PENGGUNAAN METODE BRAIN GYM UNTUK MENINGKATKAN KONSENTRASI ANAK USIA DINI DALAM ASPEK PERKEMBANGAN KOGNITIF (Penelitian Tindakan Kelas Pada Anak Kelas A Di TK Haruman Kecamatan Ujungberung Kabupaten Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013) CITRA LESTARI MARGARETHA SRI YULIARIATININGSIH Program Guru Pendidikan Anak Usia Dini UPI Kampus Cibiru [email protected] ABSTRAK Anak usia dini yang berusia rentang usia 2 – 7 tahun, berada pada tahapan pra-operasional. Pada tahapan ini anak dapat menggunakan simbol dan penyusunan tanggapan internal, misalnya dalam permainan, bahasa, dan peniruan. Pada tahap ini terjadi pemusatan pikiran pada satu arah, serta hanya dapat memfokuskan dirinya dalam waktu yang cepat. Hasil observasi di TK Haruman, anakanak di kelompok A sulit berkonsentrasi pada kegiatan yang dilakukan sehingga jarang dapat menyelesaikan kegiatan yang sedang dikerjakan. Untuk mengatasi masih tersebut maka dipilih metode Brain Gym. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Brain Gym dalam proses pe,belajaran, aktivitas anak selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode Brain Gym, peningkatan kemampuan konsentrasi anak dengan menggunakan metode brain gym. Konsentrasi adalah pemusatan perhatian (pikiran) terhadap suatu hal (A’la, M ; 2010,13). Menurut Santrock (Farhani, 2012:30) perhatian adalah pemusatan sumber-sumber mental. Brain Gym adalah serangkaian latihan gerak sederhana untuk membantu dalam memudahkan kegiatan sehari-hari. Brain Gym dikembangkan oleh Dennison, Dennison dan Phill (Muhammad, A, 2011: 87). Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Desain penelitian yang digunakan yaitu model Elliot. Berdasarkan data yang didapat di setiap siklus kemampuan konsentrasi anak mengalami peningkatan, yaitu dapat dilihat dari aktivitas anak selama proses pembelajaran. Pada siklus I aktivitas anak belum terlihat peningkatan karena masih banyak anak yang belum memperhatikan guru, siklus II sudah banyak anak yang memperhatikan penjelasan guru sehingga kemampuan konsentrasi mulai meningkat, dan siklus III kemampuan konsentrasi anak meningkat secara optimal, karena mampu mencapai indikator yang ditetapkan. Hal in dapat dilihat dari peningkatan kemampuan pada aspek perkembangan kognitif. Anak terlihat aktif selama kegiatan, serta dapat mengelompokkan benda banyak dan sedikit, mengklasifikasikan benda ke dalam kelompok yang sama dan mengurtkan benda berdasarkan seriasi ukuran atau warna. Dapat disimpulkan bahwa metode Brain Gym dapat meningkatkan konsentrasi anak usia dini. Kata kunci: Aktivitas, Brain Gym, Konsentrasi. Citra Lestari dan Margaretha Sri Yuliariatiningsih USING BRAIN GYM METHOD TO ENHANCE THE EARLY CHILDHOOD CONCENTRATION IN THE DEVELOPMENT OF COGNITIVE ASPECT (Classroom Action Research on The Kinder Garten Children at Group A on TK Haruman Kecamatan Ujungberung Kabupaten Bandung academic year 2012/2013) CITRA LESTARI MARGARETHA SRI YULIARIATININGSIH Early Chilhood Education Programme Universitas Pendidikan Indonesia Cibiru Campus [email protected] ABSTRACT Early childhood age range 2-7 years , is at the pre - operational stage . At this stage the child can use the symbols and the preparation of internal responses , for instance in the game , language , and imitation . At this stage of concentration occurs in one direction , and can only focus on themselves in a fast time . Observations at Haruman kindergarten , the children in group A was difficult to concentrate on the activities carried out so rarely able to complete the activity being undertaken . To overcome these still the chosen method of Brain Gym . This study aims to determine the application of Brain Gym in the learning process , child's