Pertemuan 3 S A H A M

advertisement
1
Pertemuan 3
S A H A M
Suatu perusahaan menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham (stock). Jika suatu
perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, maka saham itu disebut saham biasa
(common stock). Jika suatu perusahaan juga mengeluarkan kelas saham yang lain, maka
saham itu disebut saham preferen (preferred stock). Pada umumnya saham preferen tidak
mempunyai hak veto seperti yang dimiliki oleh saham biasa.
A. Saham Preferen
Saham preferen adalah saham yang mempunyai kombinasi karakteristik gabungan dari
obligasi maupun saham biasa, saham preferen memberikan pendapatan yang tetap seperti
halnya obligasi berupa dividen preferen bagi pemegangnya, dan juga mendapatkan hak
kepemilikan seperti pada saham biasa. Pemegang saham preferen akan mendapatkan hak
terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan setelah dikurangi dengan pembayaran
kewajiban pemegang obligasi dan utang (sebelum pemegang saham biasa mendapatkan
haknya). Perbedaan dengan saham biasa adalah bahwa saham preferen tidak memberikan hak
suara kepada pemegangnya untuk memilih direksi ataupun manajemen perusahaan, seperti
layaknya saham biasa. Karakteristik dari saham preferen adalah sebagai berikut:
1. Hak preferen terhadap dividen. Pemegang saham preferen mempunyai hak untuk
menerima dividen terlebih dahulu dibandingkan dengan pemegang saham biasa. Dividen
saham preferen biasanya dinyatakan dalam nilai persentase dari nilai nominalnya.
Misalnya dividen saham preferen disebutkan sebesar 7% dari nilai nominal Rp.10.000,maka dividen tetap yang dibagikan per lembarnya untuk saham preferen adalah Rp 700,-.
2. Hak dividen kumulatip. Pemegang saham preferen juga mempunyai hak untuk
menerima dividen tahun-tahun sebelumnya yang belum dibayarkan, sebelum pemegang
saham biasa menerima dividennya.
3. Dividends in arrears. Dividen in arrears adalah dividen tahun-tahun sebelumnya yang
belum dibayarkan, dan akan dibayarkan nanti dalam bentuk dividen kumulatip. Pemegang
saham biasa tidak akan menerima dividennya sebelum pemegang saham preferen
menerima dividennya. Nilai dari dividends in arrears harus diungkapkan (disclose) di
catatan dalam laporan keuangan, sehingga investor dan calon investor saham biasa dapat
Pengantar Pasar Modal
Endang Sri Utami
2
mengetahui dan dapat menilai pengaruh kewajiban dividens in arrears terhadap harga
saham biasa.
4. Hak preferen pada waktu likuidasi. Pemegang saham preferen mempunyai hak terlebih
dahulu atas aktiva perusahaan dibandingkan pemegang saham biasa pada saat terjadi
likuidasi. Besarnya hak atas aktiva pada saat likuidasi adalah sebesar nilai nominal saham
preferen termasuk semua dividen yang belum dibayar jika bersifat kumulatip.
Macam-macam saham preferen diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Saham preferen yang dapat dikonversikan ke saham biasa (convertible preferred
stock). Saham preferen convertible memungkinkan pemegangnya menukar dengan saham
biasa dengan rasio penukaran yang sudah ditentukan. Pada saat akan mengkonversikan
saham preferen convertible dengan saham biasa, pemegang saham harus mencari saat
yang tepat agar mendapat nilai pasar saham biasa yang sama atau lebih besar dari nilai
pasar saham preferen convertible yang akan dikonversikan.
Contoh 1.1:
Suatu perusahaan mengeluarkan saham preferen sebanyak 10.000 lembar dengan nilai nominal
sebasar Rp10.000,- per lembar. Selembar saham preferen dapat dikonversikan menjadi 5 lembar
saham biasa yang nilai nominalnya Rp1.000,- per lembar.
