Struktur Populasi Ikan Seribu (Poecillia reticulata) di Aliran Sungai Kalitaman Salatiga (Guppy Fish Population Structure (Poecillia reticulata) in the Kalitaman River Salatiga) Oleh Betty Meilani Napitupulu 412008010 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (Biologi) dari Program Studi Biologi, Fakultas Biologi PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA 2016 Struktur Populasi Ikan Seribu (Poecillia reticulata) di Sungai Kalitaman Salatiga (Guppy Fish Population Structure (Poecillia reticulata) in the Kalitaman River Salatiga) Oleh Betty Meilani Napitupulu 412008010 TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (Biologi) dari Program Studi Biologi, Fakultas Biologi PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA 2016 i Struktur Populasi Ikan Seribu (Poecillia reticulata) di Sungai Kalitaman Salatiga (Guppy Fish Population Structure (Poecillia reticulata) in the Kalitaman River Salatiga) Oleh Betty Meilani Napitupulu 412008010 TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (Biologi) dari Program Studi Biologi, Fakultas Biologi Disetujui Oleh Pembimbing Drs. Sucahyo. M.Sc Mengesahkan Kaprodi Drs. Sucahyo. M.Sc Dekan Prof. Ferdy Samuel Rondonuwu, S.Pd, M.Sc, Ph.D PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA 2016 ii PERNYATAAN KEASLIAN Yang bertandatangan di bawah ini: Nama Nim Program Studi Fakultas : Betty Meilani Napitupulu : 412008010 : Biologi : Biologi Menyatakan sebenar – benarnya bahwa skripsi , Judul: Struktur Populasi Ikan Seribu (Poecillia reticulata) di Sungai Kalitaman Salatiga Yang dibimbing oleh: 1. Drs. Sucahyo. M.Sc Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bebas dari peniruan terhadap karya dari orang lain. Kutipan pendapat dan tulisan orang lain ditunjuk sesuai dengan cara-cara penulisan karya ilmiah yang berlaku. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa dalam skripsi ini terkandung ciri-ciri plagiat dan bentuk-bentuk peniruan lain yang dianggap melanggar peraturan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut Salatiga, September 2016 Betty Meilani N Nim:412008010 iii Pernyataan Persetujuan Akses Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Betty Meilani Napitupulu NIM : 412008010 Email : [email protected] Fakultas : Biologi Program Studi : Biologi Judul tugas akhir : Struktur Populasi Ikan Seribu (Poecillia reticulata) di Sungai Kalitaman Salatiga Dengan ini saya menyerahkan hak non-eksklusif* kepada Perpustakaan Universitas Kristen Satya Wacana untuk menyimpan, mengatur akses serta melakukan pengelolaan terhadap karya saya ini dengan mengacu pada ketentuan akses tugas akhir elektronik, saya mengijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repositori Perpustakaan Universitas, dan/atau portal GARUDA Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Salatiga, September 2016 Betty Meilani N Nim:412008010 Mengetahui Pembimbing Drs. Sucahyo. M.Sc iv Abstrak Sungai Kalitaman yang berada di Kota Salatiga adalah daerah perairan yang banyak menerima bahan buangan terutama dari industri tahu sehingga menimbulkan masalah pencemaran air. Pemahaman mengenai struktur populasi ikan seribu (Poecilia reticulata) dapat digunakan untuk mempelajari kualitas suatu perairan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui struktur populasi ikan seribu yang terdapat di perairan yang dijadikan sebagai tempat pembuangan industri tahu, dan perairan yang bersih di sendang Kalitaman dan sendang Benoyo Salatiga. Pengambilan sampel ikan dilakukan dengan cara purposive sampling di 4 (empat) titik lokasi di sepanjang sungai Kalitaman dan sendang Benoyo. Parameter kondisi