bab 2 landasan teori

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen
Kata manajemen berasal dari Bahasa Latin, yaitu asal kata manus yang artinya
tangan dan agere yang berarti melakukan. Kata-kata itu digabungkan menjadi kata
kerja managere yang artinya menangani. Managere diterjemahkan ke dalam Bahasa
Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management, dan
manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Artinya, management
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan
(Usman, 2011).
Jadi pengertian manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja yang
melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuantujuan organisasional maksud yang nyata.
2.2 Pemasaran
Menurut Kotler (2005), pengertian pemasaran adalah suatu proses sosial dan
manajerial di mana masing-masing individu dan kelompok mendapatkan apa yang
mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran
produk yang bernilai bagi pihak lain.
Menurut Basu dan Hani (2005:4) Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari
kegiatan-kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan
kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
Jadi pemasaran adalah suatu usaha untuk memuaskan kebutuhan pembeli dan
penjual. Maksud dari pengertian itu adalah manusia harus menemukan kebutuhannya
terlebih dahulu, sebelum ia memenuhinya. Usaha untuk memenuhi kebutuhan
tersebut dapat dilakukan dengan cara mengadakan suatu hubungan.
2.3 Packaging (kemasan)
2.3.1 Pengertian Kemasan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kemasan berasal dari kata
dasar kemas yang berarti bungkus, teratur, rapi, bersih, beres sedangkan bungkus
berarti sesuatu yang dipakai untuk membalut atau menutup – kata bantu bilangan
untuk benda atau sesuatu yang dibalut (dengan kertas, daun, plastik, dan
sebagainya).(KBBI)
Jadi kemasan adalah pelindung suatu benda dan pembungkus suatu benda
yang dapat melindungi benda dari benturan-benturan.
2.3.2 Fungsi Kemasan
Jika kemasan akan digunakan semaksimal mungkin dalam pemasaran,
fungsi kemasan harus menampilkan sejumlah faktor penting sebagai berikut.
1. Faktor Pengamanan
Melindungi produk terhadap berbagai kemungkinan yang dapat menjadi
penyebab timbulnya kerusakan pada barang, misalnya: cuaca, sinar,
jatuh, tumpukan, kuman, serangga, dan lain-lain.
2. Faktor Ekonomi
Perhitungan biaya produksi yang efektif termasuk pemilihan bahan,
sehingga biaya tidak melebihi proporsi manfaatnya.
3. Faktor Pendistibusian
Mudah didistribusikan dari pabrik ke distributor atau pengecer sampai
ke tangan konsumen. Di tingkat distributor atau pengecer, kemudahan
penyimpanan dan pemajangan perlu dipertimbangkan.
4. Faktor Komunikasi
Sebagai media komunikasi yang menerangkan atau mencerminkan
produk, citra merek, dan juga sebagai bagian dari promosi, dengan
pertimbangan mudah dilihat, dipahami, dan diingat.
5. Faktor Ergonomi
Berbagai Pertimbangan agar kemasan mudah dibawa atau dipegang,
dibuka, dan mudah diambil/dihabiskan isinya.
6. Faktor Estetika
Keindahan merupakan daya tarik visual yang mencakup pertimbangan
penggunaan warna, bentuk, merek atau logo, ilustrasi, huruf, dan tata
letak, untuk mencapai mutu daya tarik visual secara optimal.
7. Faktor Identitas
Secara keseluruhan, kemasan harus berbeda dengan kemasan lain, yakni
memiliki identitas produk agar mudah dikenali dan membedakannya
dengan produk-produk yang lain.
Seluruh faktor fungsional ini sama penting satu dengan lainnya dan
merupakan satu kesatuan yang sangat vital untuk mendukung keberhasilan
penjualan. Apalagi sekarang ini dengan adanya pola perdagangan modern,
khususnya metode penjualan swalayan yang menuntut produk untuk dapat
menjual sendiri, penjualan maksimum tidak akan tercapai apabila secara
keseluruhan penampilan produk tersebut tidak dibuat semenarik mungkin
(Wirya, 2005)
Dapat simpulkan bahwa pentingnya fungsi kemasan terhadap sebuah
produk adalah salah satu faktor terhadap identitas dari produk yang di kemas.
2.3.3 Faktor-faktor Dalam Kemasan
Kotler (1999:227) menyimpulkan “ada tiga perangkat mencakup bahan
dalam kemasan”.