activity during the learning process by using Brain Gym , improving children's ability to concentrate by using Brain Gym . Concentration is the focusing of attention ( mind ) of a thing . Concern is the concentration of mental resources . Brain Gym is a series of simple movement exercises to assist in facilitating the day-to- day activities . The method used in this research was Classroom Action Research ( CAR). The study design used was a model Elliot . Based on the data obtained in each cycle of the childrens’ ability to increase concentration , which can be seen from the childrens’ activities during the learning process . In the first cycle of activities the children had not seen an increase because there were many children who did not pay attention to the teacher , the second cycle had a lot of kids who pay attention to the teacher's explanation that the ability of concentration began to increase , and the third cycle capabilities in an optimal concentration increases children , being able to achieve the specified indicators . It can be seen from the increase in the ability of the aspects of cognitive development . Children were active during the activities , and could do grouping objects of much and little , classify objects into the same group and put the right order in series objects by size or color . It can be concluded that the methods of Brain Gym can increase the concentration of early childhood . Keywords: Activities, Brain Gym, Concentration Uji coba vol Anak usia 0 sampai 6 tahun biasa disebut dengan anak usia dini. Usia dini disebut dengan usia keemasan, karena semua aspek perkembangan anak sedang berkembang dengan baik. Usia dini juga disebut dengan usia peka, maksudnya anak sensitif terhadap semua yang ada di sekitarnya. Anak akan mencari tahu yang dilihat dan juga anak akan meniru yang dilihat, maka pada usia dinilah saatnya anak menerima pengetahuan. Pengetahuan yang didapat oleh anak usia dini diperoleh melalui rangsanganrangsangan dari lingkungan dan dari orang dewasa di sekitarnya. Ada pun pendidikan yang sesuai untuk anak usia dini yaitu yang sudah dikenal dengan istilah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Menurut Piaget (Sujiono, 2007:3.7) tahapan perkembangan kognitif pada diri individu itu ada empat tahapan yaitu sensori motor usia 0-2 tahun, pra-operasional usia 2-7 tahun, konkret operasional uisa 7-11 tahun dan formal operasional usia 11 sampai dewasa. Anak usia dini berada pada tahapan pra-operasional yaitu usia 2-7 tahun yang pada tahapan ini anak dapat menggunakan simbol dan penyusunan tanggapan internal, misalnya dalam permainan, bahasa dan peniruan. Pada tahap ini juga terjadi pemusatan pikiran pada satu arah, serta hanya dapat memfokuskan dirinya dalam waktu yang cepat. Konsentrasi adalah memfokuskan perhatian dan pemikiran pada suatu objek atau informasi yang biasa didapat melalui penginderaan, ingatan maupun kegiatan kognitif lainnya. Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah anak harus berkonsentrasi terhadap materi-materi yang disampaikan oleh guru dan dalam suatu kegiatan bermain atau belajar. Seperti yang dijelaskan oleh A’la, M (2010, 16) bahwa “konsentrasi adalah pemusatan perhatian (pikiran) atau tingkat perhatian yang tinggi terhadap suatu hal. Konsentrasi meningkatkan pemahaman seseorang atas sesuatu yang dipelajarinya”. Dari pengalaman yang didapatkan pada TK Haruman, anak-anak di kelompok A sulit berkonsentrasi pada kegiatan yang sedang dilakukan sehingga jarang dapat menyelesaikan kegiatan yang sedang dikerjakannya. Hal ini disebabkan oleh strategi pembelajaran yang kurang tepat dan media yang digunakan masih kurang bervariasi. Untuk mengatasi masih tersebut maka dipilih metode