Struktur Populasi Ikan Seribu - Universitas Kristen Satya Wacana

advertisement
Struktur Populasi Ikan Seribu (Poecillia reticulata) di Aliran Sungai Kalitaman Salatiga
(Guppy Fish Population Structure (Poecillia reticulata) in the Kalitaman River Salatiga)
Oleh
Betty Meilani Napitupulu
412008010
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Sains (Biologi) dari Program Studi Biologi, Fakultas Biologi
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
2016
Struktur Populasi Ikan Seribu (Poecillia reticulata) di Sungai Kalitaman Salatiga
(Guppy Fish Population Structure (Poecillia reticulata) in the Kalitaman River Salatiga)
Oleh
Betty Meilani Napitupulu
412008010
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Sains (Biologi) dari Program Studi Biologi, Fakultas Biologi
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
2016
i
Struktur Populasi Ikan Seribu (Poecillia reticulata) di Sungai Kalitaman Salatiga
(Guppy Fish Population Structure (Poecillia reticulata) in the Kalitaman River Salatiga)
Oleh
Betty Meilani Napitupulu
412008010
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Sains (Biologi) dari Program Studi Biologi, Fakultas Biologi
Disetujui Oleh
Pembimbing
Drs. Sucahyo. M.Sc
Mengesahkan
Kaprodi
Drs. Sucahyo. M.Sc
Dekan
Prof. Ferdy Samuel Rondonuwu, S.Pd, M.Sc, Ph.D
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
2016
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama
Nim
Program Studi
Fakultas
: Betty Meilani Napitupulu
: 412008010
: Biologi
: Biologi
Menyatakan sebenar – benarnya bahwa skripsi , Judul:
Struktur Populasi Ikan Seribu (Poecillia reticulata) di Sungai Kalitaman Salatiga
Yang dibimbing oleh:
1.
Drs. Sucahyo. M.Sc
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri, bebas dari peniruan terhadap karya dari orang lain. Kutipan pendapat
dan tulisan orang lain ditunjuk sesuai dengan cara-cara penulisan karya ilmiah yang
berlaku. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa dalam skripsi ini
terkandung ciri-ciri plagiat dan bentuk-bentuk peniruan lain yang dianggap melanggar
peraturan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut
Salatiga, September 2016
Betty Meilani N
Nim:412008010
iii
Pernyataan Persetujuan Akses
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Betty Meilani Napitupulu
NIM
: 412008010
Email : [email protected]
Fakultas
: Biologi
Program Studi : Biologi
Judul tugas akhir
: Struktur Populasi Ikan Seribu (Poecillia reticulata) di Sungai
Kalitaman
Salatiga
Dengan ini saya menyerahkan hak non-eksklusif* kepada Perpustakaan
Universitas Kristen Satya Wacana untuk menyimpan, mengatur akses serta melakukan
pengelolaan terhadap karya saya ini dengan mengacu pada ketentuan akses tugas akhir
elektronik, saya mengijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repositori
Perpustakaan Universitas, dan/atau portal GARUDA
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Salatiga, September 2016
Betty Meilani N
Nim:412008010
Mengetahui
Pembimbing
Drs. Sucahyo. M.Sc
iv
Abstrak
Sungai Kalitaman yang berada di Kota Salatiga adalah daerah perairan
yang
banyak menerima bahan buangan terutama dari industri tahu sehingga menimbulkan
masalah pencemaran air. Pemahaman mengenai struktur populasi ikan seribu (Poecilia
reticulata) dapat digunakan untuk mempelajari kualitas suatu perairan. Penelitian ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui struktur populasi ikan seribu yang terdapat
di perairan yang dijadikan sebagai tempat pembuangan industri tahu, dan perairan yang
bersih di sendang Kalitaman dan sendang Benoyo Salatiga. Pengambilan sampel ikan
dilakukan dengan cara purposive sampling di 4 (empat) titik lokasi di sepanjang sungai
Kalitaman dan sendang Benoyo. Parameter kondisi air yang diukur adalah oksigen terlarut
(DO), biological oxygen demand (BOD), pH dan suhu air. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kondisi air bedasarkan oksigen terlarut (DO), (Biological oxygen demand) BOD,
suhu, pH masih dalam batas toleransi untuk kehidupan ikan seribu. Ditinjau dari Berat
ikan (basah dan berat kering) dan panjang ikan, maka terlihat bahwa ikan di lokasi aliran
sungai Kalitaman yang merupakan perairan yang relatif kotor lebih kecil dibandingkan
ikan di lokasi sendang Benoyo dan sumber Kalitaman.
