Uji Sitotoksik (Retno Arianingrum dkk) UJI SITOTOKSIK BEBERAPA SENYAWA MONO PARA HIDROKSI KALKON TERHADAP CANCER CELL LINE T47D Retno Arianingrum, Indyah Sulistyo Arty, Sri Atun Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta 55281 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas sitotoksis dari beberapa senyawa para hidroksi kalkon MPHK A, MPHK B, MPHK C, MPHK D, dan MPHK E terhadap sel kanker T47D. Senyawa MPHK disintesis dari derivat benzaldehida dan asetofenon dan derivatnya melalui reaksi kondensasi aldol silang dalam suasana asam. Pemisahan dan pemurnian senyawa kimia dilakukan dengan teknik rekristalisasi dengan pelarut yang sesuai. Identifikasi dan elusidasi struktur dilakukan dengan membandingkan data kromatografi lapis tipis (KLT) pada berbagai eluen dengan senyawa yang telah ditemukan sebelumnya, dan menggunakan analisis data spektrum IR. Masing-masing senyawa selanjutnya dilakukan uji sitotoksisitasnya secara invitro terhadap sel T47D menggunakan metode MTT assay. Pengamatan perubahan morfologi sel juga diamati menggunakan mikroskop fase kontras. Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa MPHK A, MPHK B, MPHK C, dan MPHK D memiliki aktivitas sitotoksik terhadap terhadap cancer cell line T47D, sedangkan senyawa MPHK E tidak memiliki aktivitas sitotoksik. Sifat toksisitas tertinggi dimiliki oleh MPHK A dengan harga LC50 sebesar 66,44 Pg/mL. Adanya gugus hidroksil memberikan kontribusi pada peningkatan efek sitotoksik. Kata kunci : senyawa MPHK, sitotoksik , dan sel T47D Abstract The aim of this research was to study cytotocix activity from some mono para hydroxy compounds (MPHC) i.e. MPHC A, MHPC B, MPHC MPHC D, and MPHC E against T47D cancer cell lines. Those compounds were synthesized from benzaldehyde derivatives and acetofenon derivates through cross aldol reaction under acid condition. Separation and purification of these compounds were conducted by recrystallization technique using suitable eluent. Identification and structure elucidation was done by comparing the data of thin-layer chromatography (TLC) with marker (compounds that have been found previously), and also used the data of IR spectrum. Each compound then was performed cytotoxicity test by in vitro against T47D cells using MTT assay. Observation of cell morphological changes was observed using phase contrast microscopy. The results showed that the compound MPHC A, MPHC B, MPHC C, and MPHC D had cytotoxic activity against T47D cancer cell line, while the compound MPHK E did not have cytotoxic activity. The highest toxicity was MPHK A with LC50= 66.44 Pg/mL. The presence of hydroxyl groups contributed to the enhancement of cytotoxic effect. Key words : MPHC compounds , cytotoxic, and T47D cell. 23 121 Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 16, Nomor 2, Oktober 2011 PENDAHULUAN aktivitasnya Kanker merupakan pertumbuhan sel sebagai therapeutic ”high index”, kalkon dianggap sebagai ”the new yang tidak terkontrol, diikuti dengan proses era invasi ke jaringan sekitar dan penyebaran sebagai antitumor, antibakterial, dan anti- (metastatis) ke bagian tubuh yang lain. Sifat inflamatory (Afzal S., et al., 2008). Disebut- utama sel kanker ditandai dengan hilangnya kan pula bahwa sebagian besar target utama kontrol pertumbuhan dan perkembangan sel dari kanker tersebut (King, 2000). mempengaruhi Beberapa metode penyembuhan penyakit kanker saat ini telah diupayakan, of medicines” dalam senyawa-senyawa siklus kapasitasnya kalkon sel adalah (cell cycle) (Boumendjel, A., Ronox X., and Boutonnat, J., 