brain gym. Penelitian Dennison (Muhammad, 2011:87) menunjukkan bahwa Brain Gym adalah serangkaian gerak sederhana yang menyenangkan dan digunakan oleh para murid di Educational Kinesiologi (Edu-K) untuk meningkatkan kemampuan belajar dengan menggunakan keseluruhan otak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Brain Gym dalam proses pembelajaran, aktivitas anbak selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode Brain Gym, serta peningkatan kemmapuan konsentrasi anak dengan menggunakan metode Brain Gym. Sujiono ( 2007, 1.3) menjelaskan bahwa “kognitif suatu proses berpikir yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa”. Kognitif merupakan suatu daya atau potensi dan kemampuan untuk memahami sesuatu. Intelegensi merupakan suatu aktivitas perwujudan dari kemampuan kognitif sehingga pada proses kognitif, berhubungan dengan tingkat intelegensi seseorang. Maka setiap orang mempunyai kemampuan kognitif dan intelegensi yang berbeda sesuai dengan tingkatan perkembangan dan usia masing-masing. Citra Lestari dan Margaretha Sri Yuliariatiningsih Bekerjanya kognitif dipengaruhi oleh intelegensi sehingga apabila anak memiliki kognitif yang baik maka tingkat kecerdasan seseorang pun akan baik. Seefeldt & Wasik (2008, 76) menyebutkan bahwa “salah satu perubahan kognitif di tahun-tahun prasekolah antara anak-anak usia tiga ke empat tahun adalah perkembangan pikiran simbolik”. Piaget menjelaskan (Seefeldt & Wasik, 2008:76) bahwa ‘pikiran simbolik adalah kemampuan menghadirkan secara mental atau simbolis objek konkrit, tindakan dan peristiwa’. Anak usia prasekolah itu memiliki pemikiran yang masih khayalan atau bersifat fantasi dalam pikiran simbolis ini anak mencoba membuat menjadi nyata dari yang dipikirkan atau dikhayalkan dan hal itu membuatnya senang. Kemampuan kognitif dapat dilihat dari ilmu pengetahuan yang dikuasai oleh tiap orang, sebagaimana dapat diketahui dari hasil belajar. Sunarto & Hartono (2008, 11) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan perpaduan anatara faktor pembawaan dan pengaruh lingkungan (faktor dasar dan ajar). Lingkungan yang baik akan meningkatkan kemamuan kognitif seseorang. Anak memiliki cara berpikir yang berbeda dengan orang dewasa, maka cara berpikir seorang anak dapat berkembang sesuai dengan usianya. Piaget mengemukakan kembali (Sujiono, 2007: 3.5) bahwa ‘perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yakni’: 1. Kematangan 2. Pengalaman, 3. Transmisi sosial, 4. Ekuilibrasi, Kematangan dinyatakan apabila semua susunan syaraf sudah berkembangan dan mencapai pada tahap perkembangannya sehingga siap digunakan dan bekerja dengan baik. Dalam perkembangan kognitif bisa dikatakan matang apabila seseorang sudah siap untuk berpikir. Pengalaman yang didapatkan oleh seseorang akan memberikan pengaruh yang besar pada semua perkembangan termasuk pada perkembangan kognitif, sebagai contoh anak yang mendapatkan stimulus untuk perkembangannya dengan baik dan dengan fasilitas yang lebih banyak atau lebih lengkap akan memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang mendapatkan stimulus namun fasilitas yang seadanya, karena dapat dilihat dari pengetahuan yang didapatkan. A’la, M (2010, 13) mengemukakan tentang konsentrasi adalah pemusatan perhatian (pikiran) atau tingkat perhatian yang tinggi terhadap suatau hal. Konsentrasi merupakan suatu kemampuan sehingga membutuhkan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan ini. Pelatihan yang bisa dilakukan yaitu dengan sering melakukan pengulangan pada setiap aktivitas, dari setiap pengulangan harus memiliki tingkat pengulangan yang lebih lanjut sehingga dapat dilihat peningkatannya. Agar memiliki kemampuan konsentrasi yang baik, maka