View/Open - Repository | UNHAS

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemekaran Kabupaten Toraja Utara, merupakan aspirasi politik masyarakat
lokal dan menjadi fakta politik setelah ditetapkan sebagai sebuah kabupaten baru
baik secara de facto maupun de jure. Aspirasi masyarakat Toraja Utara dengan
dukungan yang kuat oleh pihak eksekutif dan legislatif berdasarkan pertimbangan
prinsip otonomi daerah, maka kabupaten Toraja Utara resmi dimekarkan menjadi
daerah otonom. Pembentukan Kabupaten Toraja Utara di wilayah Provinsi
Sulawesi Selatan berlandaskan pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
28 Tahun 2008. Menurut undang-undang ini bahwa tujuan pemekaran adalah
untuk peningkatkan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan serta memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi
daerah.
Menteri Dalam Negeri meresmikan Kabupaten Toraja Utara Pada tanggal
27 November 2008 menjadi sebuah daerah otonom baru serta melantik Y.S
Dalipang sebagai caretaker (pejabat sementara) Bupati Toraja Utara. Seusai
peresmian dan pelantikan, Mendagri menuturkan bahwa “ proses lahirnya
Kabupaten Toraja Utara cukup panjang dan diwarnai dinamika pro dan kontra
pemekaran dikalangan masyarakat Toraja Utara ‘’ (dikutip dari tabloid Kareba
tanggal 4 Desember 2008).
1
Pemilihan kepala daerah langsung di berbagai wilayah merupakan esensi
sistem politik demokrasi dan fenomena politik kenegaraan baru yang menjadi
momentum perubahan cara pandang elit politik lokal tentang pemerintahan di
Indonesia. Pada masa eforia politik orde baru, di satu sisi tidak percayanya rakyat
pada elit politik menjadikan proses rekruitmen pemimpin mengarah pada sistem
demokrasi langsung.
Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah
menegaskan bahwa peserta pilkada adalah pasangan calon yang diusulkan oleh
partai politik atau gabungan (koalisisi) partai politik yang dipilih langsung oleh
rakyat. Ketentuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 ini diubah dengan
Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang pemerintah daerah, pasal 56 ayat
2 menyatakan bahwa ‘’peserta pemilukada juga dapat berasal dari pasangan calon
perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang melalui KTP’’.
Subtansi dari kedua undang-undang ini adalah adanya kedaulatan rakyat
dalam menentukan pemimpin lokal. Letak perbedaannya pada mekanisme
legalisasi partai politik dan pengusungan calon bupati berbasis dukungan KTP
oleh masyarakat sebagai syarat utama.
Partisipasi masyarakat dalam pergantian elit lokal berbeda-beda, ada yang
sebagai kelompok pendukung, oposisi maupun sebagai kelompok netral mencoba
untuk mengawasi proses sirkulasi elit. Tidak jarang juga masyarakat digunakan
sebagai alat kepentingan belaka dalam proses politik.
2
Persaingan antara elit politik lokal dapat dimaknai sebagai situasi yang
menegaskan berbagai perbedaan politik untuk mengartikulasikan kepentingan
kolektif kelompok sosial yang diwakilinya. Perbedaan itu bisa bersifat ideologis
atau kebijakan, khususnya kebijakan yang hanya menguntungkan seseorang atau
sekelompok orang saja. Para politisi melihat jabatan-jabatan di eksekutif dan
legislatif kerap diprioritaskan sebagai gerbang untuk menjalankan perburuan
kepentingan pribadi masing-masing, bukan untuk mewujudkan tujuan politik yang
bersifat substantif yakni perjuangan akan kebenaran dan keadilan yang berpihak
kepada masyarakat (Ambardi Kuskridho,2009:19).
Pasca pemekaran dari kabupaten induk Tana Toraja. Masyarakat Toraja
Utara mempersiapkan diri menuju pada pemilukada langsung perdana untuk
memilih Bupati dan Wakil Bupati defenitif. Pemilukada perdana itu, diikuti oleh
tujuh pasang calon Bupati dan Wakil Bupati bertarung meraih dukungan
masyarakat untuk memperoleh kursi kekuasaan.
Dinamika hubungan politik pada pemilukada Kabupaten Toraja Uatara
dimana saling pegaruhnya antara kelompok-kelompok sosial untuk mendapatkan
kepentingan yang diformulasikan sebagai tujuan politik. Interelasi yang terbangun
merepresentasikan kepentingan-kepentingan politik juga adanya interdependensi
antara elit politik dengan kelompok pendukung yang berasal dari kalangan
pengusaha konglomerat berpengaruh.
Pemilukada langsung memberikan akses bagi kandidat bupati dan
masyarakat untuk berkomunikasi langsung. Kondisi seperti ini dijadikan peluang
3
para calon bupati untuk membangun jaringan dan komunikasi politik pada setiap
kelompok massa untuk memperoleh simpati dari masyarakat. Salah satu calon
Bupati Toraja Utara yang bertarung pada pemilukada adalah Frederik Batti Sorring
mantan wakil bupati Kabupaten Asmat Papua yang merupakan putra asli Toraja
Utara, daerah yang berjulukan ‘’ Tana Pahlawan Pongtiku’’ . Untuk mengejar
tujuan politiknya, maka dilakukan berbagai relasi dan jaringan dalam
mensosialisasikan visi dan misi politiknya.
Desain muatan kepentingan yang diformulasikan ke dalam relasi dan
konsensus antara elit politik dengan kelompok-kelompok yang berpengaruh di aras
lokal. Untuk mewujudkan kepentingan itu, masing-masing kelompok berupaya
memaksimalisasi tujuan dan kepentingannya agar terakomodasi oleh kandidat
bupati yang diusung. Pada setiap suksesi politik, ketika pesta demokrasi itu sarat
akan kepentingan politik melingkupinya dan menjadikan arena investasi yang
tidak pernah sepi dari problema relasi penguasa pengusaha. Penguasa sedemikian
rupa mengondisikan agar jejaring kekuasaan ‘’ the web of power ’’ menjadi tempat
bersimbiosis dan beriteraksi kalangan pengusaha dalam dunia politik praktis.
Dalam diferensiasi politik, kelompok kepentingan tampil sebagai salah satu
pelaku politik yang sangat penting. Pro dan kontra dukungan kepada elit politik
lokal merupakan bagian dari rangkaian sistem demokrasi langsung pada setiap
segmen politik. Kehadiran kelompok pengusaha seperti Agustinus Parrangan, Hari
Parung dan Frederik Batong serta Thomas Irja secara opensif (terbuka)
mendukung bupati pada pemilukada Toraja Utara tahun 2011.
4
Transparansi ini menampilkan bentuk hubungan mereka ditujukan pada
korporasi dan pertukaran kepentingan demi untuk mendapatkan keuntungan dan
ganjaran dari kontribusi yang diberikan pengusaha kepada elit politik pada proses
pemilukada
(http://news.fajar.co.id/read/113673/41/sobat-dikelilingi-pengusaha-
irian-dalipang-didukung-saksi-berlapis). Secara aktual empirik dalam dunia politik
menyatakan bahwa tidak ada kawan atau pun musuh yang abadi tetapi yang kekal adalah
sebuah kepentingan, dimana para pelaku politik menjalin interaksi hanya untuk pertukaran
kepentingan yang sifatnya mutualisme.
Gradasi hubungan penguasa dengan pengusaha dalam dunia politik sulit
terpisahkan, dunia politik membutuhkan asupan dana untuk menggulirkan dan
memperkuat fondasi strategi politik demi memperoleh kekuasaan. Tentu saja dana
itu disedot dari kantong dan pundi-pundi para pengusaha. Di sisi lain, pengusaha
memformulasikan hubungan yang real untuk mendapatkan ganjaran dan imbalan
yang seimbang dari kontribusi yang disumbangkan kepada elit politik.
Jika diterawang dari kaca mata politik bahwa barometer suatu hubungan elit
politik di tingkatan lokal tampak pada sejauh mana realisasi yang diterima dari
hubungan pertukaran kepentingan. Sehingga pertukaran kepentingan mendominasi
hubungan elit untuk mendapatkan akses terhadap eskalasi politik lokal dengan
format kepentingan dan kekuasaan menjadi sarana alat tukar-menukar kepentingan
politik.
Proses politik dimana kepentingan elit politik lokal dipertaruhkan demi
kedudukan dan keuntungan, motif yang mencerminkan persamaan kepentingan
5
setidaknya menunjukkan elit berkolaborasi dalam memperkuat dan memperkokoh
posisi demi kepentingan politik, hal ini sulit dilepaskan karena sudah memasuki
sistem yang saling memberikan keuntungan bagi elit yang berkepentingan.
Pada perspektif patron-klien (Maswadi Rauf, 2001:103) menyatakan bahwa
hubungan itu merupakan proses tukar menukar jasa. Dengan kata lain kedua belah
pihak terlibat dalam proses saling memberi dan menerima. Patron memberikan
resources yang dimilikinya untuk dimanfaatkan para klien, dan para klien
memberikan dukungan dan bantuan kepada patron.
Kekuasaan elit politik dan relasinya dengan pengusaha menciptakan
konsensus politik yang menjadi magnet hubungan pertukaran kepentingan seperti
distribusi
posisi
kekuasaan,
penanganan
proyek
serta
kebijakan
yang
menguntungkan pengusaha. Realitasnya bahwa bantuan operasional politik, untuk
“melunasi biaya politik” yang harus ditanggung penguasa, kepada kelompok
pengusaha yang telah melimpahkan dukungan dalam memenangkan suksesi
politik.
Sistematisasi untuk menciptakan hubungan kerja sama dan persaingan yang
adil perlu dilakukan agar kepentingan elit dapat saling mengisi dan diisi fungsi
politiknya. Kuatnya persekutuan pengusaha dan penguasa bersimbiosis menjadi
kekuatan yang begitu sulit ditaklukkan, menyadari bahwa paduan kekuatan
semacam itu akan lebih banyak berasosiasi, atau setidaknya dikaitkan dengan
dunia politik dan bisnis. Bercermin pada realitas tersebut tak berlebihan jika
kemudian dikatakan, bahwa pengusaha menjadi subordinat penguasa, langsung
6
maupun tidak langsung, tercipta hubungan tuan dan hamba dimana, penguasa
berkedudukan sebagai tuan dan pengusaha sebagai hamba.
Meneropong fakta setiap aktivitas politik pemilukada, subtansi suatu relasi
elit dilandasi pertukaran
kepentingan pada setiap interaksi. Dalam hubungan
sosial politik, yang mendominasi sebuah pertukaran adalah perilaku elit
mempertukarkan kepentingan dan saling ketergantungan di antara aktor politik.
Sehingga kekuasan menjadi sarana tawar-menawar pertukaran kepentingan politik
yang menjembatani hubungan bupati dengan kelompok pengusaha, demi menjaga
eksistensi relasi elit tetap utuh pada siklus kekuasaan politik.
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, dengan munculnya berbagai
kasus setelah pemilukada tersebut. Maka menjadi menarik untuk meneliti
bagaimana hubungan elit politik di daerah pasca pemilukada. Penelitian ini
berjudul ‘’ Hubungan antara penguasa dengan pengusaha di daerah” (studi
kasus Bupati terpilih Kabupaten Toraja Utara tahun 2011).
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang dipaparkan sebelumnya, maka
diajukan rumusan masalah sebagai berikut;

Bagaimana hubungan Bupati dengan pengusaha pasca pemilukada di
Kabupaten Toraja Utara tahun 2011 ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka secara umum
penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengungkapkan
dan
mengetahui
serta
menggambarkan tentang hubungan bupati dengan pengusaha. Secara khusus
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelasakan hubungan Bupati
dengan pengusaha pasca pemilukada di Kabupaten Toraja Utara tahun 2011.
D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian
1. Manfaat Akademik
a.
Sebagai bahan informasi ilmiah bagi peneliti-peneliti yang ingin
melihat hubungan penguasa dengan pengusaha di daerah pasca
pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Toraja Utara tahun 2011.
b.
Memperkaya
khasanah
kajian
ilmu
politik
dalam
upaya
perkembangan keilmuan.
2. Manfaat Praktis
a.
Sebagai bahan untuk membantu para pelaku politik dan sumbangan
pemikiran bagi pemerintah Kabupaten Toraja Utara dalam
memahami hubungan antara penguasa dengan pengusaha yang
8
terjadi antar elit politik pasca pemilihan Bupati/Wakil Bupati di
Kabupaten Toraja Utara Tahun 2011.
b.
Hasil penelitian ini nantinya diharapakan dapat menjadi rujukan
dalam melakukan penelitian-penelitian yang serupa di tempat lain.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bagian ini akan membahas tinjauan secara teoritis mengenai hubungan
penguasa dengan pengusaha, dalam pertukaran kepentingan pasca pemilukada
Kabupaten Toraja Utara tahun 2011. Adapun teori dan konsep yang dimaksudkan
dalam penelitian ini ialah teori pertukaran dan teori pilihan rasional, perspektif
konflik kepentingan, serta konsep elit dan konsep pemilu.
A. Teori Pertukaran
Pertukaran sosial berangkat dari asumssi ‘’do ut des’’ saya memberi supaya
engkau memberi. Semua hubungan di antara manusia bertolak dari skema
memberi dan mendapatkan kembali dalam jumlah yang sama. Dengan anggapan
seperti ini terjadi pertukaran atau tingkah laku yang dipertukarkan dalam
kehidupan sosial. Menurut George simmel motivasi yang mendorong seseorang
individu berkontak dengan orang lain adalah untuk memenuhi kebutuhan dan
tujuan-tujuan tertentu. Dan menurut pandangan Malinowski bahwa pertukaran
yang bersifat timbal-balik, khususnya dalam bentuk hadiah ‘’kula ring’’
merupakan dasar kohesi sosial yang meningkatkan kesatuan di dalam masyarakat
(Bernard Raho, 2007 :171-172).
Konsepsi di atas setidaknya memberikan makna bahwa pada hubungan
sosial terdapat unsur ganjaran, pengorbanan, dan keuntungan yang saling
mempengaruhi manusia dalam memandang tentang hubungan itu, dengan orang
10
lain sesuai anggapan diri manusia tersebut terhadap keseimbangan antara apa yang
diberikan kedalam hubungan dan apa yang dikeluarkan dari hubungan itu, jenis
hubungan yang dilakukan dan kesempatan memiliki hubungan yang lebih baik
dengan orang lain.
Proses ini dapat terlihat adanya motivasi dan kontak masyarakat saling
tarik-menarik dalam memenuhi kebutuhan yang dapat bermanfaat untuk
dipertukarkan pada setiap hubungan sosial. Tingkah laku manusia didasarkan pada
pertimbangan untung dan rugi serta memandang hubungan interpersonal sebagai
suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena
mengharapkan sesuatu yang bisa memenuhi kebutuhannya. Dengan kata lain
hubungan pertukaran dengan orang lain akan menghasilkan suatu imbalan, sebab
individu akan melanjutkan interaksi bila laba lebih banyak dari biaya.
Sehingga, dalam berinteraksi antara individu dengan individu yang tercapai adalah
suatu keuntungan yang dapat memberikan kepuasan dan kenikmatan.
Peter M.Blau dalam (Bernard Radho:176) berpendapat bahwa pertukaran
sosial terbatas kepada tingkah laku yang mendatangkan imbalan, yakni tingkah
laku yang akan berhenti kalau tidak bakal akan ada imbalan lagi. Menurut Blau,
orang tertarik kepada satu sama lain karena bermacam-macam alasan yang
memungkinkan mereka membentuk atau membangun asosiasi dan organisasi
sosial. Begitu ikatan awal sudah terbentuk maka imbalan yang mereka berikan
kepada satu sama lain berfungsi untuk mempertahankan dan menguatkan ikatan
11
itu. Sebaliknya, imbalan yang tidak seimbang akan memperlemah bahkan
menghancurkan asosiasi itu.
Imbalan menurut Peter M.Blau yang dipertukarkan digolongkan ke dalam
dua jenis sifat yakni: Pertama, yang bersifat intrinsik seperti; cinta, afeksi (rasa
kasih sayang), dan penghargaan. Kedua, yang bersifat ekstrinsik berupa; uang atau
barang material lainnya. Sehingga Blau menguraikan bahwa apabila satu orang
membutuhkan sesuatu dari orang lain, tetapi memberikan apapun yang sebanding
sebagai tukarannya, maka akan terjadinya faktor-faktor yakni; orang itu dapat
memaksa orang lain membantunya, orang itu akan mencari sumber lain untuk
memenuhi kebutuhannya, dan orang itu tetap bergaul dengan baik tanpa
mendapatkan apa yang dibutuhkannya dari orang lain serta orang itu akan
menundukkan diri terhadap orang lain dan dengan demikian memberikan orang
lain itu penghargaan-penghargaan yang sama dalam hubungan antar mereka
(Bernard Radho, 2007 :177).
Melihat konsepsi di atas, dapat ditarik suatu pemahaman; Pertama, individu
yang membutuhkan orang lain berupaya untuk mendapatkan dukungan dan
bantuan demi terciptanya hubungan yang menguntungkan. Kedua, orang yang
berada dalam relasi tersebut bertindak mencari kebutuhan dan jika tidak ada
ganjaran yang diperolahnya maka hubungan yang terbangun akan berantakan.
Ketiga, adanya pembedaan hubungan di antara individu sehingga terjadi
pertentangan maka hal itu mendasari terjadinya perubahan atau peralihan dalam
hubungan tersebut. Keempat, konsep hubungan yang terjalin dalam masyarakat
12
hanya mengarah pada norma dan nilai untuk mendapatkan pernghargaan yang
diharapkan.
Nilai dipandang sebagai media atau alat di dalam transaksi sosial, dalam
pandangan Peter M. Blau (Bernard Radho:181) terdapat empat tipe dasar nilai :
1. Nilai partikular adalah media untuk integrasi dan solidaritas di dalam
masyarakat yang berfungsi untuk memperkuat kelompok ke dalam
(eksternal)
2. Nilai universal adalah nilai berdasarkan standar umum dengan standar
itu sebuah pertukaran tidak langsung bisa dilakukan. Misalkan
seseorang memeberi kontribusi pada segmen kehidupan masyarakat
maka nilai universal itu memungkinkan untuk mendapatkan imbalan
atau status tertentu kepada individu tersebut atas sumbangannya.
3. Nilai bersifat legitimasi otoritas ini memberi legitimasi atas kekuasaan
kepada orang seperti para pimpinan supaya memberikan kontrol sosial.
4. Nilai oposisi merupakan nilai yang kemungkinan menyebarluaskan
perasaan akan perlunya perubahanyang jauh lebih efektif.
Berdasarkan pandangan di atas bahwa pertukaran tidak hanya terjadi dari
hubungan tigkah laku antara individu dengan individu tetapi pertukaran yang
bersifat makro (skala besar) lebih kepada kenyatan sosial yang lebih luas seperti
kelompok, organisasi, kolektivitas masyarakat serta norma dan nilai-nilai.
Menurut Richard Emerson dalam (George Ritzer & Goodman :375) teori
pertukaran memusatkan perhatian utamanya terhadap keuntungan yang di dapat
13
orang dari dan kontribusi yang disumbangkannya dalam proses-proses interaksi
sosial, dalam perspektif ini Emerson menguraikan tiga asumsi teori pertukaran
yaitu:
1) Orang yang merasa persaingan bermanfaat baginya cenderung
bertindak secara rasional begitu persaingan itu terjadi,
2) Orang akhirnya merasa jemu dengan persaingan maka manfaat
persaingan itu akan berkurang dan
3) Manfaat yang di dapat orang melalui proses sosial tergantung pada
manfaat yang mampu mereka berikan dalam pertukaran.