1. Kemasan primer adalah wadah langsung bagi produk.
2. Kemasan sekunder adalah bahan yang melindungi kemasan primer dan
kemudian di buang bila produk akan di pakai.
3. Kemasan pengiriman yaitu kemasan yang penting menyimpan,
identifikasi dan transportasi.
Penelitian yang dilakukan Kuvykaite et al., 2009 (dalam Kotler: 2003)
“Ada enam faktor yang penting dalam mempengaruhi kemasan size, form,
material, colour, text, brand. Teori tersebut didukung oleh (Wirya 1999) yang
menyimpulkan elemen kemasan sebagai berikut:
1. Warna (colour): Konsumen melihat warna jauh lebih cepat dari pada
melihat bentuk atau rupa, dan warnalah yang pertama kali produk
dipajangkan. Ada beberapa fungsi warna dalam kemasan yaitu: Untuk
identifikasi, untuk menciptakan suatu citra dan untuk meningkatkan
daya beli.
2. Bahan (material): Terdapat beberapa macam bahan yang digunakan
untuk kemasan, diantaranya: Kertas, botol, aluminium foil, plastik dan
logam.
3. Bentuk (form): Bentuk kemasan merupakan pendukung utama
terciptanya seluruh daya tarik visual. Bentuk biasanya ditetukan oleh
sifat
produknya,
pertimbangan
mekanis,
kondisi
penjualan,
pertimbangan pemajagan dan cara penggunaan. Berikut ini hal-hal yang
harus diperhatikan dalam sebuah kemasan: bentuk kemasan yang
sederhana, suatu bentuk yang teratur mempunyai daya tarik yang lebih,
suatu bentuk yang seimbang, bentuk kemasan yang mudah terlihat.
4. Ukuran (size): Ukuran kemasan tergantung pada jenis produk yang
dibungkusnya, baik untuk ukuran panjang, lebar, maupun tipis dan
tebalnya kemasan.
5. Logo (brand): Merek dagang atau logo perusahaan memiliki peranan
penting dalam meningkatkan kemasan contohnya komunikatif, identitas
simbol.
6. Topografi (text): Topografi adalah teks pada kemasan yang berupa
pesan-pesan kita untuk menjelaskan produk yang di tawarkan sekaligus
menyerahkan konsumen untuk bersikap dan bertindak sesuai dengan
harapan produsen.
Dengan adanya desain kemasan yang mempunyai ciri khas yang kuat serta
dilakukan secara konstan, produk bersangkutan akan mudah diingat oleh calon
konsumen. Cara ini sekaligus merupakan alat untuk mempertahankan produksi
dari persaingannya dengan produk-produk lain. Dalam banyak hal, penjualan
tergantung pada citra yang diciptakan oleh suatu kemasan (Danger, 1992:4).
Dapat di simpulkan bahwa faktor-faktor dalam kemasan mempengaruhi
semuanya mulai dari ukuran, jenis bahan,logo dan lain-lain semua itu di jadikan
jadi satu agar kemasan terlihat lebih bagus dan juga bisa melindungi produk
yang ada di dalam kemasan tersebut.
2.4 Presepsi Harga
2.4.1 Definis Harga
Harga merupakan jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau
mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk
dan pelayanannya (Basu Swastha & Irawan, 2005:241)
Harga adalah nilai suatu barang atau jasa yang dinyatakan dengan uang”.
(Buchari Alma, 2002 : 125)
Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atau dikeluarkan atas
sebuah produk atau jasa (Henry Simamora, 2002 : 74)
Menurut David W. Cravens yang diterjemahkan oleh Lina Salim (1996:52)
harga mempengaruhi kinerja keuangan dan juga sangat mempengaruhi persepsi
pembeli dan penentuan posisi merek. Harga menjadi suatu ukuran tentang mutu
produk bila pembeli mengalami kesulitan dalam mengevaluasi produk-produk
yang kompleks.
Menurut Tjiptono (2002), Harga merupakan satuan moneter atau ukuran
lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang, ditukarkan agar memperoleh
hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa. Harga merupakan
komponen yang berpengaruh langsung terhadap laba perusahaan.
Menurut Bearden (2007, p243), harga adalah sejumlah uang yang pembeli
bayarkan kepada penjual untuk ditukarkan dengan produk atau jasa.
Menurut Bearden (2007, p363), harga adalah uang atau pertimbangan lain
(barang dan jasa) yang ditukarkan dengan kepemilikan atas barang dan jasa.