sejak dini kemampuan konsentrasi harus mulai dilatihkan. Dengan demikian semakin bertambah usia seseorang maka kemampuan konsentrasinya di saat dewasa akan semakin baik dan akan berpengaruh baik terhadap masa depannya. Pengertian lain dari konsentrasi merupakan kemampuan untuk memahami objek yang diperhatikan dan membutuhkan perhatian yang fokus pada satu objek tersebut. Dengan konsentrasi yang baik akan mengerti objek yang diperhatikan, dan seseorang akan mudah untuk mengerjakan suatu pekerjaan, juga akan mudah sukses. Dalam berkonsentrasi yang dibutuhkan adalah perhatian penuh pada objek yang dilihat dan dikerjakan. Uji coba vol Bahkan dalam konsentrasi bukan hanya pikiran yang difokuskan tetapi panca indera harus berpusat pada objek tersebut. Seperti yang dijelaskan oleh Santrock (Farhani, 2012: 30) perhatian adalah pemusatan sumber-sumber mental. Ketika perhatian berfokus pada satu objek maka semua sumber-sumber mental sedang berfokus pada objek tersebut dan memperhatikan secara teliti. Saat sedang mendengarkan perintah dari siapa pun misalnya guru dalam menyampaikan materi di sekolah semua panca indera dipakai mulai dari penglihatan, pendengaran, terutama pikiran dan berfokus pada yang dibicarakan oleh guru. Perasaan harus berfokus pada objek tersebut, apabila hati berkata tidak ingin mendengarkan dan tidak peduli dengan yang dibicarakan maka makna dari yang dibicarakan tidak akan ada artinya. Atas dasar tersebut kemampuan untuk berkonsentrasi perlu ditingkatkan karena berpengaruh terhadap pribadi seseorang. Budiman (2012, 21) menerangkan bahwa konsentrasi dalam belajar adalah memusatkan segenap kekuatan perhatian pada suatu situasi belajar. Perhatian merupakan aspek yang pertama yang dibutuhkan dalam proses belajar. Perhatian ini didapat melalui panca indera yang pertama yaitu dilihat oleh mata dan disimpan pada otak. Panca indera yang lainnya menjadi pendukung dari proses konsentrasi untuk menerima informasi atau pelajaran pada saat belajar, Banyak cara yang dapat digunakan dalam meningkatkan kualitas intelegensi, dan bahkan beberapa cara atau metode untuk meningkatkannya, untuk meningkatkan kualitas intelegensi harus dikembangkan dari usia dini. Namun tidak ada cara yang menjamin seratus persen untuk meningkatkannya, tetapi dapat berusaha untuk mengembangkannya semaksimal mungkin. Salah satu caranya yaitu memberikan nutrisi yang tepat dan memberikan stimulus, dengan membiarkan anak untuk bergerak. Dengan bergerak tidak hanya berpengaruh terhadap fisik, tetapi berpengaruh juga terhadap perkembangan otak anak. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam meningkatkan intelegensi anak yaitu dengan brain gym atau senam otak. Brain gym atau senam otak adalah serangkaian latihan gerak sederhana untuk membantu dalam memudahkan kegiatan belajar dan kegiatan-kegiatan sehari-hari. Brain Gym atau senam otak dikembangkan oleh Paul E. Dennison, Phill dan Gail E. Dennison yang merupakan pelopor pendidikan di Amerika Serikat dalam penelitian penerapan otak. Dennison (Muhammad, A 2011: 87) menjelaskan bahwa: Senam otak dengan metode latihan Edu-K atau pelatihan dan gerakan akan menggunakan seluruh otak melalui pembaruan pola gerakan tertentu untuk membuka bagian-bagian otak yang sebeleumnya tertutup atau terhambat. Septiari (2012: 128) mengemukakan Senam Otak atau Brain Gym adalah serangkaian latihan terangkai atas gerakan-gerakan tubuh yang dinamis, dan menyilang. Gerakangerakan senam otak dibentuk sesuai dengan bagian-bagian otak agar otak dapat berfungsi dengan baik, seperti gerakan tubuh yang menyilang untuk memfungsikan otak bagian kiri dan kanan. Banyak orang yang mengemukakan mengenai brain gym salah satunya adalah Dennison (2009) yang mengemukakan