air yang diukur adalah oksigen terlarut (DO), biological oxygen demand (BOD), pH dan suhu air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi air bedasarkan oksigen terlarut (DO), (Biological oxygen demand) BOD, suhu, pH masih dalam batas toleransi untuk kehidupan ikan seribu. Ditinjau dari Berat ikan (basah dan berat kering) dan panjang ikan, maka terlihat bahwa ikan di lokasi aliran sungai Kalitaman yang merupakan perairan yang relatif kotor lebih kecil dibandingkan ikan di lokasi sendang Benoyo dan sumber Kalitaman. Kata Kunci: Ikan seribu (Poecilia reticulata), Struktur Populasi, Sungai Kalitaman, Sendang Benoyo v Abstract Kalitaman river in the city of Salatiga is an area waters that receiving many material mainly waste industrial from tofu which generate water pollution problem. An understanding of P. reticulate populations structure can be used to study the quality of water. This research was conducted in order to determine populations structure P. reticulate contained in waters that are used as landfill tofu industrial, and clean waters in the Kalitaman river and Benoyo wellspring Salatiga. Intake of fish samples by purposive sampling in 4 (four) point locations along the Kalitaman river and Benoyo wellspring. Parameters measured water conditions are dissolved oxygen (DO), biological oxygen demand (BOD), pH and water temperature. The results showed that the water conditions based on dissolved oxygen conditions (DO), (Biological oxygen demand) BOD, temperature, pH is still within the tolerance limit for Poecilia reticulata. Judging from the weight of fish (wet and dry weight) and the length of the fish, it is seen that the fish in the Kalitaman river location which is a relatively dirty waters, smaller than the fish in the Benoyo wellspring and Kalitaman. Key Word : Poecilia reticulata, Population Structure, Kalitaman River, Benoyo well vi 1. Pendahuluan Ikan seribu merupakan ikan yang dapat hidup di berbagai kondisi kualitas perairan. Ikan ini dapat dijumpai pada perairan kotor maupun perairan yang relatif bersih. Ikan hias air tawar ini memangsa larva nyamuk dan hidup berkoloni. Ikan guppy berasal dari wilayah Amerika Tengah dan Selatan. Masuk ke Indonesia pada tahun 1920-an sebagai ikan akuarium. Kemudian lepas ke alam bebas dan berkembang biak dengan cepat. Ikan guppy bisa ditemukan di hampir seluruh perairan air tawar di Indonesia. Ikan yang berkelamin jantan lebih memiliki sirip berwarna warni dan cenderung lebih indah daripada ikan betinanya yang cenderung berwarna kusam. Perairan sungai Kalitaman dan sendang Benoyo merupakan daerah di Kecamatan Sidorejo tepatnya di kota Salatiga. Kota Salatiga adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Tengah. Salatiga terdiri atas 4 kecamatan, yakni Argomulyo, Tingkir, Sidomukti, dan Sidorejo. Kota ini berada di lereng timur Gunung Merbabu, sehingga membuat kota ini berudara cukup sejuk. Penelitian tentang struktur populasi ikan Guppy di sungai Kalitaman dan Benoyo dilakukan pada bulan Desember – Januari 2015. Terdapat 4 titik lokasi pengambilan sampel disepanjang sungai Kalitaman dan sendang Benoyo. Pada lokasi tersebut dilakukan pengambilan sampel ikan secara acak, yang kemudian diukur berdasarkan berat dan panjang tubuh ikan. Selain dari limbah rumah tangga dan pertokoan disekitarnya , disepanjang perairan sungai Kalitaman juga banyak berdiri pabrik – pabrik tahu dan kedelai baik didirikan oleh UKM, maupun pribadi. Sedikitnya terdapat 15 usaha produksi pengolahan tempe dan tahu yang membuang limbahnya ke aliran sungai Kalitaman. Apabila suatu limbah yang berupa bahan pencemar masuk ke suatu lokasi