12. Kontrol Ekspresi Gen 12.1 12.2 12.3 12.4 12.5 12.6 12.7 Nukleus sel eukariot Kontrol ekspresi gen bakteri Kontrol ekspresi gen eukariot Kontrol tahap transkripsi Kontrol tahap pemrosesan Kontrol tahap translasi Kontrol pasca translasi: stabilitas protein 12.1 Nukleus sel eukariot Inti sel Kromatin Nukleolus: sintesis rRNA dan pembentukan ribosom Nukleoplasm Matriks nukleus: jaringan serat protein Figure 4-9 Molecular Biology of the Cell (© Garland Science 2008) Membran inti Membatasi aliran bahan antara nukleoplasma dengan sitoplasma Sel mamalia mempunyai beberapa ribu pori-pori inti Lamina inti Figure 12-9 Molecular Biology of the Cell (© Garland Science 2008) Memberi dukungan mekanik Tempat melekat kromatin Terdiri dari polipeptida lamin (filamen intermediat) Kompleks pori-pori inti Oktagonal Nukleoporin: 30 macam protein Molekul kecil dapat lewat dengan difusi Makromolekul dapat lewat dengan bantuan sistem transport khusus Sinyal pada protein Sinyal lokalisasi inti (Nuclear localization signal / NLS) Terdapat pada protein nukleus Satu atau dua urutan asam amino bermuatan positif Antigen T SV40: NLS = PKKKRKV Sinyal ekspor inti (Nuclear export signal / NES) Terdapat pada protein yang harus keluar dari inti Importin /β: reseptor NLS Figure 12-15 Molecular Biology of the Cell (© Garland Science 2008) Figure 4-72 Molecular Biology of the Cell (© Garland Science 2008) Nukleosom Figure 4-23 Molecular Biology of the Cell (© Garland Science 2008) Figure 4-24 Molecular Biology of the Cell (© Garland Science 2008) Figure 4-31 Molecular Biology of the Cell (© Garland Science 2008) Figure 4-55 Molecular Biology of the Cell (© Garland Science 2008) Kromatin Heterokromatin Konstitutif Fakultatif : telomer, sentromer : Pada fase perkembangan tertentu Gen pada heterokromatin menjadi tidak aktif Penghambatan penyebaran heterokromatin Boundary element Kromatin dengan histon H2AZ Eukromatin Inaktivasi kromosom X Barr body Lyon Hypothesis Terlihat pada inti sel wanita Kromosom X yang menjadi heterokromatin Kromosom X menjadi heterokromatin pada mamalia betina pada awal perkembangan embrio Kromosom X mana menjadi heterokromatin (maternal/paternal) terjadi secara acak, diturunkan ke keturunan sel tersebut. Kromosom X menjadi aktif lagi (eukromatin) pada sel germinal menjelang meiosis. Semua kromosom X gamet dalam bentuk eukromatin. Inisiasi oleh RNA XIST (17 kb), gen terdapat pada kromosom X Dipertahankan oleh metilasi DNA Modifikasi histon Metilasi, asetilasi, fosforilasi Kode histon Heterokromatin: Pola modifikasi histon Pengaruhi kepadatan kromatin Pengaruhi kemungkinan gen ditranskripsi Histon H3: K9 termetilasi, histon dapat terikat protein dengan kromodomain, yang berfungsi membentuk dan mempertahankan heterokromatin RNA kecil: mentaget bagian genom yang akan dimetilasi Eukromatin: Histon H3: K9 bebas atau terasetilasi Kariotipe Figure 4-10 Molecular Biology of the Cell (© Garland Science 2008) Kromosom mitotik Telomer Pengulangan urutan pendek (vertebrata TTAGGG) 500 – 5000x Populasi sel hewan disub-kultur 50-80 kali Sel mati, telomer tambah pendek Sentromer Pengulangan berurutan 171 pb sepanjang > 500 kb (-satelite DNA) Histon CENP-A (mengganti histon H3) Figure 4-20 Molecular Biology of the Cell (© Garland Science 2008) Replikasi