Dalam pandangan Emerson melihat keuntungan dan manfaat yang di dapat
dari hubungan dengan orang lain karena tindakan rasionalnya dalam persaingan
yang dapat memberi manfaat sebanding dengan manfaat yang diberikan dalam
hubungan itu. Keuntungan dan manfaat dapat dinilai dari segi jabatan atau
ganjaran lainnya.
Menurut Thibaut dan Kelley menjelaskan analisa hubungan ‘’dyad’’ atau
antar dua orang, dimana mereka saling tergantung untuk mencapai hasil yang
positif. Dan dinyatakan juga bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan
tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan
ditinjau dari segi ganjaran dan biaya (Jamaluddin Rahmat, 2002: 121).
Thibaut dan Kelley mengutarakan empat konsep pokok teori pertukaran
antara lain:
14
a. Ganjaran ialah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh
seseorang dalam suatu hubungan, ganjaran berupa uang, penerimaan
sosial atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya.
b. Biaya adalah akibat yang dinilai negatif yang terjadi dalam suatu
hubungan. Biaya itu dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan
dan keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi lain yang dapat
menghabiskan sumber kekayaan individu atau dapat menimbulkan
efek-efek yang tidak menyenangkan.
c. Hasil dan laba adalah ganjaran dikurangi biaya, bila dalam suatu
hubungan seorang individu merasa bahwa ia tidak memperoleh laba
sama sekali, ia akan mencari hubungan lain yang mendatangkan laba.
d. Tingkat perbandingan menunjukkan ukuran baku standar (parameter)
yang dipakai sebagai kriteria untuk menilai hubungan individu pada
masa lalu atau alternatif hubungan lain yang terbuka baginya.
Pada teoritis di atas, Thibaut dan Kelley melihat adanya comparison lavel
disini letak perbedaan dengan pemikiran pemikiran teori pertukaran lainnya.
Tingkat perbandingan digunakan untuk menganalisis seberapa tinggi kepuasan
individu terhadap hubungan dengan orang lain saat ini. Yang digunakan sebagai
pembanding ialah hubungan di masa lalu. Jika hubungan individu dengan individu
lain di masa lalu cukup baik, maka setidaknya mereka telah memiliki standar
hubungan yang baik. Apabila hubungan mereka yang sekarang ini dirasa kurang
baik, maka tidak ada kepuasan yang dirasakan mereka dalam hubungan ini. Jika
15
hubungan sekarang lebih baik, maka mereka merasakan kepuasan, bahkan ini bisa
dijadikan standar baru jika suatu ketika akan menjalani hubungan baru.
Thibaut dan Kelley selanjutnya menilai tingkat perbandingan altenatif
sebagai komparasi hubungan dengan hubungan yang dimiliki dyad lainnya.
Menjadi pertimbangan apakah hubungan tersebut dipertahankan atau tidak. Sebab
setiap individu memiliki hubungan diluar hubungan dengan individu lainya, jika
hubungan dengan orang lain itu ternyata lebih baik dan memuaskan dari hubungan
mereka yang sekarang bisa jadi hubungan itu retak.
Jonathan Tunner dalam (Kamanto Sunarto,2004: 232) mengklasifikasi enam
pokok pikiran hubungan pertukaran yakni:
1) Manusia selalu mencari keuntungan dalam transaksi sosialnya dengan
orang lain,
2) Dalam transaksi sosial manusia melakukan perhitungan untung rugi,
3) Manusia cenderung menyadari adanya alternatif yang tersedia baginya,
4) Manusia bersaing satu dengan yang lainnya, dan
5) Hubungan pertukaran secara umum antar individu berlangsung dalam
hampir setiap konteks sosial, serta
6) Individu pun mempertukarkan berbagai komoditas tak berwujud seperti
perasaan dan jasa.
Secara konseptual pemikiran di atas dapat menunjukkkan bahwa ukuran bagi
keseimbangan pertukaran antara untung dan rugi dalam hubungan dan transaksi
sosial seseorang dengan orang lain. Hubungan dalam pertukaran sosial itu dapat
16
terukur pada tingkat perbandingan bahwa orang akan mendapatkan keuntungan
dari hubungannya dengan orang lain, maka akan merasa puas dengan hubungan itu
sehingga hubungan terus dilanjutkan. Sebaliknya, apabila orang merasa dirugikan
dari proses interelasi dalam konteks keuntungan dan ganjaran serta kesenangan
maka cenderung menahan diri atau meninggalkan hubungan tersebut.
Menurut teori pertukaran modern yang dikemukakan oleh George Caspar
Homans bahwa pertukaran yang berulang-ulang mendasari hubungan sosial yang
berkesinambungan antara orang tertentu. Homans mengakui bahwa manusia
adalah makhluk sosial dan menggunakan sebagian besar waktu mereka
berinteraksi dengan manusia lain. Menurutnya, teori ini membayangkan perilaku
sosial sebagai pertukaran sosial secara nyata, dan kurang lebih sebagai pertukaran
hadiah atau biaya dalam sosial behaviour (Ritzer & Goodman 2004: 361-366).
Maka dari itu, Homans mengembangkankan beberapa proposisi fundamental
yakni:
1. Proposisi sukses, untuk tindakan yang dilakukan seseorang, semakin
sering tindakan khusus seseorang diberi hadiah, semakin besar
kemungkinan orang melakukan tindakan itu.
2. Proposisi pendorong, bila dalam kejadian di masa lalu dorongan tertentu
atau sekumpulan dorongan telah menyebabkan tindakan orang diberi
hadiah, maka makin serupa dorongan kini dengan dorongan di masa
lalu, makin besar kemungkinan melakukan tindakan serupa.
17
3. Proposisi nilai, makin tinggi nilai hasil tindakan seseorang bagi dirinya,
makin besar kemungkinan ia melakukan tindakan itu.
4. Proposisi deprivasi-kejenuhan, makin sering seseorang menerima hadiah
khusus di masa lalu yang dekat, makin kurang bernilai baginya setiap
unit hadiah berikutnya.
5. Proposisi persetujuan-agresi, bila seseorang tak mendapatkan apa yang
ia harapkan atau menerima hukuman yang ia tidak harapkan ia akan
marah, besar kemungkinan akan melakukan tindakan agresif dan
akibatnya tindakan demikian makin bernilai baginya. Apabila tindakan
seseorang menerima hadiah dan tidak menerima hukuman yang ia
harapkan maka ia akan puas.
6. Proposisi rasionalitas, dalam memilih di antara berbagai tindakan
alternatif, seseorang akan memilih satu diantaranya, yang dianggap saat
itu memiliki value sebagai hasil, dikalikan dengan probabilitas untuk
mendapatkan hasil yang lebih besar.
Proposisi pertama hingga proposisi kelima sangat dipengaruhi oleh
behaviorisme sedangkan proposisi terakhir sangat jelas dipengaruhi oleh teori
pilihan rasional. Menurut istilah ekonomi (Ritzer dan Goodman: 336) aktor yang
bertindak sesuai dengan proposisi rasionalitas adalah yang memaksimalkan
kegunaannya. Pada dasarnya orang meneliti dan membuat kesimpulan mengenai
berbagai alternatif tindakan yang terbuka buat mereka dan membandingkan jumlah
hadiah berkaitan dengan setiap tindakan dan memperhitungkan kemungkinan
18
hadiah yang benar-benar akan diterima. Hadiah yang bernilai tinggi akan
diturunkan nilainya jika aktor mengira bahwa mereka tak mungkin mencapainya.
Sebaliknya, hadiah yang bernilai rendah akan ditingkatkan jika aktor
membayangkan hadiah itu dapat dicapai dengan mudah.
Homans
menghubungkan
proposisi
rasionalitas
dengan
proposisi
kesuksesan, dorongan, dan nilai. Proposisi rasionalitas menerangkan kepada kita
bahwa apakah orang akan melakukan tindakan atau tidak tergantung pada persepsi
mereka mengenai peluang sukses. Homans menyatakan, persepsi mengenai apakah
peluang sukses tinggi atau rendah ditentukan oleh kesuksesan di masa lalu dan
kesamaan situasi kini. Proposisi rasionalitas juga tak menjelaskan kepada kita
mengapa seorang aktor menilai satu hadiah tertentu lebih dari pada hadiah yang
lain, untuk menjelaskannya kita memerlukan proposisi nilai. Apa yang disebutkan
di atas, Homans menghubungkan prinsip rasionalnya dengan preposisi
behavioristiknya. Sehingga, pada akhirnya teori Homans dapat diringkas menjadi
pandangan tentang aktor sebagai pencari keuntungan rasional.
19
B. Teori Pilihan Rasional
Teori pilihan rasional (rational choice theory) merupakan aplikasi atau
transformasi teori ekonomi neo-klasik rasional (juga utilitarianisme dan teori
permainan) menjadi prinsip dasar teori pilihan. Berdasarkan berbagai jenis model
yang berbeda, Friedman dan Hechter menghimpun apa yang mereka sebut sebagai
model “kerangka” teori pilihan rasional dipengaruhi perkembangan teori
pertukaran (Ritzer & Goodman, 2004:357). Namun, perhatian teori ini dipusatkan
pada aktor. Seorang aktor dipandang sebagai manusia yang mempunyai tujuan
maupun maksud. Oleh karena aktor tersebut mempunyai tujuan, maka tindakannya
pun terpengaruh pada upaya pencapaian kepentingan tersebut.
Menurut James S. Coleman (Ritzer & Goodman :394) mengemukakan
tentang gagasan dasar teori pilihan rasional adalah tindakan perseorangan yang
mengarah kepada suatu tujuan dan tindakan ditentukan oleh nilai atau pilihan
‘’preferensi’’. Tetapi, Coleman menambahkan bahwa untuk maksud yang sangat
teoritis, memerlukan konsep yang lebih tepat mengenai aktor rasional yang berasal
dari ilmu
ekonomi
dan
melihat aktor
memilih
tindakan
yang dapat
memaksimalkan kegunaan atau yang memuaskan keinginan dan kebutuhan. Pada
toeri ini ada dua unsur utama yang ditekankan, yakni aktor dan sumber daya.
Pertama, aktor adalah pelaku dalam setiap tindakan terhadap sumber yang
menguntungkan. Kedua, sumber daya adalah sesuatu yang menarik perhatian dan
yang dapat dikontrol oleh aktor. Coleman menjelaskan interaksi antar aktor dan
sumber daya dengan rinci menuju ke tingkat sistem sosial; basis minimal untuk
20
sistem sosial tindakan adalah dua aktor, masing-masing mengendalikan sumber
daya yang menarik perhatian pihak lain. Perhatian satu orang terhadap sumber
daya yang dikendalikan orang lain itulah yang menyebabkan keduanya terlibat
dalam sistem tindakan, selaku aktor yang mempunyai tujuan, masing-masing
bertujuan untuk memaksimalkan perwujudan kepentingan yang meberikan ciri
saling ketergantungan atau ciri sistemik terhadap tindakan mereka.
Pada konsepsional di atas dapat dilihat sekurang-kurangnya ada dua alat
pemaksa utama tindakan aktor yang menjadi perhatian teori ini. Pertama yaitu
keterbatasan sumber daya, bagi seorang aktor yang memiliki sumber daya besar
maka akan relatif mudah untuk mencapai tujuannya. Sebaliknya sumber daya yang
sedikit akan menyulitkan bahkan mustahil sama sekali bagi seorang aktor untuk
mencapai tujuannya. Kedua yakni lembaga sosial, biasanya aktor akan merasakan
tindakannya diawasi oleh aturan dari lembaga sosial seperti keluarga dan sekolah,
hukum dan peraturan, gereja dan masjid. Dengan membatasi rentetan tindakan
yang boleh dilakukan individu, dengan dilaksanakannya aturan permainan
meliputi norma, hukum, agenda, dan aturan pemungutan suara secara sistematis
mempengaruhi akibat sosial (Friedman dan Hechter, 1988: 202). Hambatan
kelembagaan ini menyediakan baik sanksi positif maupun negatif yang membantu
mendorong aktor untuk melakukan tindakan tertentu dan menghindarkan tindakan
yang lain.
Friedman dan Hechter mengemukakan dua gagasan lain yang menjadi dasar
teori pilihan rasional. Pertama adalah kumpulan mekanisme atau proses yang
21
“menggabungkan tindakan aktor individual yang terpisah untuk menghasilkan
akibat sosial”. Kedua adalah bertambahnya pengertian tentang pentingnya
informasi dalam membuat pilihan rasional. Suatu ketika diasumsikan bahwa aktor
mempunyai informasi yang cukup untuk membuat pilihan diantara berbagai
peluang tindakan yang terbuka untuk mereka. Sementara menurut pandangan
Heckathorn aktor pun makin mengenal bahwa kuantitas dan kualitas informasi
yang tersedia sangat berubah-ubah dan perubahan itu sangat mempengaruhi
pilihan aktor ( Ritzer & Goodman: 358).
Dalam tataran aplikasinya teori pilihan rasional sangat erat kaitannya
dengan masyarakat pemilih, partai politik, politisi, birokrat dan kelompok
kepentingan. Pilihan individu dalam pasar dikonversi menjadi pilihan sosial dalam
pasar politik dan agregasi preferensi individu untuk memaksimalkan fungsi
kesejahteraan sosial atau memuaskan seperangkat kriteria normatif yang
dimilikinya secara individu bersama individu lainnya (Rachbini,2006:89).
Melihat teoritis di atas, sangat jelas inti atau akar dari pandangan teori
pilihan rasional yang menelaah perilaku aktor pada pendekatan pilihan rasional
dipusatkan pada individu bahwa pada dasarnya tujuan aktor adalah bagaimana
memaksimalkan pencapaian kepentinganya.
22
C. Pesfektif Konflik Kepentingan
Konflik adalah salah satu persfektif dalam masyarakat yang terdiri atas
bagian dan komponen yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda dimana
bagian dan komponen itu saling menaklukkan untuk memenuhi atau memperoleh
kepentingan sebesar-sebesarnya. Dunia politik selalu didasarkan pada persaingan
untuk memperoleh kekuasaan (power), sumber-sumber yang bernilai atau
kedudukan tertinggi dalam struktur sosial. Salah satu jenis konflik sosial adalah
konflik kepentingan. Konflik kepentingan terjadi diakibatkan oleh adanya berbagai
kepentingan dari tiap individu atau kelompok dalam masyarakat dalam upaya
memperoleh otoritas atau kekuasaan (Bernard Radho, 2007: 71).
Menurut Wallace dan Alison ada tiga pokok teori konflik yang saling
berhubungan; Pertama, manusia memiliki kepentingan yang asasi dan mereka
berusaha untuk merealisasikan kepentingan itu. Kedua, kekuasaan (power)
bukanlah sekedar barang langkah dan terbagi secara tidak merata, sehingga
merupakan sumber konflik, melainkan juga sebagai sesuatu yang bersifat
memaksa (coercive). Ketiga, ideologi dan nilai dipandangnya sebagai senjata yang
dipergunakan oleh kelompok yang berbeda untuk memperoleh tujuan dan
kepentingan mereka. (file:///D:/Walse dan Alison konflik (Perspektif Teori
Konflik).htm, diakses tanggal 20 agustus 2011 pukul 21:26 Wita).
Dari perspektif di atas digambarkan bahwa dengan adanya berbagai
kepentingan yang berbeda, maka pihak yang berkepentingan tersebut berusaha
23
dengan berbagai cara untuk mencapai kepentingannya, termasuk dalam fenomena
ini adalah kekuasaan.
Ted Rober Gurr dalam (Maswadi Rauf, 2001:4-7) menyatakan bahwa
terjadinya konflik disebabkan oleh beberapa faktor yakni; adanya perbedaan
pandangan dan upaya pihak yang terlibat pada suatu hubungan manusia untuk
menarik keuntungan bagi dirinya sendiri tanpa mempedulikan kerugian-kerugian
pihak lain, manusia mementingkan dirinya dan ingin memperoleh keuntungan
hidup secara material, keinginan manusia untuk memperebutkan dan menguasai
sumber-sumber serta posisi yang langka seperti kedudukan dan jabatan,
kecenderungan manusia untuk menguasai orang lain serta manusia bersifat
dominan atas orang lain sehingga berupaya menarik orang untuk menganut
ideologi atau faham demi kepentingannya.
Berdasarkan argumentasi di atas maka dapat diintepretasikan bahwa
manusia sebagai makluk sosial memiliki tujuan dan kepentingan untuk berkuasa.
Tindakan yang dilakukan oleh masing-masing pihak didasarkan pada pemilikan
kepentingan ‘’self interest’’, itu menunjukkan bahwa sifat manusia selalu
memaksimalisasi kepentingan dari hubungan dengan pihak lain. Jika kepentingan
itu kemudian tidak memberikan keuntungan atas janji di antara pihak yang
berkepentingan maka memungkinkan terjadinya tindakan konflik.
Menurut Ralf Dahrendorf dalam (Bernard Radho: 77) terdapat konflik dan
konsensus dalam suatu masyarakat. Menurutnya tidak mungkin terdapat konflik
jika pada proses sebelumnya tidak ada konsensus. Konsensus terjadi bila tercipta
24
kesepakatan dalam hubungan antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan
yakni kepentingan dan otoritas. Sebaliknya, konflik terjadi karena paksaan sebab
individu atau kelompok merasa dirinya hebat sehingga meletakkan posisinya
sebagai superordinat dan mensubordinasikan individu atau kelompok lain.
Timbulnya konflik kepentingan menurut pandangan Ralf Dahrendrof
berawal dari orang yang tinggal bersama dan meletakkan dasar bentuk-bentuk
organisasi sosial, dimana terdapat posisi-posisi dalam hal mana para penghuni
mempunyai kekuasaan memerintah dalam konteks tertentu dan menguasai posisi
serta terdapat posisi lain dimana para penghuni menjadi sasaran perintah demikian
itu. Perbedaan ini berhubungan dengan tidak seimbangnya distribusi kekuasaan
yang melahirkan konflik kepentingan (Bernard Radho:78-79).
Dalam setiap organisasi atau perkumpulan, hanya terdapat dua kelompok
yang bertentangan yakni kelompok yang berkuasa dan kelompok yang dikuasai.
Kedua kelompok ini mempunyai kepentingan yang berbeda, ketika kepentingan
keduanya bersinggungan, maka konflik dapat terjadi. Akan tetapi jika kepentingan
menjadi kesepakatan terwujud dalam pandangan yang sama maka konflik dapat
terhindari sehingga tercipta konsensus. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa konflik kepentingan intinya adalah ketegangan-ketegangn yang muncul
pada waktu membagi barang-barang langka, konflik kepentingan berkaitan dengan
penyelamatan atau penguatan posisi dengan menuntut bagian yang wajar dari
pembagian sumber yang bernilai atau dalam bahasa politik disebut dengan istilah
pembagian kue-kue kuasaan.
25
D. Konsep Elit Politik
Di dalam kehidupan bermasyarakat dapat ditemukan adanya perbedaan di
antara umat manusia satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu tidak hanya sebatas
perbedaan yang bersifat fisik, tetapi juga perbedaan lainnya seperti bakat
keterampilan dan kekayaan. Perbedaan tersebut dapat dinyatakan sebagai titik awal
bagi munculnya kelompok-kelompok yang mempunyai keunggulan apabila
dibandingkan dengan kelompok lainnya dalam suatu masyarakat yang sama.
Anggota masyarakat yang mempunyai keunggulan pada gilirannya akan tergabung
dalam suatu kelompok yang lebih dikenal dengan sebutan elit.
Secara etimologi kata elite berasal bahasa Latin ‘‘Eligere’’ yang berarti
terpilih. Kata itu juga di gunakan di francis pada abad ke XIV yang mengandung
pengertian yakni memilih (Suzanne Keller,95:3).