Kata Kunci: Ikan seribu (Poecilia reticulata), Struktur Populasi, Sungai Kalitaman,
Sendang Benoyo
v
Abstract
Kalitaman river in the city of Salatiga is an area waters that receiving many material
mainly waste industrial from tofu which generate water pollution problem. An
understanding of P. reticulate populations structure can be used to study the quality of
water. This research was conducted in order to determine populations structure P.
reticulate contained in waters that are used as landfill tofu industrial, and clean waters in
the Kalitaman river and Benoyo wellspring Salatiga. Intake of fish samples by purposive
sampling in 4 (four) point locations along the Kalitaman river and Benoyo wellspring.
Parameters measured water conditions are dissolved oxygen (DO), biological oxygen
demand (BOD), pH and water temperature. The results showed that the water conditions
based on dissolved oxygen conditions (DO), (Biological oxygen demand) BOD,
temperature, pH is still within the tolerance limit for Poecilia reticulata. Judging from the
weight of fish (wet and dry weight) and the length of the fish, it is seen that the fish in the
Kalitaman river location which is a relatively dirty waters, smaller than the fish in the
Benoyo wellspring and Kalitaman.
Key Word : Poecilia reticulata, Population Structure, Kalitaman River, Benoyo well
vi
1. Pendahuluan
Ikan seribu merupakan ikan yang dapat hidup di berbagai kondisi kualitas
perairan. Ikan ini dapat dijumpai pada perairan kotor maupun perairan yang relatif bersih.
Ikan hias air tawar ini memangsa larva nyamuk dan hidup berkoloni. Ikan guppy berasal
dari wilayah Amerika Tengah dan Selatan. Masuk ke Indonesia pada tahun 1920-an
sebagai ikan akuarium. Kemudian lepas ke alam bebas dan berkembang biak dengan
cepat. Ikan guppy bisa ditemukan di hampir seluruh perairan air tawar di Indonesia. Ikan
yang berkelamin jantan lebih memiliki sirip berwarna warni dan cenderung lebih indah
daripada ikan betinanya yang cenderung berwarna kusam.
Perairan sungai Kalitaman dan sendang Benoyo merupakan daerah di Kecamatan
Sidorejo tepatnya di kota Salatiga. Kota Salatiga adalah sebuah kota di Provinsi Jawa
Tengah. Salatiga terdiri atas 4 kecamatan, yakni Argomulyo, Tingkir, Sidomukti, dan
Sidorejo. Kota ini berada di lereng timur Gunung Merbabu, sehingga membuat kota ini
berudara cukup sejuk.
Penelitian tentang struktur populasi ikan Guppy di sungai Kalitaman dan Benoyo
dilakukan pada bulan Desember – Januari 2015. Terdapat 4 titik lokasi pengambilan
sampel disepanjang sungai Kalitaman dan sendang Benoyo. Pada lokasi tersebut
dilakukan pengambilan sampel ikan secara acak, yang kemudian diukur berdasarkan berat
dan panjang tubuh ikan.
Selain dari limbah rumah tangga dan pertokoan disekitarnya , disepanjang
perairan sungai Kalitaman juga banyak berdiri pabrik – pabrik tahu dan kedelai baik
didirikan oleh UKM, maupun pribadi. Sedikitnya terdapat 15 usaha produksi pengolahan
tempe dan tahu yang membuang limbahnya ke aliran sungai Kalitaman. Apabila suatu
limbah yang berupa bahan pencemar masuk ke suatu lokasi maka akan terjadi perubahan
padanya. Perubahan dapat terjadi pada organisme yang hidup di lokasi itu berserta
lingkungannya yang berupa faktor Fisika dan Kimianya (ekosistim) (Suin, 1994). Salah satu
perubahan yang terjadi karena pembuangan limbah ke badan perairan dapat
1
menyebabkan berkurangnya kadar oksigen terlarut (Lembaga ekologi Unpad, 1978).
Oksigen penting untuk pernafasan, yang merupakan komponen utama untuk
metabolisma ikan dan organisme lain (Mason, 1980).