telomer Figure 5-41 Molecular Biology of the Cell (© Garland Science 2008) Struktur ujung kromosom mamalia t-loop Figure 5-42 Molecular Biology of the Cell (© Garland Science 2008) Figure 4-50c Molecular Biology of the Cell (© Garland Science 2008) Epigenetik Penurunan sifat yang tidak dipengaruhi oleh urutan nukleotida DNA Pola ekspresi gen dipertahankan pada sel anak Modifikasi histon pada sel induk menentukan modifikasi histon pada sel anak Letak kromosom/gen di dalam nukleus tidak acak Kromosom kecil dan daerah kaya gen cenderung berada di tengah-tengah nukleus Kromosom dapat bergerak acak pada daerah nukleoplasm yang terbatas Figure 4-63 Molecular Biology of the Cell (© Garland Science 2008) Speckles Tempat pemyimpanan faktor-faktor splicing Badan nukleus lain (Cajal bodies, GEMS, PML bodies) Mengandung konsentrasi protein yang tinggi Figure 4-68 Molecular Biology of the Cell (© Garland Science 2008) Matriks nukleus Jaringan serat-serat protein di dalam nukleus Fungsi Kerangka untuk mempertahankan bentuk nukleus Dasar penyusunan kromosom Tempat berbagai aktivitas di dalam nukleus 12.2 Kontrol ekspresi gen bakteri Operon Beberapa gen di transkripsi dari satu promoter menjadi satu mRNA yang panjang Operon lac 28 Operon lac: represor Kontrol negatif: bila represor terikat DNA (operator), tidak terjadi transkripsi Tidak ada laktosa → represor terikat operator → tidak terjadi transkripsi Ada laktosa → laktosa terikat represor → represor tidak dapat terikat operator → transkripsi Operon lac: aktivator Kontrol positif: bila aktivator terikat DNA, baru terjadi transkripsi Tidak ada glukosa → ATP menjadi cAMP→ cAMP terikat CAP (catabolite activator protein) →CAP terikat DNA →transkripsi Ada glukosa → CAP tidak dapat terikat DNA → tidak terjadi transkripsi Operon lac Figure 7-39 Molecular Biology of the Cell (© Garland Science 2008) Operon trp (1) Figure 7-34 Molecular Biology of the Cell (© Garland Science 2008) Operon trp (2) Figure 7-35 Molecular Biology of the Cell (© Garland Science 2008) Bagian non-coding mRNA terikat metabolit Figure 7-93a Molecular Biology of the Cell (© Garland Science 2008) Menghambat ekspresi gen pada terminasi atau inisiasi translasi Figure 7-93b Molecular Biology of the Cell (© Garland Science 2008) 12.3 Kontrol ekspresi gen eukariot DNA dalam nukleus semua sel mengandung informasi yang lengkap untuk membentuk individu baru Kloning hewan Perbedaan masing-masing sel akibat perbedaan pola ekspresi gen Regulasi ekspresi gen eukariot Tahap transkripsi Tahap pemrosesan pre-mRNA Tahap translasi 12.4 Kontrol tahap transkripsi DNA microarray Analisis ekspresi gen Figure 8-73 Molecular Biology of the Cell (© Garland Science 2008) Figure 8-74 Molecular Biology of the Cell (© Garland Science 2008) Faktor transkripsi Protein yang meregulasi ekspresi gen Faktor transkripsi umum Terikat promoter bersama RNA pol Aktivator transkripsi Represor transkripsi Satu gen dapat diregulasi oleh banyak sisi regulator, masing-masing terikat faktor-faktor transkripsi berbeda Kombinasi faktor transkripsi yang tepat menentukan apakah suatu gen ditranskripsi atau tidak Struktur faktor transkripsi Domain pengikat DNA Domain aktivasi Motif Zinc finger Helix-loop-helix (HLH) Leucine zipper HMG-box Protein pengikat DNA: zinc finger 43 Helix-loop-helix Figure 7-23 Molecular Biology of the Cell (© Garland Science 2008) Protein pengikat DNA: leucine zipper 45 Motif HMG-box HMG=high mobility group protein 3 heliks- yang membentuk struktur mirip bumerang Aktivasi DNA dengan melekukkan DNA Bagaimana menentukan bagian DNA mana yang berinteraksi dengan faktor transkripsi Deletion mapping DNA footprinting Genome-wide location analysis Deletion mapping: Analisis delesi untuk identifikasi daerah kontrol transkripsi 48 Kemampuan ditranskripsi hilang atau menurun drastis bila delesi terjadi pada bagian: TATA box GC box regulasi inisiasi transkripsi mempengaruhi frekuensi RNA pol mentranskripsi CAAT box mempengaruhi frekuensi RNA pol mentranskripsi DNA footprinting DNA yang tertutup protein tidak dapat dihidrolisis oleh nuklease Genome-wide location analysis Identifikasi semua bagian DNA yang terikat suatu faktor transkripsi Sel dibunuh dengan formaldehide dan faktor transkripsi diikatsilang dengan DNA dimana dia terikat Kromatin diisolasi dan dipatahkan menjadi fragmen pendek Kromatin diendapkan dengan antibodi terhadap faktor transkripsi (chromatin immunoprecipitation / ChIP) Ikatan kromatin-antibodi dilepas Sequence kromatin ditentukan (misalnya dengan microarray) Aktivasi gen oleh hormon AD = domain aktivasi DBD = domain pengikat DNA LBD = domain pengikat ligan Response element glukokortikoid (GRE): 5’-AGAACAnnnTGTTCT-3’ 52 Daerah regulasi aktivitas gen Elemen proksimal: letaknya dekat gen Elemen promoter distal: letaknya jauh dari gen Response element Enhancer Panjang 200 pb, banyak sisi pengikatan faktor transkripsi Insulator : memisahkan promoter-enhancer suatu gen dengan promoter-enhancer gen lain Ko-aktivator Kompleks protein yang besar yang mempengaruhi aktivitas faktor transkripsi Dua kelompok: Berinteraksi dengan faktor transkripsi umum (GTF) Interaksi dengan TAF dari TFIID Mediator: menghubungkan faktor transkripsi pada enhancer dengan GTF Berinteraksi dengan kromatin Kontrol transkripsi eukariot 55 Asetilasi: melonggarkan struktur kromatin HAT (histon asetil transferase) Menambah gugus asetil pada histon Protein memperoleh akses untuk berinteraksi dengan DNA Banyak koaktivator mempunyai aktivitas HAT Figure 4-38a Molecular Biology of the Cell (© Garland Science 2008) Aktivasi gen Aktivator terikat DNA Ko-aktivator ditarik ke kromatin target Histon diasetilasi Chromatin remodelling complex terikat Gunakan ATP untuk mengubah struktur dan lokasi nukleosom Faktor transkripsi dan protein-protein lain dapat terikat pada daerah regulator DNA Represi transkripsi Histon deasetilase (HDAC) Subunit dari kompleks ko-represor Ditarik ke daerah regulator gen yang akan diinaktifkan Histon metil transferase (mis. SUV39H1) Histon H3 mengalami metilasi pada Lys Metilasi DNA DNA metil transferase Metilasi C5 dari Cytosine pada urutan CCGG, GCGC, ACGT Metilasi DNA mempertahankan gen tetap inaktif Protein terikat DNA dan menarik kompleks ko-represor dengan aktivitas HDAC dan SUV39H1 Perubahan pola metilasi DNA pada siklus hidup mamalia Fertilisasi: de-metilasi Blastosist: metilasi de novo Genomic imprinting Ada gen-gen yang aktif atau inaktif selama perkembangan embrio awal, tergantung gen diwarisi dari induk paternal atau maternal Akibat metilasi DNA yang berbeda Tidak