Jika pada saat ini nilai pasar saham preferen sebesar Rp11.000,- per lembar dan nilai pasar
saham biasa
Rp1.500,- per
lembar, maka pemegang saham preferen tidak
akan
mengkonversikannya menjadi saham biasa, karena nilai pasar per lembar saham preferen lebih
besar (Rp11.000,-) dibanding nilai pasar 5 lembar saham biasa (5 x Rp1.500,- = Rp7.500,-).
Jika nilai pasar saham biasa Rp2.500,- per lembar, maka pemegang saham preferen akan
mengkonversikannya menjadi saham biasa, karena akan mendapat nilai pasar 5 lembar saham
biasa yang lebih besar (5 x Rp2.500,- = Rp12.500,-) dibanding nilai pasar per lembar saham
preferen (Rp11.000,-).
Pertukaran dari saham preferen menjadi saham biasa tidak menimbulkan keuntungan (gain) atau
kerugian (loss) pada perusahaan emiten. Pada perusahaan emiten, nilai yang dicatat untuk
saham-saham ini adalah sebesar nilai nominal dan selisih dari nilai nominal dicatat sebagai agio
saham (paid-in capital in excess of par value). Pada catatan perusahaan emiten, nilai pasar saat
pertukaran tidak diperhitungkan karena pertukaran saham tersebut dilakukan langsung dengan
perusahaan.
Contoh 1.2:
Suatu perusahaan mengeluarkan saham preferen sebanyak 10.000 lembar dengan nilai nominal
sebasar Rp10.000,- per lembar. Selembar saham preferen dapat dikonversikan menjadi 5 lembar
Pengantar Pasar Modal
Endang Sri Utami
3
saham biasa yang nilai nominalnya Rp1.000,- per lembar. Misalkan sebanyak 1.000 lembar
saham preferen dikonversikan menjadi 5.000 lembar saham biasa.
Pada perusahaan emiten, nilai yang dicatat adalah sebesar nilai nominalnya, maka dengan
adanya pertukaran saham ini jumlah saham preferen yang dicatat dikurangi sebesar
Rp10.000.000,- (1.000 lembar x Rp10.000,-) dan saham biasa ditambah sebesar Rp5.000.000,(5.000 lembar x Rp1.000,-). Selisih yang terjadi sebesar Rp5.000.000,- (Rp10.000.000,- dikurangi
Rp5.000.000,-) dicatat sebagai agio saham biasa.
2. Saham preferen yang dapat ditebus (callable preferred stock). Saham preferen callable
memberikan hak pada perusahaan yang mengeluarkan untuk membeli kembali saham dari
pemegang saham, pada tanggal tertentu di masa datang dengan harga tebusan yang lebih
tinggi dari nilai nominal sahamnya.
3. Saham preferen dengan tingkat dividen yang mengambang (floating atau adjustablerate preferred stock). Saham preferan floating atau adjustable-rate merupakan saham
inovasi baru di Amerika Serikat pada tahun 1982. Saham preferen ini tidak membayar
dividen secara tetap, tetapi dividen yang dibayar tergantung dari tingkat return dari
sekuritas t-bill (treasury bill)1.
B. Saham Biasa
Saham biasa adalah sekuritas yang menunjukkan bahwa pemegang saham biasa tersebut
mempunyai hak kepemilikan atas aset-aset perusahaan. Pemegang saham biasa mempunyai
hak suara (voting rights) untuk memilih direktur ataupun manajemen perusahaan dan ikut
berperan dalam pengambilan keputusan penting perusahaan dalam rapat umum pemegang
saham (RUPS). Beberapa hak yang dimiliki pemegang saham biasa adalah sebagai berikut:
1. Hak kontrol. Pemegang saham biasa mempunyai hak memilih dewan direksi, berarti
pemegang saham biasa mempunyai hak untuk mengontrol siapa yang akan memimpin
perusahaan. Hak kontrol biasanya dalam bentuk mem-veto pemilihan direksi pada rapat
umum pemegang saham atau mem-veto tindakan-tindakan yang membutuhkan
persetujuan pemegang saham.
