BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Karakteristik Siswa 2.1.1.1 Pengertian Karakteristik Siswa Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti tabiat watak, pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap. Menurut Uzer (2006: 36) bahwa “karakteristik adalah mengacu kepada karakter dan gaya hidup seseorang serta nilai-nilai sangat berkembang secara teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan mudah di perhatikan”. Sardiman (2001: 118) mengungkapkan “karakteristik siswa adalah keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dari lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya”. Setiap siswa mempunyai kemampuan dan pembawaan yang berbeda. Siswa juga berasal dari lingkungan sosial yang tidak sama. Kemampuan, pembawaan, dan lingkungan sosial siswa membentuknya menjadi sebuah karakter tersendiri yang mempunyai pola perilaku tertentu. Pola perilaku yang terbentuk tersebut menentukan aktivitas yang dilakukan siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah. Aktivitas-aktivitas diarahkan untuk mencapai cita-cita siswa, tentunya dengan bimbingan guru. Setelah itu Sardiman (2001:119) menyebutkan bahwa “Karakteristik siswa yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa antara lain: latar belakang 5 6 pengetahuan dan taraf pengetahuan, gaya belajar, usia kronologi, tingkat kematangan, spektrum dan ruang lingkup minat, lingkungan sosial ekonomi, hambatan-hambatan lingkungan dan kebudayaan, intelegensia, keselarasan dan attitude, prestasi belajar, motivasi dan lain-lain”. Karakteristik siswa meliputi fisiologis dan psikologis. Fisiologis meliputi kondisi fisik, panca indera, dan sebagainya. Psikologis menyangkut minat, tingkat kecerdasan, bakat, motivasi, kemampuan kognitif, dan sebagainya (Purwanto 1995:107) Karakteristik siswa yang berikutnya adalah karakteristik fisiologis dan karakteristik psikologis. Kedua karakteristik ini memerlukan perhatian khusus dari guru. Siswa dengan kondisi fisiologis kurang sehat akan lebih memerlukan perhatian dari guru dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kekurangan pada kondisi fisiologisnya. Karakteristik psikologis siswa juga berbeda-beda. Minat siswa terhadap suatu pelajaran berbeda-beda, apalagi penyajian materi pelajaran guru yang tidak menarik. Selanjutnya Khodijah (dalam Fathoni 2012: 4-5) menjelaskan bahwa “Perbedaan individual yang dimiliki anak didik antara lain meliputi perbedaan dalam aspek biologis, psikologis, intelegensi, bakat, dan perbedaan lainnya”. a. Karakteristik Biologis Aspek biologis yang terkait langsung dengan penerimaan pelajaran di kelas adalah kesehatan mata dan telinga. Anak didik yang memiliki masalah tertentu dalam penglihatan dan pendengarannya akan mengalami masalah tersendiri dalam menerima pelajaran. Dalam hal ini, bila kondisi faktor-faktor 7 lain adalah sama, maka anak yang sehat fisiknya secara menyeluruh akan lebih berpeluang untuk mencapai prestasi yang maksimal. Kesehatan fisik anak didik perlu mendapat perhatian serius dari guru. Tidak semua siswa mengikuti pembelajaran dengan kondisi fisik yang baik. Kondisi fisik kurang sehat akan mengganggu siswa belajar. b. Karakteristik Psikologis Perbedaan psikologis pada siswa mencakup perbedaan dalam minat, motivasi, dan kepribadian. Perbedaan siswa dalam hal minat, motivasi, dan kepribadian akan selalu ditemui pada sekelompok siswa. Tidak semua siswa mengikuti pelajaran dengan minat yang tinggi terhadap mata pelajaran. Ada siswa yang dengan setengah hati mengikuti pelajaran. Demikian pula dengan perbedaan motivasi, ada siswa yang memiliki motivasi tinggi sehingga sangat aktif mengikuti pelajaran, sedangkan yang lainnya mungkin setengah termotivasi atau bahkan tidak termotivasi untuk belajar. Kepribadian siswa juga berbeda, ada siswa yang terbuka sehingga mudah bergaul dan mempunyai banyak teman, tetapi adapula siswa yang