dan tata tertib sekolah dan pengaruhnya
terhadap prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di
MI NU Islamiyyah Jetiskapuan Jati Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang hendak diteliti adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kedisiplinan keluarga, tata tertib sekolah, dan prestasi belajar
peserta didik pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di MI NU Islamiyyah
Jati Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016?
2. Adakah pengaruh kedisiplinan keluarga terhadap prestasi belajar peserta
didik pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di MI NU Islamiyyah Jati
Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016?
3. Adakah pengaruh tata tertib sekolah terhadap terhadap prestasi belajar
peserta didik pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di MI NU Islamiyyah
Jati Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016?
4. Adakah pengaruh kedisiplinan keluarga dan tata tertib sekolah terhadap
prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di MI
NU Islamiyyah Jetiskapuan Jati Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016?
7
C. Tujuan Penelitian
Berpijak dari rumusan masalah yang penulis tentukan, maka tujuan dari
penulisan skripsi ini adalah:
1. Untuk mengetahui adakah pengaruh kedisiplinan keluarga terhadap
prestasi belajar peserta didik di MI NU Islamiyyah Jetiskapuan Jati Kudus.
2. Untuk mengetahui adakah pengaruh tata tertib sekolah terhadap prestasi
belajar peserta didik di MI NU Islamiyyah Jetiskapuan Jati Kudus
3. Untuk mengetahui adakah pengaruh kedisiplinan keluarga dan tata tertib
sekolah terhadap prestasi belajar peserta didik di MI NU Islamiyyah
Jetiskapuan Jati Kudus.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian yang penulis lakukan, terdapat beberapa manfaat beik
secara teoritis maupun praktis:
1. Secara Teoritis
Verifikasi tentang pengaruh kedisiplinan keluarga dan tata tertib sekolah
terhadap prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran aqidah akhlak.
2. Secara Praktis, bagi :
a. Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi tenaga didik tentang
pengaruh tata tertib sekolah terhadap prestasi belajar peserta didik.
b. Bagi Orangtua
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam mendidik kedisiplinan
keluarga terhadap anaknya, yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
anak.
Download