2. Hak menerima pembagian keuntungan. Pemegang saham biasa mempunyai hak
mendapat bagian dari keuntungan perusahaan. Keuntungan (laba) yang tidak ditahan
dibagikan pada pemegang saham dalam bentuk dividen. Jika perusahaan memutuskan
1
t-bill dianggap sebagai aktiva yang tidak mengandung risiko karena dikeluarkan oleh pemerintah Amerika
Serikat dengan suku bunga yang relatip stabil dari waktu ke waktu, sehingga banyak digunakan sebagi proksi
aktiva bebas risiko. Di Indonesia, t-bill adalah SBI (Sertifikat Bank Indonesia) yang dikeluarkan olen bank
sentral (Bank Indonesia). Walaupun dikeluarkan oleh bank sentral tetapi suku bunga SBI tidak stabil. Karena
tidak ada proksi lain, maka SBI oleh beberapa peneliti diproksikan sebagai aktiva bebas risiko.
Pengantar Pasar Modal
Endang Sri Utami
4
membagi keuntungan dalam bentuk dividen, maka semua pemegang saham biasa
mendapat hak yang sama.
3. Hak preemptive. Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk mendapatkan persentasi
kepemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham. Hak
preemptive memberi prioritas pada pemegang saham lama untuk membeli tambahan
saham baru, sehingga persentase kepemilikannya tidak berubah. Tujuan hak preemptive
ada 2, yaitu sebagai berikut:
a. Melindungi hak kontrol pemegang saham lama.
Contoh:
Misalkan pemegang saham lama mempunyai persentase pemilikan 51% dari 10.000 lembar
saham yang beredar (5.100 lembar). Manajer perusahaan yang juga pemilik mempunyai
persentase pemilikan 40% (4.000 lembar).
Manajer perusahaan mengeluarkan saham baru sebanyak 2.500 lembar dan membelinya
sendiri saham baru tersebut.
 Jika tidak ada hak preemptive, maka dikeluarkannya saham baru tersebut persentase
pemilikan pemegang saham lama turun menjadi 40,8% {5.100 / (10.000 + 2.500)}dan
persentase pemilikan manajer perusahaan naik menjadi 52% {(4.000 + 2.500} /(10.000
+2.500)}. Akibatnya, pemegang saham lama yang dulunya mayoritas dan memegang
kontrol perusahaan setelah dikeluarkannya saham baru menjadi minoritas. Sebaliknya
manajer perusahaan yang dulunya minoritas dan tidak memegang kontrol perusahaan
setelah dikeluarkannya saham baru menjadi mayoritas dan memegang hak kontrol
sepenuhnya dari perusahaan.
 Jika ada hak preemptive, maka dikeluarkannya saham baru tersebut pemegang saham
lama diberi kesempatan untuk mempertahankan persentase pemilikan dengan cara diberi
kesempatan lebih dulu membeli saham baru tersebut. Jumlah saham baru yang dibeli
pemegang saham lama agar persentase kepemilikannya dapat dipertahankan adalah
sebanyak 1.275 lembar (51% x 12.5000 lembar = 6.375 lembar – 5.100 lembar = 1.275
lembar).
b. Melindungi pemegang saham lama dari nilai yang merosot.
Contoh:
Misalkan pemegang saham lama mempunyai persentase pemilikan 51% dari 10.000 lembar
saham yang beredar (5.100 lembar). Harga pasar per lembar saham adalah Rp15.000,-.
Manajer perusahaan mengeluarkan saham baru sebanyak 2.500 lembar, saham baru tersebut
dijual dengan harga per lembar sahamnya dibawah harga pasar saham lama, misalkan
Rp12.000,-. Setelah tambahan saham baru, nilai pasar saham perusahaan dapat dihitung
sebagai berikut:
Pengantar Pasar Modal
Endang Sri Utami
5
 Jika tidak ada hak preemptive, maka pemegang saham lama akam mengalami kerugian
penurunan nilai harga saham sebesar Rp400,- per lembar (Rp15.000,- - Rp14.400,-) dan
menguntungkan pembeli saham baru sebesar Rp2.400,- per lembar (Rp14.400,- Rp12.000,-). Dengan demikian menjual saham baru di bawah harga pasar akan
menurunkan nilai saham pemilik lama dan menaikkan harga saham pembeli baru, atau
akan mengakibatkan transfer kekayaan (wealth transfer) dari pemegang saham lama ke
pembeli baru.
