SINTESIS RUMUS EMPIRIK TEKANAN UDARA DAN PENGUJIANNYA Fakhruddin, Eko Juarlin Program Studi Fisika, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia. Email : [email protected] Sari Bacaan Dalam Makalah ini, sintesis rumus tekanan udara dilakukan untuk mendapatkan nilai tekanan udara. Tekanan udara dapat ditentukan dengan variabel suhu udara dan kelembaban udara. Rumus diuji dengan membandingkan nilai hitung rumus terhadap nilai tekanan udara observasi pada stasiun Stamar Paotere, Pongtiku Tana Toraja, dan Panakukang Maros. Uji signifikansi dengan taraf kesalahan ∝ = 0,05 menemukan nilai tekanan udara hitung memiliki akurasi masing-masing Stamar Paotere 0,61, Pongtiku Tana Toraja 0,28, dan Panakukang Maros 0,35, dengan menggunakan pendekatan koefisien determinasi. Tingkat keakuratan rumus yang kurang tinggi memungkinkan adanya pengaruh variabel iklim lain yang mempengaruhi nilai tekanan udara pada suatu stasiun. Kaca kunci: Kelembaban relatif, Suhu udara, Tekanan udara. Abstract In this paper, an empirical formula for air pressure is released. The air pressure can be determined by dependetion variable air temperature and humidity. The formula was implemented by comparing value of the formula and value of air pressure at the observation station Stamar Paotere, Pongtiku Tana Toraja and Panakukang Maros. Test with significance level error α = 0.05 information the value of the air pressure is accurate count each Stamar Paotere 0,61, Tana Toraja Pongtiku 0,28, and Panakukang Maros 0,35, with the coefficient of determination approach . The level of precision is not high, that allows the influence of other climatic variables that affect the value of air pressure in the station. Key word: Relative Humidity, Air Temperature, Air Pressure. A. Pendahuluan Iklim sangat penting karena memiliki pengaruh terhadap manusia di bumi. Perubahan iklim berpengaruh pada hutan, hasil panen, dan pasokan air. Iklim lebih khusus mempengaruhi tingkat kesehatan manusia. Iklim terhadap kehidupan manusia menjadikan isu yang perlu mendapat perhatian khusus (Ryba, 2008). Menurut Ahrens, C (2012) Iklim merupakan gambaran jangka panjang cuaca pada daerah tertentu. Pengukuran dan observasi iklim memerlukan waktu yang lama untuk mendapatkan rata-rata cuaca pada area tertentu. Ilmuwan biasanya menggunakan jangka waktu 30 tahun dengan landasan pola cuaca rata-rata suatu daerah. Iklim sendiri sangat indentik dengan curah hujan, suhu udara, kelembaban udara, intensitas sinar matahari, kecepatan angin, titik beku (wet bulb temperature), badai, hingga hujan es. Pola iklim ini, biasanya digunakan untuk mendeteksi perubahan iklim Wet bulb temperature merupakan suhu bola basah. Sesuai namanya wet bulb, suhu ini diukur dengan menggunakan thermometer yang bulbnya (bagian bawah thermometer) dilapisi dengan kain yang telah basah kemudian dialiri udara yang ingin diukur suhunya (Haurwitz, 1941) Oleh Stull R, (2011) Suhu Wet bulb dapat dihitung dengan, Tw = T tan-1[0,151977(RH+8,313659)1/2] + tan-1(T+RH) - tan-1 ( RH - 1,676 331) + (0,00391838×RH)3/2 tan-1 (0,023101× RH) – 4.686035...................................(1) Keterangan, Tw = Suhu wet bulb( ℃ ) T = Suhu Udara (℃ ) RH = Kelembaban relatif udara (%) Data iklim yang tidak lengkap bisa menjadi masalah bagi peneliti yang serius mengkajinya. Diperlukan suatu formula untuk menemukan korelasi yang tepat dengan tingkat akurasi yang tinggi. Formula ini dapat membantu melengkapi data yang belum lengkap. Besaran-besaran mengindikasikan korelasi yang kuat antara unsur iklim. Sintesis yang dilakukan pada rumus-rumus mengenai meteorologi memungkinkan hadirnya formula untuk dapat menentukan nilai yang lainnya. Keluaran penelitian dapat digunakan untuk keperluan penelitian korelasi iklim terhadap ekosistem maupun prediksi kedepannya. Psikrometrik adalah bidang yang mempelajari penentukan sifat-sifat fisis dan termodinamika suatu gas yang didalamnya terdapat campuran antara gasuap. Sebagai contoh adalah menentukan sifat-sifat dari campuran udara dan uap air. Besaran tersebut antara lain: Dry Bulb Temperature, Wet Bulb Temperature, tekanan uap air, Dew Point, dan Relative Humidity. Psikrometrik berlaku, e = ew - 𝛾 (T – Tw ) = ew - 0,000640 (1 + 0.00115 Tw ) (T –Tw) P.........................(2) Keterangan, e ew T Tw P = tekanan uap udara (mbar) = tekanan uap pada wet bulb (mbar) = suhu udara (℃) = suhu udara wet bulb (℃) = tekanan udara stasiun (mbar) Penelitian ini dibatasi pada melakukan sintesis rumus-rumus yang berkaitan dengan meteorologi untuk mendapatkan formula penentuan tekanan udara. Pengujian rumus tekanan udara dengan membadingkan hasil perhitungan dengan data observasi lapangan sehingga didapatkan keakurasian perhitungan dan ketidakpastian pengukuran B. Data dan Metode Penelitian B.1. Data Tahap awal dari penelitian adalah mengumpulkan dan mempersiapkan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari Data iklim yang meliputi: Tekanan udara, kelembaban udara relatif (RH), dan suhu udara. Data unsur-unsur iklim diperoleh dari Stasiun Satamar Paotere Kota Makassar (12 data), pongtiku Kabupaten Tana Toraja (32 data), dan Panakukang Kabupaten Maros (32 data). Besaran suhu udara, tekanan udara dan kelembaban relative merupakan besaran yang penting dalam bidang iklim. Suhu udara dapat didefinisikan sebagai tingkat panas udara. Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu udara (Pratiwi, 2011). Tekanan menjelaskan besarnya gaya yang mengenai suatu bidang, Besarnya tekanan atmosfer di lapangan sering ditentukan dengan ketinggian kolom merkuri yang setara tekanan di udara (Haurwitz, 1941). Kelembaban udara adalah tingkat kebasahan udara karena dalam udara air selalu terkandung dalam bentuk uap air (Ahrens, 1999). B.2. Metode Penelitian Uji statistik yang dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel terikat (tekanan udara observasi) dan variabel bebas (tekanan udara hitung) adalah dengan uji t, dengan kriteria penilaian: t hitung > t tabel Ho ditolak, dan t hitung < t tabel maka Ho diterima. Dimana Ho = tidak memiliki pengaruh tekanan udara hitung terhadap tekanan udara observasi. Regresi linear digunakan untuk menghubungkan variabel bebas (x) dengan sebuah variabel terikat (y) y = a + bx ………….………….……..(3) keterangan : Y = Variabel terikat (nilai yang diuji akurasinya) X = Variabel bebas a = Konstanta (nilai Y apabila X = 0) b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan) Koefisien Korelasi (R) adalah ukuran hubungan linier peubah X dan Y. Nilai R berkisar antara (+1) sampai (-1), nilai R yang (+) ditandai oleh nilai b yang (+), nilai R yang (-) ditandai oleh nilai b yang (-). Jika nilai R mendekati +1 atau R mendekati -1 maka X dan Y memiliki korelasi linier yang tinggi. Jika nilai R = +1 atau R = -1 maka X dan Y memiliki korelasi linier sempurna. Koefesien diterminasi adalah kuadrat dari koefesien korelasi yang berkaitan dengan variabel bebas (X) dan variabel Y (tergantung). Koefesien diterminasi sebagai kuadrat korelasi antara variabel yang digunakan sebagai predictor (X) dan variabel yang memberikan response (Y). Singkatnya R2 merupakan koefesien korelasi yang dikuadratkan. Penggunaan koefesien determinasi dalam korelasi tidak harus diinterpretasikan sebagai besarnya pengaruh variabel X terhadap Y mengingat bahwa korelasi tidak sama dengan kausalitas. Secara bebas dikatakan dua variabel mempunyai hubungan belum tentu variabel satu mempengaruhi variabel lainnya (Burhanuddin, 2012). B.3. Bagan Alir Penelitian C. Hasil dan Pembahasan C.1. Hasil Rumus empirik tekanan udara dengan parameter suhu dan kelembaban udara didapat dengan melakukan substitusi persamaan suhu wet bulb persamaan (1). Kedalam persamaan Psychrometric (2), sehingga tekanan udara (P) dapat ditentukan dengan formula, P= 𝑒𝑤 −𝑒 0,66 ×10−4 ( 𝑇−𝑇𝑤 )(1+1.15 ×10−3 𝑇𝑤 ) ...(4) Hasil yang diperoleh dari analisis regresi dengan variabel yang bergantung (Dependent) yaitu nilai observasi tekanan udara, variabel bebas (Independent) adalah nilai rumus tekanan udara. Tabel 1 Nilai konstanta (a) dan Nilai kemiringan (b) masing-masing stasiun Stasiun 1. Stasiun Stamar Paotere Konstanta Kemiringan (a) (b) 984,74 0,025 Samar Paotere Pongtiku 1013.83 0.0082 Tana Toraja Panakukang 1002,03 0,0084 Maros Pengujian tersebut menggunakan hipotesis yaitu H0 = tidak ada pengaruh nilai rumus terhadap nilai observasi tekanan udara dan Ha = ada pengaruh nilai rumus terhadap nilai observasi tekanan udara, dengan tingkat determinasi 5%. Jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan jika t hitung < t tabel maka H0 diterima. Hasil pengujian menunjukkan adanya tingkat ketepatan rumus terhadap nilai observasi. Gambar 1. Perbandingan nilai hitung pers. 4 terhadap observasi 2. Stasiun Pontiku Tana Toraja Tabel 2 Nilai t hitung dan t tabel masingmasing stasiun pengamatan. Stasiun t hitung t tabel Samar Paotere 3,95 2,23 Pongtiku Tana 4,06 2,04 Toraja Panakukang -3,47 2,04 Maros Koefisien Determinasi (R²) sebagai ukuran proporsi keragaman total nilai peubah Y yang dapat dijelaskan oleh nilai peubah X melalui hubungan linier. Nilai yang didapatkan adalah, Gambar 2. Perbandingan nilai hitung pers. 4 terhadap observasi 3. Stasiun Panakukang Maros Tabel 3 Nilai Korelasi (R) dan koefisien determinasi (R2). Stasiun Koefisien Koefisien Korelasi Determinasi (R) (R2) Samar Paotere 0,78 0,61 Pongtiku 0,53 0,28 Tana Toraja Panakukang 0,59 0,35 Maros Berikut adalah grafik perbandingan nilai rumus dan observasi masing-masing stasiun, Gambar 3. Perbandingan nilai hitung pers. 4 terhadap observasi pada stasiun Panakukang Maros Data ketiga stasiun dengan analisis regresi dan menggunakan konstanta, hubungan nilai paling signifikan masingmasing adalah stasiun Stamar Paotere, Panakukang Maros, terkecil adalah Pontiku Tana Toraja. Hal ini terlihat dari model grafik yang cenderung arah diagonal dengan pendekatan nilai Y terhadap X. Sebaran data tidak persis dalam pola garis yang menunjukkan signifikansi Y terhadap X. C.2. Pembahasan C.2.1 Rumus Empirik Rumus tekanan udara dengan parameter suhu dan kelembaban dapat dihasilkan dengan melakukan substitusi persamaan empirik wet bulb kedalam persamaan Psychrometric yang biasa digunakan untuk menentukan uap jenuh di udara. Persamaan Psychrometric mengandung besaran tekanan udara sehingga dapat ditentukan nilai besaran tekanan udara dengan mengumpulkan informasi suhu wet bulb, dry bulb dan kelembaban udara. Persamaan (1) terdapat besaran kelembaban dan suhu udara untuk menentukan nilai wet bulb, rumus empirik ini dapat disubstitusikan kedalam persamaan Psychrometric sehingga untuk menentukan nilai tekanan udara hanya memerlukan besaran suhu udara dan kelembaban udara relatif. Interval konstanta Psychrometric yang tersedia adalah 5,6 × 10−4 hingga 5,6 8 × 10−4 . Kami menggunakan konstanta 6,4 × 10−4 dengan pertimbangan suhu berada diatas 0°C sling, dengan tidak mempetimbangkan kecepatan udara. Pengujian nilai konstanta cukup memenuhi nilai observasi dengan pendekatan fenomena dan juga empirik terhadap observasi. C.2.2. Uji Akurasi Regresi linear dilakukan untuk menguji akurasi nilai rumus terhadap nilai observasi. Regresi linear menentukan apakah nilai rumus dapat mewakili nilai observasi sebagai alat penentu nilai tekanan udara jika diperlukan. Uji statistik dengan menggunakan analisis regresi, yaitu melakukan penginputan data nilai observasi sebagai variabel dependent dan nilai rumus sebagai variabel independent dapat dilihat tingkat ketepatan nilai rumus. Hipotesis H0 = tidak ada pengaruh nilai rumus terhadap nilai observasi tekanan udara dan Ha = ada pengaruh nilai rumus terhadap nilai observasi tekanan udara, dengan tingkat determinasi 5%. Sayarat ditolak jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan jika t hitung < t tabel maka H0 diterima. Hasil pengujian menunjukkan adanya tingkat ketepatan rumus terhadap nilai observasi. Stasiun Samar Paotere t hitung terhadap t tabel masing 3,95 dan 2,23 Pongtiku Tana Toraja 4,06 dan 2,04 Panakukang Maros -3,47 dan 2,04. Diperoleh hasil keluaran dari analisis regresi yang memperlihatkan nilai dari koefisien determinasi (R2) setiap stasiun pengamatan. Rumus memiliki kedekatan nilai terhadap observasi. Nilai determinasi yang didapatkan pada masing-masing stasiun Stamar Paotere 0,61, Pongtiku Tana Toraja, 0,28 dan Panakukang Maros 0,35. Nilai determinasi menjelaskan bahwa rumus memiliki kedekatan nilai terhadap observasi. Nilai determinasi yang dihasilkan tidak termasuk hasil uji persamaan kalibrasi yang telah di buat. C.2.3. Studi Komparasi Rumus Empirik Ketinggian stasiun Ditinjau dari permukaan laut yaitu Stamar Paotere 2 mdpl, Pongtiku Tana Toraja 800 mdpl dan Panakukang Maros 25 mdpl, Terlihat bahwa semakin dekat stasiun dengan permukaan( mdpl ) maka semakin baik nilai koefisien determinasi rumus tekanan udara. Data stasiun Panakukang Maros memiliki hasil rumus yang tergolong anomali karena bila dibandingkan dengan stasiun Stamar Paotere justru lebih tinggi ini dikarenakan oleh tingkat determinasi rumus yang tidak sempurna sehingga memungkinkan hasil tidak sesuai observasi. Rumus empirik tekanan udara memiliki variasi nilai pada suhu dan kelembban tertentu sehingga lebih unggul dalam segi varisi nilai dalam interval waktu tertentu sedangkan rumus dengan menggunakan ketinggian stasiun akan bernilai konstan terhadap ketinggiannya. Rumus empirik cocok digunakan untuk data perhitungan dalam variasi suhu udara, tekanan, dan interval waktu tertentu. Batas kesalahan nilai dapat dilihat menggunaan error bar yang disesuaikan dengan observasi. Semua stasiun pengamatan menempatkan error bar nilai hitung rumus sesuai dengan batas error bar nilai observasi. Rata-rata nilai error bar jauh lebih baik dibandingkan dengan rumus tekanan udara menggunakan ketinggian stasiun terhadap permukaan laut. D. Kesimpulan dan saran D.1 Kesimpulan 1. Sintesis rumus empirik tekanan udara menggunakan parameter suhu udara dan kelembaban relatif dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan Psychrometric, P= 𝑒𝑤 −𝑒 0,66 ×10−4 ( 𝑇−𝑇𝑤 )(1+1.15 ×10−3 𝑇𝑤 ) 2. Rumus empirik layak digunakan, karena koefisien determinasi masing-masing stasiun Stamar Paotere 61% , Pongtiku Tana Toraja, 28% dan Panakukang Maros 35%. 3. Rumus tekanan udara dengan parameter suhu dan kelembaban memiliki keunggul dinamika nilai, dibandingkan dengan rumus yang menggunakan parameter ketinggian stasiun terhadap permukaan laut. D.2 Saran 1. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menambahkan variabel lain karena masih banyak variabel lain untuk menentukan nilai tekanan udara misalnya intensitas matahari. 2. Untuk penelitian selanjutnya agar bisa menyesuaikan dengan rumus tekanan udara menggunakan ketinggian stasiun mdpl. Nilai yang dihasilkan lebih baik karena kombinasi dari dua rumus. 3. Untuk menambah stasiun pengambilan data agar bisa memperbaiki rumus agar lebih akurat lagi. E. Referensi 1. Ahrens, C. D., 2012, Meteorology Today: an Introduction to weather, climet, and the Environment, Nelson Education Ltd, Canada. 2. Burhanuddin, M. 2012, Koefisien Korelasi, Signifikansi, & Determinasi. http://alvinburhani.wordpress.com, Diakses 11 Februari 2013. 3. Haurwitz, B., 1941, Dynamic Meteorology, McGraw-Hill Book 4. Pratiwi, D. 2011. Prediksi Terbentuknya Awan Cumulonimbus (Cb) Di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar. Skripsi. Program studi Geofiska, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. UniversitasHasanuddin. 5. Ryba, J., 2008, What's the Difference Between Weather and Climate. www.nasa.gov/mission_pages/noaan/climate/climateweather, Diakses 11 Februari 2013. 6. Stull, R., 2011, Wet-Bulb Temperature from Relative Humidity and Air Temperature, University of British Columbia, Canada, British Columbia.