hubungan kecerdasan intelektual siswa, minat

advertisement
HUBUNGAN KECERDASAN INTELEKTUAL SISWA, MINAT BACA
SISWA, DAN KINERJA GURU SEJARAH DENGAN HASIL BELAJAR
SISWA KELAS X PADA MATA PELAJARAN SEJARAH
SMA NEGERI 1 BATU
Wahyu Kurnianto1
ABSTRAK: Permasalahan dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana hubungan
kecerdasan intelektual siswa dengan hasil belajar siswa kelas X
pada mata pelajaran sejarah di SMAN 1 Batu?, 2) Bagaimana
hubungan minat baca siswa dengan hasil belajar siswa kelas X pada
mata pelajaran sejarah di SMAN 1 Batu?, 3) Bagaimana hubungan
kinerja guru sejarah dengan hasil belajar siswa kelas X pada mata
pelajaran sejarah di SMAN 1 Batu?, dan 4) Bagaimana hubungan
kecerdasan intelektual siswa, minat baca siswa, dan kinerja guru
sejarah secara simultan dengan hasil belajar siswa kelas X pada
mata pelajaran sejarah di SMAN 1 Batu? Dari penelitian
menunjukkan bahwa secara parsial sumbangan hubungan
kecerdasan intelektual siswa dengan hasil belajar siswa kelas X
pada mata pelajaran sejarah sebesar 10,6%, sumbangan hubungan
minat baca siswa dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
sejarah sebesar 29,2%, sumbangan hubungan kinerja guru sejarah
dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah sebesar
14,8%, dan secara simultan kecerdasan intelektual siswa, minat
baca siswa, dan kinerja guru sejarah berhubungan dengan hasil
belajar siswa kelas X pada mata pelajaran sejarah semester gasal
SMA Negeri 1 Batu tahun ajaran 2012/2013 sebesar 46,7%.
Sedangkan sisanya 53,3% hasil belajar siswa kelas X pada mata
pelajaran sejarah SMA Negeri 1 Batu berhubungan oleh faktorfaktor lain diluar ketiga variabel tersebut.
Kata Kunci: Kecerdasan Intelektual, Minat Baca, Kinerja Guru Sejarah, dan
Hasil Belajar
Pendidikan adalah usaha pendidik memimpin anak didik secara umum
untuk mencapai perkembangannya menuju kedewasaan jasmani maupun rohani.
Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang dapat mengembangkan potensi
peserta didik, mampu menumbuhkan kemauan, serta membangkitkan motivasi
peserta didik untuk menggali dan mengembangkan berbagai kompetensi yang
dimiliki secara optimal. Pendidikan demikianlah yang mampu menghasilkan
sumber daya manusia berkualitas serta memiliki pandangan jauh kedepan. Hal ini
sesuai dengan apa yang pernah disampaikan Ki Hajar Dewantara dengan sistem
among, “ing ngarso sing tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani”
(bahwa seorang guru atau pendidik pada saat di depan murid harus memberikan
contoh yang baik dalam segala hal khususnya perilaku, pada saat di tengah-tengah
1
Alumni Mahasiswa , Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Unifersitas Negeri Malang
E-mail: [email protected], Akun Twitter @wakurnian
1
2
murid harus mampu memberikan ide dan prakarsa, dan pada saat di belakang guru
harus memberikan semangat dan dorongan moral) (Sardiman, 2007: 141-142).
Suatu pembelajaran yang menimbulkan interaksi pembelajaran sejarah
antara guru dan siswa dapat mendorong perilaku belajar siswa. Bagi siswa
perilaku belajar merupakan proses belajar yang dialami, dihayati sekaligus
merupakan aktifitas belajar tentang bahan belajar dan sumber belajar
dilingkungan siswa belajar. Menurut Slameto (2003: 54) faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi belajar siswa digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor
intern dan faktor eksternal. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari individu
itu sendiri yang sedang belajar, dimana faktor ini meliputi faktor jasmaniah
(faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh), faktor psikologi (intelegensi, perhatian,
minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan), dan faktor kelelahan. Sedangkan
faktor eksternal adalah faktor yang ada diluar individu itu yang meliputi faktor
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Faktor-faktor tersebut dalam banyak hal sering
saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Seperti halnya faktor internal
dalam penelitian ini adalah kecerdasan intelektual dan minat baca siswa,
sedangkan faktor eksternalnya adalah kinerja guru sejarah.