Sebelum tambahan saham baru
Tambahan saham baru
Setelah tambahan saham baru
Jumlah
Nilai pasar
Total nilai pasar
saham
per lembar
perusahaan
10.000
Rp15.000,-
Rp150.000.000,-
2.500
Rp12.000,-
Rp 30.000.000,-
12.500
Rp14.400,-
Rp180.000.000,-
 Jika ada hak preemptive, maka tidak akan terjadi transfer kekayaan (wealth transfer)
karena penurunan nilai saham perusahaan atau kenaikkan nilai saham perusahaan
setelah tambahan saham baru akan dinikmati oleh pemegang saham lama.
C. Saham Treasuri
Saham treasuri (treasury stock) adalah saham milik perusahaan yang sudah pernah
dikeluarkan dan beredar, kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk disimpan sebagai
treasuri yang nantinya dapat dijual kembali. Alasan-alasan perusahaan emiten membeli
kembali saham beredar sebagai saham treasuri adalah sebagai berikut:
1. Akan digunakan dan diberikan kepada manajer-manajer atau karyawan-karyawan
perusahaan sebagai bonus dan kompensasi dalam bentuk saham.
2. Meningkatkan volume perdagangan di pasar modal dengan harapan meningkatkan nilai
pasar saham.
3. Mengurangi jumlah lembar saham yang beredar untuk menaikkan laba per lembar saham
perusahaan.
4. Mengurangi jumlah saham yang beredar sehingga dapat mengurangi kemungkinan
perusahaan lain menguasai jumlah saham secara mayoritas dalam rangka pengambilan
alih tidak bersahabat (hostile takeover).
Pengantar Pasar Modal
Endang Sri Utami
6
D. Nilai Saham
Dalam penilaian saham dikenal tiga jenis nilai yaitu nilai buku (book value), nilai pasar
(market value), nilai intrinsik (intrinsic value). Investor berkepentingan untuk mengetahui
ketiga nilai tersebut sebagai informasi penting dalam mengambil keputusan investasi yang
tepat. Dalam membeli dan menjual saham investor akan membandingkan nilai intrinsik
dengan nilai pasar saham bersangkutan. Jika nilai pasar suatu saham lebih tinggi dari nilai
intrinsiknya, berarti saham tersebut tergolong mahal (overvalued). Dalam situasi seperti ini,
investor bisa mengambil keputusan untuk menjual saham tersebut. Sebaliknya jika nilai pasar
saham dibawah nilai intrinsiknya, berarti saham tersebut tergolong murah (undervalued),
sehingga dalam situasi seperti ini investor sebaiknya membeli saham tersebut. Manfaat dari
memahami ketiga konsep nilai tersebut adalah antara lain sebagai berikut:
a. Mengetahui nilai buku dan nilai pasar, akan dapat diketahui pertumbuhan perusahaan
(growth). Pertumbuhan perusahaan (growth) menunjukkan investment opportunity set
(IOS) atau set kesempatan investasi di masa datang. Perusahaan bertumbuh mempunyai
rasio lebih besar dari nilai satu, yang berarti pasar percaya bahwa nilai pasar perusahaan
lebih besar dari nilai bukunya.
b. Mengetahui nilai pasar dan nilai intrinsik dapat digunakan untuk mengetahui sahamsaham yang murah nilainya atau yang mahal nilainya. Nilai pasar yang lebih kecil dari
nilai intrinsiknya menunjukkan suatu saham dijual dengan harga yang murah
(undervalued). Sebaliknya, nilai pasar lebih besar dari nilai intrinsiknya menunjukkan
suatu saham dijual dengan harga yang murah (overvalued).