Terminologi elit, sebagaimana diungkapkan oleh Vilfredo Pareto, Gaetano
Mosca, Suzanne Keller pemikir yang tergolong dalam elite theoritis memang
menunjukan pada kelompok atau golongan yang ada di suatu masyarakat yang
memiliki keunggulan atau superioritas apabila dibandingkan dengan kelompok
atau golongan yang lainnya (SP Varma, 2001: 200)
Kata elite pada abad XVII digunakan untuk menggambarkan barang-barang
dengan kualitas sempurna, penggunaan kata itu kemudian diperluas untuk merujuk
kelompok-kelompok sosial yang unggul, misalnya unit-unit militer kelas satu atau
tingkatan bangsawan yang tinggi. Sehubungan dengan hal tersebut, maka teori elit
memandang bahwa setiap masyarakat terbagi dalam dua kategori yang luas yaitu
26
sekelompok kecil manusia yang berkemampuan dan karenanya menduduki posisi
untuk memerintah dan sejumlah besar massa yang ditakdirkan untuk diperintah.
(TB. Bottomore,2006:1). Menurut Hoover, bahwa elit politik meliputi semua
pemegang kekuasaan dalam suatu bangunan politik. Dalam masyarakat terdapat
dua kategori elit yaitu elit yang memerintah atau berkuasa dan elit yang tidak
memerintah yang tidak berhubungan dengan pelaksanaan kekuasaan walaupun
mereka itu memiliki pengaruh sosial yang penting.(http://blog.artikel-politik-dankebijakan/peranan elit-lokal-dalam mewujudkan-demokratisasi-di-daerah-pascareformasi) diakses tanggal 10 juni 2011 pukul 09.15).
Elit dalam (Dhuroddin Mashas, 2005:12-13) sering diartikan sebagai
sekumpulan orang sebagai individu yang superior, yang berada dengan massa
yang menguasai jaringan-jaringan kekuasaan adalah kelompok yang berada di
lingkaran kekuasaan maupun yang sedang berkuasa. Mosca dan Pareto dalam (SP
Varma 1987:202) membagi stratifikasi masyarakat ke dalam dua kategori yaitu:
1. Elit yang memerintah (governing elite). Kelas ini terdiri dari
individu-individu yang secara langsung atau tak langsung
mengendalikan dan memainkan peranan yang besar dalam
pemerintahan.
2. Elit yang tidak memerintah (non-elite). Kelas ini terdiri dari
individu-individu di luar sirkulasi pemerintahan.
27
Elit berdasarkan kajian teoritis yang dibangun awal-awalnya oleh Mosca
dalam The Rulling Class, Pareto, dan Michels (Mas’oed dan Colin 1986:78-79)
mempunyai beberapa prinsip umum yaitu :
a. Adanya kekuasaan politik, seperti juga barang-barang sosial lainnya di
distribusikan dengan tidak merata. Gagasan Pareto tentang orang
berdasarkan pemilikan akan barang yang berwujud kekayaan, kecakapan
atau kekuasaan politik merupakan hal yang menunjukkan prinsip itu.
b. Secara umum masyarakat dikategorikan ke dalam dua kelompok, mereka
yang memiliki kekuasaan politik penting dan mereka yang tidak
memilikinya.
c. Elit bersifat homogen, bersatu, dan memiliki kesadaran kelompok. Elit itu
bukan merupakan penjumlahan orang saja tetapi individu yang berada
dalam komunitas elit itu saling mengenal satu dengan yang lainnya,
memiliki latar belakang yang sama (walaupun memiliki pandangan yang
berbeda), memiliki nila-nilai yang sama dan kepentingan yang sama. dan
anggotanya berasal dari satu lapisan masyarakat yang sangat terbatas
d. Elit mengatur sendiri kelangsungan hidupnya dan anggotanya berasal dari
satu lapisan masyarakat yang sangat terbatas
e. Elit besifat otonom dan kebal akan gugatan dari siapapun yang diluar
kelompoknya mengenai keputusan-keputusan yang dibuatnya. Semua
persoalan politik penting diselesaikan menurut kepentingan atau tindakan
kelompok.
28
Pada tataran konsep klasik, elit oleh Pareto dan Mosca telah dikaitkan
dengan pengertian kelompok orang-orang secara langsung atau karena posisinya
sangat kuat pengaruhnya dalam menjalankan kekuatan politik. Mereka juga
mengakui bahwa elit yang memerintah itu merupakan kelas politik dan kelompok
sosial yang terhormat yang oleh Pareto disebut sebagai aristokrasi.
Secara universal, Pareto dan Mosca (TB. Bottomore,2006:8) memberikan
konsep-konsep mengenai elit bahwa dalam setiap masyarakat senantiasa ada dan
harus ada suatu kelompok minoritas yang memerintah masyarakat itu. Kelompok
kecil itu merupakan kelas politik elit yang menduduki jabatan komando yang
memerintah dan memegang kendali atas pemegang keputusan politik.
Mosca percaya dengan teori pergantian elit (SP Varma,2001:203) bahwa
karakter yang membedakan elit adalah kecakapannya memimpin dan menjalankan
kontrol politik, apabila elit yang memerintah tersebut kehilangan kecakapannya
dan orang-orang di luar kelas elit tersebut menunjukan kemampuan yang lebih
baik, maka terdapat segala kemungkinan bahwa kelas yang berkuasa akan
dijatuhkan oleh kelas penguasa yang baru. Mosca sangat meyakini sejenis hukum
yang menyatakan bahwa elit yang berkuasa tidak lagi mampu memberikan
layanan-layanan yang diperlukan oleh massa atau layanan yang diberikannya
dianggap tidak lagi bernilai maka perubahan yang mengarah pada pergatian elit
adalah sesuatu yang sulit untuk dihindari.
Perputaran elit menurut Mosca (Bottomore : 66-67) disebabkan karena
kualitas intelektual dan moral individu namun hal ini tidak dipandang oleh Mosca
29
sebagai faktor psikologis seperti pandangan Pareto tetapi karena dihasilkan oleh
kondisi sosial, semangat pertempuran, tradisi dan lingkungan adalah hal yang
membuat mereka harus berada di tempat yang tinggi, rendah atau rata-rata, dalam
kelompok besar manusia manapun.
Sebagaimana Mosca, Pareto juga mengembangkan konsep pergantian
(sirkulasi) elit. Pareto mengemukakan bahwa dalam setiap masyarakat ada gerakan
yang tak dapat ditahan dari individu dan elit kelas atas yang melahirkan suatu
peningkatan yang luar biasa pada unsur-unsur yang melorotkan kelas yang
berkuasa, di pihak lain justru meningkatkan kualitas kelompok-kelompok lain. Ini
menyebabkan semakin tersisihnya kelompok elit dalam masyarakat, dan akibatnya
keseimbangan masyarakat menjadi terganggu. Selain itu, Pareto mengemukakan
tentang berbagai jenis pergantian antar elit yaitu pergantian antar kelompok elit
yang memerintah itu sendiri dan diantara elit dan penduduk lainnya.
Pergantian (sirkulasi) antar elit dan penduduk lainnya bisa berupa
pemasukan: individu-individu dari lapisan yang berbeda ke dalam kelompok elit
yang sudah ada atau individu dari lapisan bawah yang membentuk kelompok elit
baru dan masuk ke dalam kancah perebutan kekuasaan dengan elit yang sudah ada
(SP Varma 2001: 200-201). Dari gagasan Pareto ini dapat dikatakan bahwa
kesempatan menjadi elit bukan hanya ditentukan oleh kecakapan-kecakapan
seperti yang dikemukakan oleh Mosca, tetapi pada kemampuan membangun
kekuatan gerakan lebih terorganisir untuk terlibat dalam pertarungan perebutan
kekuasaan.
30
Perbedaan antara konsepsi Pareto dan Mosca ialah bahwa elit politik itu
dibedakan dari elit-elit lain yang kurang dekat dihubungkan dengan penggunaan
kekuasaan, meskipun mereka mungkin memiliki pengaruh sosial yang besar.
Seperti halnya yang dapat kita lihat dengan seketika, gagasan tentang elit pada
mulanya dipertentangkan dengan gagasan tentang sosial.
Elit sering diartikan sebagai individu-individu yang superior, yang berbeda
dengan massa yang menguasai struktur dan jaringan-jaringan kekuasaan atau
kelompok-kelompok sosial yang berada dalam lingkaran kekuasaan maupun yang
sedang melaksanakan kekuasaan. Menurut Pareto menyebutkan bahwa elit politik
terdiri dari dua komponen yaitu :
1. Elit Politik Lokal merupakan individu-individu yang menduduki jabatan
politik (kekuasaan) di eksekutif dan legislatif yang dipilih melalui
pemilu dan dipilih dalam proses yang demokratis di tingkat lokal.
Mereka yang menduduki jabatan politik tinggi di tingkat lokal yang
membuat kebijakan-kebijakan politik. Elit politik itu seperti: Gubernur,
Bupati dan Walikota, Pimpinan DPRD, para anggota DPRD, dan
pemimpin-pemimpin partai politik.
2. Elit Non-Politik Lokal adalah seseorang atau individu yang menduduki
jabatan strategis dan mempunyai pengaruh untuk memerintah orang lain
dalam lingkup masyarakat. Elit non-politik ini seperti: elit keagamanaan,
elit organisasi kemasyarakatan dan kepemudaan serta profesi dan lain
sebagainya.
31
Menurut Pareto dan Mosca secara prinsip mereka menyatakan pendapat
bahwa disetiap sistem masyarakat baik struktur masyarakat yang masih bersifat
tradisional ataupun tatanan masyarakat modern, pasti ditemukan sekelompok kecil
minoritas individu yang memerintah anggota masyarakat lainnya.
Karl Menheim Berbeda dengan Pareto dan Mosca dalam membedakan tipe
elit (Suzzane Keller,1995:17). Menurutnya ada dua tipe elit yang berbeda secara
prinsipil yaitu :
a) Elit integratif, yang terdiri dari para pemimpin politik dan organisasi. Elit
integratif mempunyai fungsi pokok yaitu mengintegrasikan sejumlah besar
kehendak-kehendak perseorangan. Elit integrative berkerja melalui
organisasi-organisasi politik formal.
b) Elit sublimatif yang terdiri dari para pemimpin moral-keagamaan, seni dan
intelektual. Fungsi pokok dari elit sublimatif adalah mengadakan
sublimasi tenaga kejiwaan manusia. Elit sublimatif bekerja melalui
saluran-saluran yang lebih informal seperti golongan-golongan dan faksifaksi.
32
E. Konsep Pemilihan Umum Kepala Daerah Lansung
Pemilukada perdana di Kabupaten Toraja Utara tahun 2011 merupakan
pengalaman politik pertama bagi masyarakat, untuk memilih Bupati dan Wakil
Bupati secara langsung. Di dalam Undang-Undang No.22 tahun 2007 tentang
penyelenggara pemilihan umum, pemilihan umum Kepala Daerah dimasukkan
pada rezim pemilu. Maka kemudian masyarakat mengenal istilah pemilihan kepala
daerah dengan sebutan Pilkada. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun
2005 tentang pemilihan, pengesahan, pengangkatan dan pemberhentian kepala
daerah dan wakil kepala daerah, sebagai awal dari pemilukada langsung di
Indonesia sejak tahun 2005 (Kurde, 2005 :104).
Masyarakat pada konteks kekinian sudah tidak asing lagi dengan proses
pemilihan kepala daerah yang dilakukan secara langsung. Menurut R.William
Liddle dalam (Toni A.Pito, 2006:298) bahwa pemilu adalah sebagai penghubung
antara prinsip kedaulatan dan praktek pemerintahan oleh sejumlah elit politik.
Ditinjau dari perspektif konsep desentralisasi dan aplikasi demokrasi prosedural,
sistem pemilihan umum kepala daerah secara langsung merupakan sebuah karya
inovasi yang bermakna dalam proses konsolidasi demokrasi pada level lokal
secara kontinuitas.
33
E.1. Defenisi Pemilihan Kepala Daerah Langsung
Pembelajaran demokrasi politik di Indonesia sebelum masa kemerdekaan
sampai dengan saat ini, masih dalam tahap penyempurnaan. Dalam hal ini
keterkaitan dengan pemilihan kepalah daerah dan wakil kepala daerah di daerah
secara langsung. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2005 tentang
pemilihan, pengesahan,
pengangkatan, dan pemberhentian kepala daerah dan
wakil kepala daerah pasal 1 menyatakan bahwa pemilihan Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah yang selanjutnya disebut pemilihan adalah sarana
pelaksanaan kedaulatan rakyat di wilayah provinsi, kabupaten dan kota
berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 untuk memilih pemimpin yang demokratis.
Pemilihan kepala daerah langsung yang termaktub dalam undang-undang
nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah adalah sebuah proses
demokratisasi di Indonesia untuk memilih pemimpin oleh masyarakat daerah
setempat yang memenuhi syarat.
E.2. Tujuan Pemilihan Kepala Daerah Langsung
Pemilihan kepala eksekutif daerah didasarkan pada demokrasi lokal
partisipatif, dimana rakyat di daerah yang bersangkutan melakukan pemilihan
secara langsung. Pada dasarnya pemilukada langsung bertujuan untuk memilih
wakil rakyat dan wakil daerah dan membentuk pemerintahan yang bernuansa
demokratis, kuat, dan memperoleh legitimasi rakyat dalam rangka mewujudkan
tujuan nasional sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara
34
Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945. Memilih pemimpin yang bekualitas
secara damai, jujur, dan adil selain mengoptimalkan demokratisasi daerah serta
akses dan kontrol masyarakat untuk partisipatoris dalam proses-proses kebijakan.
Dari sisi kedaulatan rakyat, demokrasi lokal dibangun untuk memberikan
porsi yang seharusnya diperoleh rakyat lokal dalam pemberian legitimasi pada elit
eksekutifnya. Selama ini, rakyat daerah memberikan kedaulatan hanya pada
legislatif daerah saja melalui pemilu legislatif.
F.
Kerangka Pemikiran
Hubungan penguasa (bupati) dengan pengusaha pasca pemilukada Toraja
Utara mesti dipahami dari berbagai dimensi untuk dapat melihat motif-motif
kepentingan. Untuk mendapatkan akses kenegaraan dan mempengaruhi keputusan
politik. Dengan mempelajari dunia penguasa dengan kelompok pengusaha dalam
politik praktis dapat diperoleh pandangan mengenai distribusi kekuasaan serta
realisasi kepentingan dalam pertukaran. Pada setiap suksesi politik, ketika pesta
demokrasi itu sarat akan kepentingan yang melingkupinya dan menjadikan arena
investasi yang tidak pernah sepi dari problematik relasi penguasa-pengusaha.
Penguasa sedemikian rupa mengondisikan agar jejaring kekuasaan menjadi tempat
bersimbiosis kalangan pengusaha.
Kuatnya persekutuan pengusaha dan penguasa menjadi semacam kekuatan
yang begitu sulit ditaklukkan, menyadari bahwa paduan kekuatan semacam itu
akan lebih banyak berasosiasi, atau setidaknya dikaitkan dengan dunia kekuasan
dan bisnis. Pada dasarnya, faktor interelasi elit dilandasi oleh transaksi
35
kepentingan-kepentingan yang menjadi subtansi untuk dipertukarkan di setiap
interaksi sosial politik. Dalam hubungan sosial politik yang mendominasi
pertukaran adalah perilaku elit yang mempertukarkan kepentingan dan saling
ketergantungan di antara aktor-aktor politik.
James S. Coleman memandang seorang aktor dipandang sebagai manusia
yang mempunyai tujuan maupun maksud. Oleh karena aktor tersebut mempunyai
tujuan, maka tindakannya pun terpengaruh pada upaya pencapaian kepentingan
tersebut. Sehingga dalam berinteraksi, yang akan tercapai adalah suatu kepuasan
dan kenikmatan dalam hubungan politik yang mendatangkan keuntungan kedua
belah pihak (Ritzer & Goodman, 2004:357).
Peter M. Blau (Bernard Radho:176) mejelaskan pertukaran sosial terbatas
kepada tingkah laku yang mendatangkan imbalan, yakni tingkah laku yang akan
berhenti kalau tidak bakal akan ada imbalan lagi dan orang-orang tertarik kepada
satu sama lain karena bermacam-macam alasan yang memungkinkan mereka
membentuk atau membangun asosiasi atau organisasi sosial. Begitu ikatan awal
sudah terbentuk maka imbalan yang mereka berikan kepada satu sama lain
berfungsi untuk mempertahankan dan menguatkan ikatan itu. Sebaliknya imbalan
yang tidak seimbang akan memperlemah bahkan menghancurkan asosiasi itu.
Dalam persfektif patron-klien hubungan itu merupakan proses tukar
menukar jasa. Dengan kata lain kedua belah pihak terlibat dalam proses saling
memberi dan menerima. Patron memberikan resources yang dimilikinya untuk
dimanfaatkan para klien, dan para klien memberikan dukungan dan bantuan
36
kepada patron. Polarisasi yang dilakukan penguasa dalam pendistribusian jabatan
politik, memiliki motif keuntungan-keuntungan yang seimbang. Karena kekuasaan
sifatnya tidak diperoleh secara sekuritas, maka menjadi perebutan berbagai
kelompok elit, karenanya interelasi elit pasti akan terjadi.
Nuansa integrasi dalam sirkulasi elit, seyogianya menunjukkan tingkat
elaborasi kepentingan. Dilihat dari tujuannya, hubungan penguasa dengan
pengusaha yang menunjukkan adanya kepentingan untuk memperebutkan sumber
ekonomi dan kekuasaan. Dalam hal ini, kepentingan dapat digunakan sebagai cara
untuk melihat perbedaan motif diantara kelompok pada jaringan pertukaran.
Dahrendorf dalam (Moch Nurhasim, 2005:14) mengatakan bahwa motifasi
seseorang untuk mendapatkan kekuasaan, selain ingin berkuasa, mereka (elit) juga
ingin memperbaiki kesejahteraan, jaringan, investigasi strategis, baik dari segi
kultural, ekonomi, politik dan jaringan kekuasaan dan lain sebagainya. Karena
pada umumnya, elit politik memiliki motif untuk menduduki jabatan-jabatan
politik semacam itu.
Melalui peran pengusaha lokal maupun interlokal, menjadi corong dalam
menjaring kekuatan bagi kandidat-kandidat dalam pemilihan kepala daerah di
Toraja Utara. Kekuatan dana sebagai senjata utama dari pengusaha, menjadi salah
satu faktor pendorong menangnya pasangan kandidat bupati di Toraja Utara. Para
pengusaha ini memainkan peranan dalam mengusung dan mendukung kandidat
menjadi satu gerbong dengan dibantu oleh tim sukses sebagai perpanjangan tangan
dan tim kampanye kandidat. Dalam menelusuri perjalanan para pengusaha
37
pendukung Bupati, tidak lepas dari sebuah hubungan timbal-balik atau balas jasa.
Faktor kepentingan politik menjadi tujuan untuk memperoleh sebuah hadiah atau
reward, bagi dukungan yang telah diberikan. Dari sudut pandang pengusaha,
memberikan dukungan kepada kandidat tertentu diharapkan mampu memberi
imbalan yang lebih besar.
Mosca dan Pareto dalam (Varma 1987:202) membagi stratifikasi
masyarakat kedalam dua kategori yakni. Pertama, Elit yang memerintah
(governing elite). Kedua, elit yang tidak memerintah (non-elite).
Pengusaha dan elit politik lokal (bupati) pada umumnya memiliki tujuan
dan kepentingan. Tujuan dan kepentingan yang dimaksud adalah kekuasaan dan
imbalan (reward). Sehingga untuk menilai ukuran hubungan bupati dengan
pengusaha pasca pemilukada di kabupaten Toraja Utara tampak meningkat dan
merenggang tergantung pada realisasi pertukaran kepentingan.