Untuk mengetahui dan mengukur kecerdasan siswa, sekolah biasanya
menggunakan teori Alferd Binet yang biasa kita kenal dengan Intellegency
Quotient (IQ). Pengelompokan tingkat kecerdasan intelektual (IQ ) menurut Farid
& Mashuri (2003: 30) bahwa klasifikasinya adalah Sangat Superior (≥ 130),
superior (120-129), di atas rata-rata (110-119), rata-rata (90-109), di bawah ratarata (80-89), batas lemah mental/pikiran (70-79), debil (50-69), Imbecil (26-49),
dan ideot (≤25) . Tingkat kecerdasan siswa dinilai berdasarkan skor yang
diperoleh dari jawaban atas soal-soal seputar nalar dan logika untuk mengetes
kemampuan logikanya. Pada dasarnya kecerdasan intelektual sangat berkaitan
dengan kemampuan untuk menggunakan pikiran dan logika yang terindikasi
dalam kemampuan mengingat, dengan kreativitas yang sangat tinggi dan
kemampuan mengembangkan imajinasi untuk memecahkan masalah. Intelegensi
mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan
seseorang.
Dalam hubungannya dengan belajar, IQ juga mempunyai hubungan
dengan minat baca siswa. Minat menjadi faktor untuk dapat mencapai tujuan
belajar yang diinginkan. Salah satu masalah yang dihadapi para siswa pada
umumnya adalah rendahnya minat baca. Slameto (2003: 180), menyatakan bahwa
minat adalah rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa
ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu
hubungan akan diri sendiri dengan sesuatu diluar. Pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan yang ada di luar diri.
Contoh dari kehidupan sehari-hari, seseorang siswa yang menaruh minat yang
besar terhadap pelajaran sejarah akan memusatkan perhatian lebih banyak
daripada siswa lain. Pemusatan perhatian yang intensif terhadap mata pelajaran
tersebut yang memungkinkan siswa untuk membaca yang lebih giat dan akan
mencapai hasil belajar yang diinginkan.
Faktor yang mempengaruhi belajar siswa selain IQ dan minat baca, adalah
kinerja guru. Semakin berkembangnya dunia pendidikan, kinerja guru dituntut
untuk menggunakan berbagai strategi pembelajaran yang mengaktifkan siswa
dengan guru, siswa dengan siswa serta siswa dengan lingkungannya. Dengan
3
demikian, paradigma pembelajaran dapat dikatakan bergeser dari teacher centered
ke student centered. Sardiman (2007: 30) meyebutkan bahwa pelajaran yang
bersifat teacher centered mengharuskan guru lebih aktif melatih dan menentukan
apa yang harus diketahui subyek didik atau siswa. Namun, hal ini berbeda dengan
student centered yang lebih memfokuskan situasi belajar pada peranan siswa dan
peranan guru hanyalah sebagai fasilitator bagi siswa dalam proses pembelajaran.
Pada penelitian ini mengambil faktor yang berhubungan dengan hasil
belajar siswa. Faktor internalnya yaitu kecerdasan intelektual siswa, minat baca
siswa, sedangkant faktor eksternalnya yakni kinerja guru sejarah kelas X, serta
hubungannyanya dengan hasil belajar pada mata pelajaran sejarah. Faktor tersebut
menunjukkan kemampuan belajar siswa dan pengajaran guru untuk meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Batu. SMA
Negeri 1 Batu merupakan tempat pendidikan yang diminati karena memiliki
fasilitas pembelajaran yang memadai untuk menunjang kegitan pembelajaran.
METODOLOGI PENELITIAN
Ditinjau dari rumusan masalah, penelitian ini dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif yang bersifat deskriptif korelasional.
Deskriptif artinya penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk
mendiskripsikan semua variabel penelitian. Sedangkan korelasional artinya
meneliti ada tidaknya hubungan variabel bebas dengan variabel terikat.Variabel
penelitian yang diteliti adalah variabel kecerdasan intelektual siswa, minat baca
siswa, dan kinerja guru sejarah (X) dan hasil belajar siswa mata pelajaran sejarah
(Y).
Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi
dan guru sejarah kelas X SMA Negeri 1 Batu pada semester gasal tahun ajaran
2012/2013. Populasi terdiri dari 12 kelas, yaitu kelas X-1 hingga X-12, diperlukan
teknik sampling yang dapat mewakili keadaan populasi siswa kelas X dan
keadaan pada masing-masing kelas berdasarkan ketentuan 25% atau lebih,
sedangkan sampel guru sejarah apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik
diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Adapun
penentuan sampel dalam penelitian ini secara Proporsional Random Sampling.
Dari hasil pengujian validasi diketahui bahwa terdapat 2 butir pernyataan
tidak valid dan 17 butir pernyataan yang valid. Jadi yang digunakan untuk
penelitian ini berjumlah 17 butir pernyataan, sedangkan 2 butir pernyataan yang
tidak valid tidak digunakan dalam penelitian ini. Untuk mengetahui realibilitas
suatu instrumen diperlukan uji realibilitas instrumen. Uji realibelitas
menggunakan teknik Crobach Alpha dengan bantuan program SPSS 16.0 for
windows. Analisis data bertujuan untuk menganalis data yang telah terkumpul
agar mempunyai arti dan makna guna menjawab rumusan permasalahan yang ada.
Untuk mempermudah menganalisis data dipergunakan program SPSS 16.0 for
windows. Analisis data yang digunakan adalah analisis data statistik diskriptif
dengan analisis regresi linier berganda.
Output yang dihasilkan adalah berupa deskripsi kondisi kecerdasan
intelektual (IQ), minat baca, kinerja guru mata pelajaran sejarah, dan hasil belajar
siswa kelas X pada mata pelajaran sejarah kelas X semester gasal 2012/2013
berupa distribusi frekuensi dalam bentuk tabel dan diagram batang dengan
4
kategori tingkatan sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, dan sangat rendah supaya
lebih spesifik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hubungan Kecerdasan Intelektual Siswa Kelas X dengan Hasil Belajar Siswa
pada Mata Pelajaran Sejarah SMA Negeri 1 Batu
Kecerdasan intelektual didefinisikan secara operasional pada penelitian ini
sebagai kecerdasan masing-masing siswa kelas X SMA Negeri 1 Batu tahun
ajaran 2012-2013. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X berjumlah
320 siswa yang kemudian diambil sampel menjadi 83 siswa secara Proporsional
Random Sampling. Hasil penelitian ini diambil dari dokumentasi Bimbingan dan
Konseling (BK) berupa skor tes kecerdasan intelektual.
Untuk mengetahui dan mengukur kecerdasan siswa, sekolah dalam hal ini
adalah SMA Negeri 1 Batu menggunakan teori Alferd Binet yang biasa kita kenal
dengan Intellegencia Quotient (IQ). Menurut Purwanto (2009: 59) bahwa
intelegensi memegang peranan yang sangat penting dalam keberhasilan
kehidupam, tetapi karena kehidupan sangat komplek maka intelegensi bukan
merupakan satu-satunya faktor penentu kesuksesan seseorang. Walaupun
demikian, dapat disimpulkan tingkat kecerdasan intelektual (IQ) memberikan
kemungkinan bergerak dan berkembang dalam bidang tertentu dalam
kehidupannya, sehingga mampu mendorong seseorang untuk berprestasi.
Analisis data yang telah dipaparkan pada Bab IV tabel 4.1 dapat
dinyatakan bahwa kecerdasan intelektual siswa kelas X termasuk kategori di atas
rata-rata sebesar 51,81% . Hal ini dikarenakan selama bertahun-tahun tes IQ SMA
Negeri 1 Batu menyakini sebagai ukuran standar kecerdasan. Banyak yang
berpendapat bahwa untuk meraih kesuksesan dalam belajar, seseorang harus
memiliki kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi.
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda diketahui kecerdasan
intelektual siswa kelas X sebesar 0,170. Ini artinya, setiap kenaikan satu nilai
kecerdasan intelektual siswa kelas X, maka hasil belajar siswa kelas X pada mata
pelajaran sejarah akan berubah naik sebesar 0,170 dengan asumsi variabel lain
dianggap konstan.
Hubungan variabel kecerdasan intelektual siswa dengan hasil belajar siswa
kelas X pada mata pelajaran sejarah didasarkan pada hasil uji parsial. Diketahui
thitung sebesar 3,053 bernilai positif dan sig.t (0,003) < α (0,050) . Hipotesis Ha1
diterima. Maka, kecerdasan intelektual siswa kelas X dengan hasil belajar siswa
kelas X pada mata pelajaran sejarah semester gasal SMA Negeri 1 Batu
berhubungan secara positif dan signifikan. Hasil hipotesis tersebut menunjukan
bahwa kecerdasan intelektual siswa kelas X mempunyai hubungan, sehingga
kecedasan yang diatas rata-rata diharapkan akan mendapatkan hasil belajar yang
tinggi. Hal ini dapat menjanjikan kesuksesan dengan mengembangkan
kemampuan belajar untuk memecahkan segala sesuatu masalah-masalah yang
dihadapinya.
Sumbangan atau seberapa besar hubungan variabel kecerdasan intelektual
siswa kelas X secara parsial dengan hasil belajar siswa kelas X pada mata
pelajaran sejarah sebesar 0,106 (kuadrat dari Corelation Partial) atau 10,6%. Jadi
5
dalam penelitian ini, hubungan kecerdasan intelektual siswa kelas X berhubungan
secara partial sebesar 10,6% dengan hasil belajar siswa kelas X pada mata
pelajaran sejarah SMA Negeri 1 Batu. Maka dari itu dapat diketahui kecerdasan
intelektual siswa berkaitan dengan kemampuan untuk mengembangkan pikiran
dan logika yang terindikasi dalam kemampuan menginggat, adanya kreatifitas,
dan kemampuan mengembangkan imajinasi untuk memecahkan masalah.
Pada keadaan ini, siswa kelas X SMA Negeri 1 Batu kecerdasan
intelektual dalam hubungannya dengan hasil belajar siswa kelas X pada mata
pelajaran sejarah semester gasal tahun ajaran 2012/2013 mempunyai hubungan
yang positif sebesar 10,6%. Di SMA Negeri 1 Batu setiap tahunnya mengadakan
tes kecerdasan intelektual untuk mengetahui seberapa tinggi skor tes IQ dari
siswanya tersebut dan termasuk kategori di atas rata-rata sebesar 51,81%
sehingga hasil belajarnya menjadi baik yaitu dalam kategori cukup sebesar
34,94%. Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya intelegensi seseorang
terdapat beberapa faktor. Menurut David Lazer (dalam Arikunto, 2008: 12)
meliputi kemampuan verbal, kemampuan mengamati dan rasa ruang, kemampuan
gerak kinetik-fisik, kemampuan logika, kemampuan dalam hubungan
intrapersonal, kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan kemampuan dalam
musik atau irama.
Hal ini sejalan dengan teorinya Haryono (dalam Djamarah, 2002:106)
bahwa orang yang memiliki tingkat intelegensi tinggi umumnya mudah belajar
dan hasilnya pun cenderung baik, sebaliknya yang memiliki tingkat intelegensi
rendah mengalami kesulitan dalam belajar, lambat berfikir sehingga hasil
belajarnya pun rendah. Sehingga intelegensi merupakan faktor yang sangat
dominan dalam proses belajar. Oleh karena itu, seorang anak yang memiliki
intelegensi tinggi akan memiliki kemampuan yang lebih dalam memahami dan
menyelesaikan masalah, mengingat serta memiliki kreatifitas yang tinggi. Sehinga
siswa yang memiliki intelegensi tinggi kemungkinan akan memiliki kesempatan
yang lebih luas dalam belajar sehingga hasil belajarnya akan lebih baik.
Hubungan Minat Baca Siswa dengan Hasil Belajar Siswa Kelas X pada Mata
Pelajaran Sejarah SMA Negeri 1 Batu
Minat baca didefinisikan secara operasional pada penelitian ini sebagai
kecenderungan jiwa yang mendorong seorang siswa untuk berbuat sesuatu
terhadap membaca, sebagai ketertarikan pada koleksi bahan pustaka sehingga
dengan ketertarikannya tersebut mampu membangkitkan keingintahuannya pada
koleksi bahan pustaka yang dapat menimbulkan inisiatif dalam dirinya untuk
melakukan aktifitas membaca. populasi penelitin ini adalah siswa kelas X SMA
Negeri 1 Batu tahun ajaran 2012/2013 berjumlah 320 siswa yang kemudian
diambil sampel menjadi 83 siswa secara Proporsional Random Sampling. Hasil
penelitian ini diambil dari instrument angket.