2009). penyinaran, Beberapa senyawa kalkon hasil sin- imunoterapi, dan kemoterapi, namun masing- tesis di antaranya: Trans-4-lodo,4-boranyl- masing mempunyai kelemahan, sehingga chalcone memiliki aktivitas antitumor ter- tingkat rendah. hadap malignant glioma cell lines secara in mendorong vitro dan in vivo (Sasayama, T., et al., 2007); antara lain pembedahan, keberhasilannya Masalah-masalah masih tersebut 4-dihydroxy-6-methoxy-3, 5- perlunya usaha menemukan antikanker baru senyawa yang lebih spesifik dan lebih sensitf (Bohm, dimethylchalcone bersifat antitumor terhadap 1998; dan Goldie, 2001). Beberapa strategi enam cancer cell lines secara invitro (Ye, dalam penemuan antikanker baru telah C.L., et al., 2004); senyawa 2, 4-dihydroxy-6- dilakukan, methoxy-3, diantaranya melalui isolasi 5-dimethylchalcone memiliki senyawa aktif dari bahan alam, pencarian aktivitas antitumor terhadap ”solid human senyawa antimetabolit untuk menghambat carcinoma xenograft model”. secara invivo pertumbuhan sel kanker secara spesifik, dan (Ye, C.L., et al., 2005). Tidak kalah menarik- sintesis senyawa organik yang dikenal nya adalah senyawa 2-hydroxy-4- methoxy memiliki aktivitas antikanker. chalcone yang memiliki aktivitas anti- Beberapa senyawa golongan flavo- angiogenic dan antitumor (Lee, Y.S, et. al., noid dan terpenoid telah diketahui memiliki 2006). Indyah S.A, dkk. (2000), berhasil et.al. mensintesis beberapa senyawa mono para- (1,3-difenilpropen-1-on) hidroksi kalkon, yaitu: (a) 3-(4’-hidroksi-3’- aktivitas 2007). antitumor Kalkon (Mathivadhani merupakan senyawa yang termasuk dalam metoksifenil)-1-fenil-2-propen-1-on famili flavonoid dan banyak diteliti sebagai MPHK therapeutic, khususnya sebagai obat anti- metoksifenil)-1-(4”-metoksifenil)-2-propen- tumor. Bahkan disebutkan oleh karena 1-on atau MPHK B; (c) 1-(4”-fluorofenil)-3- 122 24 A; (b) atau 3-(4’-hidroksi-3’- MPHK A MPHK B MPHK C MPHK D MPHK E Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning 37 34 36 69 30 85-90 161 - 164 94 - 97 125 - 127 123 - 124 CH3O CH3O CH3O t-Bu t-Bu OH H H OH H CH3O OH H F OH t-Bu F Uji Sitotoksik (Retno OH t-Bu Cl H H H H H H H H Arianingrum H H dkk) Gambar 1. Senyawa-Senyawa Mono Para-Hidroksi Kalkon Hasil Sintesis dari Derivat Benzaldehida dan Asetofenon atau Derivatnya melalui Reaksi Kondensasi Aldol Silang dalam Suasana Asam (Indyah, S.A., dkk., 2000). (4’-hidroksi-3’-metoksifenil)-2-propen-1-on karsinogenesis yang di picu oleh bahan atau MPHK C; (d) 3-(3’, 5’-ditersierbutil-4’- kimia. Oleh karena itu perlu dilakukan hidroksifenil)-1-(4”-fluorofenil)-2-propen-1- penelitian lebih lanjut untuk melakukan uji on atau MPHK D, dan (e) 3-(3’,5’- terhadap ditersierbutil-4’-hidroksifenil)-1-(4”-kloro- khususnya sel kanker payudara T47D, yang fenil)-2-propen-1-on atau MPHK E (Gambar banyak diderita oleh kaum perempuan, serta 1) Berdasarkan uji aktivitas penghambatan Kode Titik Lebur Warna Rendemen lipid peroksidasi Senyawa non enzimatis, dan aktivitas(oC) mengkaji cancer cell hubungan line yang struktur lain, senyawa tersebut dengan aktivitas yang dihasilkan R1 R2 R3 R4 R5 R6 penelitian iniH diharapkan CH3O Melalui OH H H H OH H CH O H H MPHK B Kuning 34 161 - 164 dapat CH3O 3 diperoleh senyawa derivat kalkon yang senyawa iniC menunjukkan sangat poten OH H F H H MPHK Kuning 36 94 - 97 CH3O berguna sebagai antikanker, serta MPHK D Kuning 69 125 - 127 t-Bu OH t-Bu F H H dapat sebagaiMPHK antioksidan. Hasil uji sitotoksisitas E Kuning 30 123 - 124 t-Bu OH t-Bu Cl H H MPHK A penghambatan Kuning 37 senyawa85-90 siklooksigenase, digunakan sebagai bahan