38
G. Skema Kerangka Pikir
Dengan melihat kerangka pemikiran yang diuraikan di atas maka kerangka
analisis dapat digambarkan dengan skema hubungan sebagai berikut:
Pemilihan Umum
Kepala Daerah
Langsung
Konsep Elit Politik
Elite Non Goverming
Kelompok Pengusaha
 Pertukaran
Kepentingan
 Pilihan Rasional
 Konlfik Kepentingan
Elite Goverming
Bupati Toraja Utara
Tahun 2011
Hubungan Bupati Dengan
Pengusaha Di Daerah Pasca
Pemilukada Kabupaten
Toraja Utara Tahun 2011
Hubungan penguasa dengan pengusaha dalam dunia politik sulit
terpisahkan. Sebab baik bupati maupun pengusaha saling membutuhkan untuk
mendapatkan kepentingan yang menguntungkan. Parameter (ukuran) hubugan
yang terbangun di antara bupati dengan pengusaha setelah suksesi politik
pemilukada Kabupaten Toraja Utara 2011. Meningkat atau menurunya suatu
hubungan politik tergantung dari keseimbangan antara apa yang diberikan ke
39
dalam hubungan dan apa yang dikeluarkan dari hubungan itu, dan jenis hubungan
yang dilakukan serta kesempatan memiliki hubungan yang lebih baik.
Dalam pertukaran kepentingan politik esensinya adalah untuk mendapatkan
ganjaran atau reward (penghargaan) dari dalam hubungan yang sedang terjalin.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan adalah seberapa besar ganjaran atau
imbalan yang diperoleh dari hubungan politik, dengan kata lain ada realisasi dan
distribusi kepentingan untuk memenuhi tuntutan kelompok pengusaha atas
tindakan dan kontribusinya pada proses politik.
Hubungan Bupati dengan kelompok pengusaha dapat diintepretasikan stabil
apabila telah mendapatkan distribusi atau alokasi dari sumber-sumber bernilai
yang seimbang atau ganjaran atas tindakan rasionalnya memberikan dukungan
politik kepada bupati. Sebaliknya, jika ganjaran atau imbalan yang diharapkan
tidak didapatkan dari proses kebijakan politik bupati maka hubungan itu akan
berubah. Dan perubahan dalam hubungan tersebut akan melemahkan asosiasi
penguasa-pengusaha
yang
mengarah
pada
pergeseran
kepentingan
dan
berimplikasi terhadap relasi yang negatif.
Untuk menjaga hubungan yang stabil dan harmonis antara bupati dengan
kelompok pengusaha pasca pemilukada kabupaten Toraja Utara tahun 2011. Maka
dilakukan berbagai pertukaran kepentingan. Pertukaran adalah proses transaksi
atau tukar-menukar jasa yakni pertukaran antara bupati (penguasa) dengan
kelompok pengusaha yang telah berpartisipasi untuk memberikan imbalan dan
penghargaan sebagai konsesi secara timbal-balik yang menguntungkan.
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian Dan Waktu Penelitian
A. 1. Lokasi Penelitian
Daerah yang menjadi objek penelitian adalah Kabupaten Toraja Utara,
Provinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan Kabupaten Toraja Utara sebagai daerah
penelitian berdasarkan pertimbangaan bahwa lokasi penelitian ini termasuk daerah
baru yang cukup dinamis untuk diteliti pasca pemilukada yang dilaksanakan pada
tahun 2011, sebagai pemilukada yang pertama kali setelah pemekaran dari
Kabuaten Tana Toraja.
Selain alasan itu, Kabupaten Toraja Utara juga cukup refresentatif untuk
meneliti hubungan penguasa dengan pengusaha di daerah (studi kasus bupati
terilih). Dimana elit politik (bupati) dan pengusaha menjalin hubungan, baik
pengusaha lokal maupun pengusaha interlokal yang berdomilisi di luar kabupaten
Toraja Utara. Selain perihal tersebut, peneliti juga mengenal sejarah, budaya serta
adat istiadat yang ada di Kabupaten Toraja Utara, sehingga dapat mempermudah
akses untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
A. 2. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan selama kurang lebih dua bulan yakni bulan
Agustus sampai September tahun 2011.
41
B. Tipe dan Dasar Penelitian
Dalam penelitian ini, sesuai dengan tujuan dan konseptualisasinya maka
penulis menggambarkan secara lebih jelas dan mendalam untuk mengetahui
tentang hubungan penguasa dengan pengusaha pasca pemilukada di Toraja Utara.
Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif untuk memenuhi
tujuan dan kerangka di atas. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk
menggambarkan atau mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan
masalah yang sedang diteliti (Lexi J. Moleong, 2005:186 ).
Dasar penelitian ini adalah kualitatif yaitu tipe pendekatan dalam penelitian
ditujukan pada beberapa individu dan kelompok. Fokus perhatiannya diarahkan
pada variable tersebut mengingat unit yang ditelaah dalam jumlah besar yaitu
individu dan kelompok yang diambil sebagai sampel yang bisa mewakili populasi
individu atau sampel yang diteliti (representatif) sehingga bisa digunakan untuk
tujuan-tujuan deskriptif.
C. Jenis Data
1)
Data Primer, yaitu data yang diperoleh melalui studi lapangan dengan
menggunakan teknik wawancara. Dalam pelaksanaan teknik ini, penulis
mengumpulkan data melalui komunikasi langsung dengan para key
informan dan menggunakan beberapa alat untuk membantu dalam penelitian
diantaranya adalah alat tulis, buku dan alat perekam. Informan yang
dimaksud disini adalah elit politik lokal yaitu Bupati dan para pengusaha
serta anggota DPRD. Selain itu, wawancara juga dilakukan kepada beberapa
42
tokoh masyarakat dan kepada sejumlah masyarakat di Kabupaten Toraja
Utara.
2)
Data sekunder. Data sekunder yang dimaksudkan penulis yaitu data yang
diperoleh dari studi kepustakaan dengan cara membaca buku. Adapun
beberapa buku yang sempat dibaca oleh penulis yaitu teori pertukaran
sosial, teori pilihan rasional, ekonomi politik, kaitan penguasa dan
kelompok elit; peran elit penentu masyarakat, elit dan masyarakat,
pemilukada langsung, serta literatur-literatur dan informasi tertulis yang
berkenaan dengan hubungan penguasa dengan pengusaha di daerah pasca
pemilihan umum Kepala Daerah di Kabupaten Toraja Utara 2011, seperti
beberapa imformasi dari surat kabar dan tabloid seputar pemilihan
Bupati/wakil bupati di Kabupaten Toraja Utara. Selain itu, juga terdapat
situs-situs atau website yang diakses untuk memperoleh data yang lebih
akurat.
D. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dilapangan adalah
sebagai berikut :
1. Wawancara Mendalam
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan
oleh pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai
memberikan jawaban (Lexi J.Maleong, 2005:186). Wawancara mendalam yang
telah dilakukan oleh penulis yaitu melakukan percakapan langsung dengan elit
43
politik (bupati) dan pengusaha yang terlibat dalam proses pemilukada dan anggota
DPRD, tokoh masyarakat dan masyarakat. Sebelum wawancara dengan informan
peneliti menyediakan alat tulis dan alat perekam, jika memungkinkan untuk
mencatat pernyataan informan maka peneliti akan mencatat tetapi jika tidak
memungkinkan maka peneliti merekam wawancara dengan informan.
Wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang
sebelumnnya telah disusun oleh penulis sebagai acuan dan sifatnya tidak mengikat
sehingga banyak pertanyaan baru yang muncul pada saat wawancara terkait
dengan hubungan antara bupati dengan pengusaha di daerah pasca pemilihan
umum bupati/wakil bupati di Kabupaten Toraja Utara tahun 2011. Secara umum
pertanyaan peneliti yaitu bagaimana hubungan bupati dengan pengusaha pasca
pemilukada kabupaten Toraja Utara tahun 2011. Penelitian ini mengambil data
primer dari wawancara yang dilakukan terhadap sejumlah informan. Sejumlah
informan yang telah diwawancarai Yakni:
1. Drs.Frederik Batti Sorring, S.Sos,.MM
Peneliti memilih imforman tersebut karena beliau merupakan bupati Toraja
Utara periode 2011-2016, pemenang pemilukada Toraja Utara tahun 2011
yang diusung oleh beberapa partai koalisi seperti PDK, GOLKAR, PDS.
Imforman juga sebagai ketua dewan pembinan Partai Golkar.
2. Drs. Y. S . Dalipang
Penulis memilih imforman tersebut sebab penulis menganggap bahwa
imforman merupakan mantan caretaker (pejabat bupati sementara)
44
sekaligus kandidat calon bupati Toraja Utara pada pemilukada tahun 2011.
Penulis melihat bahwa imforman tersebut sangat berkompeten dan
memahami masalah yang diteliti.
3. Harri Parrung, SE
Peneliti memilih imforman sebab imforman adalah salah satu pengusaha
utama sponsor bupati. Selain itu beliau merupakan pengusaha yang
sebelumnya berdomisili di Jayapura. Peneliti menganggap imforman tesebut
mampu memberikan imformasi akurat kaitan dengan masalah yang diteliti.
4. Agustinus Parrangan, ST
Imforman tersebut dianggap kapabel dalam memberikan sumber imformasi
kaitan dengan data-data yang diperluakan dalam penelitian. Selain itu
imforman tersebut adalah pengusaha yang bergerak pada jasa kontruksi.
5. Thomas Irja
Beliau merupakan salah satu imforman yang dianggap representatif dalam
memberikan jawaban sesuai dengan rumusan masalah penelitian. Penulis
juga menilai imforman adalah pengusaha sukses di Papua yang juga ikut
menyukseskan kemenangan bupati Toraja Utara.
6. Jhon Lembang, ST
Peneliti memilih imforman tersebut karena kapasitasnya sebagai pengusaha
muda yang energik. Imforman tersebut dianggap bisa memberikan gagasan
dan input yang dibutuhkan oleh peneliti kaitan dengan data-data penelitian.
45
7. Drs. Gideon Raru’ , S.Th,.MM
Peneliti memilih imforman tersebut karena beliau adalah ketua tim
pemenangan bupati/wakil bupati (penguasa) sekarang. Imforman tersebut
juga adalah mantan ketua KPU Tana Toraja. Imforman tesebut dianggap
mampu untuk menjawab pertanyaan dari peneliti berdasarkan apa yang
dibutuhkan oleh peneliti.
8. Ir. Edi Parura
Penulis memilih imforman tersebut karena beliau adalah salah satu
pengusaha yang juga duduk sebagai anggota DPRD Kabupaten Toraja
Utara. Imforman ini dianggap piawai dalam memberikan jawaban sesuai
dengan pertanyaan penelitian. Imforman juga merupakan aktor yang
memahami akan seluk-beluk hubungan penguasa-pengusaha.
9. Drs. Welem Saratu
Penulis memilih imforman tersebut karena beliau salah satu tim sukses yang
berlatar belakang pengusaha pro bupati. Imforman ini diyakini bisa
memberikan serangkaian data-data faktual berkaitan dengan masalah yang
diteliti.
10 . Ir. Frederik Batong
Peniliti memilih imforman tersebut sebab dianggap sebagai salah pengusaha
yang kompetensinya bisa memberikan kontribusi kaitan dengan masalah
yang diteliti. Imforman tersebut juga merupakan pengusaha yang banyak
46
berkolaborasi dengan pengusaha skala nasional. Imforman tersebut
merupakan kader partai pengusung bupati terpilih.
11. Pither Rantetasak
Penulis memilih imforman untuk diwawancarai sebab beliau adalah
pengusaha lokal yang tidak berpihak kepada penguasa pada pemilukada
serta imforman tersebut merupakan ketua pemuda.
12. Zet Kalebu, S.Si
Imforman tersebut merupakan pengusaha dan salah satu tim sukses
pemenangan bupati dan menjadi sekretaris pribadi wakil bupati. Iforman
dipilih sebab memiliki kelebihan dan kecakapan untuk memberikan
jawaban atas pertanyaan yang diajukan mengenai masalah yang diteliti.
13. Ir. Yosni Bandaso
Peneliti memilih responden tersebut karena responden ialah sekretaris tim
pemenangan Bupati dan Wakil Bupati Toraja Utara, selain itu, responden
juga adalah pengusaha dan merupakan anggota Gapeksindo Toraja Uatara
oleh karena itu peneliti menilai responsden mampu memberikan data data
sesuai dengan masalah penelitian.
14 . Daniel Pappang
Sosok pengusaha ini merupakan tim pemenangan pasangan Sobat,
responden juga merupakan cucu dari ‘’ paklawan nasional Pongtiku’’,
selain itu responden adalah mantan anggota DPRD Kabupaten Tana Toraja
47
sebelum pemekaran. Responden dianggap kapabel dalam memberikan
jawaban atas pertanyaan kaitan dengan masalah yang diteliti.
14. Aris Pallea, ST
Pengusaha muda ini merupakan responden yang dianggap mampu oleh
peneliti untuk memberikan data dan jawaban sesuai dengan pertanyaan
masalah yang diteliti. Responden juga adalah anggota Himpunan
Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) cabang Toraja Utara yang sebelumnya
berdomisili di kota metropolitan Makassar. Selain itu responden adalah tim
pemenangan bupati terpilih di Toraja Utara tahun 2011.
2. Studi Kepustakaan.
Pada
studi
pustaka,
penulis
melakukan
pengumpulan
data
yang
berhubungan dengan penelitian yaitu membaca sumber-sumber literatur berkaitan
dengan hubungan antara penguasa dengan pengusaha khususnya yang terjadi pada
pemilukada di Kabupaten Toraja Utara.
Teknik ini digunakan untuk menunjang data primer atau data utama yang
diperoleh dari informan. Teknik ini juga sangat membantu penulis dalam
menelusuri pembahasan melalui tulisan-tulisan yang pernah ada sehingga dengan
mudah penulis mengelaborasikan antara informasi yang dipaparkan oleh informan
dengan informasi tertulis yang ada sebelumnya.
48
E. Analisis Data
Data dan informasi yang telah dikumpulkan dari informan akan diolah dan
dianalisa secara kualitatif. Disebabkan dalam metode kualitatif terdapat beberapa
perspektif teori yang dapat mendukung penganalisaan yang lebih akurat terhadap
fenomena yang terjadi. Objek kajiannya adalah kelompok masyarakat yang
kemampuannya selalu mengalami gerakan (progresivitas), yang sulit diukur
dengan menggunakan angka-angka maka penelitian ini membutuhkan analisis
yang lebih komprehensif dari penelitian kuantitatif yang sangat bergantung pada
kuantifikasi data.
Analisa ini bertujuan agar temuan-temuan dari kasus-kasus yang terjadi di
lokasi penelitian dapat dikaji lebih detail dan fenomena yang ada dapat
digambarkan secara terperinci, sehingga apa yang menjadi pertanyaan dalam
penelitian ini bisa terjawab dengan maksimal. Proses analisis data dilakukan
bersamaan dengan proses pengumpulan data berlangsung. Analisis data dilakukan
melalui tiga alur, yakni;
reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan
ataupun verifikasi.
1) Reduksi data, reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data
”kasar” yang telah muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan juga
dengan menggunakan alat perekam. Reduksi data dilakukan selama
penelitian berlangsung, setelah peneliti di lapangan, sampai laporan
tersusun. Reduksi data merupakan bagian dari analisis data dengan suatu
49
bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang data yang tidak diperlukan, dan mengorganisasi data sehingga
kesimpulan akhir diambil dan diverifikasi.
2) Penyajian data, sajian data adalah suatu susunan informasi yang
memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan. Dengan melihat
sajian data, penulis dapat lebih memahami berbagai hal yang terjadi dan
memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis atau pun
tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut. Sajian data yang baik dan
jelas sistematikanya akan banyak membantu. Dalam penelitian ini, data
dan informasi yang sudah diperoleh peneliti di lapangan dimasukkan ke
dalam suatu tabel data dan juga deskripsi.
3) Penarikan Kesimpulan, dari data yang telah dikumpulkan dan diolah
maka selanjutnya sampai pada penarikan kesimpulan akhir. Penarikan
kesimpulan akhir adalah suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh.
Kesimpulan diverifikasi oleh peneliti selama berlangsung penelitian.
Verifikasi itu menjadi sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam
pemikiran peneliti.
50
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas secara umum tentang wilayah daerah kabupaten
Toraja Utara serta keadaan umum institusi dan lembaga terkait dengan penelitian
ini. Terlebih dahulu akan digambarkan mengenai keadaan umum Kabupaten
Toraja Utara dan lembaga atau instansi tempat penelitian dilaksanakan.
A. Gambaran Umum Kabupaten Toraja Utara
Toraja Utara merupakan kabupaten baru yang terbentuk dari pemekaran
Kabupaten Tana Toraja dan berada dalam ruang lingkup daerah Provinsi Sulawesi
Selatan, yang beribukota di Rantepao. Kabupaten baru ini dikenal dengan istilah
‘’Bumi Pahlawan Pongtiku’’ dengan semboyan ( misa’ kada dipotuo pantan kada
dipomate) yang berarti bersatu kita teguh bercerai kita mati. Toraja Utara
merupakan salah satu tujuan wisata di Indonesia pada umumnya dan di Propinsi
Sulawesi Selatan pada khususnya. Selain dikenal dengan wisata alamnya seperti
yang terdapat di Londa, Ke’te Kesu’, Suaya, Baruppu, Tondon-Nanggala,
Batutumonga, Sa’dan dan lain-lain, juga terkenal dengan wisata budayanya seperti
ritual Rambu Tuka’ (upacara syukuran atas keberhasilan terhadap sesuatu seperti
panen, rumah baru, dan lain sebagainya) dan Rambu Solo’ (upacara kedukaan)
serta rumah adat Tongkonan dengan berbagai hiasan ukiran dan coraknya yang
dinamis. Kabupaten Toraja Utara sebagai daerah berudara sejuk dan pegunungan.
51
Toraja Utara terletak diantara 2° - 3° Lintang Selatan dan 119° - 120° Bujur
Timur, yang berbatasan dengan Kabupaten Luwu dan Kabupaten Mamuju di
sebelah utara dan Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Pinrang di sebelah
selatan, serta pada sebelah timur dan barat masing-masing berbatasan dengan
Kabupaten Luwu dan Propinsi Sulawesi Barat. Luas wilayah Kabupaten Toraja
Utara tercatat 1.151,47 km persegi yang meliputi 21 Kecamatan. Kecamatan
Baruppu dan Kecamatan Buntu Pepasan merupakan 2 Kecamatan terluas dengan
luas masing-masing 162,17 km persegi dan 131,72 km persegi atau luas kedua
kecamatan tersebut merupakan 25,52 persen dari seluruh wilayah Toraja Utara.
Kabupaten Toraja Utara dilewati oleh salah satu sungai terpanjang yang
terdapat di Propinsi Sulawesi Selatan, yaitu sungai Saddang. Jarak ibukota
Kabupaten Toraja Utara dengan ibukota Propinsi Sulawesi Selatan mencapai 329
km yang melalui Kabuapten Tana Toraja, Kabupaten Enrekang, Kabupaten Sidrap,
Kota Parepare, Kabupaten Barru, Kabupaten Pangkep dan Kabupaten Maros
dengan menggunakan sarana transportasi darat untuk menjangkau bumi
Lakipadada ini. Selain itu daerah ini pula dapat dijangkau dengan transportasi
udara melalui Bandara Udara Pongtiku dari Bandara Udara Hasanuddin yang saat
ini berada di bawah otoritas Kota Makasssar dan Kabupaten Maros.
Dari sektor kesehatan sampai pada tahun 2011 di kabupaten Toraja Utara
terdapat satu (1) rumah sakit swasta. Sedangkan fasilitas kesehatan penunjang
lainnya terdapat 19 puskesmas, 22 puskesmas pembantu dan 59 polindes. Pada
bidang perdagangan, jumlah perusahan yang memperoleh surat izin usaha
52
perdagangan menurut golongan usaha di kabupaten Toraja Utara pada tahun 2010
sebanyak 130 unit usaha yang terdiri dari perdagangan kecil sebanyak 15 unit
usaha dan usaha menengah sebanyak 15 unit usaha serta perdagangan besar
sebanyak 9 unit usaha. Transportasi ke setiap kecamatan dan desa hampir
semuanya dapat dijangkau dengan kendaraan roda empat meskipun dengan kondisi
jalan yang sebagian besar masih dalam tahap rehabibilitasi. Panjang jalan di Toraja
Utara pada tahun 2010 mencapai 1.102,40 km yang terdiri dari 337,90 km jalan
diaspal, 393,00 km jalan kerikil dan 371,51 km jalan tanah.