Definisi harga menurut Kotler dan Armstrong (2001: 439) adalah sejumlah
uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang
ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan
produk atau jasa tersebut.
Kotler dan Amstrong (1998:97) berpendapat bahwa ada empat pendekatan
dalam penetapan harga yaitu:
1. Strategi harga premium, menghasilkan produk bermutu tinggi dan
memasang harga paling tinggi.
2. Strategi ekonomi, menghasilkan produk bermutu rendah dan memasang
harga paling rendah.
3. Strategi nilai baik, menghasilkan suatu produk tinggi tetapi dengan
harga yang lebih rendah 29
4. Strategi penetapan harga tinggi, menetapkan harga produk tinggi
sehubungan dengan produk tinggi, namun untuk jangka panjang produk
tersebut ditinggalkan oleh konsumen karena keluhan terhadap produk
tersebut.
Cara penetapan harga atau metode penetapan harga dapat dilakukan
dengan beberapa cara (Kotler, 2000) yaitu :
1. Penetapan harga mark-up, dilakukan dengan menambahkan markup
standar ke biaya produk.
2. Penetapan harga berdasarkan sistem pengembalian, dilakukan dengan
perusahaan menetapkan harga sesuai dengan tingkat pengembalian
(ROI) yang diinginkan.
3. Penetapan harga berdasarkan nilai yang dipersepsikan, dilakukan
dengan menyesuaikan persepsi dari pikiran pembeli.
4. Penetapan harga berlaku, yaitu mereka menetapkan harga yang cukup
rendah untuk tawaran yang bermutu tinggi.
5. Penetapan harga sesuai harga yang berlaku, perusahaan mendasarkan
harganya terutama pada harga pesaing.
6. Penetapan harga tender tertutup, perusahaan menetapkan harga
berdasarkan perkiraannya tentang bagaimana pesaing akan menetapkan
harga dan bukan berdasarkan hubungan yang kaku dengan biaya atau
permintaan perusahaan
Jadi dapat disimpulkan, harga adalah nilai dari suatu barang dan jasa yang
ditetapkan
oleh
perusahaan
dan
dapat
memberikan
keuntungan
bagiperusahaan,dimana harga disini mempengaruhi permintaan dan sebaliknya
permintaan mempengaruhi harga.
2.4.2 Dimensi Harga
Menurut Schiffman dan Kanuk (2007, p173) ada dua dimensi harga, yaitu:
a. Harga yang dipersepsikan
Yaitu persepsi pelanggan terhadap harga yang diterima, apakah tinggi,
rendah, atau adil.
b. Harga yang direferensikan
Yaitu referensi dari pelanggan sebagai dasar perbandingan untuk
menilai harga yang ditawarkan
2.4.3 Komponen-Komponen Harga
Menurut Philip Kotler yang diterjemahkan oleh Benyamin Molan
(2005:18), harga merupakan salah satu unsur dari bauran pemasaran
(marketing mix) dan harga pun memiliki komponen-komponen tersendiri yang
terdiri dari :
Daftar harga
Daftar harga ialah suatu uraian harga yang dicantumkan pada label atau
produk.
Diskon/rabat
Diskon merupakan pengurangan harga dari daftar harga. Menurut Philip
Kotler dan Gary Armstrong yang diterjemahkan oleh Alexander Sindoro
(2004:473) diskon dapat bermacam-macam bentuknya, yaitu :
1.
Diskon tunai (cash discount), yakni pengurangan harga kepada
pembeli yang membayar tagihan mereka lebih awal.
2.
Diskon jumlah (quantity discount), adalah pengurangan harga bagi
pembeli yang membeli dalam jumlah besar.
3.
Diskon fungsional (disebut juga diskon dagang) ditawarkan oleh
penjual
kepada
anggota-anggota
saluran
perdagangan
yang
menjalankan fungsi tertentu seperti menjual, menyimpan, dan
meyelenggarakan pelaporan.
4.
Diskon musiman (seasonal discount) adalah pengurangan harga bagi
pembeli yang membeli barang dagangan atau jasa duluar musim.
5.
Kredit,Kredit adalah bentuk pembayaran dengan cara pinjaman.
2.4.4 Penetapan Harga
Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong yang diterjemahkan oleh
Alexander Sindoro (2004:467) mengungkapkan keputusan-keputusan penetapan
harga tergantung pada serangkaian kekuatan-kekuatan lingkungan dan
persaingan yang sangat rumit. Perusahaan tidak hanya menetapkan satu harga
tunggal, tetapi lebih berupa sebuah struktur penetapan harga (pricing structure)
yang mencakup item-item yang berbeda disetiap lini produk. Perusahaan
menyesuaikan harga produksupaya dapat mencerminkan perubahan-perubahan
biaya dan permintaan serta memperhitungkan berubah-ubah pembeli dan situasi.