obat di industri dari senyawa tersebut sel Raji Gambar 1.terhadap Senyawa-Senyawa Mono Para-Hidroksi Kalkon Hasil Sintesis farmasi. dari Derivat Benzaldehida dan Asetofenon atau Derivatnya melalui Reaksi Kondensasi Aldol Silang menunjukkan aktivitas yangdalam menarik dalam Suasana Asam (Indyah, S.A., dkk., 2000). menghambat pertumbuhan sel Raji. (4’-hidroksi-3’-metoksifenil)-2-propen-1-on Pada beberapa senyawa golongan atau MPHKadanya C; (d) 3-(3’, 5’-ditersierbutil-4’terpenoid, aktivitas antiinflamasi, hidroksifenil)-1-(4”-fluorofenil)-2-propen-1antimutagenik dan antioksidan yang dimiliki on atau MPHKapoptosis, D, dan dan (e) menekan 3-(3’,5’dapat memacu ditersierbutil-4’-hidroksifenil)-1-(4”-klorofenil)-2-propen-1-on atau MPHK E (Gambar 1) Berdasarkan uji aktivitas penghambatan lipid peroksidasi non enzimatis, dan aktivitas penghambatan siklooksigenase, senyawa- senyawa ini menunjukkan sangat poten sebagai antioksidan. Hasil uji sitotoksisitas dari senyawa Kode tersebut terhadap sel Raji Titik Lebur Warna Rendemen Senyawa (oC) MPHK A Kuning 37 85-90 MPHK Bpertumbuhan Kuning 34 161 - 164 menghambat sel Raji. MPHK C Kuning 36 94 - 97 Pada D beberapa MPHK Kuning senyawa69 golongan 125 - 127 MPHK E Kuning 30 123 - 124 menunjukkan aktivitas yang menarik dalam terpenoid, adanya aktivitas antiinflamasi, METODE PENELITIAN karsinogenesis yang di picu oleh bahan Penelitian ini merupakan penelitian Uji Sitotoksik (Retno Arianingrum dkk) kimia. Oleh karena itu perlu dilakukan deskriptif, yaitu untuk mengetahui aktivitas penelitian lebih lanjut untuk melakukan uji sitotoksik senyawa MPHK terhadap cancer terhadap cancer cell line yang lain, cell lines, sel T47D. khususnya sel kanker payudara T47D, yang 25 banyak diderita oleh kaum perempuan, serta mengkaji hubungan struktur senyawa tersebut dengan aktivitas yang dihasilkan Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh senyawa derivat kalkon yang berguna sebagai antikanker, serta dapat digunakan sebagai bahan obat di industri R1 farmasi. CH3O R2 R3 R4 OH H H H H F H merupakan F H Cl H METODE PENELITIAN CH3O OH H CH3O CH3O OH H ini t-Bu Penelitian OH t-Bu t-Bu OH t-Bu R5 R6 H H H penelitian H H deskriptif, yaitu untuk mengetahui aktivitas 1. Senyawa-Senyawa Mono Para-Hidroksi Kalkon Hasil Sintesis antimutagenik danGambar antioksidan yang dimiliki sitotoksik senyawa MPHK terhadap cancer dari Derivat Benzaldehida dan Asetofenon atau Derivatnya melalui Reaksi Kondensasi Aldol Silang Asam (Indyah, dkk., dapat memacu apoptosis,dalam danSuasana menekan cellS.A., lines, sel2000). T47D. atau MPHK C; (d) 3-(3’, 5’-ditersierbutil-4’- 25 karsinogenesis yang di picu oleh bahan 123 kimia. Oleh karena itu perlu dilakukan hidroksifenil)-1-(4”-fluorofenil)-2-propen-1- penelitian lebih lanjut untuk melakukan uji (4’-hidroksi-3’-metoksifenil)-2-propen-1-on Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 16, Nomor 2, Oktober 2011 Subyek penelitian ini adalah 5 (lima) reader, hemocytometer (New Bauer), tabung senyawa MPHK hasil sintesis: MPHK A, conical steril, scraper, tissue culture flask, MPHKB, MPHKC, MPHK C, MPHKD, dan ampul, plate, laminar airflow, pH meter, MPHKE. adalah mikroplate 96 sumuran, mikropipet, vorteks, aktivitas sitotoksik dari kelima senyawa timbangan elektrik, eppendorft, pipet, dan tersebut terhadap cancer cell lines, sel T47D. tip. Objek penelitiannya Alat yang digunakan: penentu titik Bahan yang digunakan: Cell line leleh mikro Fisher John dengan tidak cancer Sel T47D, Medium Rosewell Park terkoreksi, varian Cary 100 Conc untuk Memorial Institut (RPMI) 1640 (GIBCO mengukur spektrum ultraviolet (UV), FTIR BRL), 8300 Shimadzu untuk mengukur spektrum growth factor 10% dan 20% FBS (Fetal inframerah Buchi Bovine Serum) (Sigma Chem. CO. St. Louis. Rotavapor R-114 untuk menguapkan pelarut USA), DMEM (Dulbecco’s modified Eagle’s pada tekanan rendah Medium) (Invitrogen), RNA-se, DMSO (IR), alat evaporasi Bahan yang digunakan: a) Bahan medium penumbuh mengandung etidium (Dimetil bromid, Sulfoksida), yang digunakan untuk mensintesis senyawa natrium karbonat (E.Merck), kertas saring MPHK dan 0,2 Pm, akuades, fungison dan antibiotik 4-fluoro penisilin dan streptromisin (Sigma Chem. asetofenon, dan 4-kloro asetofenon. Derivat CO. St. Louis. USA), hepes dan tripsin benzaldehid, (Sigma Chem. CO. St. Louis. USA). PBS antara derivatnya lain: asetofenon 4-metoksiasetofenon, yaitu benzaldehida; 4-hidroksi-3metoksi- 4-hidroksi-3.,5-ters butil (Phospat Buffer Saline), MTT (3-(4,5- benzaldehid. Natrium klorida p.a., asam dimetiltiazol-2-yl)-2,5-difenil sulfat pekat p..a., gas nitrogen, etanol, dan b) bromida), SDS (Sodium duodecyl sulphate) Metanol, aseton, n-heksan, etil asetat, metilen klorida, kloroform dengan kualitas tenis dan p.a. sebagai pelarut tetrazolium 10% dalam HCl 0,01 N. Sintesis dan pemurnian senyawa dalam MPHK dilakukan dengan mengikuti prosedur pemisahan dan pemurnian senyawa, dan plat kerja sebagai berikut: turunan benzadehida TLC. (26,6 mmol) dan asetofenon atau turunannya Alat yang digunakan: tangki nitrogen (30 mmol) dilarutkan dalam etanol yang cair, mikroskop fluoresensi, mikroskop fase dijenuhkan dengan HCl. Tetes demi tetes kontras,mikroskop fluoresensi, penangas air, HCl dimasukkan dalam campuran reaksi sentrifuge, inkubator CO2, incubator, ELISA bersamaan dengan itu gas N2 juga dialirkan (Enzyme 124 26 Linked Immunosorbent Assay) ke dalam campuran reaksi. Pengadukan Uji Sitotoksik (Retno Arianingrum dkk) dilakukan selama 6 jam dan setiap jam di cek kegiatan tersebut dilakukan secara aseptis dengan KLT. Pengadukan dihentikan ketika dalam laminar laminar airflow. Sel kemudian noktah produk reaksi nampak dominan. diinkubasi pada suhu 37 oC dengan aliran Kemudian campuran reaksi dituangkan ke CO2 5%. Perkembangan sel diamati tiap hari dalam air es dan di aduk sampai terbentuk dan jika media mulai menguning diganti kristal. Setelah dibiarkan selama 3 jam dengan media baru. campuran reaksi disaring dan kristalnya Uji sitotoksisitas senyawa hasil direkristalisasi menggunakan pelarut yang sintesis dengan MTT assay dilakukan dengan sesuai. Identifikasi dan elusidasi struktur mengikuti prosedur kerja sebagai berikut: dilakukan data jika sel sudah tumbuh memenuhi flask, kromatografi lapis tipis (KLT) pada berbagai media pada sel T47D dan sel Vero diambil, eluen dengan senyawa yang telah ditemukan dicuci dengan PBS secukupnya. Selanjutnya sebelumnya, dan menggunakan analisis data sel dilepas dari dinding flask (scapper) spektrum IR. menggunakan 0,5 ml tripsin 0,05%. Flask dengan membandingkan Penumbuhan cell lines dari penyimpanan dalam nitrogen cair untuk uji dikocok perlahan sampai sel terlepas semua. Suspensi sel diinkubasi 2-5 menit di sitotoksisitas dilakukan dengan mengikuti inkubator CO2 pada 37oC. Selanjutnya prosedur kerja sebagai berikut: uji sitotoksi- suspensi sel tersebut dimasukkan dalam sitas sebagai antikanker dalam penelitian ini tabung conical 15 ml dan ditambahkan menggunakan cell lines T47 D dan sel Vero dengan media kultur sebanyak 5 ml. Jumlah yang sel dikembangkan di laboratorium dihitung dengan hemocytometer, Kedokteran UGM. Tahapan yang