Parameter BOD, secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat
pencemaran air buangan. Penentuan BOD sangat penting untuk menelusuri aliran
pencemaran dari tingkat hulu ke muara. Sesungguhnya penentuan BOD merupakan suatu
prosedur bioassay yang menyangkut pengukuran banyaknya oksigen yang digunakan oleh
organisme selama organisme tersebut menguraikan bahan organik yang ada dalam suatu
perairan, pada kondisi yang harnpir sama dengan kondisi yang ada di alam. Menurut
Wirosardjono (1974) suatu perairan yang tingkat pencemarannya rendah dan bisa
dikategorikan sebagai perairan yang baik, maka kadar oksigen terlarutnya (DO) > 5 mg/l
dan kadar oksigen biokimianya (Biological Oxigen Demand) berkisar 0 - 10 mg/l.
Studi mengenai struktur populasi P. reticulate dapat digunakan untuk
mempelajari adanya pencemaran air. Sendang Benoyo dan sumber Kalitaman
merepresentasikan perairan yang bersih, sedangkan sungai Kalitaman yang dialiri limbah
industri pengolahan tahu dan tempe merepresentasikan keadaan perairan yang tercemar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur populasi Ikan seribu
P.
reticulata di perairan kotor (menerima buangan limbah pabrik tahu) dan di sendang
Benoyo dan sendang Kalitaman.
2
2. Bahan dan Metode
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan dari Bulan November 2015 sampai Januari 2016. Sampel
diambil di daerah peraiaran Kalitaman dan sendang Benoyo, dan dianalisis di
Laboratorium Ekologi Fakultas Biologi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
2.2 Lokasi Pengambilan Sampel
Contoh ikan seribu P. reticulata dan air diambil di sepanjang sungai Kalitaman
Salatiga dan sendang Benoyo, Salatiga yang memiliki panjang sungai 2 km. Analisis BOD,
pH, dan ukuran ikan serta berat ikan dilakukan di Laboratorium Ekologi Fakultas Biologi,
Universitas Kristen Satya Wacana. Pengambilan sampel di mata air sendang Benoyo
dilakukan sebagai pembanding (7° 19' 35.6305" LS dan 110° 30' 34.4423" BT).
Pengambilan sampel pada sendang Kalitaman (7° 19' 15.1502" LS dan 110° 30' 31.9428"
BT). Pengambilan sampel pada sungai Kalitaman A yaitu aliran sungai yang lebih banyak
dialiri pembuangan limbah industri pabrik tahu (7° 19' 24.6673" LS dan 110° 30' 26.9553"
BT) serta sungai Kalitaman B yaitu aliran sungai yang lebih sedikit dialiri pembuangan
limbah industri pabrik tahu (7° 19' 09.0612" LS dan 110° 30' 15.1863" BT).
Gambar 1. Peta Pengambilan Sampel Ikan Seribu di Sendang Benoyo dan Sungai
Kalitaman
3
Keterangan:
1.
2.
3.
4.
Sendang Benoyo
Sumber Kalitaman
Kalitaman A
Kalitaman B B
(7° 19' 35.6305" LS dan 110° 30' 34.4423" BT)
(7° 19' 15.1502" LS dan 110° 30' 31.9428" BT)
(7° 19' 24.6673" LS dan 110° 30' 26.9553" BT)
(7° 19' 09.0612" LS dan 110° 30' 15.1863" BT)
2.3 Pengambilan Contoh Ikan
Contoh ikan diambil dengan mengunakan jaring (∅ = 1 mm) di sepanjang sungai
dan telah dibagi menjadi 4 stasiun. Pada setiap stasiun, ikan seribu diambil secara
purposive mengingat karakter populasi yang cenderung bergerombol di tempat tertentu.
Jumlah ikan terambil kemudian dianalisis di Laboratorium Ekologi Fakultas Biologi,
Universitas Kristen Satya Wacana.
