KESEHATAN ARTIKEL PENELITIAN HIBAH BERSAING TAHUN ANGGARAN 2011 PENGKAJIAN SENYAWA DERIVAT KALKON SEBAGAI CANCER CHEMOPREVENTION PADA SEL T47D: MEKANISME AKSI DAN MOLECULER TARGET Peneliti : Retno Arianingrum, M.Si Prof. Dr. Indyah Sulistyo Arty, MS Prof. Dr. Sri Atun Dibiayai oleh DIPA-UNY sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian Hibah Bersaing Nomor : 150a/Kontrak-Multitahun/UN34.21/2011 tanggal 1 April 2011 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA OKTOBER 2011 Pengaruh Senyawa Mono Para Hidroksi Kalkon (MPHK A) Terhadap Pertumbuhan dan Daur Sel Kanker Payudara T47D Retno Arianingrum, Indyah Sulistyo Arty, dan Sri Atun Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak Senyawa kalkon telah diketahui memiliki banyak aktivitas yang menarik, diantaranya sebagai antikanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh senyawa derivat kalkon, yaitu mono para hidroksi kalkon MPHK A sebagai antiproliferasi dan pengaruhnya dalam menghambat cell cycle arest pada cancer cell lines T47D. Sintesis senyawa MPHK A dilakukan dengan mereaksikan vanilin dan asetofenon melalui reaksi kondensasi aldol silang dalam suasana asam. Pemisahan dan pemurnian senyawa kimia dilakukan dengan teknik rekristalisasi dengan pelarut yang sesuai. Identifikasi dan elusidasi struktur dilakukan dengan kromatografi lapis tipis (KLT) pada berbagai eluen, dan menggunakan analisis data spektrum UV-VIS, IR dan 1H-NMR. Selanjutnya senyawa tersebut di kaji aktivitasnya sebagai antiproliferasi menggunakan uji doubling time dengan terlebih dahulu menentukan IC50 menggunakan MTT-assay. Untuk menganalisis apakah penghambatan proliferasi melalui cell cycle arest dilakukan analisis daur sel pada sel T47D dengan flowcytometry menggunakan pewarnaan propidium iodida. Hasil analisis dengan spektometer UV-VIS, IR dan 1H-NMR menunjukkan bahwa senyawa hasil sintesis antara vanilin dan asetofenon melalui reaksi aldol silang dalam suasana asam adalah senyawa derivat kalkon MPHK A atau 3-(4’-hidroksi-3’-metoksifenil)-1-fenil-2propen-1-on. Hasil uji menggunakan MTT-assay menunjukkan senyawa ini bersifat sitotoksik dengan IC50 sebesar 48,306 . Uji dengan doubling time mengindikasikan bahwa senyawa ini bersifat antiproliferasi, yaitu dengan menekan viabilitas sel T47D atau menghambat pertumbuhannya. Sifat antiproliferasi senyawa ini berkaitan dengan pengaruhnya dalam mempengaruhi daur sel (cell cycle) yaitu dengan menginduksi G1 cell cycle arrest pada sel kanker T47D. Kata kunci : Senyawa MPHK A, antiproliferasi, dan daur sel. Pendahuluan Kanker merupakan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol, diikuti dengan proses invasi ke jaringan sekitar dan penyebaran (metastatis) ke bagian tubuh yang lain. Sifat utama sel kanker ditandai dengan hilangnya kontrol pertumbuhan dan perkembangan sel kanker tersebut (King, 2000). Beberapa metode penyembuhan penyakit kanker saat ini telah diupayakan, antara lain pembedahan, penyinaran, imunoterapi, dan kemoterapi, namun masing-masing mempunyai kelemahan, sehingga tingkat