Pengembangan pariwisata menunjukkan peningkatan untuk menggalakkan
kegiatan ekonomi yang melibatkan berbagai sektor kegiatan pariwisata diharapkan
mampu membuka langan kerja, meningkatkan penadapatan bagi masyarakat dan
pemerintah di daerah wisata serta penerimaan devisa bagi Negara. Pada tahun
2010 jumlah wisatawan dosmetik tercatat 15.636 orang dan wisatawan
mancanegara menunjukkan kecenderungan meningkat. Pada tahun 2010 jumlah
wisatawan 3.895 orang dan meningkat menjadi 13.130 orang pada tahun 2011.
Jumlah akomodasi wisata pada tahun 2009 sebanyak 41 unit yang menyediakan
782 kamar dan 1.423 tempat tidur.
53
a. Kondisi Penduduk
Penduduk Kabupaten Toraja Utara berdasarkan hasil Susenas akhir tahun
2010 berjumlah 229.070 jiwa yang tersebar di 21 Kecamatan, dengan jumlah
penduduk terbesar yakni 25.805 jiwa mendiami Kecamatan Rantepao. Secara
keseluruhan, jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari
penduduk yang berjenis kelamin perempuan, yang masing-masing 119.620 jiwa
penduduk laki-laki dan 109.470 jiwa penduduk perempuan. Hal ini juga tercermin
pada angka rasio jenis kelamin yang lebih besar dari 100, yaitu 109%, ini berarti,
dari setiap 100 orang perempuan terdapat 109 laki-laki.
Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Toraja Utara pada tahun 2009
dibandingkan dengan tahun 2010 mencapai 1,15% persen Kepadatan penduduk di
Kabupaten Toraja Utara pada tahun 2010 telah mencapai 199 jiwa/km².
Kecamatan terpadat terdapat di Kecamatan Rantepao, dengan tingkat kepadatan
mencapai 2.805 jiwa/km², sedangkan kecamatan yang tingkat kepadatannya paling
rendah adalah Kecamatan Baruppu dan Awan Rante Karua yaitu 41 dan 90
jiwa/km². Kondisi kepatan penduduk Toraja Utara dapat dilihat secara rinci pada
tabel berikut ini:
54
Tabel 1. Jumlah Penduduk Kabupaten Toraja Utara Per tahun 2011
Jumlah penduduk (Jiwa)
No
Kecamatan
1
2
Kepadatan
Penduduk
Per tahun
2011
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki + Perempuan
3
4
5
6
1
Sopai
6.575
6.615
13.372
281
2
Kesu
7.818
7.298
15.116
581
3
Sanngalangi
5.934
5.597
11.531
296
4
Buntao
4.898
4.379
9.277
187
5
Rantebua
4.909
4.478
9.387
111
6
Nanggala
5.315
4.644
9.959
146
7
Tondon
5.762
3.865
9.627
267
8
Tallunglipu
8.037
7.543
1.558
1.654
9
Rantepao
12.833
12.677
2.551
2.479
10
Tikala
5.675
5.224
10.899
465
11
Sesean
5.930
5.619
11.549
288
12
Balusu
3.769
3.909
7.678
115
13
Sa'dan
7.746
6.806
14.552
181
14
Bangkele Kila
2.983
2.822
5.805
276
15
Sesean Saloara
3.241
2.861
6.102
281
16
3.510
3.368
6.878
146
5.329
4.495
9.824
127
18
kapala Pitu
Dende Piongan
Napo
Awan Rante Kalua
2.585
2.285
4.870
89
19
Rindingallo
4.600
4.030
8.630
116
20
Buntu Pepasan
7.239
6.495
13.734
104
21
Baruppu
3.387
3.211
6.598
41
118.257
108.221
226.478
197
17
Jumlah
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Toraja Utara Tahun 2011
Populasi penduduk Kabupaten Toraja Utara mayoritas berpendidikan SLTP,
SLTA dan untuk Pendidikan Tingkat Diploma dan Sarjana masuk dalam skala
mayoritas sebab banyak yang melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
55
Kepercayaan religius sebagian besar menganut agama Kristen Protestan,
Katolik, Pantekosta, Islam, dan Hindu. Walaupun penduduk Kabupaten Toraja
Utara memiliki empat jenis agama dan mayoritas beragama Kristen namun
hubungan religius dan sosial antar penduduk tidak menjadi masalah. Bahkan
penduduk masyarakatnya terkenal sebagai salah satu masyarakat yang pola hidup
kerukunan antar umat beragama menjadi contoh di Indonesia.
b. Kondisi Politik dan Pemerintahan
Kabupaten Toraja Utara terkonsep dalam satu teritorial dengan palsafah
yakni ’’ tondok lepongan bulan tana matari allo’’ secara harafiah berarti " negeri
yang bulat seperti bulan dan matahari". Nama ini mempunyai latar belakang yang
bermakna, persekutuan negeri sebagai satu kesatuan yang bulat dari berbagai
daerah adat. Ini dikarenakan Tana Toraja tidak pernah diperintah oleh seorang
penguasa tunggal, tetapi wilayah daerahnya terdiri dari kelompok adat yang
diperintah oleh masing-masing pemangku adat dan ada sekitar 32 pemangku adat
di Toraja.
Dalam suatu daerah perlu pembagian wewenang, tugas dan kekuasaan untuk
saling menunjang dalam membangun roda pemerintahan dan segala bidang yang
ada. Masyarakat dan pemerintah harus sinergitas dan saling mendukung. Secara
administratif pemerintahan Daerah Kabupaten Toraja Utara Menaungi 21
Kecamatan.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Toraja Utara,
tercatat bahwa pada tahun 2010 di Kabupaten Toraja Utara terdapat 111
56
Desa/Lembang dan 40 Kelurahan. Sementara itu, jumlah anggota DPRD Kab.
Toraja Utara periode 2009-2014 sebanyak 30 orang. DPRD Kab. Toraja Utara
terdiri atas fraksi-fraksi dan juga komisi, yakni terdapat 7 fraksi seperti fraksi
GOLKAR, Demokrat, PDIP, Kerakyatan, Kebangsaan dan PKDI. Selain itu juga
terdapat 3 Komisi di DPRD Kab. Toraja Utara yakni Komisi 1 Bidang
Pemerintahan, Komisi 2 Bidang Ekonomi dan Keuangan, Komisi 3 Bidang
Pembangunan. Lembaga legislatif ini terdiri atas kekuatan dari beberapa partai
politik di antaranya adalah Partai Golkar, partai Demokrat, PDI-P, PDS, PDK,
PKDI, PDP, Gerindra, Barnas dan partai politik lainnya.
B. Gambaran Umum Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Langsung
Perubahan Undang-Undang tentang pemerintahan daerah dimulai dengan
mengeluarkan UU No. 22 Tahun 1999 mengenai daerah otonom. Undang- undang
tersebut dikeluakan untuk memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada
daerah untuk mengatur sendiri sistem pemerintahan dan pengolahan daerahnya
namun tetap ada campur tangan dari pusat, bahkan dalam setiap pemilihan kepala
daerah juga masih tetap dikontrol pusat. Kemudian diadakan perevisian UndangUndang No. 32 tahun 2004 juga tentang pemerintahan daerah. Adanya perubahan
tersebut, disamping karena perubahan UU Negara Republik Indonesia Tahun
1945, juga dianggap sudah tidak sesuai dengan dasar penyelenggaraan otonomi
daerah, maka untuk menciptakan kualitas otonomi dikeluarkan Peraturan
Pemerintah RI No. 6 Tahun 2005 tentang pemilihan, pengesahan, pengangkataan
57
dan pemberhentian kepala daerah dan wakil kepala daerah yang merupakan
petunjuk dari pelaksanaan UU No. 32 tahun 2004.
Dasar pelaksanaan pemilukada disamping untuk memilih penguasa daerah
juga merupakan salah satu upaya mencari pemimpin yang mampu melayani dan
konsisten mengabdi untuk kepentingan seluruh rakyat. Pemilukada mempunyai
kekuatan yang lebih dalam upaya memperkuat legitimasi kepala daerah.
Pemilukada juga sebagai upaya formal yang paling penting dalam mengembalikan
kedaulatan rakyat serta untuk memutus kesenjangan yang terjadi antara aspirasi
rakyat dan wakilnya di lembaga legislatif daerah.
Kesuksesan pemilukada sangat ditentukan oleh masyarakat juga lembaga
terkait. Selain parpol, KPUD juga sebagai lembaga yang memiliki peranan penting
dalam pelaksanaan pemilihan. Salah satu cara yang digunakan oleh KPUD untuk
menjaga dari kemungkinan terjadinya potensi konflik dan penundaan pemilukada
adalah melalui persiapan-persiapan dengan tetap melaksanakan tugasnya secara
optimal untuk membuat sistem atau rambu-rambu yang dapat meminimalisir
konflik. KPUD juga memberikan kegiatan pendidikan bagi pemilih yang
dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan masyarakat akan arti, fungsi,
prosedur dan struktur pemilih secara substansial, artinya pemilih dapat
menentukan pilihannya secara tepat berdasarkan rasionalitas politiknya.
Pemilukada mesti dimaknai sebagai aktivitas berpolitik yang riil dan jujur
oleh masyarakat lokal untuk memilih pemimpin daerah secara demokratis.
Pemilukada dalam lingkup lokal melibatkan masyarakat secara lebih emosional
58
dibanding dalam pemilihan presiden dalam skala nasional. Pelaksanaan
pemilukada langsung sebagai tonggak demokrasi lokal walaupun tetap memiliki
resiko yang tidak terhindarkan namun itulah realitas dari sebuah demokrasi.
Pemilukada sebagai arena politik lokal, apalagi pelaksanaan pemilukada sebagai
pengalaman pertama dalam sistem langsung kerap diwarnai praktek politik uang,
penggunaan cara-cara kekerasan, dan kampanye negatif perlu diwaspadai.
Mekanisme pemilihan umum langsung tidak secara otomatis menghilangkan
kelemahan-kelemahan
demokrasi
dari
kemungkinan
penyalahgunaan
dan
penyimpangan.
Pemilukada bukanlah hal yang baru bagi masyarakat Kabupaten Toraja
Utara karena sebelumnya telah dilakukan pemilihan kepala daerah dan wakil
kepala daerah secara langsung. Namun pemilihan kepala daerah kali ini berbeda
karena masyarakat memilih langsung pemimpin di daerah Kabupaten Toraja Utara
pasca pemekaran dari Kabupaten Tana Toraja. Pelaksanaan pemilukada kabupaten
Toraja Utara dilakukan dengan dua putaran. Putaran pertama dilaksanakan pada
tanggal 11 November 2010 yang diikuti tujuh pasangan calon bupati/wakil bupati,
sebagaimana yang dipaparkan pada tabel berikut di bawah ini.
59
Tabel 2: Daftar Nama-Nama dan Partai Pengusung Calon Bupati dan Wakil
Bupati Toraja Utara Tahun 2011.
Nomor
Urut
Partai Pengusung
Nama Pasangan Calon
Kepala Daerah
Wakil Kepala Daerah
1
Drs. A.P Popang, MH
Sarah Lallo, SE
2
3
Ir. Daniel Rendeng Madao
Dr. J Palimbong P, Sp.B
Drs. Y.S Dalipang
Drg. Simon Liling
Partai Demokrat dan Partai Perjuangan
Indonesia Baru(PPIB)
Partai Golkar
Independent (Perseorangan)
1.
4
Ir. Bride AlloRante, MM,.MT
Drs. Johanis O.S Bari,
MM
5
Ir. Deka Paranooan
DR. Mathius Lobo, Sp.B
Partai Demokrasi Perjuangan
Indonesia (PDIP)
2. Partai
Kasih
Demokrasi
Indonesia (PKDI)
3. Partai
Barisan
Nasional
(BARNAS)
4. Partai Republik Nusantara
(Republikan)
5.
Partai Buruh
6. Partai Persatuan Daerah (PPD)
7. Partai Karya Perjuangan (Pakar
Pangan)
8. Partai Pngusaha dan Pekerja
Indonesia (PPPI)
9. Partai Karya Peduli Bangsa
(PKPB)
10. Partai Indonesia Sejahtra (PIS)
11. Partai Pemuda Indonesia (PPI)
12. Partai Kebangkitan Nasional
Ulama (PKNU)
Independent(Perseorangan)
1.
2.
6
Drs. Frederik Batti Sorring,
S.Sos,.MM
Frederik Buntang
Rombelayuk, S.Pd
3.
4.
5.
1.
2.
3.
7
Drs. Kalatiku Paembonan,
M.Si
Alfrita Pasande Danduru,
SH.M.KN
4.
5.
6.
Partai Patriot
Partai Demokrasi Kebangsaan
(PDK)
Partai Nasional Indonesia
Marhaenisme (PNI)
Partai Kedaulatan
Partai Keadilan dan Persatuan
Indonesia(PKPI)
Partai Damai Sejahtra (PDS)
Partai Demokrasi Pembaruan
(PDP)
Partai Kebangkitan Bangsa
(PKB)
Partai Nasional Benteng
Kerakyatan Indonesia (PNBK)
Partai Peduli Rakyat Nasional
(PPDI)
Partai Penegak Demokrasi
Indonesia (PPDI)
Sumber : KPU Toraja Utara Tahun 2011.
Pada tabel di atas dari tujuh pasangan calon bupati dan wakil bupati terdapat
dua pasangan kandidat yang tidak diusung oleh partai politik yang merupakan
pasangan calon bupati dan wakil bupati perseorangan.
60
Berlansungnya pemilukada perdana kabupaten Toraja Utara tahun 2011,
dimana para kandidat bertarung untuk mendapatkan dukungan mayoritas dari
masyarakat, namun pada kenyataannya tidak semua dari pasangan calon bupati
yang memiliki kesempatan melaju pada putaran selanjutnya. Berikut perolehan
suara masing-masing kandidat sebagaimana yang digambarkan pada tabel di
bawah ini:
Tabel 3: Daftar Perolehan Suara Calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah
No
Urut
Nama Pasangan Calon Bupati/Wakil Bupati
Jumlah
perolehan
suara
Persentase
(%)
1
Drs. A. Palino Popang, MH dan Sarah Lallo, SE, M.Sl
3.546
3,20%
2
lr. Daniel Rendeng dan Dr. J. Palimbong P, Sp.O
19.274
17,37%
3
Drs. Y.S. Dallpang dan Drs. Simon Liling
27.014
24,34%
4
lr. Bride S. Allorante, MM, MT dan Drs. Johanis O.S. Bari, MM
8.743
8,32%
5
lr. Deka Paranoan dan Dr. Mathius Lobo, Sp.B
4.515
4,07%
6
Drs. Frederik Batti Sorring, S.Sos,MM dan
Frederik B. Rombelayuk, S.Pd
30.236
28,21%
7
Drs. Kelatiku Paembonan, M.Si dan
Alfritha Pasende Daanduru, SH, M.Kn
17.642
15,53%
110.970
100%
Total Suara
Sumber: KPUD Toraja Utara Tahun 2011.
Pada tabel tersebut di atas belum ada pasangan kandidat yang mencapai
perolehan suara mutlak. Hasil pemilukada Toraja Utara pertama pada tabel di atas
hanya terdapat dua pasangan kandidat yang memperoleh suara tinggi yakni
pasangan Y.S Dalipang & Simon Liling dan Frederik Batti Sorring & Frederik
Buntang Rombelayuk berhak melaju ke babak putaran kedua pemilukada Toraja
61
Utara yang dilaksanakan pada tanggal 11 bulan Januari tahun 2011. Sebagaimana
yang dipaparkan pada tabel dibawah ini:
Table 4: Daftar Nama-Nama dan Perolehan Suara Calon Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah
No
Urut
1
Nama Pasangan Calon Bupati/Wakil Bupati
Drs. Y.S. Dalipang dan Drs. Simon Liling, SH.MH
Jumlah
perolehan
suara
53,177
Persentase
(%)
48,52%
Drs. Frederik Batti Sorring, S.Sos,MM dan
2
Frederik B. Rombelayuk, S.Pd
Total suara
56,428
109,605
51,48%
100 %
Sumber: KPUD Toraja Utara Tahun 2011
Berdasarkan hasil pemilukada Toraja Utara putaran kedua dimana yang
mendapat legitimasi dari rakyat Toraja Utara sebagai pemenang adalah pasangan
Frederik Batti Sorring dan Frederik Buntang Rombelayuk yang memperoleh total
suara (56.428) dengan persentase (51,48%) dari total jumlah suara yang ditetapkan
KPUD Toraja Utara sebanyak 109.605 suara sah. Sementara pasangan Y.S
Dalipang & Simon Liling berada pada urutan kedua yang hanya memperoleh suara
sebanyak (48.177) dengan persentase (48,09 %).
Dilantiknya Bupati dan Wakil Bupati terpilih pertama pada tanggal 31
Maret 2011, menandahkan bahwa seluruh rangkaian proses pemilukada telah
berakhir. Dan semua masyarakat Toraja Utara berharap Bupati dan Wakil Bupati
terpilih mampu memimpin Kabupaten Toraja Utara.
62
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah langsung merupakan
progresitas dan inovasi dalam mewujudkan demokrasi di tingkat lokal. Proses
pemilihan kepala daerah langsung dimana, rakyat berpartisipasi langsung
menentukan pemimpin di daerahnya. Pemilihan kepala daerah menjadi peluang
bagi penguasa (bupati) dan pengusaha dalam proses pergantian kekuasaan, serta
peluang pengusaha untuk berelaborasi dengan pemimpin daerah.
Hasil penelitian ini mengungkapkan hubungan antara elit politik lokal yakni
hubungan politik bupati dengan pengusaha pasca pemilukada di Toraja Utara
tahun 2011. Mengacu pada rumusan masalah yang telah dikemukakan pada
konteks sebelumnya, maka peneliti menjelaskan hubungan Bupati Frederik Batti
Sorring dengan pengusaha Harri Parrung dan koleganya, untuk mengetahui
terjadinya pertukaran kepentingan dan pilihan rasional serta konflik kepentingan
antara bupati dengan pengusaha.
Pada proses pemilukada di daerah, pengusaha memberikan bantuan kepada
bupati berupa finasial, mobilisasi massa serta membantu bupati dalam setiap
sosialisasi pada pemilukada. Sehingga terjadi pertukaran kepentingan antara bupati
dengan pengusaha pasca pemilukada untuk memperoleh sumber-sumber yang
bernilai seperti jabatan, proyek serta perlakuan istimewah dalam hubungan
simbiosismutualisme bupati-pengusaha itu.
63
Pilihan rasional setiap elit di daerah baik bupati (penguasa) maupun
pengusaha dalam tindakan politiknya bertujuan untuk memaksimalkan pencapain
kepentingannya dalam hubungan politik. Dalam hubungan politik tersebut,
disposisi kebijakan bupati untuk mengakomodasi kepentingan pendukung kepada
siapa kebijakan itu diprioritaskan untuk memberikan dan mendapatkan suatu
reward (penghargaan) dan ganjaran atau nilai yang berharga bagi pengusaha
sebagai balas jasa atas kontribusi politiknya kepada bupati.
A. Hubungan Bupati Dengan Pengusaha Pasca Pemilukada Di Kabupaten
Toraja Utara Tahun 2011.
Perubahan sistem pemilihan kepala daerah dari yang semula di pilih DPRD
ke pemilihan terbuka oleh masyarakat, menjadikan pemilukada sebagai arena
kompetisi yang mahal dan menimbulkan konsekuensi masuknya kelompok
pengusaha di dalam zona politik sebagai donatur dalam proses pemenangan bupati
pada pemilukada. Relasi pengusaha dan penguasa dalam suksesi pemilukada di
Indonesia dapat dilihat dari keterlibatan pemerintah (penguasa) di dalam pasar, dan
keterlibatan (pangusaha) dalam mempengaruhi kebijakan politik.
Simbiosis mutualisme antara bupati dan pengusaha bisa dilihat dari bantuan
finansial yang diberikan oleh pengusaha kepada calon kepala daerah yang
berkompetisi, mulai dari dana pembelian partai pengusung hingga dana
pelaksanaan kampanye yang begitu besar sebaliknya setelah menjadi kepala
daerah akan memberikan reward dan konsesi politik sebagai balas jasa dengan
pemberian proyek-proyek dan kemudahan bagi para pengusaha pendukungnya.
64
Sumbangan demikian besar yang diberikan oleh para pengusaha ini kemudian
menjadi dasar bargaining position pemerintah (bupati) Toraja Utara untuk
mengakomodasi kepentingan pengusaha, lewat kebijakan yang di keluarkan dalam
skala lokal bahkan sampai pada deregulasi undang-undang untuk mengamankan
bisnis kelompok pengusaha.
Hubungan kasuistik bupati dengan pengusaha yang demikian kuat,
menimbulkan konsekuensi atas pembajakan demokrasi politik lokal yang terjadi
lewat terbentuknya kartel bisnis-politik yang berwajah pemburu rente. Politik balas
jasa terhadap pengusaha ini menyebabkan praktik pemerintahan menjadi sarang
kolusi dan nepotisme. Interelasi penguasa-pengusaha menunjukan bahwa
hubungan ini menjadi fondasi yang kuat terjadinya penyalahgunaan kekuasaan,
juga memberikan ruang untuk semakin terbangunya kartel bisnis-politik dan
hubungan patron klien yang kokoh.
Relasi pengusaha-penguasa, bahkan tidak bisa dilerai eksistensinya dalam
panggung politik lokal. Sebab setiap bantuan pasti akan ada imbalannya, misalnya
memberi bantuan dengan dasar bahwa akan menerima lebih besar keuntungan atau
hanya sekadar untuk berbangga diri bahwa telah memberikan sumbangan kepada
penguasa. Masalahnya, yang lebih banyak terjadi, imbalan itu berupa profit dan
perlindungan politik semata, sebab pengusaha yang banyak memberikan bantuan
kepada penguasa (bupati) cenderung merasa aman dan mempunyai keuntungan
besar dalam hubungan itu.
65
Koneksitas kekuasaan di Toraja Utara tampak jelas untuk mempertukarkan
segala bentuk kepentingan dapat terealisasi. Hubungan penguasa (bupati) dengan
pengusaha didesain sedemikian rupa agar jejaring kekuasaan menjadi tempat
berlabuh
kalangan
pengusaha
melakukan
pertukaran
kepentingan
untuk
memperoleh keuntungan dan manfaat baginya. Penguasa (bupati) dalam
bersinergitas dengan pengusaha adalah mitra yang membutuhkan pertukaran
dengan komitmen saling mendukung. Relasi yang tertata baik sejak pertarungan
politik hingga bupati menjadi pemangku kekuasaan merupakan sumber
keuntungan dan manfaat bagi pengusaha. Sebagaimana pernyataan bapak Frederik
Batti Sorring. Berikut kutipan pernyataan bapak Bupati:
‘’Jadi begini, tugas saya sebagai bupati (pemerintah) itu sudah diperankan
oleh masing-masing SKPD jadi keterkaitan pengusaha dengan saya itu kalau
dalam hal pekerjaan langsung berurusan dengan SKPD (satuan kerja
perangkat daerah) masing-masing yang bersangkutan. Oouh…hubungan
saya dengan pengusaha itu menjadi mitra kerja untuk kelangsungan
pembangunan daerah’’. (Wawancara, pukul :09:20 tanggal 08 agustus 2011)
Dari pernyataan bupati Torja Utara tersebut, terlihat jelas bahwa dalam
suatu daerah dibutuhkan kerja sama antara pemerintah dengan pengusaha untuk
menciptakan sebuah kerangka kerja dalam koridor pembangunan daerah.
Pemerintah (bupati) merupakan mitra yang dapat memberikan kebijakan dan
berpihak kepada pengusaha untuk menciptakan kerja sama yang menguntungkan
kedua pihak. Pengusaha yang paling dominan dalam membantu bupati pada
pemilukada Harri Parrung membenarkan hal tersebut, berikut hasil kutipan
wawancaranya:
66
‘’Hubungan saya dengan bupati tetap saja malah diupayakan untuk
ditingkatkan, karena pengusaha atau wirausaha adalah mitra kerja
pemerintah (bupati) yang sejajar dan saling membuthkan satu dengan yang
lain, dan bupati harus memberikan kebijakan yang baik kepada kelompok
pengusaha’’. (Wawancara, pukul 11:53 tanggal 08 agustus 2011).
Di dalam dunia politik sudah menjadi legalisasi ketika seseorang
mendapatkan sesuatu karena upaya dan tindakan yang dilakukan untuk tujuan
tertentu. Realitasnya bahwa baik bupati maupun pengusaha dalam konteks politik
diperlukan hubungan yang dapat memberi keuntungan. Penguasa berorientasi pada
pencapaian kekuasaan sedangkan pengusaha pendukung bupati mengkonversi
bentuk dukungannya untuk kepentingan demi mencapai keuntungan ‘’profit’’ yang
besar baginya.
Terbentuknya komunikasi politik untuk menyatukan kekuatan sehingga
tidak menyulitkan bagi pengusaha melakukan praktek lobi-lobi politik kepada
penguasa sebab mereka memiliki fondansi hubungan yang kuat, atas dasar alasan
itupula segala sesuatunya pasti lebih mudah diatur kaitan dengan kepentingan
pengusaha. Hal ini diutarakan oleh bapak John Lembang, SE ungkapnya bahwa:
‘’ Sejak dari awal sampai detik ini, hubungan kita dengan bupati cukup
langgeng, saya tidak kesulitan untuk berkomunikasi dengan pak bupati
walaupun saya hanya pengusaha lokal, disini saya tekankan ke pak bupati,
harus memberdayakan pengusaha menengah ke bawah kalau perlu
ditingkatkan pembinaannya agar mampu berkembang ’’ (Wawancara, pukul
14:00 tanggal 25 agustus 2011).
Relasi yang terbangun oleh bupati dengan pengusaha dalam dunia politik
dapat terukur sebagai hubungan yang memiliki sumber-sumber nilai. Ukuran nilai
tergantung pada besarnya peranan pengusaha dalam mencapai orientasi politik
67
sang penguasa dalam memperoleh kemenangan untuk bisa berkuasa. Pengusaha
berupaya menwujudkan kepentingannya dengan mengejar berbagai proyek dan
kedudukan, jabatan tersebut diperuntukkan bagi kerabat untuk dijabat, hal ini
merupakan yang utama untuk diperoleh pengusaha. Pernyataan ini diuraikan oleh
salah satu pengusaha Welem Saratu, imbuhnya:
‘’ Intinya….saya tetap dibelakang dan mendukung pak bupati sampai habis
masa bhaktinya sebab hubungan ini tidak akan disia-siakan bahkan
diupayakan tetap erat karena bupati dengan pengusaha itu saling
menghargai sebab dalam hubungan ini mempunyai nilai-nilai penting ’’
(Wawancara, pukul 14:30 tanggal 28 agustus 2011).
Di pihak pengusaha lainnya, mengklaim bahwa manfaat yang diperoleh dari
setiap hubungan dalam konteks apapun yang diharapkan adalah sesuatu yang
menguntungkan dan berguna bagi pengusaha. Balas jasa bupati kepada pengusaha
sedang dalam tahap realisasi dan belum berakhir dan akan terus berlanjut hingga
keduanya mencapai kepuasan. Pernyataan ini, sebagaimana yang dibeberkan oleh
Ir.Frederik Batong bahwa:
‘’ Dari pemilukada sampai sekarang ini hubungan kita masih utuh karena
pengusaha mendapatkan sesuatu yang bernilai, dan ucapan terima kasih
penguasa kepada pendukung yang juga pengusaha tidak akan berkurang
serta banyak dari pendukung tetap akan meminta sesuatu atau pekerjaan dan
kalau pekerjaan, itu tentunya disesuaikan dengan great perusahaan’’
(Wawancara, pukul 19:28 tanggal 04 september 2011).
Pada setiap hubungan selalu didasarkan dengan kepentingan. Pengusaha
yang telah bekerja keras membantu bupati untuk mendapatkan kursi kekuasaan
dituntut tidak melupakan jasa setiap pengusaha. Sebagaimana yang disampaikan
oleh Ketua Tim pemenagan (Sobat), Gideon Raru’ bahwa:
68
‘’Ukuran hubungan itu kan pada dasarnya ada semacam perlakuanperlakuan khusus dari penguasa, prinsipnya jasa orang jangan dilupakan
tetapi juga jangan dipaksakan, sebagai contoh dalam tender apabila saudara
A dan B ikut tender, si B dulunya mendukung calon bupati sementara si A
tidak mendukung bupati pada pemilukada, dalam proses tender si A yang
memenangkan tender, nah..demi penghargaan kepada si B maka si A
dikorbankan, yahh! bisa saja begitu itulah dunia politik (Wawancara, pukul
18:27 tanggal 25 agustus 2011).
Pada pemaparan di atas sejalan dengan konsep pertukaran yang
dikemukakan Shaw bahwa interaksi atau hubungan adalah suatu pertukaran antar
pribadi yang masing-masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam
kehadiran mereka, dan masing-masing perilaku mempengaruhi satu sama lain.
Penulis melihat bahwa ada pertukaran dalam interaksi pada hubungan penguasa
(Frederik Batti Sorring) dengan pengusaha (Harri Parrung) dan koleganya di
Toraja Utara semakin meningkat dan menunjukkan bahwa hubungan itu saling
mempengaruhi, terbukti terjadi demikian dimana bupati mempunyai kebijakan
tertentu bagi pengusaha yang diwujudkan ketika para pemimpin pengusaha
menjadi pelaksana proyek dan ikut mempengaruhi kebijakan bupati sebagai
pemerintah di daerah. Dari beberapa pernyataan di atas tergambar jelas bahwa
hubungan bupati dengan pengusaha adalah hubungan yang didasarkan pada
besarnya sumber nilai yang akan dicapai dari apa yang diberikan dan apa yang
akan didapatkan dari hubungan itu untuk memenuhi kepentingan pengusaha.
Hubungan pertukaran yang terjadi di Kabupaten Toraja Utara, di desain untuk
mengakomodasi kepentingan politik bupati maupun pengusaha.
69
A. 1. Pertukaran Kepentingan
Pertukaran adalah proses memberi dan menerima secara timbal balik.
Menurut teori pertukaran Peter M. Blau bahwa pertukaran sosial terbatas kepada
tingkah laku yang mendatangkan imbalan, yakni tingkah laku yang akan berhenti
kalau tidak bakal akan ada imbalan lagi, sebaliknya imbalan yang mereka berikan
kepada satu sama lain berfungsi untuk mempertahankan dan menguatkan
hubungan itu.
Pasca pemilukada Toraja Utara terjadi pertukaran kepentingan antara aktor
politik yakni petukaran kepentingan bupati dengan pengusaha Harri Parrung dan
koleganya, pertukaran dilakukan semata-mata untuk menunjukkan bahwa dalam
hubungan politik tersebut terdapat sumber yang bernilai yang dapat dijadikan
sebagai alat petukaran kepentingan. Para pengusaha yang telah membantu bupati
berupaya untuk mendapatkan imbalan atas kontribusinya sebagai perekat kuatnya
hubungan bupati dengan pengusaha sebagaimana dikutip dari media cetak yang
menyatakan bahwa:
‘’ Pasangan Frederik Batti Sorring-Frederik Buntang Rombe Layuk (Sobat),
tidak akan kekurangan "amunisi" untuk menghadapi Pemilukada Toraja
Utara yang akan berlangsung. Pasalnya, Frederik Batti Sorring yang
sebelumnya menjabat sebagai wakil Bupati Kabupaten Asmat Provinsi Papu
Barat ini. Kini dikelilingi puluhan pengusaha asal Provinsi Papua Barat dan
Papua, saat ini sekurangnya 14 pengusaha asal Irian telah ‘’membackup’’
pendanaan pasangan Sobat. Pengusaha ini, merupakan orang-orang asal
Toraja yang sukses di Papua tersebut merupakan jaringan Frederik Batti
Sorring. Namun demikian bukan berarti bahwa para pengusaha ini
memberikan dana tidak dijadikan senjata bagi pasangan Sobat untuk
melakukan money politic ‘’ (Dikutip dari Fajar News, Selasa, 11 Januari
2011).
70
Para pengusaha yang konsisten mendukung bupati pada pemilukada Toraja
Utara, beberapa di antara pengusaha telah menerima reward hasil pertukaran
berupa jabatan, paket proyek pembangunan pasar dan jalan merupakan
penghargaan dari bupati sebagai tolok ukur hubungan kedua pihak pasca
pemilukada Toraja Utara. Perihal ini diungkapkan oleh salah satu pengusaha muda
dari Papua Agutinus Parrangan, ST ungkapnya ialah :
‘’Inilah namanya perjuangan...ya kita bersyukur karena sudah bisa
menikmati hasil jerih paya dan kerja keras kita, hasilnya ada beberapa
pekerjaan atau paket proyek pembangunan jalan dan pasar tradisional itu
sementara dikerja di beberapa kecamatan, jadi saya berharap hubungan kita
tetap akan dipelihara agar semuanya dapat memberi manfaat selama
kepemimpinan beliau dan ke depan akan kita maksimalkan supaya semua
urusan berjalan dengan baik sesui dengan tujuan’’ (Wawancara, pukul 15:45
tanggal 10 agustus 2011).
Berdasarkan pernyataan di atas realistis sebagaimana teori pertukaran dalam
klarifikasi Peter M. Blau bahwa imbalan yang dipertukarkan digolongkan ke
dalam dua jenis yakni bersifat intrinsik seperti; cinta, afeksi (rasa kasih sayang),
dan penghargaan. Dan yang bersifat ekstrinsik berupa; uang atau barang material
lainnya. Penulis melihat bahwa hubungan pertukaran bupati dengan pengusaha di
Toraja Utara didasarkan pada besarnya imbalan yang diberikan bupati kepada
pengusaha yang telah berkontribusi. Secara intrinsik perlakuan istimewah bupati
kepada pengusaha merupakan imbalan yang dapat mengangkat prestise dan
bermanfaat bagi pengusaha.
Balas jasa bupati kepada pengusaha tidak hanya pada tataran intrinsik,
namun dalam konteks ekstrinsik imbalan yang diberikan oleh bupati kepada
71
pengusaha atas berkontribusinya berupa barang material dalam bentuk pisik seperti
paket proyek dan jabatan dalam struktur pemerintahan.
Hal lain, terkait persoalan hubungan yang mendatangkan reward dalam
suatu hubungan sebagaimana yang diutarakan oleh bapak Daniel Pappang. Berikut
petikan hasil wawancaranya:
‘’ Dalam setiap hubungan manusia sudah jelas mengharapkan imbalan yang
menjadi hasil akhir dari hubungan itu, apalagi ini dunia politik sudah jadi
barang pasti ketika bupati dengan pengusaha saling membutuhkan, maka
dari itu akan ada kepentingan mengekor pada hubungan tersebut, ini jelas
pengusaha kan melihat peluang mana yang menguntungkan, kalau bukan
jabatan pasti pengusaha mengincar paket proyek yang punya nilai besar dan
memberi keuntungan bagi pengusaha, inilah konsekuensi politik yang harus
ditanggung dan dituntaskan oleh bupati kepada pengusaha yang memberi
dukungan, apapun motifnya pada pemilukada lalu, kami para pengusaha pro
bupati mendapatkan kepentingan itu sesuai porsi dari peran masing-masing
pengusaha pada pemilukada disetiap wilayah asal pengusaha setahun silam
karena itu juga menjadi ukuran bapak bupati melihat hubungannya dengan
pengusaha’’ (Wawancara tanggal 10 september tahun 2011 pukul 17:16
Wita).
Dalam konteks pertukaran yang mendominasi suatu hubungan politik adalah
transaksi kepentingan yang mewarnai hubungan itu. Hal ini dinyatakan oleh bapak
Aris Pallea, ST. Ungkapanya ialah:
‘’ Hampir genap setahun bapak bupati memerintah daerah ini (Toraja
Utara), saya mau katakan secara pribadi saya ini kontraktor saya bisa
buktikan kalau hubungan ini tidak ada yang dirugikan, buktinya lihat saja
kerja proyek pembangunan badan jalan sepanjang tujuh kilo meter yang
menghubungkan dua kecamatan yakni kecamatan Baruppu-Buntupepasan,
dengan nilai proyek dalam tendernya itu kurang lebih 1,6 miliar rupiah,
Jujur saja sebagai pendukung dan pengusaha tujuan kita memeberikan
dukungan tentunya punya harapan besar, harapan itu sebagai pengusaha
intinya kita ini manusia ingin sesuatu yang berguna dan mempunyai nilai
atau paling tidak ada keuntungan didapatkan’’ (Wawancara tanggal 8
september tahun 2011 pukul 09:20 Wita )
72
Dari pernyataan di atas realistis sebagaimana pertukaran dalam pandangan
Richard Emerson bahwa pertukaran memusatkan perhatian utamanya terhadap
keuntungan yang didapatkan orang dari dan kontribusi yang disumbangkannya
dalam proses interaksi sosial. Dalam pandangan Emerson melihat keuntungan dan
manfaat yang diperoleh dari hubungan dengan orang lain yakni manfaat dan
keuntungan yang menguntugkan bupati dengan pengusaha karena tindakan
rasionalnya dalam persaingan dapat memberi manfaat sebanding dengan manfaat
yang diberikan dalam hubungan itu, keuntungan dan manfaat dapat diukur dari
segi jabatan atau sumber nilai lainnya. Sehingga, penulis melihat bahwa pada
realitasnya bentuk dukungan pengusaha kepada bupati merupakan investasi politik
yakni untuk memperoleh proyek dan jabatan sebagai konsesi dari kontribusi
pengusaha yang telah membantu bupati untuk mencapai orientasi politiknya.
Sesuatu yang bersifat profit dan bernilai merupakan tujuan akhir dari elit
politik yang dibangun dalam hubungan politik bupati dengan penusaha. Perihal ini
diungkapkan oleh Ir. Yosni Bandaso, berikut petikan wawancaranya.
’’ Sebenarnya sudah bisa dilihat ukuran-ukuran hubungan pengusaha
dengan bupati, pastinya kita tidak bisa menapikan jika saat proses
pemilukada mulai dari putaran pertama dan putaran kedua hingga calon
yang kami dukung menjadi pasangan pemenang pemilukada pertama
menuju kursi kekuasaan atau bupati dan wakil bupati pilihan rakyat Toraja
Utara, Saya sebagai Tim pemenangan dari kalangan pengusaha tentunya
memiliki tujuan dan komitment dengan bupati pada saat itu, yang menjadi
komitmen kita ialah bagaimana supaya ada hasil yang diperoleh dari proses
saling membutuhkan ini antara bupati dengan kami kelompok pengusaha,
ada yang bernilai bagi pengusaha seperti kebijakan bupati di bidang
pembangunan infrastruktur sebagian besar pelaksannya dilakukan oleh para
rekanan pengusaha dari tim bupati itu sendiri ‘’ ( Wawancara tangal 6
september tahun 2011 pukul 14:58 wita).
73
Dari pemaparan di atas seiring dengan pendapat George Simmel bahwa
motivasi seseorang individu berkontak dengan orang lain adalah untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dan tujuan-tujuan tertentu. Penulis melihat bahwa fakta dari
relasi bupati dengan pengusaha di Toraja Utara merupakan hubungan yang
didasarkan pada tindakan pemenuhan kepentingan tertentu. Tujuan dan
kepentingan yang dicapai merupakan subtansi dari hubungan oleh penguasa
maupun pengusaha itu sendiri. Sebab bupati membutuhkan pengusaha untuk
membantu baik dari segi dana maupun dukungan suara, begitu pun pengusaha
membutuhkan sesuatu yang bernilai seperti proyek, jabatan serta perlakuan
istimewah dalam hubungan tersebut.
Pada pernyataan di atas terungkap bahwa sumber-sumber bernilai yang
berpotensi untuk dipertukarkan menjadi distribusi nilai yang harus diperoleh
pengusaha seperti paket proyek dan jabatan merupakan alat barter kepentingan
politik dan perekat penguatan hubungan bupati dengan pengusaha sebagai bentuk
imbalan politik bupati atas kontribusi pengusaha. Seperti halnya beberapa
pengusaha di atas optimis dan meperlihatkan eksistensinya bahwa motivasinya
menjalin hubungan dengan bupati untuk tujuan-tujuan yang dapat memberi
keuntungan baginya. Pada uraian di atas bahwa nilai suatu hubungan didasarkan
pada apa yang diperoleh atas apa yang dikeluarkan dalam setiap hubungan bupati
dengan pengusaha. Terlihatat realistis bahwa pengusaha yang menjadi sponsor
utama bupati mendapatkan nilai ganda sebagai bentuk ganjaran atas biaya yang
dikeluarkan untuk tujuan politik bupati pada pemilukada. Sebab manfaat dan
74
kegunaan yang timbul dari relasi adalah keuntungan semata, itulah rasionalitas
pengusaha dan bupati menjalin hubungan pertukaran kepentingan politik.
Dapat dilihat pola hubungan bupati dengan pengusaha pasca pemilihan
kepala daerah di Kabupaten Toraja Utara cukup menguntungkan dan harmonis
dilihat dari besarnya reward atau ganjaran yang diterima pengusaha dari bupati.
Banyak kalangan pengusaha yang mencuat membantu penguasa (bupati)
dikarenakan adanya peluang untuk mendapatkan akses sekaligus memanfaatkan
sumber yang bernilai sebagai wujud pertukaran kepentingan politik mereka. Dalam
relasi politik, terdapat semacam imbalan sebagai respon atas jasa pengusaha
kepada bupati dengan komitmen untuk memenuhi deal-deal politik. Hal ini
diutarakan oleh sekretaris pribadi Wakil Bupati Zet Kalebu pernyataanya ialah :
‘’ Lihat saja bagaimana hubungan Pak Harri Parrung sebagai salah satu
pengusaha pendukung utama pak bupati dulu, sekarang dia yang
mengusulkan kepala Bappeda dan itu dipenuhi oleh bupati dengan
menepatkan pejabat yang baru terpilih yang menggantikan pejabat
sebelumnya yaitu Agustinus Sima yang telah pensiun sebagai seorang PNS,
Jika sebelumnya dilantik pelaksana tugas (plt) Bappeda dijabat oleh
Andarias Sibannang dan baru sekarang dilantik pejabat definitif yaitu
Ramoni Tambing, jabatan dulunya direktur BRR Kementerian PU pusat di
Jakarta.’’ (Wawancara, pukul 15: 46 tanggal 24 Agustus 2011).
Pada pemaparan di atas menunjukkan fakta di Toraja Utara bahwa
pengusaha seperti Harri Parrung sebagai sponsor utama bupati pada pemilukada
diberikan peranan mengusulkan dan menentukan pejabat pemerintahan daerah
pasca pemilukada Toraja Utara yaitu dengan pengangkatan bapak Ir. Ramoni
Tambing, M.Sc, sebagai kepala Bappeda Toraja Utara tahun 2011. Seperti yang
tertera pada tabel dibawah ini:
75
Tabel 5: Nama Pejabat Baru Dalam Jajaran Pemerintah Toraja Utara Tahun 2011
No
Nama
Jabatan
Sebelumnya
Kepala Bappeda
Toraja Utara 20081 Ir. Agustinus Sima
2010
(Plt) Kepala Bappeda
Ir. Andarias Sibannang, MM
Toaja Utara 20102
2011
Direktur BBR Bina
Marga Kementerian
3 Ir. Roni Tambing, M.Sc
PU Pusat Jakarta
Sumber : Bappeda Toraja Utara tahun 2011.
Sekarang
Pensiun
Nonjob
Kepala
Bappeda Toraja
Utara Defenitif
Hubungan seperti itu, menjadi sebuah perekat kuatnya jalinan politik bupati
dengan pengusaha. Penulis melihat bahwa hal seperti ini tentunya merupakan
upaya balas jasa bupati atas apa yang diberikan oleh kalangan pengusaha dalam
hubungan itu untuk kepentingan politik penguasa. Hubungan meningkat terjadi
antara bupati Frederik Batti Sorring dengan Harri Parrung dan koleganya sebab
mereka saling menguntungkan, sehingga dapat dintepretasikan bahwa hubungan
tersebut merupakan sebuah pertukaran langsung yakni bupati memberikan
penghargaan kepada pengusaha yang telah berjasa baginya.
Eratnya hubungan bupati Toraja Utara dengan pengusaha yang berbeda
orientasi tetapi bersimbiosis memacu penguatan kepentingan dalam praktek
pemerintahan, ketika bentuk-bentuk kerja sama yang dilakukan oleh pengusaha
dengan penguasa untuk memberikan ruang dalam mendapatkan kepentingannya.
76
Tabel 6 : Daftar Pengusaha pelaksana Proyek Jasa Kontruksi di Kabupten Toraja Utara Tahun
Anggaran 2011.
Jasa Kontruksi
Sumber
Anggaran
Pembangunan
Jalan Beton
Dana
Penyesuaian
Pembangunan
Infrastruktur
Daerah (DPPID)
Rp.5 M
-
Peningkatan Jalan
Seko – Pitung
Penanian
Peningkatan Jalan
Minanga –Sarang
Sarang
Peningkatan Jalan
Baruppu’ –
Pulu’Pulu’
Permukiman
Transmigrasi UPT
Pembangunan Tiga
Unit SMP
Revitalisasi
Puskesmas
Peningkatan
Puskesmas
Pasar Modern
Tradisional Tokarau
Pembangkit Listrik
Tenaga Surya
(PLTS)
Gedung Farmasi Dan
Pembekalan
Pembangunan
Kantor Dinas
Pembangunan
Kantor Bupati Tahap
II
Pengaspalan Jalan
Poros BuntaoRantebua
Perbaikan Jembatan
Nilai
Anggaran
Kontraktor
Pelaksana
Panga’ Kec.Kesu’
PT.Sabar Jaya
Ir. Yosni
Bandaso
Rp.5 M
Seko–Pitung
Penanian
PT. Pelita Inti
Jaya
Aris
Pakilaran, ST
-
Rp.4 M
Minanga–Sarang
Sarang Kec. Sa’dan
PT.Indra
Agustinus
Parrangan,
ST
-
Rp.4 M
Kec. Baruppu &
Pulu’Pulu’
Kec.
Buntupepasan
PT.Cakrawala
Bulan Manhato
Aris Pallea,
ST
APBN/APBD
Prov. Sul-Sel
Rp.3,11 M
Kec. Rante Karua
PT.Cakrawala
Bulan Manhato
-
Rp.960 Jt
Kec. Naggala
CV.Sinar Kasih
Harri
Parrung,SE
Anita
Parrung
-
Rp.557, 89 Jt
Kec. Tondon
CV.Mana Lagi
-
Rp.767, 82 Jt
Rante Pangli. Kec.
Pangli
CV.Maju Jaya
-
Rp.1,06 M
Tokarau Kec. Balusu
PT.Pelita Inti
Jaya
-
Rp.1, 47 M
Kec. Sa’dan
Rp.1,42 M
Kec. Rantepao
PT.Matari Allo
Rp.3, 612 M
Panga’ Kec. Kesu
PT.Cakrawala
Bulan Manhato
Panga’ Kec. Kesu
PT.Sabar Jaya
Ir. Frederik
Batong
Kec.
Rantebua
PT.Sabar Jaya
Drs. Gideon
Raru
PT.Cakrawala
Bulan Manhato
Thomas Irja
DAK Tahun
Anggaran 2011
DAK Tahun
Anggaran 2011
PT.Indra
Rp.1,540 M
APBD
Prov.Sulawesi
Selatan
Rp.2 M
APBD Kab.
Toraja Utara
Rp.2 M
Total Angaran
Lokasi
Buntao-
Komba
Balopesange.
Sa’dan
Desa
Kec.
D. Rompon
Drs. Welem
Saratu
Rafly Denny
Bontong, ST
Jhon
Lembang, ST
Daniel
Pappang
Harri
Parrung, SE
37,277 M
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum/Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Program Kegiatan DPPID
Tahun 2011
Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa para pengusaha pendukung penguasa
menerima paket proyek jasa kontruksi sebagai bukti kongkrit hubungan bupati
dengan penggusaha yang saling menguntungkan.
77
Uraian diatas menunjukkan bahwa barometer dalam pertukaran kepentingan
bupati dengan pengusaha itu dapat terukur pada tingkat perbandingan bahwa
pengusaha akan mendapatkan keuntungan dari hubungannya dengan bupati, maka
akan merasa puas dengan hubungan itu sehingga terus dilanjutkan. Maka untuk
melihat tingkat kepuasan itu terlihat seberapa besar imbalan dan hadiah yang
diterima oleh pengusaha dari bupati.
Dalam mengukur hubungan tersebut maka digunakan tingkat perbandingan
untuk menganalisa seberapa tinggi kepuasan (pengusaha) terhadap hubungannya
dengan bupati saat ini, yang dipakai sebagai pembanding ialah hubungan di masa
lalu, jika hubungan pengusaha dengan bupati di masa lalu cukup baik, maka
setidaknya bupati dan pengusaha telah memiliki standar hubungan yang baik.
Namun, jika hubungan yang sekarang lebih baik, maka itu melampaui standar nilai
hubungan bupati dengan pengusaha dan merasakan kepuasan, bahkan ini bisa
dijadikan standar baru bagi bupati dan pengusaha jika suatu ketika akan menjalani
hubungan baru.
Penulis melihat bahwa sangat jelas bahwa hubungan dyad atau antar dua
orang yakni hubungan bupati dengan pengusaha dimana mereka saling tergantung
untuk mencapai hasil-hasil yang positif, dan setiap pengusaha secara sukarela
memasuki dan tinggal dalam hubungan politik dengan bupati hanya selama
hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi keuntungan dan ganjaran
yang diperoleh.
78
A. 2. Pilihan Rasional
Inti dari teori pilihan rasional adalah bagaimana aktor memaksimalkan
pencapaian tujuan-tujuan kepentinganya. Sedangkan fokus utama teori pilihan
rasional dipusatkan pada aktor, seorang aktor dipandang sebagai manusia yang
mempunyai tujuan maupun maksud. Oleh karena aktor tersebut mempunyai
tujuan, maka tindakannya pun terpengaruh pada upaya pencapaian kepentingan
tersebut. Menurut James S. Coleman pilihan rasional adalah tindakan perseorangan
yang mengarah kepada suatu tujuan dan tindakan ditentukan oleh nilai atau
(preferensi) pilihan.
Pasca pelaksanaan pemilukada di Toraja Utara, dimana calon bupati
mendapatkan orientasi politiknya yakni memperoleh kursi kekuasaan sebagai
kepala daerah. Sementara, para pengusaha berorientasi untuk memperoleh
kepentingannya yakni keuntungan yang bernilai baginya atas kemenangan bupati
yang mereka dukung. Tujuan dan tindakan bupati maupun para pengusaha tertuju
pada sebuah pilihan yang dapat memberikan manfaat dan peluang yang
mengutungkan. Sehingga dalam menjalin hubungan politik, bupati memanfatkan
pengusha sebagai penyandang dana untuk pembiayaan aktivitas politik bupati.
Para pengusaha yang terlibat dalam sistem saling membutuhkan tersebut
menciptakan sebuah mekanisme kerja sama yang mengarah pada terjadinya
bargaining politik untuk memenuhi kepentingan kedua belah pihak sebagai bentuk
rasionalitas atas tindakan dan dukungan yang diberikan dalam proses suksesi
politik pemilukada.
79
Penulis menilai bahwa tindakan bupati menggandeng dan memanfaatkan
pengusaha adalah semata-mata memperkuat amunisi dan ambisinya untuk
memperoleh tujuan politiknya yakni sebagai bupati. Sementara maksud dan tujuan
pengusaha memberi dukungan kepada bupati adalah untuk investasi agar dalam
lingkaran kekuasaan politik dapat terakomadasi kepentingannya untuk bisa
memperoleh keuntungan yang besar. Oleh karena itu, pilihan itu merupakan
sebuah tindakan yang rasional sebab pengusaha melihat peluang yang besar untuk
memenuhi kepentinganya apabila tindakan dan pilihan politiknya itu tepat.
Kalangan elit pengusaha yang tergabung dalam jaringan kekuasaan bupati
pasca pemilukada Toraja Utara, sangat diuntungkan sebab para pengusaha
menerima imbalan dan ganjaran yang sesuai dengan porsi dari apa yang telah
dikontribusikan kepada bupati pada saat proses pemilukada.
Subtansi dari tindakan dan rasionalitas dalam hubungan politik berkenaan
dengan tujuan dan pilihan kalangan pengusaha, untuk mencapai suatu tujuan
dengan memanfaatkan otoritas bupati dalam menata hubungan agar tetap
terakomodasi dalam lingkaran kekuasan. Perihal ini dinyatakan oleh bapak Gideon
Raru. Berikut petikan wawancaranya:
‘’ Yah.,hubungan ini seperti orang bercumbu-cumbuan, maksudnya calon
penguasa dengan pengusaha harus menjadi partner baru bisa sebab untuk
merebut kekuasaan butuh biaya tinggi, biaya kan tidak mungkin hanya
ditanggung calon bupati maka disitulah pengusaha punya celah untuk
berivestasi politik...yah mungkin saja memberi dana kepada si calon
penguasa sementara pengusaha kan orintasinya profit dan sekarang...semua
pengusaha pasti akan meminta jatah berapa pun itu nilainya’’ (Wawancara,
pukul 18:00 tanggal 25 agustus 2001).
80
Dalam hubungan bupati dengan pengusaha, mereka saling membutuhkan
untuk mencapai tujuan positif, dan hubungan itu akan tetap apabila cukup
memuaskan ditinjau dari segi keuntungan dan ganjaran. Berikut pernyataan bapak
Harri Parrung:
‘’ Ya saya memang punya peranan dalam menentukan beberapa posisi
jabatan pada jajaran dinas, saya sudah bicara sama pak Ega (sapaan akrab
bupati) beliau memberikan batasan kata beliau kalau jabatan setingkat eselon
satu seperti sekretaris dinas,kapala bidang dan camat itu saya bisa masuk
untuk menentukan siapa yang akan diposisikan disitu namun untuk kepala
dinas bisa saja tetapi tentunya orang yang berpihak pada kita yang punya
kemampuan ’’(Wawancara, pukul 11:53 tanggal 08 agustus 2011).
Berdasarkan kutipan di atas sangat realistis dengan teori pilihan rasional
yang dikemukakan oleh James S. Coleman yang menekankan dua unsur utama,
yakni aktor dan sumber daya. Pasca pemilukada Toraja Utara para pengusaha
pendukung bupati mampu mengontrol dan pelaku dalam setiap tindakan terhadap
sumber yang menguntungkan. Sumber daya seperti proyek dan jabatan merupakan
nilai yang menarik perhatian yang dapat dikontrol oleh bupati dan pengusaha
untuk mendapatkan keuntungan. Penulis melihat bahwa pasca pemilukada Toraja
Utara, bupati memberikan peranan yang besar kepada pengusaha Harri Parrung
untuk mengusulkan dan menentukan jabatan serta mengontrol proyek-proyek
infrastruktur yang bernilai profit. Hal demikin, merupakan realisasi dari
bargaining yang telah didesain untuk mengokomodasi kepentingan pengusaha
dalam lingkaran kekuasaan sang penguasa.
81
Sementara bentuk rasionalitas dukungan pengusaha kepada bupati adalah
untuk memperoleh sebuah nilai secara timbal balik, agar dalam membangun
asosiasi ini dapat mewujudkan kepentingan pendukung bupati. Berikut perihal
yang diungkapkan oleh Bapak Y. Kalambo, petikan wawancaranya adalah:
‘’ Naya mia gai’na didukung to tu pak bupati, ditiromo tu amba’na tama te
tondok, mane piran bulanna untoe kaparettan na mangka bangsia motu lalan
na bantuki’ moiraka namane sido’ nabenki denmo angga’na tu disanga
kasiumpuran to’’
Artinya…
‘’ Itulah manfaat mendukung bupati, kita sudah bisa melihat sepakterjang
beliau, baru beberapa bulan memegang tonggak pemerintahan sudah
mengalokasikan bantuan dana untuk pembangunan jalan ke kampong kami
walupun itu anggarannya belum maksimal tapi itulah nilai yang diperoleh
dari hubungan kita’’ (wawancara, pukul 20:09 tanggal 18 agustus 2011).
Selain itu, pilihan rasional yang berdimensi pencapaian tujuan politik,
merupakan tindakan untuk saling mengutungkan. Pengusaha bertindak menjadi
Tim pemenangan kandidat bupati, mengantongi sejumlah kepentingan yang harus
direalisasikan oleh bupati pada saat berkuasa. Seperti apa yang disampaikan bapak
Thomas Irja, mengutarakan bahwa:
‘’Kukua ma’kada lako kalena pak Sorrig kumua, denna upa’ kemmu
nakamasei puangta ammu mendadi toma’paretta inde’ tondokta, tannia ya
proyek tu laku palaku lako kalena sangngadinna yatu laku palaku lako
kalena lamu bangun te lalanki’ tae sengana’ yamo kepentinganku umbantui
sia undukungi sola tobuda natiroankan tondokki...nah totemo yatu
kusanganna kendek tongan mendadi bupati..nayato lalanki mangkamo natiro
toma’parenta nalapogau’mo saba’ nang laparallu tongan dipadolo te
lalantate. Oh ia te anakku misa memang kukua lako bupati lami tiroan duka
lalan kebisai mi angka’ mendadi PNS,
artinya.......
82
‘’ Saya telah berkomunikasi sama pak Sorring bahwa semoga beliau dapat
restu dari Tuhan untuk menjadi pemerintah di Bumi sendiri, dan saya bantu
dan dukung bupati bersama masayrakat di kampung saya untuk meminta
pada beliau memperbaiki jalan yang tidak pernah baik ke kampong kami, ini
kepentingan orang banyak, bukan minta proyek untuk diri saya, yah..itulah
kepentingan kita masyarakat kepada beliau sekarang terbukti pak Sorring
dipilih rakyat dan menjadi bupati, yah untuk perbaikan jalan sudah
dilakukan survei oleh pihak berwewenang memang sudah dalam tahap
prioritas untuk direalisasikan..memang benar bahwa saya titip agar anak
saya diberikan jalan dan peluang menjadi PNS, ’’ (Wawancara, pukul: 14:00
tanggal 25 agustus 2011)
Orientasi setiap aktor ditujukan pada pencapain kepentingan yang mengikat
bupati dan pengusaha pada proses barter kepentingan yang mengutungkan.