tertutup sehingga sulit bergaul dan terkesan tidak mempunyai teman karena sering menyendiri. c. Karakteristik Intelegensi Intelegensi adalah kemampuan potensial umum untuk belajar dan bertahan hidup, yang dicirikan dengan kemampuan untuk belajar, kemampuan untuk berpikir abstrak, dan kemampuan memecahkan masalah. Setiap anak memiliki tingkat intelegensi yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut menambah keunikan dalam suatu kelas pembelajaran. Ada siswa yang 8 dengan cepat mampu menyerap materi pembelajaran dan ada siswa yang lamban menyerapnya. Ada siswa yang mampu dengan cepat menyelesaikan soal ujian atau tugas, dan ada siswa membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan satu tugas saja. d. Karakteristik Bakat Bingham dalam (Sumadi 2007:161) mendefinisikan bakat, bahwa: As a condition or set of charateristics regarded as symptomatic of an individual’s ability to acquire with training some (usually specified) knowledge, skill, or set of responses such as the ability to speak a language, to produce music, ...etc. (sebagai sebuah kondisi atau rangkaian karakteristik yang dianggap sebagai gejala kemampuan seorang individu untuk memperoleh melalui latihan sebagian pengetahuan, keterampilan, atau serangkaian respon seperti kemampuan berbahasa, kemampuan musik, ... dan sebagainya). Siswa yang belajar sesuai dengan bakatnya akan lebih mudah menerima dan menguasai materi pembelajaran jika dibandingkan dengan siswa yang tidak berbakat dalam mata pelajaran tertentu. Walaupun siswa yang tidak berbakat juga sangat dimungkinkan untuk menerima materi pembelajaran dengan lebih baik. e. Karakteristik Lainnya Perbedaan individual lain yang banyak diteliti oleh para ahli adalah perbedaan jenis kelamin, perbedaan etnis, dan perbedaan kondisi sosial ekonomi. Siswa laki-laki dan siswa perempuan berbeda karakteristiknya. Secara umum, siswa perempuan akan lebih rajin daripada siswa laki-laki. Kondisi sosial ekonomi orang tua siswa sangat beragama, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi kelompok sosial ekonomi bawah, kelompok 9 sosial ekonomi sedang, dan kelompok sosial ekonomi atas. Mayoritas siswa berasal dari kelompok sosial ekonomi sedang. 2.1.1.2 Macam-macam Karakteristik Siswa Menurut Uzer, dkk (1993: 11-13) ada beberapa karakteristik siswa dalam belajar yaitu: 1. Cepat dalam belajar Anak tergolong cepat dalam belajar, pada umumnya dapat menyelesaikan kegiatan belajar dalam waktu lebih cepat dari yang diperkirakan. Mereka tidak memerlukan waktu yang lama untuk memecahkan suatu masalah karena lebih mudah dalam menerima pelajaran. Dilihat dari tingkat kecerdasannya, pada umumnya anak memiliki tingkat kecerdasan diatas rata-rata dan banyak yang tergolong sebagai anak jenius. 2. Lambat dalam belajar Anak yang tergolong lambat dalam belajar pada umumnya lebih banyak membutuhkan waktu yang lebih lama dari waktu yang diperkirakan untuk anak-anak normal. Sebagai akibatnya anak-anak golongan ini sering ketinggalan dalam belajar dan ini pula sebagai salah satu sebab tinggal kelas. Dilihat dari tingkat kecerdasannya, pada umumnya anak-anak golongan lambat belajar memiliki taraf kecerdasan dibawah rata-rata. 3. Anak yang kreatif Anak kreatif ini umumnya dari golongan cepat, tapi banyak pula dari golongan normal (rata-rata). Anak golongan ini menunjukkan kreativitas dalam kegiatan-kegiatan tertentu, misalnya dalam melukis, kesenian, olahraga, 10 organisasi, dan kegiatan lainnya. Mereka selalu ingin memecahkan persoalanpersoalan, berani menanggung resiko yang sulit sekalipun, kadang-kadang destruktif disamping konstruktif, lebih senang bekerja sendiri, dan percaya pada diri sendiri. 4. Anak yang berprestasi kurang (underachiever) Anak yang tergolong kedalam underachiever ialah anak yang memiliki taraf intelegensi yang tergolong tinggi, akan tetapi prestasi belajar yang dicapai termasuk rendah (rata-rata). Gejala berprestasi kurang ini sesungguhnya dirasakan sebagai salah satu masalah dalam belajar karena secara potensial mereka memiliki kemungkinan untuk memperoleh prestasi belajar yang lebih tinggi. Timbulnya gejala ini berkaitan dengan motivasi, minat, sikap, dan kebiasaan belajar, cirri-ciri kepribadian tertentu, dan pola-pola pendidikan yang diterima dari orangtuanya, serta suasana rumah tangga pada umumnya. 5. Anak yang gagal (drop-out) Anak yang tergolong dalam drop-out adalah mereka yang tidak berhasil menyelesaikan studinya atau gagal dalam kegiatan belajarnya. Sebab-sebab drop-out ini sebenarnya banyak, disamping sebab-sebab yang terdapat diluar dirinya seperti masalah kurikulum, metode mengajar, lingkungan masyarakat, dan keluarga yang kurang sesuai bagi anak. 2.1.2 Motivasi Belajar 2.1.2.1 Pengertian Motivasi Belajar Motif atau motive adalah dorongan yang terarah kepada pemenuhan kebutuhan psikis atau rokhaniah. Kebutuhan merupakan suatu keadaan dimana 11 individu merasakan adanya kekurangan. Keinginan adalah harapan untuk mendapatkan atau memiliki sesuatu yang dibutuhkan (Nana 2009: 61). Menurut Sumadi (2007: 70) bahwa “motivasi adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapaia sesuatu tujuan”. Dimyati, dkk (2009: 80) mengemukakan bahwa motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar. Selain itu Manullang dalam Eko (2011: 9) menjelaskan bahwa “motivasi adalah suatu faktor internal yang menggugah, mengarahkan dan mengintergarsikan tingkah laku sesorang yang didorong oleh kebutuhan, kemauan, dan keinginan menyebabkan timbulnya suatu perasaan yang kuat untuk memenuhi kebutuhan ”. Selanjutnya Sardiman (2006: 75) mengemukakan bahwa “motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual, dimana peranannya yang khas adalah dalam penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Menurut Nanang (2010: 26) “motivasi belajar merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor”. 12 Chalidjah (1994: 144-145) juga mendefinisikan pengertian motivasi belajar adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam artiindividu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Dari definisi diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan atau kekuatan dalam diri siswa yang menimbulkan keinginan melakukan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh siswa. Sehubungan dengan hal tersebut Sardiman (2006: 89-91) mengemukakan ada dua jenis motivasi yaitu: 1. Motivasi instrinsik Yang dimaksud dengan motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seorang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. 2. Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh seorang itu belajar, karena besok paginya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji pacarnya atau temannya. Oleh karena itu, didalam proses pembelajaran peranan motivasi instrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi siswa dapat 13 mengembangkan aktifitas dan inisiatif sehingga dapat mengarahkan dan memeihara kerukunan dalam melakukan kegiatan belajar. 2.1.2.2 Peran dan fungsi motivasi belajar a. Peran motivasi dalam belajar Ada beberapa peran penting motivasi dalam belajar menurut Hamzah (2008: 27) antara lain: 1. Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar 2. Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai 3. Menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar 4. Menentukan ketekunan belajar b. Sedangkan fungsi motivasi dalam belajar menurut Oemar (2004: 161) adalah sebagai berikut: 1. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan seperti berjalan 2. Motivasi berfungsi sebagai pengaruh, artinya mengarahkan perbuatan pencapaian tujuan yang diinginkan 3. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, besar kecilnya motivasi akan menetukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan. Selanjutnya Chalidjah (1994: 149) mengemukakan bahwa “eksistensi motivasi dalam belajar berfungsi dalam proses menguatkan daya kemampuan dan daya keinginan individu untuk melakukan satu aktifitas yang tepat dan benar dalam belajar tersebut”. 