dipengaruhi oleh proses de-metilasi dan re-metilasi pada embrio Pada sel germinal, Imprint parental dihapus pada embrio dan terjadi lagi pada pembentukan gamet. Misalnya Gen faktor pertumbuhan fetus IGF2 aktif pada kromosom parental jantan Gen saluran kalium aktif pada kromosom parental betina 12.5 Kontrol tahap pemrosesan Splicing alternatif Satu gen dapat mengkode 2 polipeptida Jalur splicing tergantung tahap perkembangan atau jenis jaringan Figure 6-27 Molecular Biology of the Cell (© Garland Science 2008) Protein hasil alternative splicing Sebagian besar urutan asam-aminonya sama Berbeda di tempat-tempat tertentu, yang akan mempengaruhi Ada sistem regulasinya Lokasi di dalam sel Ligan yang dapat diikat Kinetika aktivitas katalitiknya Sisi splicing yang lemah Exonic splicing enhancer sebagai tempat pengikatan protein regulator pada exon 60% gen manusia mengalami alternative splicing 12.6 Kontrol tahap translasi Lokasi mRNA di dalam sel Apakah mRNA ditranslasi atau tidak Stabilitas mRNA Lokasi mRNA di dalam sel Informasi lokasi mRNA ada pada 3’UTR (zip-codes) Interaksi dengan protein spesifik Dibawa oleh protein motor sepanjang mikrotubul Diisangkutkan pada mikrofilamen Kontrol translasi pada sel telur Sel telur diinkubasi dengan asam amino radioaktif → tidak terjadi translasi Sel telur yang telah difertilisasi, diinkubasi dengan asam amino radioaktif → terjadi translasi Sel telur yang telah difertilisasi, diinkubasi dengan asam amino radioaktif dan aktinomisin D (inhibitor transkriosi) → terjadi translasi Kesimpulan? Inisiasi translasi diawali dengan: Inaktivasi protein inhibitor yang terikat mRNA Pemanjangan ekor poli(A) pada mRNA Pengaruh stress pada sel Contoh stress Kejutan panas Infeksi virus Kehadiran protein yang salah melipat Kekurangan asam amino Akibat stress, kinase protein teraktivasi dan eIF2 difosforilasi eIF2 tidak dapat menukar GDP dengan GTP Inisiasi sintesis protein terhenti Inhibitor translasi Iron regulatory protein (IRP) Ferritin mengikat atom Fe di dalam sitoplasma sel, sehingga sel terlindungi dari keracunan Fe Aktivitas IRP tergantung [Fe] bebas [Fe] rendah: IRP terikat IRE (iron response element) pada 5’UTR mRNA ferritin, ribosom tidak dapat terikat mRNA [Fe] tinggi: IRP tidak dapat terikat IRE miRNA Kontrol stabilitas mRNA t ½ mRNA eukariot bervariasi FOS (terlibat kontrol pembelahan sel): 1030 menit Hemoglobin, ovalbumin: 24 jam Stabilitas mRNA dipengaruhi Panjang ekor poli(A) Urutan nukleotida pada 3’UTR Degradasi mRNA Figure 7-109 Molecular Biology of the Cell (© Garland Science 2008) Beberapa sistem kontrol ekspresi gen yang lain Translational frameshifting Termination codon read-through mRNA editing Alternative translation initiation Translational bypassing Protein splicing 12.7 Kontrol pasca translasi: stabilitas protein Proteasome Subunit Subunit β Subunit Cap 74 Figure 6-89 Molecular Biology of the Cell (© Garland Science 2008) Cap Protein yang terikat ubiquitin di degradasi dalam proteasome 75 Figure 6-90 Molecular Biology of the Cell (© Garland Science 2008) Pengikatan ubiquitin pada protein 76 Figure 6-92b Molecular Biology of the Cell (© Garland Science 2008) Penentu stabilitas protein Asam amino pada ujung N polipeptida Urutan asam amino di tengah protein (degron) Fosforilasi protein