penggunaan metode brain gym untuk meningkatkan konsentrasi

advertisement
PENGGUNAAN METODE BRAIN GYM UNTUK
MENINGKATKAN KONSENTRASI ANAK USIA DINI
DALAM ASPEK PERKEMBANGAN KOGNITIF
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Anak Kelas A Di TK Haruman Kecamatan Ujungberung
Kabupaten Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
CITRA LESTARI
MARGARETHA SRI YULIARIATININGSIH
Program Guru Pendidikan Anak Usia Dini
UPI Kampus Cibiru
[email protected]
ABSTRAK
Anak usia dini yang berusia rentang usia 2 – 7 tahun, berada pada tahapan pra-operasional. Pada
tahapan ini anak dapat menggunakan simbol dan penyusunan tanggapan internal, misalnya dalam
permainan, bahasa, dan peniruan. Pada tahap ini terjadi pemusatan pikiran pada satu arah, serta
hanya dapat memfokuskan dirinya dalam waktu yang cepat. Hasil observasi di TK Haruman, anakanak di kelompok A sulit berkonsentrasi pada kegiatan yang dilakukan sehingga jarang dapat
menyelesaikan kegiatan yang sedang dikerjakan. Untuk mengatasi masih tersebut maka dipilih
metode Brain Gym. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Brain Gym dalam proses
pe,belajaran, aktivitas anak selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode Brain Gym,
peningkatan kemampuan konsentrasi anak dengan menggunakan metode brain gym. Konsentrasi
adalah pemusatan perhatian (pikiran) terhadap suatu hal (A’la, M ; 2010,13). Menurut Santrock
(Farhani, 2012:30) perhatian adalah pemusatan sumber-sumber mental. Brain Gym adalah
serangkaian latihan gerak sederhana untuk membantu dalam memudahkan kegiatan sehari-hari.
Brain Gym dikembangkan oleh Dennison, Dennison dan Phill (Muhammad, A, 2011: 87). Metode
penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Desain
penelitian yang digunakan yaitu model Elliot. Berdasarkan data yang didapat di setiap siklus
kemampuan konsentrasi anak mengalami peningkatan, yaitu dapat dilihat dari aktivitas anak
selama proses pembelajaran. Pada siklus I aktivitas anak belum terlihat peningkatan karena masih
banyak anak yang belum memperhatikan guru, siklus II sudah banyak anak yang memperhatikan
penjelasan guru sehingga kemampuan konsentrasi mulai meningkat, dan siklus III kemampuan
konsentrasi anak meningkat secara optimal, karena mampu mencapai indikator yang ditetapkan.
Hal in dapat dilihat dari peningkatan kemampuan pada aspek perkembangan kognitif. Anak terlihat
aktif selama kegiatan, serta dapat mengelompokkan benda banyak dan sedikit, mengklasifikasikan
benda ke dalam kelompok yang sama dan mengurtkan benda berdasarkan seriasi ukuran atau
warna. Dapat disimpulkan bahwa metode Brain Gym dapat meningkatkan konsentrasi anak usia
dini.
Kata kunci: Aktivitas, Brain Gym, Konsentrasi.
Citra Lestari dan Margaretha Sri Yuliariatiningsih
USING BRAIN GYM METHOD TO ENHANCE THE EARLY CHILDHOOD
CONCENTRATION IN THE DEVELOPMENT OF COGNITIVE ASPECT
(Classroom Action Research on The Kinder Garten Children at Group A on TK Haruman
Kecamatan Ujungberung Kabupaten Bandung academic year 2012/2013)
CITRA LESTARI
MARGARETHA SRI YULIARIATININGSIH
Early Chilhood Education Programme
Universitas Pendidikan Indonesia Cibiru Campus
[email protected]
ABSTRACT
Early childhood age range 2-7 years , is at the pre - operational stage . At this stage the
child can use the symbols and the preparation of internal responses , for instance in the
game , language , and imitation . At this stage of concentration occurs in one direction ,
and can only focus on themselves in a fast time . Observations at Haruman kindergarten ,
the children in group A was difficult to concentrate on the activities carried out so rarely
able to complete the activity being undertaken . To overcome these still the chosen method
of Brain Gym . This study aims to determine the application of Brain Gym in the learning
process , child's activity during the learning process by using Brain Gym , improving
children's ability to concentrate by using Brain Gym . Concentration is the focusing of
attention ( mind ) of a thing . Concern is the concentration of mental resources . Brain
Gym is a series of simple movement exercises to assist in facilitating the day-to- day
activities . The method used in this research was Classroom Action Research ( CAR). The
study design used was a model Elliot . Based on the data obtained in each cycle of the
childrens’ ability to increase concentration , which can be seen from the childrens’
activities during the learning process . In the first cycle of activities the children had not
seen an increase because there were many children who did not pay attention to the teacher
, the second cycle had a lot of kids who pay attention to the teacher's explanation that the
ability of concentration began to increase , and the third cycle capabilities in an optimal
concentration increases children , being able to achieve the specified indicators . It can be
seen from the increase in the ability of the aspects of cognitive development . Children
were active during the activities , and could do grouping objects of much and little ,
classify objects into the same group and put the right order in series objects by size or
color . It can be concluded that the methods of Brain Gym can increase the concentration
of early childhood .