Analisis data yang telah dipaparkan pada Bab IV tabel 4.6 dapat
dinyatakan bahwa minat baca siswa kelas X tergolong kategori cukup sebesar
74,70%. Minat baca digolongkan menjadi empat sub variabel, yaitu jenis bahan
bacaan yang dibaca, keingintahuan akan isi bahan bacan yang dibaca, banyak
bahan bacaan yang dibaca, dan tujuan dari membaca.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2, skor yang sering muncul
termasuk kategori tinggi 56,63%. Temuan ini menunjukan bahwa siswa kelas X
6
SMA Negeri 1 Batu tahun ajaran 2012/2013 dominan dalam jenis bahan bacaan
yang dibaca. Hal ini sejalan dengan pendapat Bafadal (2001: 27) bahwa salah satu
faktor yang mempengaruhi minat baca adalah tersedianya sarana buku bacaan
yang memadai. Perpustakaan harus menyediakan bermacam-macam bahan
pustaka, baik berupa buku maupun bukan berupa buku (non book material), baik
buku-buku fiksi maupun buku-buku non fiksi. Hal ini merupakan salah satu faktor
pendukung terhadap pilihan bahan bacaan dan minat baca setiap individu, karena
setiap individu kemungkinan didorong oleh kondisi status sosial ekonomi
kehidupan keluarga.
Berdasarkan penelitian pada tabel 4.3 skor yang sering muncul termasuk
kategori tinggi sebesar 65,06%. Temuan ini menunjukkan bahwa siswa kelas X
SMA Negeri 1 Batu tahun ajaran 2012/2013 dominan dalam keingintahuan akan
isi bahan bacaan yang dibaca. Hal ini sejalan dengan pendapat Bafadal (2001:
196) menyatakan bahwa seseorang akan senang sekali apabila setelah membaca
sesuatu bacaan, baik berupa sebuah buku literatur, artikel, sebuah cerita, merasa
bahwa dirinya telah mempelajari sesuatu dengan baik, dan dirinya merasa puas
atas hasil bacaannya.
Berdasarkan penelitian pada tabel 4.4 skor yang sering muncul termasuk
kategori cukup sebesar 49,40%. Temuan ini menunjukan bahwa siswa kelas X
SMA Negeri 1 Batu tahun ajaran 2012/2013 dominan dalam banyak bahan bacaan
yang dibaca. Hal ini sejalan dengan pendapat Bafadal (2001: 203) bahwa di
sekolah mungkin saja ada siswa yang senang membaca dan ada pula yang kurang
senang membaca. Jadi semakin banyak atau sedikitnya referensi yang dibaca
dapat menunjukkan minat baca itu sendiri.
Berdasarkan penelitian pada tabel 4.5 skor yang sering muncul termasuk
kategori tinggi sebesar 59,04%. Temuan ini menunjukan bahwa siswa kelas X
SMA Negeri 1 Batu tahun ajaran 2012/2013 dominan dalam tujuan membacanya.
Hal ini sejalan dengan pendapat Darmono (2005: 183) bahwa tujuan umum orang
membaca adalah untuk mendapatkan informasi baru. Jadi siswa mengetahui apa
tujuan dari membaca.
Hal ini sejalan dengan pemikiran Tarigan (1986: 9) dengan mempunyai
minat baca yang tinggi akan memperoleh informasi sehingga dapat meningkatkan
hasil belajar. Dengan maksud bahwa seseorang siswa yang mempunyai minat
baca yang tinggi untuk belajar, akan mendapatkan hasil belajar yang baik dan
memuaskan. Siswa akan melakukan kegiatan belajar dengan merasa senang,
sehingga sesuatu yang diinginkan akan tercapai dengan memuaskan.
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda diketahui minat baca
siswa kelas X sebesar 0,491. Ini artinya, setiap kenaikan satu nilai minat baca
siswa kelas X, maka hasil belajar siswa kelas X pada mata pelajaran sejarah akan
berubah naik sebesar 0,491dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Hal ini
sejalan dengan pemikiran Prasetyono (2008: 57) menyatakan bahwa membaca
merupakan serangkaian kegiatan pikiran yang dilakukan dengan penuh perhatian
untuk memahami suatu informsi melalui penglihatan dalam bentuk simbol-simbol
rumit, yang sedemikan rupa sehingga mempunyai arti dan makna.
Hubungan variabel minat baca siswa dengan hasil belajar siswa kelas X
pada mata pelajaran sejarah didasarkan pada hasil uji parsial. Diketahui thitung
sebesar 5,708 bernilai positif dan sig.t (0,000) < α (0,050) . Hipoteie Ha2 diterima.
Maka, minat baca siswa kelas X dengan hasil belajar siswa kelas X pada mata
7
pelajaran sejarah semester gasal SMA Negeri 1 Batu berhubungan secara positif
dan signifikan.