maka akan terjadi perubahan padanya. Perubahan dapat terjadi pada organisme yang hidup di lokasi itu berserta lingkungannya yang berupa faktor Fisika dan Kimianya (ekosistim) (Suin, 1994). Salah satu perubahan yang terjadi karena pembuangan limbah ke badan perairan dapat 1 menyebabkan berkurangnya kadar oksigen terlarut (Lembaga ekologi Unpad, 1978). Oksigen penting untuk pernafasan, yang merupakan komponen utama untuk metabolisma ikan dan organisme lain (Mason, 1980). Parameter BOD, secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran air buangan. Penentuan BOD sangat penting untuk menelusuri aliran pencemaran dari tingkat hulu ke muara. Sesungguhnya penentuan BOD merupakan suatu prosedur bioassay yang menyangkut pengukuran banyaknya oksigen yang digunakan oleh organisme selama organisme tersebut menguraikan bahan organik yang ada dalam suatu perairan, pada kondisi yang harnpir sama dengan kondisi yang ada di alam. Menurut Wirosardjono (1974) suatu perairan yang tingkat pencemarannya rendah dan bisa dikategorikan sebagai perairan yang baik, maka kadar oksigen terlarutnya (DO) > 5 mg/l dan kadar oksigen biokimianya (Biological Oxigen Demand) berkisar 0 - 10 mg/l. Studi mengenai struktur populasi P. reticulate dapat digunakan untuk mempelajari adanya pencemaran air. Sendang Benoyo dan sumber Kalitaman merepresentasikan perairan yang bersih, sedangkan sungai Kalitaman yang dialiri limbah industri pengolahan tahu dan tempe merepresentasikan keadaan perairan yang tercemar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur populasi Ikan seribu P. reticulata di perairan kotor (menerima buangan limbah pabrik tahu) dan di sendang Benoyo dan sendang Kalitaman. 2 2. Bahan dan Metode 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari Bulan November 2015 sampai Januari 2016. Sampel diambil di daerah peraiaran Kalitaman dan sendang Benoyo, dan dianalisis di Laboratorium Ekologi Fakultas Biologi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. 2.2 Lokasi Pengambilan Sampel Contoh ikan seribu P. reticulata dan air diambil di sepanjang sungai Kalitaman Salatiga dan sendang Benoyo, Salatiga yang memiliki panjang sungai 2 km. Analisis BOD, pH, dan ukuran ikan serta berat ikan dilakukan di Laboratorium Ekologi Fakultas Biologi, Universitas Kristen Satya Wacana. Pengambilan sampel di mata air sendang Benoyo dilakukan sebagai pembanding (7° 19' 35.6305" LS dan 110° 30' 34.4423" BT). Pengambilan sampel pada sendang Kalitaman (7° 19' 15.1502" LS dan 110° 30' 31.9428" BT). Pengambilan sampel pada sungai Kalitaman A yaitu aliran sungai yang lebih banyak dialiri pembuangan limbah industri pabrik tahu (7° 19' 24.6673" LS dan 110° 30' 26.9553" BT) serta sungai Kalitaman B yaitu aliran sungai yang lebih sedikit dialiri pembuangan limbah industri pabrik tahu (7° 19' 09.0612" LS dan 110° 30' 15.1863" BT). Gambar 1. Peta Pengambilan Sampel Ikan Seribu di Sendang Benoyo dan Sungai Kalitaman 3 Keterangan: 1. 2. 3. 4. Sendang Benoyo Sumber Kalitaman Kalitaman A Kalitaman B B (7° 19' 35.6305" LS dan 110° 30' 34.4423" BT) (7° 19' 15.1502" LS dan 110° 30' 31.9428" BT) (7° 19' 24.6673" LS dan 110° 30' 26.9553" BT) (7° 19' 09.0612" LS dan 110° 30' 15.1863" BT) 2.3 Pengambilan Contoh Ikan Contoh ikan diambil dengan mengunakan jaring (∅ = 1 mm) di sepanjang sungai dan telah dibagi menjadi 4 stasiun. Pada setiap stasiun, ikan seribu diambil secara purposive mengingat karakter populasi yang cenderung bergerombol di tempat tertentu. Jumlah ikan terambil kemudian dianalisis di Laboratorium Ekologi Fakultas Biologi, Universitas Kristen Satya Wacana. 