Keywords: Activities, Brain Gym, Concentration
Uji coba vol
Anak usia 0 sampai 6 tahun biasa
disebut dengan anak usia dini. Usia dini
disebut dengan usia keemasan, karena
semua aspek perkembangan anak sedang
berkembang dengan baik. Usia dini juga
disebut dengan usia peka, maksudnya
anak sensitif terhadap semua yang ada di
sekitarnya. Anak akan mencari tahu yang
dilihat dan juga anak akan meniru yang
dilihat, maka pada usia dinilah saatnya
anak
menerima
pengetahuan.
Pengetahuan yang didapat oleh anak usia
dini diperoleh melalui rangsanganrangsangan dari lingkungan dan dari
orang dewasa di sekitarnya. Ada pun
pendidikan yang sesuai untuk anak usia
dini yaitu yang sudah dikenal dengan
istilah Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD).
Menurut
Piaget
(Sujiono,
2007:3.7)
tahapan perkembangan
kognitif pada diri individu itu ada empat
tahapan yaitu sensori motor usia 0-2
tahun, pra-operasional usia 2-7 tahun,
konkret operasional uisa 7-11 tahun dan
formal operasional usia 11 sampai
dewasa. Anak usia dini berada pada
tahapan pra-operasional yaitu usia 2-7
tahun yang pada tahapan ini anak dapat
menggunakan simbol dan penyusunan
tanggapan internal, misalnya dalam
permainan, bahasa dan peniruan. Pada
tahap ini juga terjadi pemusatan pikiran
pada satu arah, serta hanya dapat
memfokuskan dirinya dalam waktu yang
cepat.
Konsentrasi adalah memfokuskan
perhatian dan pemikiran pada suatu objek
atau informasi yang biasa didapat melalui
penginderaan, ingatan maupun kegiatan
kognitif lainnya. Dalam kegiatan
pembelajaran di sekolah anak harus
berkonsentrasi terhadap materi-materi
yang disampaikan oleh guru dan dalam
suatu kegiatan bermain atau belajar.
Seperti yang dijelaskan oleh A’la, M
(2010, 16) bahwa “konsentrasi adalah
pemusatan perhatian (pikiran) atau
tingkat perhatian yang tinggi terhadap
suatu hal. Konsentrasi meningkatkan
pemahaman seseorang atas sesuatu yang
dipelajarinya”.
Dari pengalaman yang didapatkan
pada TK Haruman, anak-anak di
kelompok A sulit berkonsentrasi pada
kegiatan yang sedang dilakukan sehingga
jarang dapat menyelesaikan kegiatan
yang sedang dikerjakannya. Hal ini
disebabkan oleh strategi pembelajaran
yang kurang tepat dan media yang
digunakan masih kurang bervariasi.
Untuk mengatasi masih tersebut
maka dipilih metode brain gym.
Penelitian
Dennison
(Muhammad,
2011:87) menunjukkan bahwa Brain
Gym adalah serangkaian gerak sederhana
yang menyenangkan dan digunakan oleh
para murid di Educational Kinesiologi
(Edu-K)
untuk
meningkatkan
kemampuan
belajar
dengan
menggunakan
keseluruhan
otak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
penerapan Brain Gym dalam proses
pembelajaran, aktivitas anbak selama
proses
pembelajaran
dengan
menggunakan metode Brain Gym, serta
peningkatan kemmapuan konsentrasi
anak dengan menggunakan metode Brain
Gym.
Sujiono ( 2007, 1.3) menjelaskan
bahwa “kognitif suatu proses berpikir
yaitu kemampuan individu untuk
menghubungkan,
menilai
dan
mempertimbangkan suatu kejadian atau
peristiwa”. Kognitif merupakan suatu
daya atau potensi dan kemampuan untuk
memahami
sesuatu.