keberhasilannya masih rendah (Hoffman, 1999). Masalah-masalah tersebut mendorong perlunya usaha menemukan antikanker baru yang lebih spesifik dan lebih sensitif (Bohm, 1998; Goldie, 2001). Beberapa strategi dalam penemuan antikanker baru telah dilakukan, diantaranya melalui isolasi senyawa aktif dari bahan alam, pencarian senyawa antimetabolit untuk 1 menghambat pertumbuhan sel kanker secara spesifik, dan sintesis senyawa organik yang dikenal memiliki aktivitas antikanker. Beberapa senyawa golongan flavonoid dan terpenoid telah diketahui memiliki aktivitas antitumor (Mathivadhani et. al., 2007, Kampa et al., 2004). Kalkon (1,3difenilpropen-1-on) merupakan senyawa yang termasuk dalam famili flavonoid dan banyak di teliti sebagai therapeutic, khususnya sebagai obat antitumor. Hasil penelusuran literatur menyebutkan bahwa sebagian besar target utama dari senyawa-senyawa kalkon adalah mempengaruhi siklus sel (cell cycle) (Boumendjel, A., Ronox X., and Boutonnat, J., 2009). Uji sitotoksik pada beberapa senyawa derivat kalkon terhadap beberapa cancer cel lines juga telah dilakukan. Diantaranya senyawa 1-(4”-fluorofenil)-3-(4’-hidroksi-3’metoksifenil)-2-propen-1-on terbukti bersifat sitotoksik terhadap sel Raji (Indyah, 2010), demikian juga senyawa 3-(4’-hidroksi-3’-metoksifenil)-1-fenil-2-propen-1-on menunjukkan aktivitas sitotoksik pada sel Raji (Indyah, 2010) dan sel T47D dan tidak memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel normal (Vero) (Retno, Indyah, dan Sri Atun, 2010). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengkaji potensi senyawa derivat kalkon, khususnya senyawa 3-(4’-hidroksi-3’-metoksifenil)-1-fenil-2propen-1-on sebagai cancer chemoprevention pada sel T47D dengan mempelajari mekanisme aksi dan molecular target dari senyawa ini. Disamping itu, berdasarkan penelusuran literatur menunjukkan bahwa penelitian tersebut belum pernah dilakukan. Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh senyawa derivat kalkon yang berguna sebagai antikanker, serta dapat digunakan sebagai bahan obat di industri farmasi. Tujuan khusus yang ingin dicapai pada tahun pertama dalam penelitian ini adalah : (a) mengkaji sifat antiproliferasi senyawa derivat kalkon MPHK A : (3-(4’-hidroksi-3’metoksifenil)-1-fenil-2-propen-1-on) terhadap cancer cell lines T47D, dan (b) mengkaji pengaruh senyawa derivat kalkon MPHK A : (3-(4’-hidroksi-3’-metoksifenil)-1-fenil-2propen-1-on) dalam menghambat cell cycle arest pada cancer cell lines T47D. Metode Penelitian 1. Alat dan Bahan Alat yang digunakan : Spektrofotometer 1H-NMR (1H-NMR, Joel JNM-MY 60), spektrofotometer Infra merah (Shimadzu FTIR 8300/8700), spektrofotometer UV, TLC Scanner (CAMAG), satu set alat refluks, tangki nitrogen cair, mikroskop fluoresensi, 2 mikroskop fase kontras, mikroskop fluoresensi, penangas air, sentrifuge, inkubator CO2 , incubator, ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay) reader, hemocytometer (New Bauer), tabung conical steril, scraper, tissue culture flask, ampul, plate, laminar airflow, pH meter, mikroplate 