2.4 Pengukuran Parameter dan berat ikan seribu a. Pengukuran Panjang Ikan Seribu Pengukuran panjang ikan seribu dilakukan 2 perlakuan yaitu pengukuran panjang total tubuh ikan seribu dan pengukuran panjang standar tubuh ikan seribu. Ikan seribu atau sampel diambil satu per satu ekor, kemudian ditaruh di kertas dan diukur panjang ikan menggunakan mistar. Panjang total diukur mulai dari bagian terdepan moncong / bibir hingga ujung ekor ikan. Panjang standar diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir hingga pertengahan pangkal sirip ekor ikan. b. Penentuan Berat Ikan Seribu Berat ikan merupakan salah satu informasi untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan. Pengukuran berat ikan seribu dilakukan 2 perlakuan yaitu mengukur berat basah ikan seribu dan mengukur berat kering ikan seribu. Pengukuran berat basah ikan seribu dilakukan dengan cara memisahkan ikan seribu satu persatu ke kertas, kemudian diletakkan di atas cawan petri dan ditimbang dengan timbangan digital. 4 Pengukuran berat kering ikan seribu dilakukan dengan cara ikan seribu diletakkan ke dalam cawan porselin dan dioven selama 2 jam dengan suhu 105oC, setelah itu ikan seribu diletakkan di atas cawan petri dan ditimbang menggunakan timbangan digital. 2.5 Pengambilan Contoh Air Contoh air diambil di lokasi dimana ikan seribu diperoleh, dengan menggunakan botol kemasan air minum 1,5 liter yang bersih dan kemudian dianalisis di Laboratorium Ekologi Fakultas Biologi, Universitas Satya Wacana. 2.6 Pengukuran Parameter Fisik dan kimia a. Suhu Pengukuran suhu dilakukan secara langsung ditiap stasiun menggunakan alat pengukur suhu yang disebut thermometer. Pada titik stasiun pengukuran yang ditentukan, pangkal thermometer diikat dan dicelupkan ke dalam permukaan air selama beberapa menit. Kemudian hasil pengukuran thermometer tersebut dicatat setelah didapatkan angka yang konstan. b. Oksigen Terlarut (DO / dissolved oxygen) Prosedur pengukuran DO (dissolved oxygen) dengan metode Winkler (Salmin 2005). Pada prinsipnya menggunakan titrasi iodometri, sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan MnCl2 dan NaOH – KI, sehingga akan terjadi endapan MnO2. Dengan menambahkan H2SO4 atan HCl maka endapan yang terjadi akan larut kembali dan juga akan membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat (Na2S2O3) dan menggunakan indikator larutan amilum. Kemudian dihitung kadar DO yang ada. 5 Perhitungan: DO mg/L = V * M * 8 * (1000/ (VS-2)) Keterangan V= Volume Na2S2O3 yang digunakan M= Molaritas Na2S2O3 Vs= Volume sampel c. BOD (Biochemical Oxygen Demand) Pengukuran BOD diperlukan untuk mengetahui air tercemar atau tidak tercemar akibat air buangan penduduk atau industri. Prosedur pengukuran nilai BOD menggunakan metode Winkler (Salmin, 2005). Penetapan BOD yang dilakukan dengan cara mengukur kadar oksigen terlarut dalam sampel yang disimpan dalam botol tertutup rapat, diinkubasi selama 5 hari pada temperatur kamar, dalam metode Winkler digunakan larutan pengencer MgSO4, FeCl3, CaCl2 dan buffer fosfat. Kemudian dilanjutkan dengan metode Alkali iodida azida yaitu dengan cara titrasi, dalam penetapan kadar oksigen terlarut digunakan pereaksi MnSO4, H2SO4, dan alkali iodida azida. Sampel dititrasi dengan natrium thiosulfat memakai indikator amilum. Kemudian dihitung kadar BOD yang ada. Perhitungan: DO mg/L = Keterangan : DO0= Oksigen terlarut 0 hari DO5= Oksigen terlarut 5 hari Be O2= 8 P = Pengenceran 6 d. pH Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter (Ecoscan). Cara mengukur pH air sungai dengan menggunakan pH meter yaitu dengan mengkalibrasikan pH meter dengan larutan buffer sampai pH 4, setelah itu elektroda dibersihkan, lalu dilakukan pengukuran pH pada titik air sungai sampel kemudian dilakukan pencatatan pH yang telah terukur lalu pH meter diangkat dan dibilas dengan aquades. 