Intelegensi
merupakan suatu aktivitas perwujudan
dari kemampuan kognitif sehingga pada
proses kognitif, berhubungan dengan
tingkat intelegensi seseorang. Maka
setiap orang mempunyai kemampuan
kognitif dan intelegensi yang berbeda
sesuai dengan tingkatan perkembangan
dan usia masing-masing.
Citra Lestari dan Margaretha Sri Yuliariatiningsih
Bekerjanya kognitif dipengaruhi
oleh intelegensi sehingga apabila anak
memiliki kognitif yang baik maka tingkat
kecerdasan seseorang pun akan baik.
Seefeldt
&
Wasik
(2008,
76)
menyebutkan
bahwa
“salah
satu
perubahan kognitif di tahun-tahun
prasekolah antara anak-anak usia tiga ke
empat tahun adalah perkembangan
pikiran simbolik”. Piaget menjelaskan
(Seefeldt & Wasik, 2008:76) bahwa
‘pikiran simbolik adalah kemampuan
menghadirkan secara mental atau
simbolis objek konkrit, tindakan dan
peristiwa’. Anak usia prasekolah itu
memiliki pemikiran yang masih khayalan
atau bersifat fantasi dalam pikiran
simbolis ini anak mencoba membuat
menjadi nyata dari yang dipikirkan atau
dikhayalkan dan hal itu membuatnya
senang.
Kemampuan kognitif dapat dilihat
dari ilmu pengetahuan yang dikuasai oleh
tiap orang, sebagaimana dapat diketahui
dari hasil belajar. Sunarto & Hartono
(2008, 11) menjelaskan bahwa hasil
belajar merupakan perpaduan anatara
faktor
pembawaan
dan
pengaruh
lingkungan (faktor dasar dan ajar).
Lingkungan
yang
baik
akan
meningkatkan
kemamuan
kognitif
seseorang.
Anak memiliki cara berpikir yang
berbeda dengan orang dewasa, maka cara
berpikir seorang anak dapat berkembang
sesuai
dengan
usianya.
Piaget
mengemukakan kembali (Sujiono, 2007:
3.5) bahwa ‘perkembangan kognitif
mempunyai empat aspek, yakni’:
1. Kematangan
2. Pengalaman,
3. Transmisi sosial,
4. Ekuilibrasi,
Kematangan dinyatakan apabila
semua
susunan
syaraf
sudah
berkembangan dan mencapai pada tahap
perkembangannya
sehingga
siap
digunakan dan bekerja dengan baik.
Dalam perkembangan kognitif bisa
dikatakan matang apabila seseorang
sudah siap untuk berpikir. Pengalaman
yang didapatkan oleh seseorang akan
memberikan pengaruh yang besar pada
semua perkembangan termasuk pada
perkembangan kognitif, sebagai contoh
anak yang mendapatkan stimulus untuk
perkembangannya dengan baik dan
dengan fasilitas yang lebih banyak atau
lebih lengkap akan memiliki kemampuan
kognitif yang lebih baik dibandingkan
dengan anak yang mendapatkan stimulus
namun fasilitas yang seadanya, karena
dapat dilihat dari pengetahuan yang
didapatkan.
A’la,
M
(2010,
13)
mengemukakan
tentang konsentrasi
adalah pemusatan perhatian (pikiran) atau
tingkat perhatian yang tinggi terhadap
suatau hal. Konsentrasi merupakan suatu
kemampuan sehingga membutuhkan
pelatihan
untuk
meningkatkan
kemampuan ini. Pelatihan yang bisa
dilakukan yaitu dengan sering melakukan
pengulangan pada setiap aktivitas, dari
setiap pengulangan harus memiliki
tingkat pengulangan yang lebih lanjut
sehingga dapat dilihat peningkatannya.
Agar memiliki kemampuan konsentrasi
yang baik, maka sejak dini kemampuan
konsentrasi harus mulai dilatihkan.
Dengan demikian semakin bertambah
usia seseorang maka kemampuan
konsentrasinya di saat dewasa akan
semakin baik dan akan berpengaruh baik
terhadap masa depannya.
Pengertian lain dari konsentrasi
merupakan kemampuan untuk memahami
objek
yang
diperhatikan
dan
membutuhkan perhatian yang fokus pada
satu objek tersebut. Dengan konsentrasi
yang baik akan mengerti objek yang
diperhatikan, dan seseorang akan mudah
untuk mengerjakan suatu pekerjaan, juga
akan mudah sukses.