Sumbangan atau seberapa besar hubungan variabel minat baca siswa kelas
X secara parsial dengan hasil belajar siswa kelas X pada mata pelajaran sejarah
sebesar 0,292 (kuadrat dari Corelation Partial) atau 29,2%. Jadi dalam penelitian
ini, hubungan minat baca siswa kelas X berhubungan secara partial sebesar 29,2%
dengan hasil belajar siswa kelas X pada mata pelajaran sejarah SMA Negeri 1
Batu. Hal ini sejalan dengan teorinya Suryabrata (1995: 47) mengemukakan
bahwa seorang siswa yang mempunyai minat baca yang tinggi tidak akan mudah
putus asa apabila mendapatkan masalah dalam kegiatan belajar. Seorang siswa
akan selalu berusaha untuk memecahkan persoalan masalah dalam kegiatan
belajar. Seorang siswa tidak merasa bosan membaca apabila mempunyai minat
yang tinggi, karena ingin mendapatkan hasil belajar yang tinggi pula. Dari uraian
tersebut menggambarkan bahwa minat baca sangat berhubungan dalam
menentukan hasil belajar siswa kelas X di SMA Negeri 1 Batu.
Hubungan Kinerja Guru Sejarah dengan Hasil Belajar Siswa Kelas X pada
Mata Pelajaran Sejarah SMA Negeri 1 Batu
Kinerja guru sejarah didefinisikan secara operasional pada penelitian ini
bagaiman guru merencanakan pembelajaran, pelaksanaan mengajar, dan evaluasi
(pelaksanaan evaluasi, anlisis hasil evaluasi dan pelaksanaan perbaikan dan
pengayaan). Guru merupakan tenaga pendidik atau pengajar dalam proses
pembelajaran dituntut harus bekerja secara professional. Menurut Sardiman
(2007: 48) mengemukakan bahwa mengajar merupakan sebagai sesuatu aktifitas
mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan
dengan anak, sehingga terjadi proses pembelajaran.
Responden dalam penelitian ini adalah seluruh guru sejarah yang mengajar
di kelas X SMA Negeri 1 Batu pada tahun ajaran 2012/2013. Berdasarkan hasil
penelitian pada pada tabel 4.2, skor yang sering muncul termasuk kategori sangat
tinggi sebesar 66,67%. Temuan ini menunjukan bahwa guru sejarah kelas X
SMA Negeri 1 Batu tahun ajaran 2012/2013 memiliki kinerja yang baik dalam
pembelajaran sejarah. Meliputi merencanakan pembelajaran termasuk kategori
sangat tinggi sebesar 66,67%, pelaksanaan mengajar termasuk kategori sangat
tinggi, dan evaluasi pembelajaran termasuk kategori tinggi sebesar 100%. Kinerja
guru dapat dinilai dan diukur berdasarkan kriteria kompetensi yang harus dimiliki
oleh setiap guru. Menurut Anni (2005: 12) bahwa ada tiga persyaratan yang harus
dimilikii oleh guru agar mampu menjadi guru yang professional, yaitu penguasaan
bahan belajar, penguasaan ketrampilan pembelajaran, dan penguasaan evaluasi
pembelajaran.
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda pada tabel 4.12 diketahui
kinerja guru sejarah kelas X sebesar 0,232. Ini artinya, setiap kenaikan satu nilai
kinerja guru sejarah kelas X, maka hasil belajar siswa kelas X pada mata pelajaran
sejarah akan berubah naik sebesar 0,232 dengan asumsi variabel lain dianggap
konstan. Guru yang merupakan tenaga pendidik dituntut untuk bekerja secara
professional. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005
tentang guru dan dosen pasal 1 dinyatakan bahwa guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal,
8
pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Guru yang professional
sesungguhnya pekerjaan guru yang menuntuk keprofesionalan, dengan harapan
semua guru dapat merealisasikan tanggungjawab profesinya dengan sebaik
mungkin dalam bentuk kinerja dilakukan dalam upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Hubungan variabel kinerja guru sejarah dengan hasil belajar siswa kelas X
pada mata pelajaran sejarah didasarkan pada hasil uji parsial. Diketahui thitung
sebesar 3,706 bernilai positif dan sig.t (0,000) < α (0,050) . Hipotesis Ha3
diterima. Maka, kinerja guru sejarah dengan hasil belajar siswa kelas X pada
mata pelajaran sejarah semester gasal SMA Negeri 1 Batu berhubungan secara
positif dan signifikan. Sumbangan hubungan variabel kinerja guru sejarah secara
parsial dengan hasil belajar siswa kelas X pada mata pelajaran sejarah sebesar
0,148 (kuadrat dari Corelation Partial) atau 14,8%. Jadi dalam penelitian ini,
hubungan kinerja guru sejarah kelas X berhubungan secara parsial sebesar 14,8%
dengan hasil belajar siswa kelas X pada mata pelajaran sejarah SMA Negeri 1
Batu. Menurut Yamin (2010: 129) kinerja merupakan suatu konstruksi multimedia
dan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian hasil kerja/unjuk kerja.