2.7 Analisis data Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis diskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan data dari hasil yang didapat dari hasil penelitian sehingga dapat dilihat struktur populasi ikan seribu ditiap stasiun pengambilan sampel. Program yang digunakan adalah Microsoft Excel 2010. 7 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 . Faktor Fisik dan kimia di lokasi pengambilan sampel Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan mengamati beberapa parameter, baik parameter fisik dan kimia sungai maupun pengukuran biologis ikan didapatkan hasil yang beragam. Pengukuran parameter fisik sungai yang dilakukan meliputi pH, suhu, DO0, dan BOD5, hasil yang diperoleh dapat dilihat pada table 1.berikut: Tabel 1. Nilai Parameter Fisik dan Kimia pada Lokasi Peneltian Lokasi Parameter pH Suhu (C) DO (mg/l) BOD5 Sendang Benoyo 7.01 25.5 13 3.2 Sumber Kalitaman 7.03 25.1 13.8 3.6 Kalitaman A 7.65 25.5 12.8 12.4 Kalitaman B 7.59 25 12 11.8 Berdasarkan pengukuran pH yang dilakukan pada ke empat stasiun pengambilan sampel diketahui bahwa, pH antar tempat tidak berbeda jauh yaitu berkisar antara 7.01 – 7.65. pH yang diperoleh masih dalam kisaran 7 atau dikategorikan sebagai pH netral. Pada perairan pH 7 atau netral merupakan pH yang aman bagi kehidupan organisme di dalam air, dan baik untuk perkembangan organisme air yang membutuhkan pH netral. Rentang pH antara 7.01 – 7.65 juga dinyatakan aman mengenai pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air (Herlambang, 2006). Meskipun hasil menunjukkan tidak ada beda jauh namun dapat diketahui bahwa pH tertinggi terdapat pada Kalitaman A dan Kalitaman B. Hal ini diduga disebabkan karena adanya limbah sabun dan limbah produksi tahu (yang sifatnya alkali/basa) masuk ke dalam perairan dan mengakibatkan perairan menjadi sedikit basa (Soewandita dan Sudiana, 2010). 8 Ikan Guppy dapat hidup di perairan dangkal, sungai dan danau. Pada umumnya ikan Guppy dapat hidup dan berkembang biak dengan suhu lingkungan berkisar antara 25,6 oC – 33,4 oC (Nair, 1983). Hasil pengukuran suhu juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang besar antara ke empat stasiun. Suhu pada ke empat stasiun berkisar antara 25 – 25.5 0C. Suhu air sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada ikan. Pada ikan P. reticulata suhu optimum bagi pertumbuhan dan perkembangan yaitu 22 – 30 0C. Sehingga suhu pada ke empat stasiun pengambilan sampel masih dalam rentang suhu optimum bagi P. reticulata. Suhu perairan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan ikan dikarenakan suhu mempengaruhi nafsu makan pada ikan. Pada suhu optimum nafsu makan ikan akan tinggi sedangkan di atas suhu optimum biasanya iakan akan mengalami penurunan nafsu makan (Zooneveld, 1991). Suhu pada perairan dipengaruhi oleh suhu lingkungan (suhu udara), tanaman atau biota peneduh di tepi perairan, perubahan pola arus dan cuaca (Sowandita dan Sudiana, 2010). Pada pengukuran DO hasil menunjukkan tidak ada perbedaan yang besar. Pada sendang Benoyo 13 mg/l dan sumber Kalitaman 13.8 mg/l, sedangkan pada Kalitaman A 12.8 mg/l dan Kalitaman B 12 mg/l. Hasil yang berbeda ditunjukkan pada pengukuran DO, dimana terdapat perbedaan yang cukup besar antara DO Sendang Benoyo, Sumber Kalitaman, dengan Kalitaman A dan B. Menurut Effendi (2003) organisme air akan mati jika DO di dalam air kurang dari 2 mg/l. Kandungan DO 2 mg/l sekaligus menjadi kadar minimum dalam