bahwa: Brain Gym adalah serangkaian gerakan sederhana yang menyenangkan yang digunakan oleh para murid Education Citra Lestari dan Margaretha Sri Yuliariatiningsih Kinesiology (Edu-K) untuk meningkatkan kemampuan belajar mereka dengan menggunakan keseluruhan otak. Gerakan-gerakan ini membuat segala macam pelajaran menjadi lebih mudah, dan terutama sangat bermanfaat bagi kemampuan akademik. Tujuan dari brain gym ini adalah untuk mengintegrasikan bagian-bagian otak sehingga dapat membukakan bagianbagian otak yang sebelumnya terhambat dan tertutup sehingga otak dapat bekerja dengan baik. Gerakan-gerakan brain gym banyak sekali manfaatnya seperti yang dikemukakan oleh Septiari (2012: 130): manfaat senam otak yaitu menyeimbangkan otak kanan dan kiri, sehingga logika maupun kreativitas anak menjadi seimbang, selain itu dapat membangun kepercayaan diri, serta berpengaruh positif terhadap peningkatan konsentrasi, peningkatan daya ingat, dan mengendalikan emosi anak. Selain itu manfaat dari brain gym itu dapat mengembangkan 3 dimensi otak, yaitu pertama, dimensi lateralitas, dimensi pemfokusan, dan dimensi pemusatan. Dimensi lateralitas merupakan gerakan menyebrangi garis tengan menyangkut sikap positif. Dimensi pemfokusan yaitu gerkan meregangkan otak yang menyangkut pada hal konsentrasi, pengertian dan pemahaman. Dimensi pemusatan merupakan gerakan dalam meningkatkan energi. METODE Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di TK Haruman, dengan subjek penelitian kelompok B yang berjumlah 16 orang. Penelitian ini dilakukan dalam tiga seiklus dengan dua tindangan yang menggunakan desain penelitian model Elliot. Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi fokus penelitian adalah aktivitas anak selama proses pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan konsentrasi anak dalam aspek perkembangan kognitif. Instrumen penelitian yaitu Observasi, instrumen proses, instrumen performa, wawancara dan dokumentasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada siklus I anak terlihat antusias untuk mengikuti kegiatan dibandingkan dengan sebelumnya yaitu dapat dilihat pada saat melakukan gerakan brain gym. Saat melakukan gerakan anak-anak sudah dapat mengikuti walaupun yang dapat mengikuti sampai selesai masih sedikit dan terlihat belum dapat mengikuti dengan baik. Anak-anak menyenangi gerakan ini karena tidak dituntut untuk selalu duduk di atas karpet, tetapi dengan melakukan gerakan ini anak dapat menggerakan badannya, karena karakteristik anak usia dini itu tidak bisa diam. Seperti yang dijelaskan oleh Biechler dan Snowman (Yus, A, 2011:17) bahwa ciri-ciri fisik anak usia 46 Tahun yaitu Sangat aktif. Kemudian perkembangan kognitif anak belum terlihat meningkat, karena masih banyak anak yang belum mencapai indikator yang ditetapkan. Kemampuan konsentrasi anak sudah meningkat pada siklus II, karena guru menggunakan cara dengan terlebih dahulu menyembunyikan media yang akan dijelaskan dan semua anak menutup mata,kemudian dihitung sampai 3 anak boleh membuka matanya kembali. Cara yang kedua yaitu mengocok kertas di dalam toples, kertas-kertas yang di dalam toples terdapat tulisan nama kegiatan yang akan diberikan contoh terlebih dahulu, cara ini dapat menarik perhatian Uji coba vol anak kelompok A yang berjumlah 18 anak. Anak-anak menyenangi cara yang dilakukan oleh guru sehingga anak mau memperhatikan penjelasan guru, dan saat kegiatan inti anak dapat mengikuti kegiatan sampai selesai. Hal ini disebabkan karena anak usia dini, hanya dapat memperhatikan pada satu objek yang dapat menarik perhatiannya, pernyataan ini seperti yang dikemukan oleh Jean Piaget (Sujiono, 2007:3.13) bahwa anak usia 2-7 tahun yang berada pada tahap praoperasional