Ketika lingkungan persaingan berubah, perusahaan itu mempertimbangkan
kapan memprakarsai perubahan harga dan kapan menanggapi perubahan harga
di pasar.
2.4.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Harga
Dalam kenyataan, tingkat harga yang terjadi dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Menurut Dharmesta dan Irawan (2005:242246)dikemukakan sebagai berikut ;
1. Keadaan Perekonomian
Keadaan perekonomian sangat mempengaruhi tingkat harga yang
berlaku, pada periode resesi. Misalnya, merupakan suatu periode
dimana harga berada pada suatu tingkat yang lebih rendah dan ketika
ada keputusan pemerintahtentang nilai tukar rupiah dengan mata uang
asing, maka akan timbul reaksi-reaksi dari kalangan masyarakat,
khususnya masyarakat bisnis, reaksi spontan dari keputusan itu adanya
kenaikan harga-harga.
2. Penawaran dan Permintaan
Pada umumnya tingkat harga yang lebih rendah akan mengakibatkan
jumlah yang di minta lebih besar, sedangkan harga yang tinggi
mendorong jumlah yang ditawarkan lebih besar.
3. Elastisitas Permintaan
Faktor lain yang dapat mempengaruhi penentuan harga adalah sifat
permintaan pasar. Sebenarnya sifat penentuan pasar ini tidak hanya
mempengaruhi penentuan harganya tetapi uga mempengaruhi volume
yang dijual. Untuk beberapa jenis barang, harga dan volume ini
terbanding terbalik.
4. Persaingan
Harga jual beberapa macam barang sering dipengaruhi oleh keadaan
persaingan yang ada. Banyaknya penjual dan pembeli ini akan
mempersulit penjual perseorangan untuk menjual dengan harga yang
lebih tinggi kepada pembeli yang lain.
5. Biaya
Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat
harga yang tidak dapat menutup biaya akan mengakibatkan kerugian.
6. Tujuan Perusahaan
Penetapan harga suatu barang seiring dikaitkan dengan tujuan-tujuan
yang akan dicapai. Setiap perusahaan tidak selalu mempunyai tujuan
yang sama dengan perusahaan yang lain.
7. Pengawasan Pemerintah
Pengawasan pemerintah juga merupakan faktor penting dalam
penentuan harga. Pengawasan pemerintahan tersebut dapat diwujudkan
dalam bentuk : penentuan harga maksimum dan minimum, diskriminasi
harga. Serta praktek-praktek lain yang mendorong atau mencegah
usaha-usaha kearah monopoli.
2.5 Bentuk-bentuk pallet
Palet kayu merupakan susunan kayu yang digunakan menjadi alas sebuah
barang. Palet kayu juga bisa dibentuk untuk peti kemas pengiriman barang.
Palet kayu dipakai sebagai bantalan pengiriman barang ekspor impor. Biasanya
palet kayu banyak dicari oleh pelaku usaha agar barang yang akan dikirim tidak
rusak selama perjalanan. Palet kayu ini berasal dari kayu pohon yang berbuah,
seperti rambutan.
Palet kayu menjadi salah satu barang yang jika digunakan kembali (reuse)
menjadi barang yang sangat menarik dan tidak terbatas penggunaannya. Dengan
kreativitas penggunaan kembali palet kayu ini, dapat membuat kualitas dan harganya
jauh melebihi ‘sebuah palet kayu’ pada umumnya.
Bentuk dan jenis palet kayu yang sering digunakan dalam dunia industry
Gambar 2.1 Pallet CV Galang Gemilang
Sumber: CV Galang Gemilang
2.6 Presepsi kualitas
2.6.1 Pengertian kualitas
Beberapa pakar kualitas mendefinisikan dengan beragam interpretasi.