2.4 Pengukuran Parameter dan berat ikan seribu
a. Pengukuran Panjang Ikan Seribu
Pengukuran panjang ikan seribu dilakukan 2 perlakuan yaitu pengukuran
panjang total tubuh ikan seribu dan pengukuran panjang standar tubuh ikan
seribu. Ikan seribu atau sampel diambil satu per satu ekor, kemudian ditaruh di
kertas dan diukur panjang ikan menggunakan mistar. Panjang total diukur mulai
dari bagian terdepan moncong / bibir hingga ujung ekor ikan. Panjang standar
diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir hingga pertengahan pangkal
sirip ekor ikan.
b. Penentuan Berat Ikan Seribu
Berat ikan merupakan salah satu informasi untuk mengetahui pola
pertumbuhan ikan. Pengukuran berat ikan seribu dilakukan 2 perlakuan yaitu
mengukur berat basah ikan seribu dan mengukur berat kering ikan seribu.
Pengukuran berat basah ikan seribu dilakukan dengan cara memisahkan
ikan seribu satu persatu ke kertas, kemudian diletakkan di atas cawan petri dan
ditimbang dengan timbangan digital.
4
Pengukuran berat kering ikan seribu dilakukan dengan cara ikan seribu diletakkan
ke dalam cawan porselin dan dioven selama 2 jam dengan suhu 105oC, setelah itu ikan
seribu diletakkan di atas cawan petri dan ditimbang menggunakan timbangan digital.
2.5 Pengambilan Contoh Air
Contoh air diambil di lokasi dimana ikan seribu diperoleh, dengan menggunakan
botol kemasan air minum 1,5 liter yang bersih dan kemudian dianalisis di Laboratorium
Ekologi Fakultas Biologi, Universitas Satya Wacana.
2.6 Pengukuran Parameter Fisik dan kimia
a. Suhu
Pengukuran suhu dilakukan secara langsung ditiap stasiun menggunakan alat
pengukur suhu yang disebut thermometer. Pada titik stasiun pengukuran yang
ditentukan, pangkal thermometer diikat dan dicelupkan ke dalam permukaan air selama
beberapa menit. Kemudian hasil pengukuran thermometer tersebut dicatat setelah
didapatkan angka yang konstan.
b. Oksigen Terlarut (DO / dissolved oxygen)
Prosedur pengukuran
DO (dissolved oxygen) dengan metode Winkler
(Salmin 2005). Pada prinsipnya menggunakan titrasi iodometri, sampel yang akan
dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan MnCl2 dan NaOH – KI, sehingga akan
terjadi endapan MnO2. Dengan menambahkan H2SO4 atan HCl maka endapan yang
terjadi akan larut kembali dan juga akan membebaskan molekul iodium (I2) yang
ekivalen dengan oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi
dengan larutan standar natrium tiosulfat (Na2S2O3) dan menggunakan indikator
larutan amilum. Kemudian dihitung kadar DO yang ada.
5
Perhitungan:
DO mg/L = V * M * 8 * (1000/ (VS-2))
Keterangan
V= Volume Na2S2O3 yang digunakan
M= Molaritas Na2S2O3
Vs= Volume sampel
c. BOD (Biochemical Oxygen Demand)
Pengukuran BOD diperlukan untuk mengetahui air tercemar atau tidak
tercemar akibat air buangan penduduk atau industri. Prosedur pengukuran nilai
BOD menggunakan metode Winkler (Salmin, 2005).
Penetapan BOD yang
dilakukan dengan cara mengukur kadar oksigen terlarut dalam sampel yang
disimpan dalam botol tertutup rapat, diinkubasi selama 5 hari pada temperatur
kamar, dalam metode Winkler digunakan larutan pengencer MgSO4, FeCl3, CaCl2
dan buffer fosfat. Kemudian dilanjutkan dengan metode Alkali iodida azida yaitu
dengan cara titrasi, dalam penetapan kadar oksigen terlarut digunakan pereaksi
MnSO4, H2SO4, dan alkali iodida azida. Sampel dititrasi dengan natrium thiosulfat
memakai indikator amilum. Kemudian dihitung kadar BOD yang ada.
Perhitungan:
DO mg/L =
Keterangan :
DO0= Oksigen terlarut 0 hari
DO5= Oksigen terlarut 5 hari
Be O2= 8
P = Pengenceran
6
d. pH
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter (Ecoscan).
Cara mengukur pH air sungai dengan menggunakan pH meter yaitu dengan
mengkalibrasikan pH meter dengan larutan buffer sampai pH 4, setelah itu
elektroda dibersihkan, lalu dilakukan pengukuran pH pada titik air sungai sampel
kemudian dilakukan pencatatan pH yang telah terukur lalu pH meter diangkat
dan dibilas dengan aquades.