Dalam
berkonsentrasi
yang
dibutuhkan adalah perhatian penuh pada
objek yang dilihat dan dikerjakan.
Uji coba vol
Bahkan dalam konsentrasi bukan hanya
pikiran yang difokuskan tetapi panca
indera harus berpusat pada objek tersebut.
Seperti yang dijelaskan oleh
Santrock (Farhani, 2012: 30) perhatian
adalah pemusatan sumber-sumber mental.
Ketika perhatian berfokus pada satu
objek maka semua sumber-sumber
mental sedang berfokus pada objek
tersebut dan memperhatikan secara teliti.
Saat
sedang
mendengarkan
perintah dari siapa pun misalnya guru
dalam menyampaikan materi di sekolah
semua panca indera dipakai mulai dari
penglihatan, pendengaran,
terutama
pikiran dan berfokus pada yang
dibicarakan oleh guru. Perasaan harus
berfokus pada objek tersebut, apabila hati
berkata tidak ingin mendengarkan dan
tidak peduli dengan yang dibicarakan
maka makna dari yang dibicarakan tidak
akan ada artinya. Atas dasar tersebut
kemampuan untuk berkonsentrasi perlu
ditingkatkan
karena
berpengaruh
terhadap pribadi seseorang.
Budiman (2012, 21) menerangkan
bahwa konsentrasi dalam belajar adalah
memusatkan segenap kekuatan perhatian
pada suatu situasi belajar. Perhatian
merupakan aspek yang pertama yang
dibutuhkan dalam proses belajar.
Perhatian ini didapat melalui panca
indera yang pertama yaitu dilihat oleh
mata dan disimpan pada otak. Panca
indera yang lainnya menjadi pendukung
dari proses konsentrasi untuk menerima
informasi atau pelajaran pada saat belajar,
Banyak
cara
yang
dapat
digunakan dalam meningkatkan kualitas
intelegensi, dan bahkan beberapa cara
atau metode untuk meningkatkannya,
untuk meningkatkan kualitas intelegensi
harus dikembangkan dari usia dini.
Namun tidak ada cara yang menjamin
seratus persen untuk meningkatkannya,
tetapi
dapat
berusaha
untuk
mengembangkannya
semaksimal
mungkin. Salah satu caranya yaitu
memberikan nutrisi yang tepat dan
memberikan
stimulus,
dengan
membiarkan anak untuk bergerak.
Dengan
bergerak
tidak
hanya
berpengaruh terhadap fisik, tetapi
berpengaruh juga terhadap perkembangan
otak anak.
Salah satu metode yang dapat
digunakan
dalam
meningkatkan
intelegensi anak yaitu dengan brain gym
atau senam otak. Brain gym atau senam
otak adalah serangkaian latihan gerak
sederhana untuk membantu dalam
memudahkan kegiatan belajar dan
kegiatan-kegiatan sehari-hari. Brain Gym
atau senam otak dikembangkan oleh Paul
E. Dennison,
Phill dan Gail E.
Dennison yang merupakan pelopor
pendidikan di Amerika Serikat dalam
penelitian penerapan otak. Dennison
(Muhammad, A 2011: 87) menjelaskan
bahwa:
Senam otak dengan metode
latihan Edu-K atau pelatihan dan
gerakan akan menggunakan
seluruh otak melalui pembaruan
pola gerakan tertentu untuk
membuka bagian-bagian otak
yang sebeleumnya tertutup atau
terhambat.
Septiari
(2012:
128)
mengemukakan Senam Otak atau Brain
Gym adalah serangkaian latihan terangkai
atas gerakan-gerakan tubuh yang
dinamis, dan menyilang. Gerakangerakan senam otak dibentuk sesuai
dengan bagian-bagian otak agar otak
dapat berfungsi dengan baik, seperti
gerakan tubuh yang menyilang untuk
memfungsikan otak bagian kiri dan
kanan.
Banyak
orang
yang
mengemukakan mengenai brain gym
salah satunya adalah Dennison (2009)
yang mengemukakan bahwa:
Brain Gym adalah serangkaian
gerakan
sederhana
yang
menyenangkan yang digunakan
oleh para murid Education
Citra Lestari dan Margaretha Sri Yuliariatiningsih
Kinesiology (Edu-K) untuk
meningkatkan
kemampuan
belajar
mereka
dengan
menggunakan keseluruhan otak.
Gerakan-gerakan ini membuat
segala macam pelajaran menjadi lebih
mudah, dan terutama sangat bermanfaat
bagi kemampuan akademik. Tujuan dari
brain
gym
ini
adalah
untuk
mengintegrasikan bagian-bagian otak
sehingga dapat membukakan bagianbagian otak yang sebelumnya terhambat
dan tertutup sehingga otak dapat bekerja
dengan baik.
Gerakan-gerakan
brain
gym
banyak sekali manfaatnya seperti yang
dikemukakan oleh Septiari (2012: 130):
manfaat senam otak yaitu
menyeimbangkan otak kanan
dan kiri, sehingga logika
maupun kreativitas anak menjadi
seimbang, selain itu dapat
membangun kepercayaan diri,
serta
berpengaruh
positif
terhadap
peningkatan
konsentrasi, peningkatan daya
ingat, dan mengendalikan emosi
anak.
Selain itu manfaat dari brain gym
itu dapat mengembangkan 3 dimensi
otak, yaitu pertama, dimensi lateralitas,
dimensi pemfokusan, dan dimensi
pemusatan.
Dimensi
lateralitas
merupakan gerakan menyebrangi garis
tengan menyangkut sikap positif.
Dimensi pemfokusan yaitu gerkan
meregangkan otak yang menyangkut
pada hal konsentrasi, pengertian dan
pemahaman.
Dimensi
pemusatan
merupakan gerakan dalam meningkatkan
energi.
METODE
Metode penelitian yang digunakan
pada penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan di TK
Haruman, dengan subjek penelitian
kelompok B yang berjumlah 16 orang.
Penelitian ini dilakukan dalam tiga
seiklus dengan dua tindangan yang
menggunakan desain penelitian model
Elliot.
Dalam penelitian tindakan kelas
ini yang menjadi fokus penelitian adalah
aktivitas
anak
selama
proses
pembelajaran
dalam
meningkatkan
kemampuan konsentrasi anak dalam
aspek perkembangan kognitif. Instrumen
penelitian yaitu Observasi, instrumen
proses, instrumen performa, wawancara
dan dokumentasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada siklus I anak terlihat antusias
untuk mengikuti kegiatan dibandingkan
dengan sebelumnya yaitu dapat dilihat
pada saat melakukan gerakan brain gym.
Saat melakukan gerakan anak-anak sudah
dapat mengikuti walaupun yang dapat
mengikuti sampai selesai masih sedikit
dan terlihat belum dapat mengikuti
dengan baik. Anak-anak menyenangi
gerakan ini karena tidak dituntut untuk
selalu duduk di atas karpet, tetapi dengan
melakukan gerakan ini anak dapat
menggerakan
badannya,
karena
karakteristik anak usia dini itu tidak bisa
diam. Seperti yang dijelaskan oleh
Biechler dan Snowman (Yus, A,
2011:17) bahwa ciri-ciri fisik anak usia 46 Tahun yaitu Sangat aktif. Kemudian
perkembangan kognitif anak belum
terlihat meningkat, karena masih banyak
anak yang belum mencapai indikator
yang ditetapkan.
Kemampuan konsentrasi anak
sudah meningkat pada siklus II, karena
guru menggunakan cara dengan terlebih
dahulu menyembunyikan media yang
akan dijelaskan dan semua anak menutup
mata,kemudian dihitung sampai 3 anak
boleh membuka matanya kembali. Cara
yang kedua yaitu mengocok kertas di
dalam toples, kertas-kertas yang di dalam
toples terdapat tulisan nama kegiatan
yang akan diberikan contoh terlebih
dahulu, cara ini dapat menarik perhatian
Uji coba vol
anak kelompok A yang berjumlah 18
anak. Anak-anak menyenangi cara yang
dilakukan oleh guru sehingga anak mau
memperhatikan penjelasan guru, dan saat
kegiatan inti anak dapat mengikuti
kegiatan sampai selesai. Hal ini
disebabkan karena anak usia dini, hanya
dapat memperhatikan pada satu objek
yang dapat menarik perhatiannya,
pernyataan ini seperti yang dikemukan
oleh Jean Piaget (Sujiono, 2007:3.13)
bahwa anak usia 2-7 tahun yang berada
pada tahap praoperasional pemusatan
pikiranny pada satu aspek, sehingga anak
cenderung hanya memperhatikan pusat
dari suatu aspek dalam suatu situasi dan
mengabaikan hal-hal lain yang lebih
penting.
Kemudian
perkembangan
kognitif anak sudah mulai meningkat
yaitu dapat dilihat bahwa perkembangan
anak sudah mencapai persentasi 50%.
Selanjutnya pada siklus III
kemampuan konsentrasi anak sudah
mampu mencapai indikator yang
ditetapkan. Hal ini dapat dilihat dari
peningkatan kemampuan pada aspek
perkembangan kognitif. Anak terlihat
aktif dalam kegiatan ini, serta sudah
dapat mengelompokkan benda banyak
dan sedikit, mengklasifikasikan benda ke
dalam kelompok yang sama dan
mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi
ukuran atau warna, hal ini sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2009
tentang Standar Pendidikan Anak Usia
Dini.
KESIMPULAN
Berdasarkan pada hasil penelitian
mengenai penggunaan metode brain gym
dalam meningkatkan konsentrasi anak
pada aspek perkembangan kognitif dapat
disimpulkan bahwa:
1. Penerapan metode brain gym dalam
proses pembelajaran yaitu dengan
mempraktikkan gerakan silang,
pasang kuda-kuda dan sakelar otak.
Gerakan-gerakan itu tepat digunakan
2.
3.
oleh anak usia dini karena
gerakannya yang tidak terlalu sulit
dan sesuai dengan usia anak.
Kegunaan gerakan-gerakan tersebut
bahwa dapat mengatasi masalah yang
ada dalam pembelajaran yaitu
mengenai kemampuan konsentrasi
untuk meningkatkan kemampuan
belajar anak. Agar mendapatkan
hasil yang lebih optimal gerakangerakan ini dilakukan dengan cara
diulang-ulang karena keterampilan
tidak bisa dilakukan hanya dengan
satu kali.
Aktivitas anak selama proses
pembelajaran dengan menggunakan
metode brain gym, mengalami
peningkatan.
Pada
saat
guru
memberikan contoh kegiatan, serta
pada saat melakukan intruksi dari
guru dan pada kegiatan inti terlihat
lebih menarik sehingga anak
termotivasi dan lebih semangat untuk
melakukan kegiatan. Anak juga lebih
termotivasi
untuk
melakukan
kegiatan, maka muncul aktivitas
yang diharapkan. Reward yang
diperoleh anak dapat memberikan
motivasi
kepada
anak
untuk
mengikuti kegiatan, sehingga dapat
terlihat anak-anak lebih semangat
dan dapat mengikuti kegiatan dengan
baik.
Peningkatan kemampuan konsentrasi
anak dengan menggunakan metode
brain gym dapat dilihat dari
perkembangan kognitif. Peningkatan
kemampuannya sudah terlihat lebih
optimal
dan
dapat
dilihat
perkembangan kognitif anak yang
mendapat bintang 3 mencapai 78,6%
pada indikator mengurutkan benda
berdasarkan 5 seriasi ukuran atau
warna, selanjutnya pada indikator
mengelompokkan banyak dan sedikit
mencapai
sama mencapai 85,7%.
Citra Lestari dan Margaretha Sri Yuliariatiningsih
DAFTAR PUSTAKA
A’la, M. (2010). Tips Asah Ketajaman
Konsentrasi Belajar Anak Setajam Silet.
Yogyakarta: Flash Books
Budiman. (2012). Penerapan Brain Gym
Pada
Awal
Pembelajaran
Untuk
Meningkatkan Konsentrasi Anak Tuna
Grahita Ringan Kelas VII di SLB Bagian
C
Dharma
Asik
Kota
Depok.
http://Repository .upi.edu. Skripsi: Tidak
Diterbitkan
Dennison. ( 2009 ). Buku Panduan
Lengkap Brain Gym. Jakarta: Grasindo
Farhani, Tysany N. ( 2012 ).
Implementasi
Bermain
Dalam
Mengembangkan
Kemampuan
Konsentrasi Anak Usia Dini Pada
Kelompok
B
di
TK
Nasywa.
http://Repository .upi.edu. Skripsi: Tidak
Diterbitkan
Menteri Pendidikan Nasional. (2009).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 58 Tahun
2009 Tentang Standar Pendidikan Anak
Usia Dini. Jakarta
Muhammad, A. (2011). Dahsyat Senam
Otak. Jogjakarta: DIVA Press
Seefeldt & Wasik. (2008). Pendidikan
Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks
Septiari. ( 2012 ). Mencetak Balita
Cerdas Dan Pola Asuh Orang Tua.
Yogyakarta: Nuha Medika
Sujiono. (2007). Metode Pengembangan
Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka
Sunarto
&
Hartono.
(2008).
Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Rineka Cipta
.
Download