Juran
(1989:16-17),
mendefinisikan
kualitas
secara
sederhana
sebagai
‘kesesuaian untuk digunakan’. Definisi ini mencakup keistimewaan produk yang
memenuhi kebutuhan konsumen dan bebas dari defisiensi. Sedangkan Deming
berpendapat kualitas adalah mempertemukan kebutuhan dan harapan konsumen
secara berkelanjutan atas harga yang telah mereka bayarkan Filosofi Deming
membangun kualitas sebagai suatu system (Bhatdan Cozzolino, 1993:106)
Kualitas menurut American Society for Quality (Buku Manajemen
Operasi, Jay Heizer dan Barry Render, 2009) adalah keseluruhan fitur dan dan
karakteristik produk atau jasa yang mampu memuaskan kebutuhan ynag tampak
atau samar.
Kualitas merupakan salah satu elemen penting dalam operasi karena
memiliki pengaruh terhadap perusahaan, antara lain:
Reputasi perusahaan, reputasi akan mengikuti kualitas artinya apabila
kualitas produk atau layanan suatu perusahaan baik maka tentu saja reputasi
perusahaan tersebut pun akan baik pula, begitupun sebaliknya apabila kualitas
produk atau layanan suatu perusahaan buruk maka reputasi perusahaan tersebut
dinilai buruk pula di mata konsumen.
Kualitas akan muncul sebagai persepsi tentang prioduk baru perusahaan,
kebiasaan pekerjaannya, dan hubungan pemasoknya.
Kehandalan produk merupakan bagaimana cara perusahaan merancang,
memproduksi, dan mengedarkan produk atau jasa kepada target pasar secara
baik agar produk atau jasa tersebut dapat dimanfaatkan oleh konsumen tanpa
menyebabkan kerusakan ataupun kecelakan pada saat digunakan.
Keterlibatan global. Bagi perusahaan yang ingin bersaing secara efektif
pada ekonomi global, maka perusahaan dituntut menghasilkan produk yang
memenuhi ekspektasi akan kualitas, desain, dan harganya secara global.
Tjiptono (2004:12) menyatakan bahwa :
a. Karakteristik kualitas yaitu karakteristik output dari suatu proses yang
penting bagi pelanggan. Karakteristik ini menuntut pemahaman yang
mendalam mengenai pelanggan.
b. Karakteristik kunci kualitas, yaitu kombinasi pemahaman mengenai
pelanggan dengan pemahaman mengenai proses. Variabel kunci proses
yang dijadikan sebagai kunci yang dapat dimanipulasi atau dapat
dikendalikan.
Roger (1995:157) mendefinisikan kualitas sebagai kecocokan penggunaan
yang artinya barang atau jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggan
atau pelanggan.
Menurut Crosby dalam Nasution (2004:41) kualitas adalah conformance to
requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan, bila suatu
produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah
ditentukan dengan meliputi bahan baku,proses produksi dan produksi jadi.
Menurut Laksana (2008:89) menyatakan bahwa kualitas terdiri dari
sejumlah keistimewahan produk yang memenuhi keinginan pelanggan dengan
demikian memberikan kepuasan atas penggunaan produk.
Menurut Davis dalam Yamit (2005: 8) membuat definisi kualitas yang luas
cakupannya yaitu suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
Pendekatan yang dikemukakan Goetsch Davis ini menegaskan bahwa kualitas
bukan hanya menekankan pada aspek hasil akhir yaitu produk dan jasa tetapi
juga menyangkut kualitas manusia, kualitas proses, dan kualitas lingkungan.
Sangat mustahil menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas tanpa melalui
manusia dan proses yang berkualitas. Menurut American Society For Quality
Control yang dikutip oleh Kotler dan Keller yang dialih bahasakan oleh Bob
Sabran (2009: 143) bahwa kualitas adalah totalitas fitur dan karakteristik produk
atau jasa yang bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan
yang dinyatakan atau tersirat.
Garvin dan Davis dalam Nasution (2001:41) menyatakan, bahwa kualitas
adalah kondisi dinamis lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan
pelanggan atau pelanggan.
Menurut Kotler and Armstrong (2012:283) arti dari kualitas produk adalah
“the ability of a product to perform its functions, it includes the product’s overall
durability, reliability, precision, ease of operation and repair, and other valued
attributes” yang artinya kemampuan sebuah produk dalam memperagakan Jurnal
Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI) |Vol. 3, No. 1, 2012 5 fungsinya, hal
itu termasuk keseluruhan durabilitas, reliabilitas, ketepatan, kemudahan
pengoperasian dan reparasi produk juga atribut produk lainnya.
Dapat di simpulkan kualitas adalah ukuran baik tidaknya sebuah produk
sesuai dengan kebutuhan spesifikasi pelanggan yang meliputi kualitas
kinerja,kesesuaian, daya tahan dan keandalannya.