keadaan normal dan tidak tercemar senyawa toksik. Kandungan oksigen minimum sudah cukup untuk mendukung kehidupan organisme air (Swingle, 1968). Semua stasiun menunjukkan DO di atas 2 mg/l. Keberadaan oksigen dalam perairan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, suhu lingkungan, arus air, cuaca serta hal – hal lain yang dapat mempengaruhi tingkat difusi oksigen ke air (Herlambang, 2006). Berdasarkan hasil pengukuran BOD5 pada ke empat stasiun menunjukkan perbedaan yang cukup besar yakni pada sendang Benoyo dan sumber Kalitaman 3.2 mg/l dan 3.6 mg/l, sedangkan pada Kalitaman A dan Kalitaman B lebih tinggi yaitu, 12.8 mg/l dan 11.8 mg/l. Nilai BOD menunjukkan jumlah kadar oksigen yang dibutuhkan oleh 9 organisme untuk memecah bahan organik Senyawa organik pada perairan akan dipecah oleh organisme pengurai. Terjadinya proses penguraian sangat bergantung terhadap ada tidaknya oksigen yang terlarut dalam air (Duffus, 1980). Kandungan BOD yang tinggi menunjukkan kandungan organik yang tinggi pula. Kandungan organik yang tinggi dalam perairan berpotensi mempengaruhi proses metabolisme dalam tubuh ikan (Duffus, 1980). 3.2 Panjang Total, Panjang Standar, Berat Basah dan Berat kering Ikan Seribu Sendang Benoyo dan Sungai Kalitaman Dari hasil pengukuran panjang total, panjang standar, berat basah dan berat ikan dapat diketahui ukuran ikan lebih besar di perairan yang lebih bersih dibandingkan perairan yang kotor (lihat grafik 1 dan 2). a) Grafik 1. Panjang Total dan Panjang Standar P. reticulata 10 b) Grafik 2. Berat Basah dan Berat Kering P. reticulata Berdasarkan pengukuran panjang ikan di semua stasiun pengambilan sampel diketahui bahwa panjang total P. reticulata berkisar antara 13.0 – 20.2 mm, sedangkan panjang standarnya berkisar antara 10.26 – 15.42 mm. Hasil pengukuran berat basah P. reticulata adalah 0.04 – 0.14 gram, sedangkan berat keringnya adalah 0.30 – 0.10 gram. Dari pengukuran panjang dan berat dapat dilihat bahwa P. reticulata pada Sendang Benoyo dan Sumber Kalitaman terlihat lebih besar – besar dibanding dengan Kalitaman A dan B yang bisa digolongkan ke dalam sungai kotor dengan kandungan organik tinggi. Perbedaan ukuran tersebut berkaitan dengan strategi alokasi energi. Ketika lingkungan cenderung tidak stabil, P. reticulata mengalokasikan energinya untuk mempertahankan kehidupan. Respon Biologi yang dilakukan oleh P. reticulata pada perairan yang kotor/tercemar adalah dengan memperlama waktu reproduksi dan memperbanyak jumlah anakan atau juvenil untuk menyeimbangkan struktur populasi (Menezes dan Caramaschi, 1994). Sehingga alokasi energi yang seharusnya digunakan untuk pertumbuhan digunakan untuk reproduksi. Persamaan pola distribusi seperti itu juga dilaporkan oleh Araujo dkk (2001), dengan P. reticulata juvenile yang lebih banyak 11 jumlahnya dibandingkan dengan P. reticulata dewasa pada Z2 sungai Paraiba do Sul Brazil yang berada pada kompleks industri yang memiliki kandungan organik tinggi dan polutan lain dari effluent pabrik. Sedangkan pada perairan bersih energi yang dikeluarkan untuk beradaptasi dengan lingkungan cenderung lebih sedikit sehingga sebagian besar energi dialokasikan untuk pertumbuhan. 