Sedangkan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, dan megevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14
tahun 2005 tepatnya pasal 35, unsur yang menjadi penilaian guru adalah
merencanakan pembelajaran, pelaksanaan mengajar, pelaksanaan evaluasi,
analisis hasil evaluasi, dan pelaksanaan perbaikan dan pengayaan. Sedangkan
Kunandar (2007: 117) menyatakan kinerja seorang guru professional dapat dilihat
dari sejauh mana seorang guru mampu melaksanakan tugasnya dengan tertib dan
bertanggung jawab serta dapat motivasi siswanya untuk belajar. Dengan maksud
bahwa seorang guru harus mempunyai kinerja yang baik supaya siswanya
bersemangat dalam belajar sehingga akan mendapatkan hasil yang diinginkan,
sehingga dengan kinerja guru yang baik siswa akan mendapatkan hasil belajar
yang baik.
Hubungan Kecerdasan Intelektual Siswa, Minat Baca Siswa, dan Kinerja
Guru Sejarah Secara Simultan dengan Hasil Belajar Siswa Kelas X pada
Mata Pelajaran Sejarah SMA Negeri 1 Batu
Hubungan variabel kecerdasan intelektual siswa kelas X (X1), minat baca
siswa kelas X (X2), dan kinerja guru sejarah kelas X (X3) secara simultan
diketahui Fhitung sebesar 23,103 dan sig.F sebesar 0,000. Sehingga Fhitung bernilai
positif dan sig.F (0,000) < α ( 0,050). Artinya ada hubungan positif yang
signifikan kecerdasan intelektual siswa kelas X (X1), minat baca siswa kelas X
(X2), dan kinerja guru sejarah kelas X (X3) dengan hasil belajar siswa kelas X
pada mata pelajaran sejarah (Y) SMA Negeri 1 Batu. Hal ini sejalan dengan
pendapatnya Winkel (1996: 53) bahwa hasil belajar diperoleh karena adanya
aktivitas belajar yang telah dilakukan siswa. Sedangkan belajar merupakan suatu
aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, nilai dan sikap. Selanjutnya Winkel (1996: 162) mengatakan bahwa
9
hasil belajar merupakan bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang
siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.
Denga nilai R Square sebesar 0,467 hasil belajar siswa pada mata
pelajaran sejarah Semester gasal SMA Negeri 1 Batu tahun ajaran 2012/2013
berhubungan dengan variabel kecerdasan intelektual siswa kelas X (X1), minat
baca siswa kelas X (X2), dan kinerja guru sejarah kelas X (X3) secara simultan.
Hasil tersebut dapat dikategorikan cukup jika rentangan skor 1-20% tergolong
kategori sangat rendah, 21-40% tergolong kategori rendah, 41-60% tergolng
kategori cukup, 61-80% tergolong kategori tinggi, dan 81-100% tergolong
kategori sangat tinggi. Ini artinya, kecerdasan intelektual siswa kelas X, minat
baca siswa kelas X, dan kinerja guru sejarah kelas X secara simultan memiliki
hubungan yang cukup tinggi sebesar 46,7% dengan hasil belajar siswa kelas X
pada mata pelajaran sejarah SMA Negeri 1 Batu tahun ajaran 2012/2013.
Sedangkan sisanya 53,3% hasil belajar siswa kelas X pada mata pelajaran sejarah
SMA Negeri 1 Batu tahun ajaran 2012/2013 berhubungan oleh faktor-faktor lain
diluar ketiga variabel tersebut.
Berdasarkan temuan dilapangan yang diperoleh hubungan kecerdasan
intelektual siswa kelas X (X1), minat baca siswa kelas X (X2), dan kinerja guru
sejarah kelas X (X3) secara simultan hanya sebesar 46,7% dengan hasil belajar
siswa kelas X pada mata pelajaran sejarah (Y) SMA Negeri 1 Batu tahun ajaran
2012/2013. Seperti yang diungkapkan dalam teorinya Slameto (2003: 54) bahwa
faktor-faktor lain yang dapat berhubungan dengan hasil belajar siswa digolongkan
menjadi dua golongan yaitu faktor intern dan faktor eksternal. Faktor intern
adalah faktor yang berasal dari individu itu sendiri yang sedang belajar, dimana
faktor ini meliputi faktor jasmaniah (faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh),
faktor psikologi (perhatian, bakat, motif, kematangan dan kesiapan), dan faktor
kelelahan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada diluar individu itu
yang meliputi faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat (bimbingan belajar).