2.7 Analisis data
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis diskriptif yang bertujuan
untuk mendeskripsikan atau menggambarkan data dari hasil yang didapat dari hasil
penelitian sehingga dapat dilihat struktur populasi ikan seribu ditiap stasiun pengambilan
sampel. Program yang digunakan adalah Microsoft Excel 2010.
7
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 . Faktor Fisik dan kimia di lokasi pengambilan sampel
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan mengamati beberapa parameter,
baik parameter fisik dan kimia sungai maupun pengukuran biologis ikan didapatkan hasil
yang beragam. Pengukuran parameter fisik sungai yang dilakukan meliputi pH, suhu, DO0,
dan BOD5, hasil yang diperoleh dapat dilihat pada table 1.berikut:
Tabel 1. Nilai Parameter Fisik dan Kimia pada Lokasi Peneltian
Lokasi
Parameter
pH
Suhu (C)
DO (mg/l)
BOD5
Sendang Benoyo
7.01
25.5
13
3.2
Sumber Kalitaman
7.03
25.1
13.8
3.6
Kalitaman A
7.65
25.5
12.8
12.4
Kalitaman B
7.59
25
12
11.8
Berdasarkan pengukuran pH yang dilakukan pada ke empat stasiun pengambilan
sampel diketahui bahwa, pH antar tempat tidak berbeda jauh yaitu berkisar antara 7.01 –
7.65. pH yang diperoleh masih dalam kisaran 7 atau dikategorikan sebagai pH netral. Pada
perairan pH 7 atau netral merupakan pH yang aman bagi kehidupan organisme di dalam
air, dan baik untuk perkembangan organisme air yang membutuhkan pH netral. Rentang
pH antara 7.01 – 7.65 juga dinyatakan aman mengenai pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air (Herlambang, 2006). Meskipun hasil menunjukkan tidak
ada beda jauh namun dapat diketahui bahwa pH tertinggi terdapat pada Kalitaman A dan
Kalitaman B. Hal ini diduga disebabkan karena adanya limbah sabun dan limbah produksi
tahu (yang sifatnya alkali/basa) masuk ke dalam perairan dan mengakibatkan perairan
menjadi sedikit basa (Soewandita dan Sudiana, 2010).
8
Ikan Guppy dapat hidup di perairan dangkal, sungai dan danau. Pada umumnya
ikan Guppy dapat hidup dan berkembang biak dengan suhu lingkungan berkisar antara
25,6 oC – 33,4 oC (Nair, 1983). Hasil pengukuran suhu juga menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang besar antara ke empat stasiun. Suhu pada ke empat stasiun berkisar
antara 25 – 25.5 0C. Suhu air sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
pada ikan. Pada ikan P. reticulata suhu optimum bagi pertumbuhan dan perkembangan
yaitu 22 – 30 0C. Sehingga suhu pada ke empat stasiun pengambilan sampel masih dalam
rentang suhu optimum bagi P. reticulata. Suhu perairan sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan ikan dikarenakan suhu mempengaruhi nafsu makan
pada ikan. Pada suhu optimum nafsu makan ikan akan tinggi sedangkan di atas suhu
optimum biasanya iakan akan mengalami penurunan nafsu makan (Zooneveld, 1991).
Suhu pada perairan dipengaruhi oleh suhu lingkungan (suhu udara), tanaman atau biota
peneduh di tepi perairan, perubahan pola arus dan cuaca (Sowandita dan Sudiana, 2010).
Pada pengukuran DO hasil menunjukkan tidak ada perbedaan yang besar. Pada
sendang Benoyo 13 mg/l dan sumber Kalitaman 13.8 mg/l, sedangkan pada Kalitaman A
12.8 mg/l dan Kalitaman B 12 mg/l. Hasil yang berbeda ditunjukkan pada pengukuran DO,
dimana terdapat perbedaan yang cukup besar antara DO Sendang Benoyo, Sumber
Kalitaman, dengan Kalitaman A dan B. Menurut Effendi (2003) organisme air akan mati
jika DO di dalam air kurang dari 2 mg/l. Kandungan DO 2 mg/l sekaligus menjadi kadar
minimum dalam keadaan normal dan tidak tercemar senyawa toksik. Kandungan oksigen
minimum sudah cukup untuk mendukung kehidupan organisme air (Swingle, 1968).
