KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PAI H. Arifin Sidiq Dosen Filsafat Pendidikan Islam FITK UNSIQ Jawa Tengah di Wonosobo, Dekan FITK, Ketua Tahfidzyah NU Kabupaten Wonosobo. Pedahuluan Tugas seorang guru tidak hanya mengajar, melainkan juga mendidik. Guru tidak hanya menyampaikan materi pelajaran agar peserta didiknya dapat menguasai materi pelajaran kemudian memperoleh nilai yang baik. Mestinya nilai sempurna dari penguasaan materi pelajaran bukanlah satu-satunya tujuan, masih ada hal yang lebih penting yaitu proses pendewasaan untuk membantu peserta didik menemukan sebuah makna dari suatu materi pelajaran yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, memiliki kepribadian yang baik, santun dan berbudi, hal inilah yang merupakan sesuatu inti dari tugas guru dalam mendidik. Dan untuk mewujudkan hasil pendidikan yang diharapkan, guru harus memahami, memiliki dan sekaligus dapat menerapkan kompetensi guru.1 Kompetensi dalam KKBI diartikan sebagai wewenang atau kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan suatu hal. Dan secara terminologis, Menurut Broke dan Stone, Kompetensi adalah gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru yang tampak sangat berarti. Sementara Finch dan Crunkilton (1979: 222), mengatakan Kompetensi merupakan penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Dalam kaitan ini, dalam Kebijakan Pendidikan Nasional, dirumuskan empat jenis kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik/guru, hal ini sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu : 1. Kompetensi pedagogik yaitu merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: a. pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; b. pemahaman terhadap peserta didik; c. pengembangan kurikulum/ silabus; d. perancangan pembelajaran; e. pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; f. evaluasi hasil belajar; dan 1 Ada empat kompetensi guru yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi professional dan kompetensi kepribadian. Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 13 Penelitian Tindakan Kelas g. pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 2. 3. Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan kepribadian Guru yang: a. mantap; b. stabil; c. dewasa; d. arif dan bijaksana; e. berwibawa; f. berakhlak mulia; g. menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; h. mengevaluasi kinerja sendiri; dan i. mengembangkan diri secara berkelanjutan. Kompetensi sosial, merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk: a. berkomunikasi lisan dan tulisan; b. menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; c. bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik; dan d. 4. bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar. Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: a. konsep, struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/seni yang koheren dengan materi ajar; b. materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; c. hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; d. penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan e. kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional. Kompetensi Kepribadian Guru PAI Kepribadian merupakan keseluruhan sifat yang dimiliki seseorang, baik sifatnya maupun wataknya. Seseorang yang memiliki kepribadian adalah orang yang memiliki sifat dan watak yang baik. Dan pendidik menurut Imam Barnadib adalah orang tua dan orang dewasa lain yang bertanggung jawab tentang kedewasaan anak. Menurut Mr. Norman Mc. Munn (Slamet Yusuf:41), kepribadian itu didapatkan dari latihan yakni dari kebiasaan dan pendidikan yang sungguh-sungguh. Tokoh pendidikan dari Inggris, Sir T. Percy Nunn mengatakan, bahwa tujuan pendidikan adalah mendidik kepribadian. Kepribadian itu 14 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. iX TH.2012 bisa membangkitkan semangat, tekun dalam menjalankan tugas, senang memberi manfaat kepada murid menghormati peraturan sekolah sehingga membuat murid bersifat lemah lembut memberanikan mereka, mendorong pada cinta pekerjaan, memajukan berfikir secara bebas tetapi terbatas yang bisa membantu membentuk pribadi menguatkan kepribadian menguatkan kehendak membiasakan percaya pada diri sendiri. Suksesnya seorang guru tergantung dari kepribadian, luasnya ilmu tentang materi pelajaran serta banyaknya pengalaman. Kompetensi kepribadian memberikan gambaran kemampuan guru sebagai seseorang yang bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia. Karenanya seorang guru harus dapat menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender. Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat, serta kebudayaan nasional Indonesia yang beragam. Dan Seorang guru juga harus menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat. Berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi. Berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia. Berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarakat di sekitarnya. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. Jika dua hal ini disadari betul oleh seorang guru, niscaya ia akan mengajak peserta didiknya untuk bersikap dan berperilaku jujur, tegas, bertanggung jawab dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan. Guru akan selalu mengkorelasikan setiap mata pelajaran yang disampaikan dengan penanaman kepribadian yang terpuji, peserta didik selalu dianjurkan untuk selalu jujur dan tanggung jawab. Jujur terhadap perolehan nilai dari suatu mata pelajaran, tidak akan menghalalkan berbagai cara untuk memperoleh nilai yang tinggi tanpa disertai rasa tanggung jawab. Peserta didik akan merasa mempunyai konsekwensi dan tanggung jawab belajar lebih tekun untuk dapat mencapai nilai yang baik. Guru yang baik memiliki perilaku yang mencerminkan ketakwaan, arif dan manusiawi. Guru akan selalu mengajak dan membimbing peserta didiknya untuk selalu manjalankan segala perintah Tuhan dan menjauhi segala laranganNya. Selalu bertindak arif dan bijaksana dalam mengambil keputusan serta bersikap manusiawi. Tugas seorang guru itu sangat berat, tidak mampu dilaksanakan kecuali apabila kuat kepribadiannya, cinta dengan tugas, ikhlas dalam mengerjakan, memelihara waktu murid, cinta kebenaran, adil dalam pergaulan. Ada yang mengatakan bahwa masa depan anak-anak di tangan guru dan di tangan gurulah terbentuknya umat, atas dasar itulah seorang guru menurut Athiyah Al-Abrosy (dalam Slamet Yusuf:42) harus memiliki sifat-sifat/kepribadian sebagai berikut: 1. Guru harus menjadi bapak sebelum ia menjadi pengajar. 2. Hubungan guru dengan murid harus baik. 3. Guru harus selalu memperhatikan murid serta pelajaran mereka. Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 15 Penelitian Tindakan Kelas 4. Guru harus peka terhadap lingkungan sekitar murid. 5. Guru wajib menjadi contoh/teladan di dalam keadilan dan keindahan serta kemuliaan. 6. Guru wajib ikhlas di dalam pekerjaannya. 7. Guru wajib menghubungkan masalah yang berhubungan dengan kehidupan. 8. Guru harus selalu membaca dan mengadakan penyelidikan. 9. Guru harus mampu mengajar bagus penyiapannya dan bijaksana dalam menjalankan tugasnya. 10. Guru harus sarat dengan ide sekolah yang modern. 11. Guru harus punya niat yang tetap. 12. Guru harus sehat jasmaninya. 13. Guru harus punya pribadi yang mantap. Kepribadian Guru Dalam Al-Quran Pendidik dalam islam adalah sebagai murabbi, mu’allim, dan mu’addib sekaligus. Murabbi mengisyaratkan bahwa guru agama harus orang yang memiliki sifat-sifat rabbani yaitu nama yang diberikan bagi orang-orang yag bijaksana, terpelajar dalam bidang pengetahuan tentang ar-rabb. Di samping itu juga memilki sikap tanggung jawab, penuh kasih sayang terhadap peserta didik. Pengertian mu’allim mengandung konsekuensi bahwa mereka harus ‘alimu (ilmuwan) yakni menguasai ilmu teoritik, memiliki kreatifitas, komitmen tinggi dalam mengembangkan ilmu, serta sikap hidup yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan konsep ta’dib mencangkup pengertian integrasi antara ilmu dan amal sekaligus. Al-Quran secara khusus tidak membahas masalah kepribadian guru atau pendidik, tetapi secara implisit banyak ayat al-quran yang membicarakan tentang pendidikan sekaligus masalah kepribadian pendidik, antara lain: 1. Pendidik haruslah seorang yang beriman sehingga guru dapat menanamkan keimanan kepada pendidik dan tidak syirik Artinya: ”Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".