2.6.2 Dimensi Kualitas
Menurut Eddy Herjanto (2007:393) kualitas suatau produk yaang
dihasilkan oleh perusahaan dapat dilihat dari enam dimensi seperti dibawah ini:
• Kinerja (performance, operation)
Kinerja merupakan dimensi utama yang banyak dipertimbangkan
oleh konsumen. Misalkan apakah tinta ballpoint dapat keluar secara
baik, lancar, dan tidak luntur.
• Keandalan (reliability, durability)
Dimensi ini mencerminkan keandalan suatu produk yaitu
kepercayaan atas kemampuan dan ketahannya.
• Kenampakan (appearence, features)
Dimensi ini menunjukkan daya tarik suatu produk yang
membedakannya dengan produk lain secara sepintas. Kenampakan
sangat dipengaruhi oleh desain dan atribut lain yang ada dalam
produk.
• Kesesuaian (conformance)
Kesesuaian berhubungan dengan pemenuhan terhadap spesifikasi
atau standar yang ditentukan. Misalnya apakah produk helm
memiliki standar yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia
(SNI) yang bersangkutan
• Pelayanan (serviceability)
Dimensi ini berkaitan dengan pelayanan yang dilakukan perusahan
pasca penjualan. Pelayanan pasca penjualan dilakukan untuk
meningkatkan kepuasan pelanggan. Contoh: pemberian jaminan
selama 1 tahun pada produk HP.
• Persepsi mutu (perceived quality)
Pengertian mutu dapat beraneka ragam. Oleh karena itu mutu suatu
produk dapat dinilai berbeda antar setiap konsumen karena mereka
memiliki persepsi yang berbeda-beda. Keyakinan terhadap mutu
oleh pelanggan yang didasarkan atas apa yang dilihat, pengalaman
sebelumnya, atau reputasi perusahaan.
Menurut American Society For Quality Control, kualitas adalah
keseluruhan ciri-ciri dan karakteristik dari suatu produk atau jasa dalam hal
kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan
atau bersifat laten (Lupiyoadi, 2008:65)
Dimensi kualitas produk menurut Mullins, Orville, Larreche, dan Boyd
(2005:422) terdiri dari : Performance (kinerja) yaitu berhubungan dengan
karakteristik operasi dasar dari sebuah produk. Durability (daya tahan), yang
berarti berapa lama umur produk bertahan sebelum produk tersebut harus
diganti. Conformance to specifications (kesesuaian dengan spesifikasi), yaitu
sejauh mana produk memenuhi spesifikasi atau tidak ditemukannya cacat pada
produk. Features (fitur), adalah karakteristik produk yang dirancang untuk
menyempurnakan fungsi produk atau ketertarikan konsumen terhadap produk.
Reliabilty (reliabilitas), adalah probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan
memuaskan atau tidak dalam periode waktu tertentu. Aesthetics (estetika),
berhubungan dengan bagaimana penampilan produk. Perceived quality (kesan
kualitas), sering dibilang merupakan hasil dari penggunaan pengukuran yang
dilakukan secara tidak langsung karena terdapat kemungkinan bahwa konsumen
tidak mengerti atau kekurangan informasi atas produk yang bersangkutan.
Dapat di simpukan bahwa dimensi kualitas adalah karakteristik suatu
produk dalam memenuhi kebutuhannya yang telah di tentukan.
2.7 Permintaan
2.7.1 Definisi Permintaan
Menurut Gilarso (2007), dalam ilmu ekonomi istilah permintaan (demand)
mempunyai arti tertentu, yaitu:
Selalu menunjuk pada suatu hubungan tertentu antara jumlah suatu barang
yang akan dibeli, orang dan harga barang tersebut. Permintaan adalah jumlah
dari suatu barang yang mau dan, mampu dibeli pada berbagai kemungkinan
harga, selama jangka waktu tertentu, dengan anggapan hal-hal lain tetap sama
(zceteris paribus).
Permintaan adalah hubungan antara jumlah suatu barang yang mau dibeli
dengan harga barang itu (Gilarso, 2003).
Menurut Hanafie (2010), permintaan adalah jumlah dari suatu barang yang
mau dan dapat dibeli konsumen pada berbagai kemungkinan harga, dalam
jangka waktu tertentu, dengan anggapan halhal lain tetap sama (cateris paribus).