Semua stasiun menunjukkan DO di atas 2 mg/l. Keberadaan oksigen dalam perairan dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, suhu lingkungan, arus air, cuaca serta hal – hal
lain yang dapat mempengaruhi tingkat difusi oksigen ke air (Herlambang, 2006).
Berdasarkan hasil pengukuran BOD5 pada ke empat stasiun menunjukkan
perbedaan yang cukup besar yakni pada sendang Benoyo dan sumber Kalitaman 3.2 mg/l
dan 3.6 mg/l, sedangkan pada Kalitaman A dan Kalitaman B lebih tinggi yaitu, 12.8 mg/l
dan 11.8 mg/l. Nilai BOD menunjukkan jumlah kadar oksigen yang dibutuhkan oleh
9
organisme untuk memecah bahan organik Senyawa organik pada perairan akan dipecah
oleh organisme pengurai. Terjadinya proses penguraian sangat bergantung terhadap ada
tidaknya oksigen yang terlarut dalam air (Duffus, 1980). Kandungan BOD yang tinggi
menunjukkan kandungan organik yang tinggi pula. Kandungan organik yang tinggi dalam
perairan berpotensi mempengaruhi proses metabolisme dalam tubuh ikan (Duffus, 1980).
3.2 Panjang Total, Panjang Standar, Berat Basah dan Berat kering Ikan Seribu Sendang
Benoyo dan Sungai Kalitaman
Dari hasil pengukuran panjang total, panjang standar, berat basah dan berat ikan
dapat diketahui ukuran ikan lebih besar di perairan yang lebih bersih dibandingkan
perairan yang kotor (lihat grafik 1 dan 2).
a)
Grafik 1. Panjang Total dan Panjang Standar P. reticulata
10
b)
Grafik 2. Berat Basah dan Berat Kering P. reticulata
Berdasarkan pengukuran panjang ikan di semua stasiun pengambilan sampel
diketahui bahwa panjang total P. reticulata berkisar antara 13.0 – 20.2 mm, sedangkan
panjang standarnya berkisar antara 10.26 – 15.42 mm. Hasil pengukuran berat basah P.
reticulata adalah 0.04 – 0.14 gram, sedangkan berat keringnya adalah 0.30 – 0.10 gram.
Dari pengukuran panjang dan berat dapat dilihat bahwa P. reticulata pada Sendang
Benoyo dan Sumber Kalitaman terlihat lebih besar – besar dibanding dengan Kalitaman A
dan B yang bisa digolongkan ke dalam sungai kotor dengan kandungan organik tinggi.
Perbedaan ukuran tersebut berkaitan dengan strategi alokasi energi. Ketika lingkungan
cenderung tidak stabil, P. reticulata mengalokasikan energinya untuk mempertahankan
kehidupan. Respon Biologi yang dilakukan oleh P. reticulata pada perairan yang
kotor/tercemar adalah dengan memperlama waktu reproduksi dan memperbanyak
jumlah anakan atau juvenil untuk menyeimbangkan struktur populasi (Menezes dan
Caramaschi, 1994). Sehingga alokasi energi yang seharusnya digunakan untuk
pertumbuhan digunakan untuk reproduksi. Persamaan pola distribusi seperti itu juga
dilaporkan oleh Araujo dkk (2001), dengan P. reticulata juvenile yang lebih banyak
11
jumlahnya dibandingkan dengan P. reticulata dewasa pada Z2 sungai Paraiba do Sul Brazil
yang berada pada kompleks industri yang memiliki kandungan organik tinggi dan polutan
lain dari effluent pabrik. Sedangkan pada perairan bersih energi yang dikeluarkan untuk
beradaptasi dengan lingkungan cenderung lebih sedikit sehingga sebagian besar energi
dialokasikan untuk pertumbuhan.
12
5. Kesimpulan
Kondisi lingkungan perairan sangat berpengaruh terhadap ukuran P. reticulata.
Pada Sendang Benoyo dan Sumber Kalitaman yang airnya bersih dengan nilai BOD lebih
rendah ukuran P. reticulata cenderung lebih besar (ditinjau dari berat dan panjang ikan)
dibandingkan dengan Kalitaman A dan B yang airnya cenderung kotor dengan nilai BOD
tinggi. Hal ini berkaitan dengan alokasi energi yang digunakan oleh P. reticulata pada
perairan bersih dan perairan kotor/ tercemar berbeda. Pada perairan bersih alokasi
energi digunakan untuk pertumbuhan sedangkan pada perairan kotor/ tercemar alokasi
energi digunakan untuk bertahan hidup dan reproduksi
13
Ucapan Terima Kasih
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena besar kasih dan karunia-Nya
kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan naskah skripsi.
