BAB II TINJAUAN PUSTAKA Lingkup bahan ajar ekonomi di SMA cukup luas, sehingga tidak bisa dijangkau secara tuntas dalam pembelajaran tatap muka terjadwal. Menurut Badan Standart Nasional Pendidikan tahun 2006(BSNP:205) bahwa mata pelajaran ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi, dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, dan/atau distribusi. Luasnya ilmu ekonomi dan terbatasnya waktu yang tersedia membuat standar kompetensi dan kompetensi dasar ini dibatasi dan difokuskan kepada fenomena empirik ekonomi yang ada disekitar peserta didik, sehingga peserta didik dapat merekam peristiwa ekonomi yang terjadi disekitar lingkungannya dan mengambil manfaat untuk kehidupannya yang lebih baik. Pembagian alokasi waktu di dalam KTSP, pembelajaranjam tatap muka per minggu untuk SMA/MA/SMALB/SMK/MAK adalah 38 sampai dengan 39 jam pembelajaran, sedangkan alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 45 menit dan waktu pembelajaran yang tersedia selama satu semester minimal hanya 17 minggu efektif.Alokasi waktu Ekonomi untuk SMA kelas X sebanyak 2jam/minggu, sedangkan untuk kelas XI IPS 4 jam / minggu. Dengan demikian alokasi waktu untuk mata pelajaran Ekonomi kelas X adalah 34 jam pelajaran dan untuk kelas XI IPS adalah 68 jam selama satu semester . 7 8 Mengingat materi yang luas selalu berubah dan berkembang, sedangkan jam tatap muka terbatas maka di dalam KTSP diberi ruang bagi guru untuk memberi kesempatan kepada murid untuk mendalami materi melalui kegiatan mandiri terstruktur dan mandiri tidak terstruktur. Penugasan Terstruktur adalah kegiatan pembelajaran berupa pendalaman materi untuk peserta didik, dirancang guru untuk mencapai kompetensi yang dituntut. Batas waktu penyelesaian penugasan ditentukan oleh guru. Beberapa siswa mempunyai aktivitas yang berbeda-beda diluar sekolah, karena tidak terjadwal maka penyelesaian tugasnya dapat diatur sesuai kesempatan yang ada dan gaya belajar siswa yang bersangkutan. Motivasi siswa akan mempengaruhi gaya belajar siswa dan cara menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Dalam kegiatan ini tidak terjadi interaksi langsung antara guru dengan peserta didik. Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran berupa pendalaman materi untuk peserta didik, dirancang guru untuk mencapai kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan ditentukan oleh peserta didik dan tidak terjadi interaksi langsung antara pendidik dengan peserta didik. Menurut Mulyasa (2007:21) waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur bagi peserta didik pada SD/MI/SDLB maksimum 40%, pada SMP/MTs/SMPLB maksimum 50% dan pada SMA/MA/SMALB/SMK/MAK maksimum 60% dari jumlah waktu kegiatan tatap muka dari mata pelajaran yang bersangkutan. Dalam pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan kecepatan kelambatan kerja siswa Pembelajaran mata pelajaran ekonomi memungkinkan siswa memiliki kemampuan cara siswa berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri. Ada 9 materi yang terkait dengan analisis grafis matematik, statistik serta akuntansi yang memang menuntut latihan yang banyak, sementara hari dan jadwal belajar yang terjadwal terbatas waktunya. Untuk mencapai hal tersebut, siswa perlu diberikannya tugas mandiri agar menguasai konsep-konsep, mengembangkan keterampilan dan sikap siswa yang ditunjukkan dengan keberanian berargumentasi, memberi saran dalam diskusi, serta meningkatnya kreatifitas siswa selama proses pengajaran berlangsung yang direkam melalui observasi dan catatan lapangan, sehingga siswa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri dalam kehidupan nyata. Melalui pelibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran memecahkan permasalahan nyata dalam kehidupannya merangsang siswa untuk selalu tanggap terhadap permasalahan yang ada di lingkungan sekitarnya. Pemberian tugas mandiri juga mampu meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas. Secara khusus belajar penemuan akan melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain. Untuk mencapai hal diatas kegiatan pembelajaran tidak hanya berlangsung di dalam kelas tetapi bisa juga di luar kelas melalui penugasan mandiri. Menurut Suherman, dkk (2001:www.scribd.com) beberapa keunggulan metode penemuan adalah sebagai berikut: 1. Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakankemampuan untuk menemukan hasil akhir 10 2. Siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri prosesmenemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih mudah diingat 3. Menemukan sendiri akan menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat 4. Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebihmampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks 5. Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri. Pemberian tugas mandiri itu diberikan untuk mengisi kekurangan penguasaan materi pada jam tatap muka serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan dan pengetahuannya. Selain itu tugas disampaikan untuk mengembangkan cara belajar mandiri siswa denganmenemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari maupunpengertian yangditemukan sendiri, pengertian tersebut merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan, maka hasil yang diperolehakan tahan lama dalam ingatan dandimaksudkan untuk mengatasi terjadinya lupa dalam proses belajar. MenurutMuvida (2011:www.blogmuvida.com) dalam teori Thorndike yaknihukum belajar antara lain adalah The Law Exercise yang terbagi menjadi dua yaitu : 1. Koneksi antara stimulus dan respons menguat saat keduanya dipakai. Dengan kata lain melatih koneksi ( hubungan ) antara situasi yang 11 menstimulasi dengan suatu respons akan memperkuat koneksi diantara keduanya. Bagian dari hukum latihan ini dinamakan law of use ( hukum penggunaan ). 2. Koneksi antara stimulus dan respons akan melemah apabila praktik hubungan dihentikan atau jika ikatan neural tidak dipakai. Bagian dari hukum latihan ini dinamakan law of disuse ( hukum ketidak gunaan ). Hal tersebut berarti makin sering diulangi materi pelajaran yang diterimanya akan semakin dikuasai dan bila materi pelajaran tidak diulangi atau tidak dipakai, maka informasi yang diterimanya akan mudah hilang.Menurut Dimyati & Mudjior (2002:243-244)Proses terjadinya gejala lupa dapat dilacak dan diperbaiki dalam proses belajar ulang. Proses terjadinya gejala lupa tersebut dapat terlihat dalam gambar 2.1 berikut 1 Konsentrasi Keluar 2 Mengolah 3 Menyimpan Keluar 4 Menggali 5 Berprestasi Lupa Gambar 2.1 : Proses Terjadinya Gejala Lupa Gambar 2.1 melukiskan suatu proses belajar yang memungkinkan terjadinya lupa. Proses lupa sebagai berikut. (1) Pebelajar melakukan konsentrasi terhadap bahan ajar. Pemusatan perhatian tersebut dapat menurun karena lelah atau memang lemah.Akibatnya pada bahan ajar yang keluar dan tak terterima.(2)Pebelajar mengolah bahan ajar yang diterima. (3) Apa yang terolah 12 akan disimpan, tetapi ada bagian yang keluar. Dengan demikian siswa menyimpan bagian bahan ajar yang terolah dengan baik. (4) Dalam menghadapi tugas-tugas belajar lanjut, maka siswa akan menggali pengetahuan dan pengalaman belajar yang tersimpan. Pebelajar memanggil pesan yang tersimpan. Ada pesan yang dilupakan, sehingga tidak dapat digunakan untuk mencapai prestasi yang diharapkan. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menggali kembali materi yang telah diberikan adalah dengan pengayaan berupa pemberian tugas.(5) Pebelajar menggunakan pesan-pesan yang telah dipelajari untuk berprestasi. Pada proses menggali dan berprestasi dapat terjadi gejala lupa, karena siswa lupa memanggil pesan yang tersimpan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa “keluarnya” pesan pada siswa terjadi saat konsentrasi dan mengolah pesan. Sedangkan gejala lupa terjadi pada siswa saat menggali dan berprestasi. Hal ini menunjukkan bahwa proses berkonsentrasi dan pengolahan pesan dapat dipertinggi mutunya. Kurikulum yang dirancang dapat mengacu pada penguasaan kompetensi (seperti pada KTSP) maka murid harus menguasai kompetensi secara tuntas. Ketuntasan itu tercermin pada prestasi belajar yang tertera dalam rapor. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 tahun 2006 tentang standart kompetensi kelulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) / Madrasah Aliyah (MA) Mata Pelajaran Ekonomi SMA/MA adalah : 1. Menganalisis permasalahan ekonomi dalam kaitannya dengan kebutuhan manusia dan sistem ekonomi. Diharapkan siswa dapat mengaplikasikan 13 ilmu ekonomi yang diperolehnya untuk menganalisis permasalahan ekonomi yang muncul dalam kehidupannya sehari-hari. 2. Mendeskripsikan kegiatan ekonomi produsen, konsumen, permintaan, penawaran dan harga keseimbangan melalui mekanisme pasar. 3. Mendeskripsikan kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi dalam kaitannya dengan pendapatan nasional, konsumsi, tabungan dan investasi, uang dan perbankan. 4. Memahami pembangunan ekonomi suatu negara dalam kaitannya dengan ketenagakerjaan, APBN, pasar modal dan ekonomi terbuka. 5. Menyusun siklus akuntansi perusahaan jasa dan perusahaan dagang. 6. Memahami fungsi-fungsi manajemen badan usaha, koperasi dan kewirausahaan. SKL ( Standart Kompetensi Kelulusan ) diatas adalah standart minimal yang harus dikuasai oleh seorang lulusan, dan itu merupakan tugas guru mata pelajaran untuk meningkatkan kadar kedalaman dan keluasan penguasaan materi oleh siswa. Mengingat jam belajar yang terbatas, maka oleh pemerintah di anjurkan untuk memperagai tugas terstruktur dan mandiri tidak terstruktur, yang bobotnya 60% dari tatap muka terjadwal. Inilah yang oleh guru mata pelajaran diwujudkan melalui pemberian tugas yang sering dikenal PR (Pekerjaan Rumah). Itu berarti, siswa yang mengerjakan tugas maka dengan otomatis siswa akan belajar. Hasil belajar tidak hanya untuk mendapat nilai PR yang baik, akan tetapi juga membantu meningkatkan kemampuan dalam mengerjakan ulangan harian, 14 tes semester dan tes yang lainnya. Siswa yang tidak mengerjakan PR (Pekerjaan Rumah) sebagai kebulatan penguasaan kompetensi, besar kemungkinan tidak tuntas dalam penguasaan tuntutan Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Kadar ketuntasan penguasaan tuntutan Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar tercermin pada rapor. Standart ketuntasan dan kelulusan di SMA Muhammadiyah (Plus)Salatiga ini diwujudkan berupa nilai sebesar 73 yang ditetapkan oleh guru mata pelajaran ekonomi pada awal tahun sesuai dengan rapat KKG sekolah. Standar kelulusan pada sekolah berbeda-beda, karena kemampuan siswa disetiap sekolah juga tidak sama satu dengan yang lainnya. Sebagaimana diketahui siswa itu datang dari latar belakang sosial ekonomi yang berbeda-beda. Begitu pula kemampuan fisik dan psikis, karena itu ada yang cepat menangkap materi pelajaran dan ada pula yang susah untuk menangkap materi pelajaran yang disampaikan. Proses belajar diketahui bahwa prestasi belajar merupakan tahap pembuktian yang diakui oleh guru dan siswanya. Makin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin memperoleh pengakuan umum, dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat. Hal yang sebaliknya dapat terjadi yakni kegagalan yang berulang kali dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri. Bila rasa tidak percaya diri sangat kuat, maka siswa akan menjadi takut belajar dan tidak menyelesaikan tugasnya sehingga prestasi belajar menurun. Pengayaan dilakukan bagi siswa yang memiliki penguasaan lebih cepat dibandingkan siswa lainnya, atau siswa yang mencapai ketuntasan belajar ketika sebagian besar siswa 15 yang lain belum. Siswa yang berprestasi kurang baik perlu mendapat pengayaan agar dapat mengembangkan potensi secara optimal. Penganut paham Piaget menyatakan bahwapeningkatkan penggunaan aktivitas belajar di luar jam belajar di sekolah dengan pemberian berbagai macam penugasan. Mereka beralasan bahwa interaksi siswa dalam tugas-tugas pembelajaran akan terjadi dengan sendirinya untuk mengembangkan prestasi siswa.