2.7.2 Hukum Permintaan
Hukum
Permintaan
pada
hakikatnya
merupakan
hipotesis
yang
menyatakan bahwa : Hubungan antara barang yang diminta dengan harga barang
tersebut dimana hubungan berbanding terbalik yaitu ketika harga meningkat atau
naik, maka jumlah barang yang diminta akan menurun dan sebaliknya apabila
harga barang turun maka jumlah barang yang diminta akan meningkat.
2.7.3 Faktor yang Mempengaruhi Permintaan
Menurut Danniel (2004), permintaan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yang antara lain adalah harga barang yang bersangkutan, harga barang substitusi
atau komplemennya, selera, jumlah penduduk, dan tingkat pendapatan
• Harga
Hubungan harga dengan permintaan adalah hubungan yang negatif
artinya bila yang satu naikmaka yang lainnya akan turun dan begitu
juga sebaliknya semua ini berlaku dengan catatan faktor lain yang
mempengaruhi jumlah permintaan dianggap tetap
• Harga barang lain
Terjadinya perubahanahan harga pada suatu barang akan berpengaruh
pada permintaan barang lain. Harga barang lain dapat meliputi harga
barang substitusi, komplemen, dan independen Salah satu contoh bar
substitusi, bila harga kopi naik, biasanya permintaan teh akan
naik.Barang komplementer cotohnya roti dengan keju. Apabila
keduanya dipakai secara bersamaan sehingga dengan demikian bila
salah satu dari harga barang tersebut naik, pada ummumnya akan
mempengaruhi banyak nya konsumsi barang komplemennya. Barang
independen adalah barang yang tidak dipengaruhi oleh harga barang
yang lain.
• Selera
Selera merupakan variabel yang mempengaruhi besar kecilnya
permintaan Selera dan pilihan konsumen terhadap suatu barang bukan
saja dipengaruhi oleh struktur umum konsumen, tetapi juga karena
faktor adat dan kebiasaan setempat, tingkat pendidikan, atau lainnya.
• Jumlah penduduk
Semakin banyaknya jumlah penduduk makin besar pula barang yang
dikonsumsi
dan
makin
naik
Permintaan.Penambahan
jumlah
penduduk mengartikan adanya perubahan struktur umur. Dengan
demikian, bertambahnya jumlah penduduk adalah tidak proporsional
dengan pertambahan jumlah barang yang dikonsumsi.
• Tingkat pendapatan
perubahan tingkat pendapatan akan mempengaruhi banyaknya barang
yang dikonsumsi. Secara teoretis, peningkatan pendapatan akan
meningkatkan konsumsi.Bertambahnya pendapatan, maka barang
yang dikonsumsi tidak hanya bertambah kuantitasnya, tetapi
kualitasnya juga meningkat.
2.7.4 Fungsi Permintaan
Menurut Virgantari (2011), secara umum, fungsi permintaan menyatakan
hubungan jumlah yang diminta dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada
tempat dan waktu tertentu fungsi permintaan dapat diturunkan melalui dua
Cara, yang pertama adalah memaksimumkan kepuasan dengan kendala jumlah
anggaran dan harga barang fungsi permintaan yang diturunkan dari prinsip ini
disebut dengan fungsi permintaan Marshallian Fungsi ini pertama kali
diperkenalkan oleh ekonom Inggris Alfred Marshal pada tahun 1980 dan
menganggap bahwa pendapatan konsumen konstan Fungsi permintaan lain dapat
diturunkan dengan menerapkan teori dualitas, yaitu meminimumkan biaya dan
memaksimumkan output pada tingkat pengeluaran tetap.
Permintaan yang dinyatakan dalam hubungan matematis dengan faktorfaktor yang memengaruhinya disebut fungsi permintaan Fungsi permintaan
menghubungkan antara variabel bebas dengan variabel tidak bebas. Persamaan
fungsi permintaan dapat di susun sebagai berikut
dimana:
Dx = permintaan akan barang x
PX = harga barang x
Py = harga barang y
Y = pendapatan perkapita
T = selera
N = jumlah penduduk
Dx adalah variabel tidak bebas, karena besarnya nilai ditentukan oleh
variabel lain. PX, Py, Y, T
dan N adalah variabel bebas karena besar nilainya tidak tergantung
besarnya variabel lain. Tanda positif dan negatif menunjukkan
pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap permintaan akan
barang. Hukum permintaan pada hakikatnya menyatakan bahwa makin
rendah harga suatu barang, makin banyak permintaan atas barang
tersebut; sebaliknya semakin tinggi harga suatu barang semakin sedikit
permintaan atas barang tersebut (Firdaus, 2008).