(QS. Lukman: 13): 2. Seorang guru hendaknya memeliki sifat rabbani artinya sebagai guru hendaknya mempunyai ilmu yang banyak dan takwa kepada Allah SWT 16 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. iX TH.2012 Artinya: ”Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia Berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." akan tetapi (Dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, Karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. (QS. Ali-Imran: 79): 3. Guru hendaknya menjalankan tugas dengan ikhlas, sehingga seluruh aktivitasnya dalam mengajar diraihkan untuk meraih keridhaan Allah, serta mewujudkan ketulusan yang betul-betul dari kedalaman jiw, sehingga melahirkan perilaku terpuji di hadapan anak didiknnya. 4. Guru hendaknya bersifat sabar dalam menghadapi anak didik yang sangat kompleks, baik dari segi kemampua maupun perilakunya (QS. Al-‘Ashr: 2): 5. Seorang guru hendaknya memberikan keteladan kepada anak didiknya dalam rangka membentuk perilaku anak didik yang sesuai dengan perilaku Rasulullah SAW Artinya: ” Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21) 6. Guru diharapkan bersikap konsekuen terhadap apa yang disampaikan kepada anak didiknya untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka tidak merasa kebingungan, perkataan guru harus sesuai dengan perbuataannya Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (QS. As-Shaff: 2-3) 7. Guru hendaknya bersikap adil terhadap seluruh anak didiknya. Artinya tidak berpihak atau mengutamkan pihak tertentu. Guru adil dalam memeberikan perhatian tanpa membeda-bedakan satu dengan yang lain agar tidak menimbulkan kecemburuan. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulam bahwa kepribadian guru mutlak diperlukan dalam proses pembelajaran, sebab guru adalah orang yang menjadi panutan oleh siswanya dan seorang guru/pendidik tidak hanya bertanggung jawab untuk transfer of knowledge tetapi juga perlu adanya transfer of value. Penutup Pendidikan yang bermutu sangat tergantung pada kapasitas satuan pendidikan dalam mentransformasikan peserta didik untuk memperoleh nilai tambah yang berhubungan dengan aspek olah rasa, olah rasa, olah hati dan olahraganya. Seperti diketahui bahwa guru memiliki kontribusi dalam meningkatkan mutu Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 17 Penelitian Tindakan Kelas pendidikan. Dalam menjalankan keprofesionalnya guru dituntut untuk memiliki kompetensi yang ideal, yaitu kompetensi pedagogis, kepribadian, professional dan social. Ini selain tuntutan yang tertuang dalam Undang – undang guru dan dosen, tetapi jangan melupakan pokok-pokok pikiran Ki Hadjar Dewantarta yang sangat terkenal, yaitu Ing ngarsa sung tuladha, Ing Madya mangun karsa , Tut wuri handayani. Salah satu tugas seorang guru adalah membantu peserta didik berkembang secara utuh sebagai manusia. Perkembangan manusia yang utuh menyangkut banyak segi, kognitif, spiritual, emosi, estetik, moral, fisis dan social, Maka guru tidak boleh hanya mengembangkan segi kognitif peserta didik, tetapi juga ikut serta mengembangkan nilai-nilai lain yang sangat berguna bagi masa depan peserta didik. DAFTAR PUSTAKA Idrus, M. 1994. UII Mengemban Amanah Sejarah. Dalam Setengah Abad UII. Yogyakarta: UII Press Idrus, M. 1997c. Karakteristik dan Dimensi Moral Anak Didik dalam Pendidikan. dalam Pendidikan Islam dalam Peradaban Industrial, Muslih Usa dan Aden Wijdan SZ (Edit). Yogyakarta: Aditya Media. Maarif, A. Syafii. 1996. Pendidikan Islam dan Proses Pemberdayaan Umat. dalam Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 2. Th. I. Oktober 1996. Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UII. Maarif, A. Syafii. 1997. Quo Vadis Pendidikan Islam? Makalah pada Bedah Buku Pendidikan Islam dalam Peradaban Industrial, Muslih Usa dan Aden Wijdan SZ (Edit). Tanggal 18 Nopember 1997. Tilaar, H.A.R., 1991. Sistem Pendidikan Nasional yang Kondusif bagi Pembangunan Masyarakat Industri Modern Berdasarkan Pancasila. Jakarta: LIPI Wahab, Rohmat. 1997. Masalah Mutu Pendidikan dan Penanggungjawabnya. dalam Tantangan Pembangunan di Indonesia: Beberapa Pandangan Kontemporer dari dunia Kampus. Yogyakarta: UII Press. Jurnal “El-Harakah” Vol V, Universitas Islam Negeri Malang 18 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. iX TH.2012