12 5. Kesimpulan Kondisi lingkungan perairan sangat berpengaruh terhadap ukuran P. reticulata. Pada Sendang Benoyo dan Sumber Kalitaman yang airnya bersih dengan nilai BOD lebih rendah ukuran P. reticulata cenderung lebih besar (ditinjau dari berat dan panjang ikan) dibandingkan dengan Kalitaman A dan B yang airnya cenderung kotor dengan nilai BOD tinggi. Hal ini berkaitan dengan alokasi energi yang digunakan oleh P. reticulata pada perairan bersih dan perairan kotor/ tercemar berbeda. Pada perairan bersih alokasi energi digunakan untuk pertumbuhan sedangkan pada perairan kotor/ tercemar alokasi energi digunakan untuk bertahan hidup dan reproduksi 13 Ucapan Terima Kasih Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena besar kasih dan karunia-Nya kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan naskah skripsi. Naskah skripsi ini dibuat untuk memenuhi sebagian syarat guna memperoleh gelar sarjana sains di Fakultas Biologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Dengan selesainya penyusunan naskah ini , tak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Drs. Sucahyo. M.Sc selaku pembimbing yang telah banyak membantu dan memberikan bimbingan, semangat, pengarahan serta nasihat – nasihat dalam pelaksanaan penelitian hingga penulisan naskah skripsi ini. 2. Mas Supri, selaku laboran yang selalu melayani dan telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian. 3. Bayu yang ikut membantu dan memberikan semangat dan dukungan selama proses pelaksanaan penelitian skripsi ini. 4. Bernard Napitupulu, Ratna Megawati Silitonga, orang tuaku yang telah mendidikku dengan penuh kasih. Adikku Krisna Deni Yolanda Napitupulu, Ruth Novitasari Napitupulu dan David Halomoan Napitupulu yang telah banyak membantu dan memberikan semangat serta penghiburan selama penelitian hingga penulisan skripsi ini. Dalam rangka penulisan naskah skripsi ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai hasil sebaik – baiknya. Dengan penuh harapan, semoga naskah skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan penyusun khususnya. Salatiga, September 2016 Penulis 14 Daftar Pustaka Araujo, F. G., Peixoto, M. G., Pinto, B. C. T., Teixeira, T. P. 2001. Distribution of guppies Poecilia reticulate (Peters, 1860) and Phalloceros caudimaculatus (Hensel, 1868) along a polluted stretch of the Paraiba do Sul River, Brazil. Braz J.Biol, 69 (1): 41 – 48, 2009. Duffus, H. J. 1980. Environment Toxicologi. Department of brewing and Biological Science. Hariot-Watt. University Edinbueg. Herlambang, A. 2006. Pencemaran Air dan Penanggulangannya. Jurnal akuatik Indonesia Vol 2 No 1. Menezes, M. S., Caramaschi, E.P. 1994. Caracteristicus reproductivas de Hypostomus grupo H. punctatos no rio Ubatiba, Marica. Braz J.Biol, 54(3): 503 – 513. Patty, S.I. 2013. Distribusi Suhu, Salinitas Dan Oksigen Terlarut Di Perairan Kema, Sulawesi Utara. Jurnal ilmiah platax vol. 1:(3), Mei 2013 ISSN: 2302-3589 Rahmadi. D.K. 2009. Permukiman Bantaran Sungai : Pendekatan Penataan Kawasan Tepi Air. Buletin edisi September -Oktober 2009. Ramdhani, N. S., Rizki. P., Kiki P. U. 2013. Analisis Sebaran Oksigen Terlarut Saluran Sungai Jawi (http://download.portalgaruda.org/article.php?article=111688&val=2309.) diakses pada Bulan Februari 2016 Soewandita, H dan N Sudiana. 2010. Studi dinamika kualitas air DAS Ciliwung. Jurnal akuatik Indonesia Vol 6 No 1 2010. Salmin.2005. Oksigen Terlarut (Do) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (Bod) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Jurnal Oseana, Volume XXX, Nomor 3, 2005:21–26. Suin, N. 1994. Metoda Ekologi. Jakarta: Erlangga. Swingle, H. S. 1968. Standardization of Chemichal Analysis for Water and Pond Muds. F.A.O. Fish , Rep. 44, 4, 379, - 406 pp. WIROSARJONO, S. 1974. Masalah-masalah yang dihadapi dalam penyusunan kriteria kualitas air guna berbagai peruntukan. PPMKL-DKI Jaya, Seminar Pengelolaan Sumber Daya Air. , eds. Lembaga Ekologi UNPAD. Bandung, 27 - 29 Maret 1974, hal 9 - 15 Zooneveld, E. E Huisman, J Boon. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 15