14 2.1.2.3 Prinsip Motivasi Belajar Menurut Nanang (2010: 27) terdapat beberapa prinsip dalam motivasi belajar yaitu: a. Peserta didik memiliki motivasi belajar yang berbeda-beda sesuai dengan pengaruh lingkungan internal dan eksternal peserta didik itu sendiri b. Pengalaman belajar masa lalu yang sesuai dan dikaitkan dengan pengalaman belajar yang baru akan menumbuhkembangkan motivasi belajar peserta didik. c. Motivasi belajar peserta didik akan berkembang jika disertai pujian daripada hukuman d. Motivasi intrinsik peserta didik dalam belajar akan lebih baik daripada motivasi ekstrinsik meskipun keduanya saling menguatkan e. Motivasi belajar peserta didik yang satu dapat merambat kepada peserta didik yang lain f. Motivasi belajar peserta didik akan berkembang jika disertai dengan tujuan yang jelas g. Motivasi belajar peserta didik akan berkembang jika disertai dengan implementasi keberagaman metode h. Bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan belajar akan menumbuhkembangkan motivasi belajar peserta didik i. Motivasi yang besar dapat mengoptimalkan potensi dan prestasi belajar peserta didik j. Gangguan emosi siswa dapat menghambat terhadap motivasi dan mengurangi prestasi belajar siswa 15 k. Tinggi-rendahnya motivasi berpengaruh terhadap tinggi-rendahnya gairah belajar peserta didik l. Motivasi yang besar akan berpengaruh terhadap terjadinya proses pembelajaran secara aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan. 2.1.2.4 Bentuk-bentuk Motivasi Belajar Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa menurut Syaiful dkk (2010:149-156), yaitu: a. Memberi angka Angka dimaksud adalah sebagai symbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar anak didik. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka atau nilai yang baik. Angka-angka yang baik itu bagi siswa merupakan motivasi yang kuat. Namun perlu diingat bahwa pencapaian angka-angka seperti itu belum merupakan hasil belajar yang sejati, karena yang terkandung didalam setiap pengetahuan yang diajarkan kepada siswa tidak sekedar kognitif, tetapi afektif dan psikomotorik juga. b. Hadiah Hadiah adalah sesuatu yang diberikan kepada orang lain sebagai penghargaan atau kenang-kenangan. Dalam proses belajar mengajar, guru dapat menggunakan hadiah sebagai alat untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa. Namun perlu diingat bahwa hadiah tidak selalu dapat dijadikan sebagai alat untuk membangkitkan motivasi, karena bisa saja hadiah yang diberikan tidak menarik bagi siswa dan bisa saja akan menyebabkan ketergantungan kepada siswa. Siswa hanya akan menjawab pertanyaan dari guru apabila diberikan 16 hadiah begitu pula sebaliknya, jika guru tidak memberikan hadiah, maka siswa tersebut tidak akan menjawab pertanyaan guru. c. Pujian Pujian adalah alat motivasi yang positif. Pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar. Oleh karena itu guru harus pintar-pintar memberikan pujian secara tepat. d. Gerakan tubuh Gerakan tubuh dalam bentuk mimic yang cerah, dengan senyum, mengangguk, acungan jempol, tepuk tangan, member salam, menaikkan bahu, geleng-geleng kepala, menaikkan tangan dan lain-lain adalah sejumlah gerakan fisik yang dapat memberikan umpan balik dari anak didik. Gerakan tubuh nerupakan penguatan yang dapat membangkitkan gairah belajar, sehingga proses belajar mengajar lebih menyenangkan. e. Memberi tugas Tugas adalah suatu pekerjaan yang menuntut pelaksanaan untuk diselesaiakn. Guru dapat memberikan tugas kepada anak didik setelah selesai menyampaikan bahan pelajaran. Anak didik yang menyadari akan mendapat tugas dari guru setelah mereka menerima pelajaran, akan memperhatikan penyampaian pelajaran. Mereka berusaha meningkatkan