pemusatan pikiranny pada satu aspek, sehingga anak cenderung hanya memperhatikan pusat dari suatu aspek dalam suatu situasi dan mengabaikan hal-hal lain yang lebih penting. Kemudian perkembangan kognitif anak sudah mulai meningkat yaitu dapat dilihat bahwa perkembangan anak sudah mencapai persentasi 50%. Selanjutnya pada siklus III kemampuan konsentrasi anak sudah mampu mencapai indikator yang ditetapkan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan kemampuan pada aspek perkembangan kognitif. Anak terlihat aktif dalam kegiatan ini, serta sudah dapat mengelompokkan benda banyak dan sedikit, mengklasifikasikan benda ke dalam kelompok yang sama dan mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi ukuran atau warna, hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. KESIMPULAN Berdasarkan pada hasil penelitian mengenai penggunaan metode brain gym dalam meningkatkan konsentrasi anak pada aspek perkembangan kognitif dapat disimpulkan bahwa: 1. Penerapan metode brain gym dalam proses pembelajaran yaitu dengan mempraktikkan gerakan silang, pasang kuda-kuda dan sakelar otak. Gerakan-gerakan itu tepat digunakan 2. 3. oleh anak usia dini karena gerakannya yang tidak terlalu sulit dan sesuai dengan usia anak. Kegunaan gerakan-gerakan tersebut bahwa dapat mengatasi masalah yang ada dalam pembelajaran yaitu mengenai kemampuan konsentrasi untuk meningkatkan kemampuan belajar anak. Agar mendapatkan hasil yang lebih optimal gerakangerakan ini dilakukan dengan cara diulang-ulang karena keterampilan tidak bisa dilakukan hanya dengan satu kali. Aktivitas anak selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode brain gym, mengalami peningkatan. Pada saat guru memberikan contoh kegiatan, serta pada saat melakukan intruksi dari guru dan pada kegiatan inti terlihat lebih menarik sehingga anak termotivasi dan lebih semangat untuk melakukan kegiatan. Anak juga lebih termotivasi untuk melakukan kegiatan, maka muncul aktivitas yang diharapkan. Reward yang diperoleh anak dapat memberikan motivasi kepada anak untuk mengikuti kegiatan, sehingga dapat terlihat anak-anak lebih semangat dan dapat mengikuti kegiatan dengan baik. Peningkatan kemampuan konsentrasi anak dengan menggunakan metode brain gym dapat dilihat dari perkembangan kognitif. Peningkatan kemampuannya sudah terlihat lebih optimal dan dapat dilihat perkembangan kognitif anak yang mendapat bintang 3 mencapai 78,6% pada indikator mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi ukuran atau warna, selanjutnya pada indikator mengelompokkan banyak dan sedikit mencapai sama mencapai 85,7%. Citra Lestari dan Margaretha Sri Yuliariatiningsih DAFTAR PUSTAKA A’la, M. (2010). Tips Asah Ketajaman Konsentrasi Belajar Anak Setajam Silet. Yogyakarta: Flash Books Budiman. (2012). Penerapan Brain Gym Pada Awal Pembelajaran Untuk Meningkatkan Konsentrasi Anak Tuna Grahita Ringan Kelas VII di SLB Bagian C Dharma Asik Kota Depok. http://Repository .upi.edu. Skripsi: Tidak Diterbitkan Dennison. ( 2009 ). Buku Panduan Lengkap Brain Gym. Jakarta: Grasindo Farhani, Tysany N. ( 2012 ). Implementasi Bermain Dalam Mengembangkan Kemampuan Konsentrasi Anak Usia Dini Pada Kelompok B di TK Nasywa. http://Repository .upi.edu. Skripsi: Tidak Diterbitkan Menteri Pendidikan Nasional. (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta Muhammad, A. (2011). Dahsyat Senam Otak. Jogjakarta: DIVA Press Seefeldt & Wasik. (2008). Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks Septiari. ( 2012 ). Mencetak Balita Cerdas Dan Pola Asuh Orang Tua. Yogyakarta: Nuha Medika Sujiono. (2007). Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka Sunarto & Hartono. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta .