BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan sarana yang sangat penting bagi manusia. Kita bergaul dan berkomunikasi, mencapai informasi serta mengendalikan pikiran sikap dan perbuatan dengan menggunakan bahasa. Kemampuan bahasa bukan merupakan kemampuan yang bersifat alamiah. Salah satu upaya meningkatkan kemampuan komunikasi Anak Usia dini adalah dengan cara perbaikan proses belajar mengajar atau pembelajaran. Perkembangan bahasa diajarkan agar anak memiliki pemahaman dan komunikasi melalui kata, ujaran dan tulisan yang diperlukan dalam kegiatan berkomunikasi dengan individu lain baik anak maupun orang dewasa dengan secara verbal maupun non verbal. Pengembangan ini mempunyai dua tujuan yaitu: 1 ) mendengar dan berbicara, 2) membaca dan menulis. Para pendidik sangatlah penting mengetahui bagaimana cara belajar berbahasa anak , hal ini berkaitan dengan pembelajaran bahasa anak. Perkembangan berbicara dan menulis merupakan suatu proses yang menggunakan bahasa ekspresif dalam membentuk arti. Perkembangan berbicara pada awal dari anak yaitu menggumam maupun membeo, sedangkan perkembangan menulis pada anak berawal dari kegiatan mencoret-coret sebagai hasil ekspresi anak. 1 2 Bocoler dan linke (1996) memberikan suatu gambar tentang kemampuan berbahasa anak usia 3-5 tahun. Pada usia 3 tahun anak menggunakan banyak kosa kata dan tanda Tanya “apa”, “siapa”, sedangkan pada usia 4 tahun anak mulai pandai bercakap-cakap, seperti memberi nama usia, alamat, dan sudah mulai memahami waktu. Seorang anak dapat dikatakan memiliki suatu kompetensi berkomunikasi setelah memahami penggunaan bahasa yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Dalam hal ini anak perlu membutuhkan suatu bimbingan dari orang yang telah dewasa untuk membimbing anak dalam menggunakan kalimat atau kosa kata yang paling tepat di dalam menyampaikan suatu kata. Berbicara bukan sekedar pengucapan kata/bunyi, tetapi merupakan suatu alat untuk mengekspresikan, menyampaikan dan menyatakan kata atau mengkomunikasi pikiran, ide-ide maupun suatu perasaan yang sedang dialami anak, contohnya sedih dan senang. Adapun tujuan dari berbicara yaitu untuk memberitahu, menghibur, melapor, membujuk, dan menyakinkan seseorang, ada beberapa faktor yang dapat dijadikan dalam aspek kebahasan, yaitu: 1) ketepatan ucapan (pelafalan), 2) penekanan/penempatan nada dan durasi yang sesuai, 3) pemilihan kata, dan 4) ketepatan sasaran pembicaraan (tata krama). Hurlock (2005:5) mengemukakan 3 kriteria untuk mengukur kemampuan berbicara anak, apakah anak berbicara secara benar/sekedar membeo sebagai berikut : 1. Anak mengetahui arti kata yang digunakan dan mampu menghubungkan 3 dengan objek yang diwakili. 2. Anak mampu melafalkan kata-kata yang dapat dipahami orang lain dengan mudah. 3. Anak dapat memahami kata-kata tersebut, bukan karena telah sering mendengar/menduga-menduga. Awal masa kanak-kanak terkenal sebagai masa yang senang bicara, karena sering kali anak dapat berbicara dengan mudah tidak terputus-putus bicaranya. Adapun faktor-faktor yang terpenting didalam anak banyak bicara yaitu : 1. Inteligensi Yaitu semakin cerdas (pintar), semakin cepat anak menguasai keterampilan berbicara. 2. Jenis disiplin Yaitu anak-anak yang cenderung dibesarkan dengan cara disiplin lebih banyak bicaranya dari pada suatu kekerasan. 3. Posisi urutan Yaitu anak sulung cenderung/didorong orang tua untuk banyak berbicara dari pada adiknya. 4. Besarya keluarga Semakin besar jumlah keluarga, semakin banyak orang yang di ajak bicara. Kemampuan berbahasa anak merupakan suatu hal yang penting, karena dengan bahasa tersebut anak dapat berkomunikasi dengan teman atau 4 orang-orang di sekitarnya. Bahasa merupakan bentuk utama dalam mengekspresikan pikiran dan pengetahuan sehingga anak dapat berhubungan dengan orang lain. Anak yang sedang tumbuh dan berkembang dapat juga mengkomunikasikan kebutuhan, pikiran dan perasaannya melalui bahasa dan kata- kata yang mempunyai makna unik. Pada anak usai dini bahasa yang digunakan terbatas pada pengetahuan tentang penggunaan bahasa dan makna. Anak-anak masuk ke taman kanak-kanak dengan kemampuan subtansial untuk berbicara dan mendengarkan. Meskipun demikian, selama masa taman kanak-kanak kemampuan ini harus di kembangkan dan di perbaiki. Anak-anak harus belajar menggunakan dan memperluas kosa kata bahasa lisan mereka untuk menjelaskan ide-ide, Untuk mendiskusikan objek dan peristiwa mereka seharusnya suka berbagi pengalaman dengan gembira dalam belajar dan menggunakan kata-kata baru. Menurut Hurlock (dalam Kamtin, 2005:3), masa kanak-kanak merupakan masa yang ideal untuk mempelajari ketrampilan tertentu. Ia menyebutkan tiga alasan. Pertama, anak-anak senang mengulang–mengulang sehingga mereka dengan senang hati mau mengulangi aktifitas sampai mereka terampil melakukannya. Kedua, anak-anak bersifat pemberani sehingga tidak terhambat oleh rasa takut jika dirinya mengalami sakit atau diejek oleh teman-temannya sebagaimana ditakuti anak-anak yang lebih besar. Ketiga, anak mudah dan cepat belajar karena tubuh mereka masih sangat lentur serta ketrampilan yang dimiliki baru sedikit sehingga ketrampilan yang dikuasi tidak mengganggu ketrampilan yang sudah ada. 5 Anak usia TK seharusnya sudah bisa dan berani berbicara tentang kejadian di sekitar secara sederhana, namun tidaklah mudah bagi seorang guru untuk mencapai tujuan tersebut. Berbagai kendala sering muncul dalam membantu anak berkomunikasi, seperti halnya anak-anak di TK B Kebonromo IV Sragen. Beberapa permasalahan yang dialami siswa di TK Kebonromo IV yaitu, saat giliran maju untuk menceritakan kejadian secara urut banyak yang tidak mau, anak masih belum lancar berbicara dengan guru, berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti mengidentifikasi penyebabnya. Guru dalam mengajarkan berkomunikasi pada anak di TK Kebonromo IV, hanya bertanya beberapa pertanyaan singkat di buku kegiatan, saat guru menjelaskan materi pembelajaran sebelum melakukan kegiatan. Sebagai contoh yang ditanyakan oleh Guru adalah sebagai berikut: gambar apakah di majalah ini anak-anak? Kemudian anak-anak menjawab pertanyaan dari guru, gambar gajah bu? Tanya jawab yang dilakukan guru kepada anak tidak terlalu panjang karena anak hanya menjawab 1-2 kata saja. Hal seperti itu pun yang menjawab tidak semua anak melainkan sebagian saja. Jika anak disuruh maju ke depan untuk menceritakan kejadian secara urut tidak ada yang berani. Dari urain tersebut diatas, diketahui bahwa rendahnya kemampuan berkomunikasi disebabkan oleh cara guru berkomunikasi dengan anak terlalu singkat. Anak tidak diberi kesempatan untuk berbicara yang panjang, selain itu juga di pengaruhi oleh kemandirian anak, tidak percaya diri, malu untuk berhadapan teman/ guru-gurunya. Hal tersebut bisa disebabkan oleh anak yang tinggalnya di desa yang suka pendiam dan kurang berani berhadapan dengan 6 orang lain. Proses komunikasi dapat berjalan lancar atau efektif dan mencapai hasil yang memuaskan, apabila didukung oleh beberapa faktor yaitu keadaan lingkungan, faktor teknis, kultur setempat, bahasa yang digunakan, umpan balik dan keadaan komunikan. Upaya meningkatkan kemampuan anak untuk berbicara perlu komunikasi yang baik dan benar. Adapun kelebihan dari bermain peran antara lain: anak akan lebih merasa tertarik, menambah daya konsentrasi anak dan kosakata anak, selain itu juga anak tidak cepat merasa bosan. Sebagai solusi peneliti menggunakan metode bermain peran karena ingin mengetahui anak untuk berani berbicara dengan tepat, lancar dan kalimat yang panjang. Peneliti juga ingin mengetahui kemampuan berbicara melalui bermain peran. Anak usia dini di TK kebonromo IV Sragen supaya berani berkomunikasi dengan lancar, oleh karena itu peneliti mengusulkan penggunaan metode bermain peran untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi pada anak. B. Pembatasan Masalah Dari Permasalahan di atas penulis membatasi sebagai berikut : 1. Untuk berkomunikasi dibatasi pada kemampuan berbicara dengan lancar di depan kelas dan dapat menceritakan suatu kejadian secara urut. 2. Dalam kegiatan bermain dibatasi dengan menggunakan bermain peran makro di TK Kebonromo IV Sragen. 7 C. Rumusan Masalah Sesuai dengan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, penulis mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut : Apakah metode bermain peran dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi pada anak di TK Kebonromo IV Sragen? D. Tujuan Penelitian 1. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi, pada anak di TK Kebonromo Sragen. 2. Secara khusus, penelitian ini ditujukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berkomunikasi pada anak melalui metode bermain peran di TK Kebonromo IV Sragen. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai suatu Karya Ilmiah, maka penelitian ini dapat diharapkan memberi masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan mengenai Penggunaan Metode Bermain Peran untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi pada anak. b. Sebagai pijakan dan referensi pada penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan berkomunikasi pada anak usia dini. 8 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru Guru TK akan memperoleh tambahan pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam berkomunikasi yang memungkinkan tambahan pengetahuan tersebut untuk diterapkan. b. Bagi Siswa Siswa akan menambah pengetahuan dan memperoleh banyak kosa kata, meningkatkan kemampuan komunikasi anak. c. Bagi Sekolah Sekolah akan lebih paham dalam meningkatkan kemampuan anak dalam berkomunikasi dengan orang lain. d. Bagi Penulis Lain Untuk penelitian lain jika membaca hasil skripsi kami akan menjadi lebih paham cara meningkatkan kemampuan anak berkomunikasi, sehingga bisa diterapkan dimana ia berada.