Sebagaimana yang ditekankan oleh Gideon Raru’ ungkapnya bahwa:
‘‘ Nakua kada toraya nale’ tomeapi disaroi artinya..... (dalam palsafah toraja
bahwa orang yang disuruh ambil api saja diberikan upah), apalagi ini dunia
politik sudah pasti pengusaha yang mempunyai jaringan kuat dengan bupati
akan mendapatkan sesuatu yang bernilai dari bupati..yah saya kan orang
politik dalam tindakan harus jelas apa yang kita mau capai, sementara
pengusaha yang ada dipikiran mereka ialah bagaimana meraup keuntungan
atas biaya dan tenaga yang dikeluarkan’’ (Wawancara, pukul 18:00 tanggal
25 agustus 2001l)
Berdasarkan hasil pemaparan di atas, penulis menilai bahwa pengusaha yang
memberikan bantuan untuk tujuan dan kepentingan politik bupati menciptakan
sebuah mekanisme politik yang bisa menguntungkan para pengusaha. Dalam hal
inilah tindakan bupati untuk mengendalikan sumber daya seperti proyek, kebijakan
dalam hal penunjukkan pelaksana proyek pembangunan infrastruktur dan
pengangkatan pegawai negeri sipil PNS serta perlakuan istimewah yang
bermanfaat bagi pihak pengusaha. Sebab hampir setiap jabatan strategis dan
proyek besar di Toraja Utara dipatok untuk dijabat dan dikontrol serta dikelola
83
oleh pengusaha di pihak bupati. Sehingga, perhatian pengusaha terhadap sumber
daya yang dikendalikan bupati itulah yang menyebabkan keduanya terlibat dalam
sistem pendistribusian kue-kue politik. Bupati telah mendapatkan orientasi
politiknya yaitu kekuasaan dan kewenangan dalam setiap pengambilan keputusan
dan kebijakan politik. Pengusaha pun menitipkan harapan-harapan yang besar itu
sebagai komitment dan sikap politik bupati untuk proaktif kepada pengusaha
menyangkut realisasi kepentingan yang menguntungkan pengusaha.
Pada pemaparan di atas penulis melihat bahwa pihak pengusaha memiliki
motivasi yang jelas bahwa tujuan politik mereka mendukung bupati yaitu untuk
mendapatkan kembali apa yang menjadi kontribusinya kepada bupati pada
pemilukada. Oleh karena itu, pasca pemilukada Toraja Utara sebagai pengusaha
yang mempunyai tujuan, masing-masing tujuan dikonversi untuk memperoleh dan
memaksimalkan perwujudan kepentingan yang memberikan keuntungan dalam
hubungan politik dengan bupati.
84
A. 3. Konflik Kepentingan
Konflik adalah salah satu bagian dalam masyarakat yang terdiri atas bagian
dan komponen yang mempunyai kepentingan berbeda-beda, dimana bagian dan
komponen itu saling menaklukkan untuk memenuhi atau memperoleh kepentingan
sebesar-sebesarnya. Salah satu jenis konflik sosial adalah konflik kepentingan.
Konflik kepentingan terjadi diakibatkan oleh adanya berbagai kepentingan dari
tiap individu atau kelompok-kelompok masyarakat dalam upaya memperoleh
otoritas atau kekuasaan.
Pasca pemilukada di Toraja Utara, terjadi konflik kepentingan antara
pengusaha pro bupati dan pengusaha kontra bupati, juga terjadi konflik
kepentingan bupati dengan pengusaha yang tidak mendukung pada pemilukada.
Konflik terjadi disebabkan pengusaha pro bupati menguasai sumber-sumber yang
bernilai seperti proyek bahkan terjadi kasus keterlibatan pengusaha di Toraja Utara
untuk menentukan pejabat dalam struktur pemerintahan. Sehingga, pengusaha
yang tidak mendukung bupati (penguasa) sekarang merasa tidak terakomodasi apa
yang menjadi kepentingan politiknya.
Menurut Wallace dan Alison ada tiga pokok teori konflik yang saling
berhubungan. Pertama, manusia memiliki kepentingan yang asasi dan mereka
berusaha untuk merealisasikan kepentingan itu. Kedua, kekuasaan (power)
bukanlah sekedar barang langkah dan terbagi secara tidak merata, sehingga
merupakan sumber konflik, melainkan juga sebagai sesuatu yang bersifat
memaksa (coercive). Ketiga, ideologi dan nilai dipandangnya sebagai senjata yang
85
dipergunakan oleh kelompok yang berbeda untuk memperoleh tujuan dan
kepentingan mereka.
Terjadinya konflik diakibatkan oleh salah satu dari pengusaha pro bupati
yaitu Harri Parrung yang juga kerabat bupati Toraja Utara Frederik Batti Sorring
menjadi pengontrol utama semua proyek yang ada di Toraja Utara. Model tersebut
terkait dengan aturan dalam (sistem pelayanan terpadu satu pintu), sebab dalam
sistem tersebut ditempatkan orang kepercayaan bupati, maka dapat diidentifikasi
bahwa semua mekasnisme bisa diatur sesuai dengan keinginan penguasapengusaha.
Pada pemaparan di atas penulis menilai bahwa inkonsistensi aturan
maupun undang-undang di Indonesia yang mengatur tentang upaya meminimalisir
pengaruh pengusaha dalam pengambilan keputusan politik tidak dapat diwujudkan
sehingga terjadi proses barter kepentingan antar pengusaha dengan pihak
pemerintah yakni bupati, didasarkan pada besarnya nilai dan imbalan yang
menguntungkan pengusaha.
Hubungan dalam suatu politik yang menguntungkan akan lebih
diprioritaskan dari hubungan yang tidak memberi manfaat bagi kepentingan
penguasa, yakni hubungan pengusaha pendukung dangan pengusaha yang kontra
dengan bupati akan menyebabkan ketersinggungan yang berakibat pada konflik
kepentingan antar elit pengusaha. Sehingga penulis melihat bahwa bupati sebagai
penguasa memiliki (power), nilai dan alat pemaksa untuk menentukan kebijakankebijakan yang berpihak kepada pengusaha pendukung, bahwa dengan adanya
86
berbagai kepentingan, kekuasaan dan sumber nilai yang dikontrol dan dikuasai
oleh kelompok pro bupati akan menimbulkan konflik kepentingan sebab tidak
terdistribusi dengan merata kepada pihak pengusaha di luar jaringan kekuasan
bupati.
Mantan (caretaker) pejabat bupati dan calon bupati Toraja Utara
mengungkapakan bahwa terjadi monopoli terhadap semua proyek-proyek di
daerah oleh pengusaha pendukung bupati. Dijelaskan pula bahwa proses
pemilukada telah berakhir, namun dalam tataran implementasi pemerintahan
terjadi diskriminasi terhadap kelompok pengusaha pendukung calon bupati lainnya
pada pemilukada Toraja Utara. Berikut petikan wawancaranya:
‘’ Dalam pembangunan suatu daerah ada tiga komponen yang harus
bersinergi yakni; pemerintah, pengusaha dan masyarakat, saya katakan
sejujurnya bahwa politik sudah selesai tetapi dendam masih ada, buktinya
banyak pengusaha pro kepada saya dulu tidak diakomodasi dan jujur saja
mereka marah apalagi pemerintah sekarang menerapkan pelaksanaan
proyek melalui sistem satu pintu..itu berarti ada seseorang sebagai
pemegang penuh (pimpinan) dan melalui dia untuk meminta proyek, baru
bisa keluar dan itu berlaku sekarang’’ (wawancara,pukul19:30 Wita
tanggal 26 Agustus 2011 ).
Dari pernyataan mantan calon bupati Toraja Utara tersebut tergambar
bahwa ada desain dan deregulasi peraturan yang dapat mempermudah akses politik
untuk kepentingan pengusaha pro bupati dan memperlemah akselerasi pengusaha
kontra bupati untuk survive dalam lingkaran kekuasaan. Sebab sumber-sumber
bernilai yang mendatangkan laba hanya dinikmati Tim dan kelompok pengusaha
pendukung bupati tanpa memperhitungkan kerugian-kerugian dan kepentingan
87
pengusaha lain. Penulis melihat bahwa pada uraian di atas dalam hubungan bupatipengusaha tersebut bersifat nepotisme dan kolusi, hal ini menimbulkan konflik
kepentingan sebab tidak diakomodasinya kepentingan para pengusaha kontra
bupati di Toraja Utara, akibatnya konflik yang ditimbulkan berdampak terhadap
kemerosotan (dekandensi) tingkat kepercayaan pengusaha kepada bupati.
Degradasi suatu hubungan terjadi disebabkan adanya perebutan materi yang
bernilai sehingga ada pihak yang diuntungkan dan juga ada kelompok pengusahan
dirugikan, akhirnya menimbulkan konflik kepentingan. Terlihat jelas bahwa
kelompok pengusaha yang diuntungkan bupati merupakan penghambat bagi
pengusaha kontra bupati, sebab semua tender proyek harus dimenangkan rekanan
melalui kelompok pengusaha pendukung bupati Toraja Utara. Hal tersebut
dibenarkan oleh Edy Parura. Berikut kutipan pernyataanya:
‘’ Yang jelas hubungan bupati dengan pengusaha pasti rusak apalagi yang
tidak mendukung, sedangkan yang mendukung saja cekcok karena tidak
semua terakomodasi kepentingannya, sistem balas jasa masih berlaku
sebagai beban moral bupati terhadap kelompok pengusaha yang menjadi
sponsor pada pemilukada maka tentunya diberikan imbalan, yang
terakomodasi melalui mekanisme satu pintu itu, dasarnya yakni Keputusan
Bupati Toraja Utara Nomor 545/V/2011 Tentang Pembentukan dan Susunan
Tim Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Sebab disinilah tempatnya pengusaha
pro bupati bertaring. Dan banyak pengusaha menentang bahkan di DPRD
kami mengusulkan agar dianulir karena banyak pengusaha gersang dengan
model seperti ini ’’(Wawancara, pukul 20:06 02 september 2011).
Pada pernyataan anggota DPRD Toraja Utara yang juga merupakan
pengusaha menjelaskan bahwa polarisasi dalam setiap hubungan mengakibatkan
pertukaran kepentingan dan pembagian sumber daya tidak merata. Maka, sumber
daya yang ada dapat dimonopoli dan dimaksimalisasi oleh kelompok tertentu
88
secara sepihak. Penulis menilai model ini mengakibatkan konflik antar elit yaitu
pengusaha
pendukung
dan
pengusaha
kontra
bupati
di
daerah
untuk
memperebutkan sumber daya yang bernilai profit. Oleh karena itu, para pengusaha
meminta agar legislator melakukan oposan terhadap pemerintah untuk menganulir
kepetusan bupati tentang sistem pelayanan terpadu satu pintu. Sebab keputusan itu,
hanya menguntungkan pengusaha tertentu dan merugikan banyak rekanan
pengusaha di daerah. Hal ini dibenarkan oleh bapak Pither Rantetasak. Berikut
petikan wawancaranya:
‘’Bupati punya pengusaha sendiri dan sudah pasti akan melihat
pendukungnya misalkan dalam tender proyek ada yang sudah diarahkan
khususnya Tim yang memang pengusaha. Misalnya saya pengusaha tapi yah
tidak dapat apa-apa sebab memang begitu, hubungan dalam politik yang
bagus akan berguna, sementara pengusaha seperti kami akan bungkam saja
karena semua permainan diatur oleh pengusaha pro bupati atau orang-orang
yang dekat dengan dia (bupati), jadi selama lima tahun ke depan kita begini
saja dan tak banyak berharap kepada bupati (Wawancara, pukul 18:03
tanggal 05 september 2011).
Pertikaian antara kelompok pengusaha dipihak dan pengusaha yang kontra
dengan bupati menyebabkan terjadinya konflik untuk mendapatkan imbalan di
Toraja Utara, kejadian ini menimbulkan hubungan merenggang dan disharmonis
antara bupati dengan pengusaha. Hal ini diungkapkan Y.S Dalipang:
‘’ Tetapi yang terjadi sekarang adalah keributan gara-gara perebutan proyek
di antara pengusaha pro dan pengusaha yang kontra bupati sendiri dan
semua pasti menuntut karena ini tuntutan dari orang-orang yang telah
membantu bupati yang mempunyai kepentingan’’ (Wawancara,pukul19:30
Wita tanggal 26 agustus 2011 ).
Dengan melihat deposisi yang dipaparkan tersebut, terjadinya konflik
kepentingan antara pengusaha tim pemenangan bupati di Toraja Utara dipicu oleh
89
perlakuan istimewah dan penguasaan sumber daya oleh pengusaha pro bupati.
Alasan ini pula di jadikan sebagai dasar kuat karena besarnya pengorbanan yang
dikeluarkan oleh pengusaha untuk mendukung bupati pada pemilukada. Sehingga
hal itu, menjadi faktor dominan hubungan bupati dengan pengusaha untuk
menguasai hampir semua sumber-sumber yang bernilai. Berdasarkan fakta bahwa
pengusaha sponsor utama bupati Toraja Utara Harri Parrung mendapat perlakuan
istimewah dari bupati, sementara pengusaha pro bupati lainnya dikontrol dan
bernaung dibawa PT Cakrawala Bulan Manhato milik Hari Parrung menimbulkan
disilusi (kekecewaan) pengusaha terhadap bupati di Toraja Utara.
Pada pemaparan di atas sangat realistis sebagaimana konflik yang
diutarakan oleh Ted Rober Gurr bahwa terjadinya konflik disebabkan oleh
beberapa faktor yakni; adanya perbedaan pandangan dan upaya pihak yang terlibat
pada suatu hubungan manusia untuk menarik keuntungan bagi dirinya sendiri
tanpa mempedulikan kerugian-kerugian
pihak lain, manusia mementingkan
dirinya dan ingin memperoleh keuntungan hidup secara material, keinginan
manusia untuk memperebutkan dan menguasai sumber-sumber serta posisi yang
langka seperti kedudukan dan jabatan, kecenderungan manusia untuk menguasai
orang lain serta manusia bersifat dominan atas orang lain sehingga berupaya
menarik orang untuk menganut ideologi atau faham demi kepentingannya.
Detestasi atau keantipatian oleh para pengusaha karena perlakuan istimewah
hanya diprioritaskan pada pengusaha tertentu sehingga sulit bagi pengusaha
lainnya untuk berinteraksi dalam konteks hubungan pertukaran kepentingan
90
dengan bupati. Konflik pertukaran kepentingan terjadi di Toraja Utara sebab
kelompok kepentingan yang berada dalam sistem hubungan politik dengan
penguasa akan saling mengejar tujuan yang berbeda dan saling bertanding untuk
memperoleh kepentingannya. Penulis menilai pada argumentasi yang terungkap di
atas bahwa terdapat kelompok destruktif (prustasi) karena tidak mendapatkan apa
yang menjadi kepentinganya, sehingga, timbul tingkah laku buruk dalam
hubungan tersebut.
Dalam realitas politik, konflik memang tidak bisa di pungkiri, dan
merupakan hal yang harus ada kehadiranya dan tidak dapat di tawar-tawar lagi.
Penulis melihat bahwa adanya perbedaan perlakuan bupati kepada pengusaha
dapat dipastikan menjadi sumber konflik dalam sistem hubungan. Selain dari itu,
sumber daya yang langkah akan membangkitkan pertikaian karena distibusi
sumber-sumber yang bernilai tersebut tidak merata.
Penulis melihat pada pemaparan di atas bahwa fakta klimaks konflik antara
bupati dengan pengusaha dapat diakumulasi dari besarnya pertukaran dan
transaksi kepentingan politik setelah pemilukada tahun 2011. Hubungan
pertukaran kepentingan politik terjadi antara pengusaha pihak bupati dimana
hubungan mereka cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran. Selain itu,
sumber-sumber daya yang bernilai terdistribusi secara merata bagi mereka. Disisi
lain pengusaha yang tidak mendukung bupati sangat kecewa karena tidak
diperlakukan secara equal (seimbang) untuk menerima dan mendapatkan apa yang
menjadi tujuan dan kepentingannya.
91
BAB VI
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis
akan menguraikan kesimpulan dan saran yang relevan dengan masalah penelitian.
Pertama, kesimpulan yang berisi uraian singkat dari hasil penelitian mengenai
hubungan penguasa dengan pengusaha di daerah studi kasus bupati terpilih pasca
pemilukada Toraja Utara tahun 2011. Kedua, saran-saran yang berisi masukan
yang sifatnya membangun.
A. Kesimpulan
1)
Pasca pemilukada Toraja Utara, terjadi pertukaran kepentingan antara bupati
Frederik Batti Sorring dengan pengusaha pendukungnya, dimana pengusaha
telah mendapatkan orientasi politiknya yaitu menerima imbalan dari bupati
seperti proyek dan jatah jabatan yang bernilai profit dapat menguntungkan
pengusaha atas kontribusinya kepada bupati pada Pemilukada Toraja Utara
tahun 2011. Sehingga, hubungan bupati dengan pengusaha merupakan
sebuah pilihan rasional. Sebab pengusaha yang memberi bantuan dan
dukungan kepada bupati mendapatkan tujuannya sebagai konsesi dari
bargaining politik bupati dan pengusaha.
2)
Hubungan Bupati Toraja Utara dengan pengusaha Harri Parrung sebagai
donator utama dan merupakan owner PT Cakrawala Bulan Manhato yakni
Bupati memberikan kewenangan untuk mengontrol terhadap sumbersumber yang bernilai seperti proyek serta adanya peranan untuk
92
mengusulkan dan menentukan pejabat setingkat eselon seperti (sekretaris
dinas, kepala bidang dan camat) bahkan kepala dinas sebagaimana usulan
Harri Parrung untuk mengangkat kepala Bappeda Toraja Utara Ir. Ramoni
Tambing, M.Sc. Selain itu, adanya perlakuan-perlakuan istimewah bupati
kepada pengusaha pendukungnya.
3)
Terjadi konflik kepentingan antara pengusaha pendukung dan pengusaha
yang kontra bupati sehingga menyebabkan disilusi dan disharmonisasi
hubungan di antara bupati Toraja Utara Frederik Batti Sorring dengan
kelompok pengusaha rival politiknya, sebab Bupati Toraja Utara tidak
mengakomodasi kepentingan-kepentingan pengusaha yang kontra dengan
bupati pasca pemilukada.
93
B. Saran
Sesuai dengan hasil penelitian mengenai hubungan bupati dengan
pengusaha yang terjadi di Kabupaten Toraja Utara tahun 2011, maka ada beberapa
perihal menjadi catatan yang penulis rekomendasikan dan sarankan, yaitu :
1) Semestinya pemerintah (bupati) Toraja Utara tidak memberikan kewenangan
atau peran kepada pengusaha yang telah berjasa kepada penguasa untuk ikut
berperan dalam mengatur posisi dan jabatan dalam pemerintahan daerah.
2) Seharusnya hubungan patron klien tidak terjadi di antara bupati dengan
pengusaha terkai dengan pengangkatan pejabat pemerintah daerah agar tidak
bersifat politis, tetapi prosedural terkait profesionalisme penyelenggara
pemeritahan yang bebas kolusi, koruspi dan nepotisme (KKN).
3) Sebaiknya bupati dan kalangan pengusaha pro penguasa dapat berlaku
profesional dan dewasa dalam aktivitas-aktivitas politiknya, dengan
mengakomodasi kepentingan pengusaha lawan politiknya
4) Seharusnya kelompok pengusaha dan partai politik dapat melakukan upaya
pendidikan secara lebih massif dan konstruktif kepada masyarakat, agar
masyarakat dapat lebih cerdas dalam politik dan tidak dijadikan sebagai alat
legitimasi oleh kepentingan elit.
5) Perlu dilakukan upaya penguatan demokratisasi pada tingkat lokal sehingga
terjadi institusionalisasi politik yang lebih baik dikalangan masyarakat.
6) Diharapkan perlunya keadilan agar tercipta pembangunan yang seimbang dan
merata bagi seluruh masyarakat, dan tidak hanya dinikmati oleh segelintir elit.
94
95
Download