Faktor-faktor tersebut dalam banyak hal sering saling berkaitan dan berhubungan
satu sama lain. Maka dari itu, masih banyak faktor-faktor lain baik secara intern
maupun eksternal hubungannya dengan hasil belajar yang belum dikaji dalam
penelitian ini menyumbangkan hubungannnya sebesar 53,3%.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan analisis data, hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut. 1) Kecerdasan intelektual siswa kelas X semester
gasal SMA Negeri 1 Batu tahun ajaran 2012/2013 termasuk kategori di atas ratarata sebesar 51,81%. Serta terdapat hubungan positif yang signifikan dari
kecerdasan intelektual siswa secara parsial dengan hasil belajar siswa kelas X
pada mata pelajaran sejarah sehingga Ha1 diterima. Sumbangan hubungan
kecerdasan intelektual siswa dengan hasil belajar siswa kelas X pada mata
pelajaran sejarah sebesar 10,6%, 2)Minat Baca siswa kelas X semester gasal
SMA Negeri 1 Batu tahun ajaran 2012/2013 termasuk kategori cukup sebesar
74,70%. Serta terdapat hubungan positif yang signifikan dari minat baca siswa
secara parsial dengan hasil belajar siswa kelas X pada mata pelajaran sejarah
10
sehingga Ha2 ditrima. Sumbangan hubungan minat baca siswa dengan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran sejarah sebesar 29,2%, 3) Kinerja guru sejarah
kelas X semester gasal SMA Negeri 1 Batu tahun ajaran 2012/2013 termasuk
kategori sangat tinggi sebesar 66,67%. Serta terdapat hubungan positif yang
signifikan dari kinerja guru sejarah secara parsial dengan hasil belajar siswa kelas
X pada mata pelajaran sejarah sehingga Ha3 diterima. Sumbangan hubungan
kinerja guru sejarah dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah
sebesar 14,8%, 4) Secara simultan kecerdasan intelektual siswa, minat baca siswa,
dan kinerja guru sejarah berhubungan dengan hasil belajar siswa kelas X pada
mata pelajaran sejarah semester gasal SMA Negeri 1 Batu tahun ajaran 2012/2013
sebesar 46,7%, sehingga Ha4 ditrima. Sedangkan sisanya 53,3% hasil belajar
siswa kelas X pada mata pelajaran sejarah SMA Negeri 1 Batu berhubungan oleh
faktor-faktor lain diluar ketiga variabel tersebut. Faktor lain itu adalah faktor
intern dan faktor eksternal. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari individu
itu sendiri, dimana faktor ini meliputi faktor jasmaniah (faktor kesehatan dan
faktor cacat tubuh), faktor psikologi (perhatian, motif, kematangan dan kesiapan),
dan faktor kelelahan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada diluar
individu itu yang meliputi faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat (bimbingan
belajar).
Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini bagi siswa
sebaiknya dalam pembelajaran sejarah lebih sering membaca. Bagi guru
diharapkan lebih mengoptimalkan interaksi siwa dalam pembelajaran sejarah.
Sedangkan bagi peneliti selanjutnya, untuk mengembangkan penelitian yang lebih
komplek supaya dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
sejarah di SMA Negeri 1 Batu.
DAFTAR RUJUKAN
Anni, T.C. 2005. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES.
Arikunto, S. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Bafadal, I. 2001. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Darmono. 2005. Perpustakaan Sekolah. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Djamarah, S.B. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Ghozali, I. 2009. Ekonometri: Teori Konsep dan Aplikasi SPSS. Semarang: BP
UNDIP.
Kunandar. 2007. Guru Prefesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT. Raja
Grafindo.
Purwanto. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sardiman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rajawali.
Sardiman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rajawali.
11
Tarigan, H.G. 1986. Membaca berbagai suatu ketrampilan berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Suryabrata, S. 1995. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen. (Online), (http://advokat-rgsmitra.com), diakses 16 Juli 2012.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. (Online), (http://www.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2012/10/UU20-2003-Sisdiknas.pdf), diakses 31 Juli
2012.
Yamin, M. 2010. Sertifikasi Profesi Kegeruan di Indonesia. Jakarta: Gaung
Persada Press.
Download