96 dan 6 sumuran, mikropipet, vorteks, timbangan elektrik, eppendorft, pipet, dan tip. Bahan yang digunakan: Asetofenon (E Merck), vanilin (E Merck), NaOH (E Merck), H2SO4 (E Merck), NaCl (E Merck), Etanol (E Merck), Akuades, Gas nitrogen (N2) Teknis, CaCl2 anhidrat, n-Heksana (E Merck), Etil Asetat (E Merck). Cell line cancer Sel T47D, Medium Rosewell Park Memorial Institut (RPMI) 1640 (GIBCO BRL), medium penumbuh mengandung growth factor 10% dan 20% FBS (Fetal Bovine Serum) (Sigma Chem. CO. St. Louis. USA), etidium bromid, RNA-se, DMSO (Dimetil Sulfoksida), natrium karbonat (E.Merck), kertas saring 0,2 m, akuades, fungison dan antibiotik penisilin dan streptromisin (Sigma Chem. CO. St. Louis. USA), hepes dan tripsin (Sigma Chem. CO. St. Louis. USA). PBS (Phospat Buffer Saline), MTT (3-(4,5-dimetil tiazol-2yl)-2,5-difenil tetrazolium bromida), SDS (Sodium duodecyl sulphate)10% dalam HCl 0,01 N. 2. Prosedur Kerja a. Sintesis dan Pemurnian Senyawa MPHK A Seperangkat alat refluk dirangkai dan dilengkapi dengan magnetic stirrer dan gas nitrogen (Lampiran 1). Ke dalam erlenmeyer dimasukkan 40 gram p.a NaCl kristal dengan ketebalan 1cm, dan ke dalam labu leher tiga dimasukkan bahan asetofenon 0,012 mol (1,4 ml) dan vanilin 0,01 mol (1,52 gram), serta 10 ml etanol. Sebanyak 10 ml H2SO4 pekat 10 ml ditetes-teteskan pada NaCl selama 15 menit agar terbentuk gas HCl, gas tersebut dialirkan ke dalam campuran reaksi dalam labu leher tiga dan bersamaan dengan itu juga dialirkan gas N2. Sisa gas HCl yang keluar ditangkap dengan kristal CaCl2 anhidrat. Campuran dalam labu leher tiga dilakukan pengadukan selama 6 jam. Setelah itu campuran tersebut dimasukkan ke dalam 20 ml akuades dingin dan diaduk selama 3 jam. Endapan yang terbentuk didinginkan dalam lemari es semalam. Selanjutnya endapan dicuci dengan akuades dingin dan dikeringkan. Setelah kering endapan direkristalisasi dengan pelarut etanol:akuades dengan perbandingan 1:1. Larutan tersebut disaring dengan penyaring panas, kemudian filtratnya didinginkan sampai terbentuk kristal kembali. Endapan hasil rekristalisasi disaring dengan penyaring Buchner dan di cuci dengan akuades. Endapan tersebut kemudian dikeringkan, lalu ditimbang dengan menggunakan 3 timbangan analitik. Titik leburnya ditentukan dengan menggunakan melting point apparatus. Uji kemurnian dilakukan dengan menggunakan TLC dan TLC scanner menggunakan eluen campuran dua pelarut organik yang sesuai. Struktur senyawa hasil sintesis diidentifikasi dengan menggunakan Spektrofotometer UV, IR dan 1H-NMR b. Uji Proliferasi Sel dengan doubling time 1) Uji sitotoksik Uji sitotoksik dilakukan untuk menentukan harga IC50 sebelum melakukan uji doubling time. Uji ini dilakukan dengan metode MTT Assay. Sel dengan konsentrasi 1 x 104 sel/sumuran didistribusikan ke dalam plate 96 sumuran dan diinkubasi selama 24 jam untuk beradaptasi dan menempel di sumuran. Keesokannya media diambil kemudian ditambahkan 100 μl media kultur yang mengandung DMSO 0,2% (kontrol) atau sampel, inkubasi selama 24 jam. Pada akhir inkubasi, media kultur yang mengandung sampel dibuang, dicuci dengan 100 l PBS. Kemudian ke dalam masing-masing sumuran ditambahkan 100 l media kultur yang mengandung MTT 5 mg/ml, inkubasi lagi selama 4 jam pada suhu 37°C. Sel yang hidup akan bereaksi dengan MTT membentuk kristal formazan berwarna ungu. Setelah 4 jam, media yang mengandung MTT dibuang, kemudian ditambahkan larutan SDS 10% dalam HCl 0,01 N untuk melarutkan kristal formazan. Digoyang di atas shaker selama 10 menit kemudian dibaca dengan dengan ELISA reader pada panjang gelombang 595 nm. Viabilitas sel dihitung dengan rumus : % sel hidup = (abs P – abs M)/(abs K – abs M) x 100% abs P = absorbansi sel dengan perlakuan abs M = absorbansi media abs K = absorbansi kontrol sel Nilai IC50 ditentukan dengan analisis probit pada program SPSS 16.0. Nilai konsentrasi diubah ke dalam nilai log konsentrasi dan nilai prosentase viabilitas sel diubah ke dalam nilai probit. Nilai IC50 merupakan nilai antilog pada saat nilai probit 50. 2) Doubling time Sel distarvasi (dipuasakan) selama 24 jam dalam media kultur yang mengandung FBS 0,5%. Selanjutnya sel sebanyak 3 x 103 ditumbuhkan di dalam plate (multiple dishes) dengan medium ditambah sampel dengan konsentrasi tidak mematikan (dibawah nilai IC50), sampling dilakukan pada jam 0, 24, 48 dan 72. Masing-masing sumuran dihitung 4 jumlah sel hidup dengan Ellisa reader pada panjang gelombang 595 nm dan dibuat kurva jumlah sel vs waktu inkubasi. Perbedaan waktu penggandaan sel (doubling time) dihitung dari slope pada kurva dari persamaan grafik log jumlah sel vs waktu pengamatan. Analisis waktu doubling time dihitung dengan membandingkan nilai slope grafik log jumlah sel pada berbagai waktu pengamatan. Waktu doubling time dihitung dengan memasukkan nilai log 2 X jumlah sel mula-mula ke dalam persamaan grafik log jumlah sel vs waktu pengamatan. Dengan analisis doubling time dapat dikaji bagaiman aktivitas proliferasi senyawa terhadap siklus sel. c. Uji Penghambatan cell cyle arest dengan flowcytometry Sel T47D hasil panen ditumbuhkan pada plate kultur 6 sumuran sejumlah 5 x 105 sel/sumuran. Setelah inkubasi selama 24 jam sel diberi perlakuan dengan MPHK A pada berbagai konsentrasi. Pemanenan sel dilakukan pada jam ke 24 setelah perlakuan. Sel dipanen menggunakan tripsin/EDTA 0,25%/0,02%, kemudian disentrifugasi 1000 RPM selama 5 menit, dan dicuci dengan PBS dingin. Sel diinkubasi dengan larutan propidium iodida (PI) 500 ml (PI 50 mg/ml dalam PBS yang mengandung 0.1% triton-X). Sel selanjutnya diberi perlakuan dengan RNAse bebas DNAse (20 mg/ml) selama 10 menit pada suhu 370C. Sel dianalisis dengan alat flowcytometer BD FACSCalybur. Hasil dan Pembahasan 1. Sintesis Senyawa MPHK A Senyawa yang diperoleh dari hasil sintesis dari vanilin dan asetofenon dalam suasana asam melalui reaksi kondensasi aldol berupa serbuk berwarna kuning sebanyak 0,48 g dengan rendemen sebesar 17,79%. Identifikasi senyawa MPHK A dilakukan dengan membandingkan data kromatografi lapis tipis (KLT) pada berbagai eluen dengan senyawa MPHK yang telah ditemukan sebelumnya (senyawa marker), dan menggunakan analisis data TLC scanner, spektrum IR, UV dan H1-NMR. Hasil identifikasi yang dilakukan menggunakan KLT dengan eluen kloroforom : heksana dengan perbandingan 2 : 1, dan heksana: metilen klorida dengan perbandingan 1:2 menunjukkan hasil satu noda yang berarti bahwa senyawa-senyawa hasil isolasi tersebut telah murni. Bila dibandingkan dengan senyawa awal vanilin, dan senyawa marker MPHK A maka senyawa hasil sintesis memiliki warna yang sama dengan senyawa marker, dan berbeda warnanya dengan vanillin (bahan dasar) yang berwarna ungu. 5 Hasil kromatogram TLC scanner dari senyawa hasil sintesis menunjukkan adanya 5 (lima) peak, dengan peak ke 5 sebagai puncak utama dengan harga Rf (Retardation factor) 0,61 – 0,74 dengan Rf maksium (Rf max) sebesar 0,68. Senyawa ini memiliki tingkat kemurnian tinggi yang ditunjukkan dengan nilai persen area sebesar 93,41%, yang juga menunjukkan masih adanya sedikit zat pengotor. Sedangkan hasil kromatogram TLC scanner senyawa marker menunjukkan adanya 7 (tujuh) peak, dengan peak ke 4 sebagai puncak utama dengan harga Rf sebesar 0,60 – 0,74 dan Rf max sebesar 0,69 serta tingkat kemurnian yang lebih rendah yaitu 85,37%. Adanya kemiripan harga Rf ini menunjukkan bahwa senyawa hasil sintesis tersebut adalah senyawa MPHK A. Hasil analisis UV dari senyawa hasil sintesis menunjukkan adanya puncak pada pada panjang gelombang 202,50 nm ; 261,50 nm ; dan 364,00 nm. Serapan pada panjang gelombang 202,50 nm menunjukkan adanya gugus kromofor yang terdapat pada senyawa aromatis. Serapan pada panjang gelombang 261,50 nm menunjukkan adanya serapan struktur benzoil dan dan 364,00 nm merupakan serapan struktur sinamoil (300-550 nm) pada pita II. Berdasarkan data FT-IR diketahui bahwa senyawa hasil sintesis memiliki gugus fungsional yang sama dengan senyawa marker, dan titik lebur yang hampir mirip. Data tersebut menunjukkan bahwa pada senyawa hasil sintesis memiliki gugus O-H fenolik (3325,28 cm-1), gugus C=C alkena (1581,63 cm-1), gugus C=C aromatis (1523,72 cm-1), gugus C-H aromatis (3070,68 cm-1), gugus C-H alifatik (2939,52 cm-1), dan gugus C=O karbonil (1654,69 cm-1). Hal ini lebih memperkuat bukti bahwa senyawa hasil sintesis yang diperoleh adalah senyawa MPHK A atau 3-(4’-hidroksi-3’-metoksifenil)-1-fenil- 2-propen-1-on. Data spektra 1H-NMR senyawa hasil reaksi katalis asam disajikan pada Tabel 1. Spektra hasil dari analisis menggunakan spektroskopi 1H-NMR menunjukkan bahwa terdapat sinyal pada daerah δ = 3,96 ppm dengan jumlah proton tiga yang mengindikasikan adanya gugus metoksi (-OCH3). Puncak yang muncul singlet (s) , hal ini disebabkan karena tidak dipengaruhi oleh proton tetangga. Adanya gugus hidroksi (-OH) ditandai dengan munculnya sinyal pada daerah δ = 5,95 ppm dengan jumlah proton satu sehingga muncul puncak singlet (s). Gugus vinilik =C-H yang terletak dekat dengan gugus karbonil ditandai dengan munculnya sinyal pada daerah δ = 7,36 ppm dan δ= 7,39 ppm. Puncak yang muncul douplet (d) karena adanya pengaruh satu