2.7.5 Kurva Permintaan
Menurut
Haryati (2007),
kurva
permintaan
adalah
kurva
yang
menghubungkan antara harga barang (ceteris paribus) dengan jumlah barang
yang diminta. Kurva permintaan menggambarkan tingkat maksimum pembelian
pada harga tertentu, ceteri paribus (keadaan lain tetap sama).
Kurva permintaan menggambarkan harga maksimum yang konsumen
bersedia bayarkan untuk barang bermacam-macam jumlahnya per unit waktu.
Konsumen tidak besedia membayar pada harga yang lebih tinggu untuk
sejumlah tertentu, tetapi pada jumlah yang sama konsumen bersedia membayar
dengan harga yang lebih rendah. Konsep ini disebut dengan kesediaan
maksimum konsumen mau bayar atau willingness to pay. Kenaikan harga
produk (ceteris paribus) akan menyebabkan penurunan jumlah barang yang
diminta yang berarti terjadi perpindahan disepanjang kurva permintaan.
Perubahan variabel non harga akan menyebabkan pergeseran kurva permintaan,
atau menyebabkan perubahan jumlah barang yang diminta pada tingkat
hargatertentu.
Faktor-faktor
yang
menyebabkan
pergeseran
permintaan
diantaranya adalah perubahan pendapatan, selera, harga barang lain dan jumlah
populasi.
2.8 Pallet
2.8.1 Definisi Pallet
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dua lapis bilah kayu yg tersusun
searah yg disela balok melintang, digunakan untuk menumpuk muatan supaya
bisa diangkat sekaligus.
Pallet berbentuk kotak segi empat, bisa persegi atau persegi panjang.
Normalnya, pallet terdiri dari 3 bagian utama, yaitu atas, kaki (stinger), dan
bawah. Bagian atas biasanya terdiri dari potongan papan sesuai dengan ukuran
lebar yang dikehendaki, yang disusun dari depan ke belakang, dengan ada
rongga diantara papan-papan tersebut. Bagian kaki biasanya berjumlah 3 atau 4,
dengan 2 kaki dibagian ujung kanan dan kiri, 1 atau 2 sisanya berada ditengah.
Kaki bagian tengah ini biasanya selain berfungsi sebagai penyangga, juga
berfungsi sebagai pengatur keseimbangan acuan forklift dalam membawa
barang.
Bagian bawah pallet terdiri dari minimal 4 buah papan yang dibentuk
kotak segi empat. 2 sisi dikanan dan kiri akan bertemu dengan kaki kanan dan
kiri, sedangkan papan bagian depan dan belakang akan memperkuat ketiga kaki,
plus sebagai bantuan keamanan forklift dalam membawa barang.
Menurut ISO( International Organization for Standardization ) sudah
mematenkan beberapa ukuran yang menjadi standar internasional. Di Eropa
misalnya, pallet di standarkan dalam ukuran 1200 x 1000 mm. Sedangkan untuk
Asia, standar ukuran pallet adalah 1100 x 1100 mm Ukuran asia dan eropa ini
menjadi ukuran yang lazim digunakan juga di Indonesia.
2.9 Kerangka Pemikiran
Dengan penelitian ini dapat diketahui pengaruh antara harga,modal dan kualitas
terhadap peningkataan permintaan pallet kayu dimana berperan sebagai variabel
independen/bebas danmerupakan variabel dependen/terikat. Berikut adalah gambar
dari kerangka pemikiran:
X1
T
X2
T
T
T1
Y
T2
T3
X3
T
7
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Keterangan :
- X1= PERESEPSI HARGA
- X2=PERESEPSI BENTUK
- X3=PERESEPSI KUALITAS
- Y=KUALITAS LAYANANPALLET
2.10 Hipotesis
H1=peresepsi harga tidak mempengaruhi kualitas layanan pallet
H2=peresepsi bentuk tidak mempengaruhi kualitas layanan pallet
H3=peresepsi kualitas tidak mempengaruhi kualitas layanan pallet
H4=peresepsi harga dan bentuk tidak mempengaruhi kualitas layanan pallet
H5=peresepsi bentuk dan kualitastidak mempengaruhi kualitas layanan pallet
H6=peresepsi harga dan bentuk tidak mempengaruhi kualitas layanan pallet
H7=peresepsi harga,bentuk dan kualitas tidak mempengaruhi kualitas layanan
pallet
Download