Naskah skripsi ini dibuat untuk memenuhi sebagian syarat guna memperoleh gelar
sarjana sains di Fakultas Biologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Dengan
selesainya penyusunan naskah ini , tak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Drs. Sucahyo. M.Sc selaku pembimbing yang telah banyak membantu dan
memberikan bimbingan, semangat, pengarahan serta nasihat – nasihat dalam
pelaksanaan penelitian hingga penulisan naskah skripsi ini.
2. Mas Supri, selaku laboran yang selalu melayani dan telah banyak membantu
dalam pelaksanaan penelitian.
3. Bayu yang ikut membantu dan memberikan semangat dan dukungan selama
proses pelaksanaan penelitian skripsi ini.
4. Bernard Napitupulu, Ratna Megawati Silitonga, orang tuaku yang telah
mendidikku dengan penuh kasih. Adikku Krisna Deni Yolanda Napitupulu,
Ruth Novitasari Napitupulu dan David Halomoan Napitupulu yang telah
banyak membantu dan memberikan semangat serta penghiburan selama
penelitian hingga penulisan skripsi ini.
Dalam rangka penulisan naskah skripsi ini, penulis telah berusaha semaksimal
mungkin untuk mencapai hasil sebaik – baiknya. Dengan penuh harapan, semoga naskah
skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan penyusun khususnya.
Salatiga, September 2016
Penulis
14
Daftar Pustaka
Araujo, F. G., Peixoto, M. G., Pinto, B. C. T., Teixeira, T. P. 2001. Distribution of guppies
Poecilia reticulate (Peters, 1860) and Phalloceros caudimaculatus (Hensel,
1868) along a polluted stretch of the Paraiba do Sul River, Brazil. Braz J.Biol,
69 (1): 41 – 48, 2009.
Duffus, H. J. 1980. Environment Toxicologi. Department of brewing and Biological Science.
Hariot-Watt. University Edinbueg.
Herlambang, A. 2006. Pencemaran Air dan Penanggulangannya. Jurnal akuatik Indonesia
Vol 2 No 1.
Menezes, M. S., Caramaschi, E.P. 1994. Caracteristicus reproductivas de Hypostomus
grupo H. punctatos no rio Ubatiba, Marica. Braz J.Biol, 54(3): 503 – 513.
Patty, S.I. 2013. Distribusi Suhu, Salinitas Dan Oksigen Terlarut Di Perairan Kema, Sulawesi
Utara. Jurnal ilmiah platax vol. 1:(3), Mei 2013 ISSN: 2302-3589
Rahmadi. D.K. 2009. Permukiman Bantaran Sungai : Pendekatan Penataan Kawasan Tepi
Air. Buletin edisi September -Oktober 2009.
Ramdhani, N. S., Rizki. P., Kiki P. U. 2013. Analisis Sebaran Oksigen Terlarut Saluran
Sungai
Jawi
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=111688&val=2309.)
diakses pada Bulan Februari 2016
Soewandita, H dan N Sudiana. 2010. Studi dinamika kualitas air DAS Ciliwung. Jurnal
akuatik Indonesia Vol 6 No 1 2010.
Salmin.2005. Oksigen Terlarut (Do) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (Bod) Sebagai Salah
Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Jurnal Oseana, Volume
XXX, Nomor 3, 2005:21–26.
Suin, N. 1994. Metoda Ekologi. Jakarta: Erlangga.
Swingle, H. S. 1968. Standardization of Chemichal Analysis for Water and Pond Muds.
F.A.O. Fish , Rep. 44, 4, 379, - 406 pp.
WIROSARJONO, S. 1974. Masalah-masalah yang dihadapi dalam penyusunan kriteria
kualitas air guna berbagai peruntukan. PPMKL-DKI Jaya, Seminar Pengelolaan
Sumber Daya Air. , eds. Lembaga Ekologi UNPAD. Bandung, 27 - 29 Maret 1974,
hal 9 - 15
Zooneveld, E. E Huisman, J Boon. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
15
Download