proton tetangga. Sinyal yang muncul pada daerah δ = 7,73 ppm dan δ = 7,77 ppm menunjukkan adanya gugus =C-H vinilik yang terletak dekat dengan cincin aromatis. Puncak yang muncul 6 adalah douplet (d). Adanya sinyal yang muncul pada daerah δ 7,56 ppm – δ 7,59 ppm menunjukkan adanya proton H pada cincin aromatis A (4’). Puncak yang muncul multiplet (m) karena adanya interaksi coupling antara proton 4’ pada cincin aromatis dengan proton yang lain. Sinyal pada daerah δ = 7,48 ppm sampai δ= 7,52 ppm menunjukkan adanya proton H pada cincin aromatis A yaitu 3’ dan 5’. Puncak yang muncul triplet (t) akibat adanya pengaruh proton tetangga, proton 3’ dan 5’ identik. Sinyal pada δ= 7,99 ppm sampai δ= 8,01 ppm menunjukkan adanya proton 2’ dan 6’ pada cincin aromatis A. Puncak yang muncul douplet (d), kedua proton ini identik. Sinyal pada daerah δ= 6,96 ppm dan δ= 6,95 ppm menunjukkan adanya proton 5 pada cincin aromatis B. Puncak yang muncul adalah douplet (d) adanya pengaruh satu proton tetangga. Puncak yang muncul di daerah δ= 7,13 ppm dan δ= 7,13 ppm menunjukkan adanya proton 2 pada cincin aromatis B. Puncak yang muncul seharusnya singlet, tetapi pada spektra puncak yang muncul douplet (d), hal ini disebabkan adanya interaksi coupling dengan proton 5. Puncak double douplet (dd) pada daerah δ= 7,21 ppm sampai δ= 7,23 ppm menunjukkan adanya proton pada 6. Puncak yang dihasilkan double douplet (dd) dikarenakan adanya pengaruh proton tetangga dari karbon 2 dan 5. Tabel 1. Data spektra 1H-NMR senyawa MPHK A No δ (ppm) ΣH m J(Hz) Unit/Gugus 1 2 3 3,96 5,95 6,96 3 1 1 s s d 8,4 -OCH3 -OH –C-H Ar (5) 4 7,13 1 d 2,0 -C-H Ar (2) 5 6 7,22 7,37 1 1 dd d 8,4;2,0 16,2 -C-H Ar (6) =C-Hb 7 8 9 10 7,50 7,58 7,75 8,00 2 1 1 2 t m d d 8,0 8,0 16,2 8,0 -C-H Ar (3’,5’) -C-H Ar (4’) =C-Ha -C-H Ar (2’,6’) Berdasarkan hasil spektra 1H-NMR senyawa hasil sintesis maka dapat diketahui bahwa senyawa yang dihasilkan adalah senyawa 3-(4’-hidroksi-3’-metoksifenil)-1-fenil2-propen-1-on (Gambar 1) . 2. Uji Proliferasi Sel Dengan Doubling Time Konsentrasi senyawa uji yang digunakan pada uji doubling time adalah 3 7 konsentrasi di bawah konsentrasi IC50, sehingga diharapkan sel tidak terlalu banyak yang mati pada pengamatan selama 72 jam, akibat sifat sitotoksik senyawa yang diujikan. Maksud lain dari perlakuan tersebut agar profil pertumbuhan sel dapat diamati pada jam ke 24, 48 dan 72. Penentuan IC50 dilakukan dengan uji sitotoksik menggunakan MTT assay. Hasil uji sitotoksik menunjukkan bahwa senyawa MPHK A menurunkan viabilitas sel (Gambar 2) dan mempunyai nilai IC50 sebesar 48,306 M yang termasuk dalam kategori sangat aktif. ‘ ‘ ‘ 5 4 ‘ ‘ ‘ Gambar 1. Perkiraan posisi proton pada senyawa 3-(4’-hidroksi-3’-metoksi-fenil)-1-fenil2-propen-1-on. IC50= 48,306 M Gambar 2. Pengaruh perlakuan senyawa MPHK A terhadap viabilitas sel T47D. Setiap titik menunjukkan nilai rata-rata dari tiga kali ulangan + SD. Uji doubling time dilakukan pada pada konsentrasi pada konsentrasi IC50 yaitu 48 M, dan di bawah konsentrasi IC50 , yaitu 24 dan 12 M selama 0, 24, 48, dan 72 jam. Hasil uji doubling time pada sel T47D tanpa perlakuan (sebagai kontrol) dan dengan perlakuan MPHK A ditunjukkan dengan data pada Gambar 3. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara jumlah sel kontrol dengan jumlah sel yang mendapat perlakuan MPHK A, yaitu terdapat 8 penurunan jumlah sel pada sel T47D yang mendapat perlakuan MPHK A. Hal ini disebabkan media telah berubah karena adanya konsentrasi MPHK A, sehingga sel tidak tumbuh dengan baik. Semakin besar konsentrasi MPHK A yang ditambahkan, semakin besar penurunan jumlah sel yang terjadi. Lebih lanjut, dilakukan analisis doubling time dengan membuat kurva yang merupakan korelasi antara waktu dengan logaritma jumlah sel. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa slope sel dengan perlakuan MPHK A lebih kecil dibandingkan dengan slope sel kontrol (Tabel 2). Secara keseluruhan, perlakuan dengan MPHK A menunjukkan nilai slope yang negatif dan lebih kecil dibanding dengan sel kontrol. Hal ini membuktikan bahwa MPHK A mampu menghambat proses proliferasi sel pada sinyal transduksi dan cell cycle progression. Gambar 3. Kurva Profil Pertumbuhan Sel T47D (3X103) Tanpa Perlakuan (Kontrol), dengan Perlakuan 48 MPHK A(IC50); 24 MPHK A (1/2 IC50), dan 12 MPHK A (1/4 IC50). Tabel 2. Persamaan kurva log jumlah sel vs waktu pada sel T47D pada berbagai perlakuan Perlakuan Persamaan garis Kontrol MPHK A 48 M MPHK A 24 M MPHK A 12 M y = 0,011x + 3.472 y = -0,007x + 3.554 y = -0,005x + 3.562 y = -0,000x + 3.587 Slope 0,011 -0,007 -0,005 0 Nilai Doubling Time (Jam) 27,836 - A. Uji Penghambatan cell cyle arest dengan flowcytometry Analisis daur sel menggunakan flowcytometer dilakukan untuk mengamati distribusi sel pada masing-masing fase pada daur sel. Data ini digunakan untuk mendukung uji proliferasi sel. Metode ini merupakan metode analisis daur sel berdasarkan pada kandungan DNA pada sel. Setelah sel diinkubasi dengan propidium 9 iodida, DNA akan berfluoresen merah yang akan ditangkap oleh detektor flowcytometer. Hasil pembacaan flowcytometer sel T47D tanpa perlakuan (kontrol sel) dan dengan perlakuan MPHK A dengan konsentrasi 12 (1/4 IC50) dan 24 (1/2 IC50) disajikan pada Gambar 4. Proliferasi sel diatur oleh molekul checkpoint pada setiap tahap daur sel. Daur sel meliputi suatu proses berantai yang mengakibatkan duplikasi DNA dan pembelahan sel. Empat fase utama pada daur sel adalah : fase gap 1 (G1), fase sintesis (S), fase gap 2 (G2), dan fase mitosis (M). Perlakuan dengan MPHK A selama 24 jam pada konsentrasi 12 dan 24 memperlihatkan pola distribusi sel T47D yang berbeda dengan pola kontrol sel (Gambar 4). Hasil analisis ini menunjukkan bahwa perlakuan MPHK A terhadap sel kanker T47D berpengaruh terhadap kontrol checkpoint daur sel, yaitu dengan menginduksi G1 cell cycle arrest . Akumulasi pada populasi G1 terjadi pada sel T47D dengan perlakuan 12 dan 24 MPHK A selama 24 jam yang disertai dengan penurunan sel pada fase S dan G2. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa perlakuan senyawa MPHK A memberikan pengaruh terhadap kontrol checkpoint daur sel. Kesimpulan dan Saran a. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan: 1. Senyawa derivat kalkon MPHK A (3-(4’-hidroksi-3’-metoksifenil)-1-fenil-2-propen-1on) bersifat sebagai antiproliferasi terhadap cancer cell lines T47D. 2. Senyawa derivat kalkon MPHK A : (3-(4’-hidroksi-3’-metoksifenil)-1-fenil-2-propen1-on) mempengaruhi cell cycle arest pada cancer cell lines T47D, yaitu dengan menginduksi G1 cell cycle arrest b. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jalur mekanisme induksi apoptosis pada sel T47D dengan perlakuan MPHK A dan mengkaji lebih lanjut target molekulernya dengan mendeteksi pengaruhnya terhadap protein caspase 3, p53 dan bcl2 yang merupakan protein terlibat dalam mekanisme penghambatan sel kanker T47D 10 A 0 M MPHK A 0 300 600 Number 900 1200 %G1: 40,58 %G2: 18,63 % S : 40,8 0 50 100 150 200 250 Channels (FL2-A-FL2-Area) 12 M MPHK A B Number 0 500 1000 1500 2000 %G1: 50,16 %G2: 15,58 % S : 34,25 0 50 100 150 200 250 Channels (FL2-A-FL2-Area) C 24 M MPHK A 0 300 600 Number 900 1200 %G1: 58,78 %G2: 15,39 % S : 25,84 0 50 100 150 200 250 Channels (FL2-A-FL2-Area) Gambar 4. Analisis daur sel T47D selama 24 jam (A) Tanpa Perlakuan, dan dengan Perlakuan Senyawa MPHK A sebanyak (B) 12 mM, serta (C) 24 M. Daftar Pustaka Afzal S., Asad M. K, Rumana Q. F, Ansari, Muhammad F. N, and Syed S. S. 2008. Redox Behavior of Anticancer Chalcone on a Glassy Carbon Electrode and Evaluation of its Interaction Parameters with DNA, Int. J. Mol. Sci. 2008, 9, 1424-1434 11 Bohm,T., (1998). An old paradigm for treating cancer and other disease in 21 st century, Cane and Met rev, 12: 149-154 Boumendjel A, Ronot X, Boutonnat. 2009 . Chalcone derivatives acting as cell cycle blockers : potensial anticancer drugs ? J Curr Drug Targets. Apr;10(4):363-71. Goldie, JH., (2001),Drug resistance in cancer: A perspective, Cancer and Metastasis Rev, 20: 63-68 Hoffman, E.J., (1999), Cancer and the Search for Selective Biochemical Inhibitors, CRC Press, Boca Raton, London Indyah S.A. (2010), Synthesize and Citotoxicity test of Several Compounds of Mono Para Hidroxy Chalcon, Indo. J. Chem., 2010, 10 (1), 110-115. Kampa, M., Alexaki, Vassilia-Ismini., Notas, George., Nifli, Artemissia-Phoebe., Nistikaki, Anatassia., Hatzoglou, Anastassia., Bakogeorge, Efstathia, Koumtzoglou, Elena., Blekas, George., Boskou, Dimitrios., Gravanis, Achille., and Castanas, E., 2004, Antiproliferatif and Apoptotic Effect of Selective Phenolic Acids on T47D uman Breast Cancer Cells: Potential Mechanisms of Action., Breast Cancer Res, 6: R63-R74 King, R.J.B. (2000). Cancer Biology, 2nd ed. Pearson Education Limited, England Mathivadani, P., Shanthi, P., and Sachdanandam, P., 2007, Apoptotic Effect of Semecarpus anacardium nut Extract on T47D Cancer Cell Line., Cell. Biol. Int., 31, 1198-1206 Retno A., Indyah, S.A. dan Sri Atun. (2010), Kajian Hubungan Struktur dan Mekanisme Aktivitas Antikanker Beberapa Senyawa Mono Para Hidroksi Kalkon pada Sel T47D, Laporan Penelitian Unggulan, UNY 12