perhatian dengan konsentrasi terhadap penjelasan yang disampaikan oleh guru. f. Memberi ulangan Ulangan adalah salah satu strategi yang penting dalam pembelajaran. Siswa akan giat belajar jika mereka mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, 17 memberikan ulangan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Namun perlu diingat, seorang guru jangan selalu memberikan ulangan kepada siswa karena nantinya akan membuat mereka merasa jenuh dan bosan. g. Mengetahui hasil Dengan mengetahui hasil belajarnya, akan mendorong siiswa belajar lebih giat. Sebagai contoh, jika ada siswa yang mendapat nilai tinggi maka dia akan belajar terus agar nilainya tidak turun, begitu pula sebaliknya jika ada siswa yang mendapat nilai rendah maka dia akan berusaha agar nilainya menjadi tinggi dengan belajar lebih giat. h. Hukuman Hukuman merupakan kebalikan dari pujian. Hukuman adalah reinforcement yang negative, tetapi kalau diberi secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi yati dengan memberikan hukuman yang mendidik bukan hukuman yang dapat menjaddikan siswa tidak termotivasi lagi dalam belajar. 2.2 Kerangka Berfikir Pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat menentukan kemajuan suatu bangsa. Sebab dengan memiliki pendidikan yang berkualitas akan dihasilkan sumber daya manusia yang berkualitas pula. Maka untuk mencapai itu, tidak lepas dari adanya peran guru di dalam proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan interaksi edukatif antara guru dengan siswa. Guru atau tenaga pendidik adalah merupakan anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. 18 Guru merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pembelajaran. Ia begaul setiap hari dengan puluhan siswa. Siswa atau peserta didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan pendidikan. Siswa merupakan unsur penting didalam pembelajaran. Setiap siswa ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik siswa adalah segi latar belakang pengalaman siswa yang berpengaruh terhadap efektivitas proses belajarnya. Karakteristik siswa merupakan salah satu variabel kondisi pembelajaran. Karakteristik bisa berupa bakat, minat, sikap, gaya belajar, kemampuan berpikir dan kemampuan awal yang telah dimilikinya. Karakter siswa yang berbeda-berbeda akan berpengaruh terhadap tahaptahap pembelajaran di antaranya adalah motivasi, perhatian pada pelajaran, menerima sekaligus mengingat, reproduksi, generalisasi, dan melaksanakan latihan dan umpan balik. Motivasi belajar siswa menjadi barometer terhadap dorongan atau kemauan yang sering muncul dalam diri siswa untuk melakukan aktivitas belajar dengan giat, sehingga dapat memperoleh kepuasan tersendiri pada akhir kegiatan belajar, agar kualitas hasil belajar siswa meningkat sehingga bisa mencapai prestasi yang tinggi, memiliki pengetahuan, keterampilan, maupun pengalaman yang dapat dibanggakan. Jadi apabila siswa di dalam kelas memiliki karakteristik yang baik, maka ia akan memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar dengan sungguh-sungguh, 19 sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien dan dapat menghasilkan prestasi belajar yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Lebih jelasnya, hubungan karakteristik siswa dengan motivasi belajar dapat dilihat pada bagan berikut: Motivasi belajar Karaktersitik siswa - Anak yang cepat belajar Anak yang lambat belajar Anak yang kreatif Anak yang berprestasi kurang - Anak yang gagal - Motivasi Intrinsik Senang belajar Memiliki semangat untuk belajar Ingin menambah pengetahuan Motivasi Ekstrinsik - Ingin dipuji - Adanya peran dari guru - Adanya dorongan dari orang tua - Lingkungan yang baik memberikan kenyamanan untuk belajar Gambar 1. Kerangka Berfikir 2.3 Perumusan Hipotesis Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Terdapat hubungan antara karakteristik siswa dengan motivasi belajar.