1. Nilai Buku (book value)
Nilai buku saham merupakan nilai saham yang dihitung menurut pembukuan perusahaan
penerbit saham (emiten). Beberapa hal yang perlu diketahui, untuk menghitung nilai buku
saham, yaitu sebagai berikut:
a. Nilai nominal (par value). Nilai nominal suatu saham merupakan nilai kewajiban
yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham. Nilai nominal ini merupakan modal
per lembar yang secara hokum harus ditahan di perusahaan untuk proteksi pada
kreditor yang tidak dapat diambil olah pemegang saham (Kieso dan Weygant, 1996,
hal. 576). Untuk saham yang tidak mempunyai nilai nominal, dewan direksi yang
menetapkan nilai sendiri (stated value) per lembar saham. Jika tidak ada nilai yang
ditetapka, maka yang dianggap sebagai modal secara hokum adalah semua
Pengantar Pasar Modal
Endang Sri Utami
7
pengerimaan bersih (proceed) yang diterima emiten pada saat mengeluarkan saham
bersangkutan.
b. Agio saham (additional paid-in capital atau in excess of par value). Agio saham
merupakan selisih antara nilai yang dibayar pemegang saham pada perusahaan
emiten dengan nilai nominal saham. Agio saham ditampilkan di neraca sebesar nilai
totalnya yaitu agio per lembar dikalikan dengan jumlah lembar yang dijual.
c. Nilai modal yang disetor (paid in capital). Nilai modal disetor merupakan nilai total
yang dibayar pemegang saham pada perusahaan emiten untuk ditukar dengan saham
preferen atau dengan saham biasa. Nilai modal disetor ditampilkan di neraca sebesar
penjumlahan total nilai nominal ditambah dengan agio saham. Jika perusahaan
mengeluarkan dua kelas saham, yaitu saham preferen dan saham biasa, maka saham
preferen disajikan lebih dulu diikuti saham biasa.
d. Laba ditahan (retained earnings). Laba ditahan (retained earnings) merupakan laba
yang tidak dibagikan kepada pemegang saham. Laba tidak dibagikan ini
diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai sumber dana internal. Laba ditahan
penyajian dalam neraca menambah total laba yang disetor.
Nilai Buku Per Lembar Saham
Nilai buku per lembar saham menunjukkan aktiva bersih (net assets) yang dimiliki oleh
pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. Karena aktiva bersih sama dengan
total ekuitas pemegang saham, maka nilai buku per lembar saham adalah total ekuitas
dibagi dengan jumlah saham yang beredar:
Total Ekuitas
Nilai Buku Per Lembar Saham = ---------------------------------Jumlah Saham Beredar
2. Nilai Pasar (market value)
Nilai pasar adalah nilai saham di pasar, yang ditunjukkan oleh harga saham tersebut di
pasar. Harga saham di pasar yang ditentukan dari permintaan dan penawaran saham
bersangkutan oleh para pelaku pasar di bursa efek pada saat tertentu.
3. Nilai Intrinsik (intrinsic value)
Nilai intrinsik atau nilai fundamental atau dikenal sebagai nilai teoritis adalah nilai
saham yang sebenarnya atau yang seharusnya terjadi.
Pengantar Pasar Modal
Endang Sri Utami
8
SOAL LATIHAN
1. Jelaskan perbedaan saham biasa dengan saham preferen dalam hal hak veto!
2. Jelaskan karakteristik dari saham preferen!
3. Jelaskan macam-macam saham preferen!
4. Jelaskan beberapa hak yang dimiliki pemegang saham biasa!
5. Sebutkan alasan-alasan perusahaan emiten membeli kembali saham beredar sebagai
saham treasuri!
6. Jelaskan kepentingan investor dalam pengambilan keputusan investasi berkaitan dengan
pembandingan antara nilai instrinsik saham dengan nilai pasar saham!
7. Sebutkan manfaat bagi investor dari memahami ketiga konsep nilai saham!
8. Jelaskan, beberapa hal yang perlu diketahui, untuk menghitung nilai buku saham!
INSTRUKSI PENGERJAAN:
1. Mahasiswa ber-NIM ganjil, mengerjakan soal latihan nomor ganjil.
2. Mahasiswa ber-NIM genap, mengerjakan soal latihan nomor genap.
Pengantar Pasar Modal
Endang Sri Utami
Download