dilakukan disuspensikan dalam media kultur sampai sebelum uji sitotoksik adalah menumbuhkan diperoleh kepadatan sel 1,5 x 104 sebanyak cell lines dari penyimpanan dalam nitrogen 100 µL pada setiap sumuran untuk sel T47D cair. Sel beku dari nitrogen cair dibiarkan dan 1 x 104 untuk sel vero. Selanjutnya pada suhu kamar sampai mencair sebagian, diinkubasi selama 12-24 jam pada suhu 37oC kemudian dimasukkan dalam tabung konikal di inkubator CO2. Uji sitotoksisitas dilakukan 15 ml, dan ditambah 10 ml media pencuci dalam plate 96 sumuran. Sampel dilarutkan lalu dikocok. Setelah itu disentrifus 750 g dalam media kultur yang mengandung selama 7 menit. Pelet diambil ditambahkan DMSO 0,05%. Setiap sumuran dimasukkan dengan sel 100 ȝl sampel dengan berbagai konsentrasi dimasukkan dalam flask. Untuk sel vero menggunakan 3 kali ulangan. Sumuran yang digunakan media kultur DMEM. Semua tersisa digunakan untuk kontrol positif yang 27 125 media kultur, kemudian Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 16, Nomor 2, Oktober 2011 berisi sel tanpa penambahan sampel, dan HASIL DAN PEMBAHASAN kontrol negatif hanya mengandung media kultur. Selanjutnya diinkubasi 12-24 jam pada suhu 37oC di inkubator CO2. Media kemudian diambil, dan masing-masing sumuran ditambahkan 110 Pl media kultur yang mengandung MTT. Kultur diinkubasi 4 o jam pada suhu 37 C di inkubator CO2. Selanjutnya ditambahkan 100 Pl pelarut formazan, di gojog pelahan dengan shaker selama 5 menit. Dilanjutkan diinkubasi 12-24 jam pada suhu kamar dalam ruang gelap. Serapan dibaca dengan ELISA reader pada panjang gelombang 595 nm. Untuk uji sitotosis dilakukan penghitungan jumlah sel yang hidup, dibandingkan kontrol dengan memperhatikan pengaruh variasi kadar sampel terhadap kematian sel. Analisis sitotoksisitas menggunakan analisis probit dan ditentukan nilai LC50 dari masingmasing senyawa terhadap masing-masing sel. Nilai LC50 merupakan nilai antilog pada saat Senyawa MPHK A, MPHK B, MPHK C, MPHK D, dan MPHK E telah berhasil disintesis melalui reaksi kondensasi aldol silang. Identifikasi dan elusidasi struktur dilakukan dengan membandingkan data kromatografi lapis tipis (KLT) pada berbagai eluen dengan senyawa MPHK yang telah ditemukan sebelumnya (senyawa marker), dan menggunakan analisis data spektrum IR. Hasil identifikasi yang dilakukan menggunakan KLT dengan eluen kloroforom : heksana = 2 : 1, dan heksana : metilen klorida = 1 : 2 menunjukkan hasil satu noda yang berarti bahwa senyawa-senyawa hasil isolasi tersebut telah murni. Bila dibandingkan dengan senyawa-senyawa marker MPHK A, MPHK B, MPHK C, MPHK D, dan MPHK E, senyawa-senyawa hasil sintesis memiliki harga Rf (Retardation factor) yang nilai probit 50. Analisis probit diperoleh dari sama konversi nilai menunjukkan bahwa senyawa hasil sintesis probitnya, prosentase kematian dihitung tersebut adalah senyawa MPHK A, MPHK dengan Rumus 1. B, MPHK C, MPHK D, dan MPHK E. prosentase kematian ke dengan senyawa marker. % Kematian Sel = {(abs K – abs M)-(abs P-abs M)}/(abs K – abs M) x 100% Keterangan : 126 28 abs K = absorbansi kontrol sel abs M = absorbansi media abs P = absorbansi sel dengan perlakuan Ini MPHK E 1400-1000 1655,03 3551,17 1591,37 2955,13 3000-2800 & 1425,48 1209,44 & 1276, 96 800-600 1400-1000 1655,92 3548,98 1592,49 2954,04 3000-2800 & 1453,79 1389,71 & 1357,19 800-600 TabelUntuk 1. Hasil Analisis IR Senyawa MPHK lebih memastikan bahwa senyawa-senyawa Senyawa florida C=O, (gugus karbonil OH str aromatik C=C str aromatik Uji Sitotoksik (Retno Arianingrum dkk) C-H str alkil metil ganda klorida Berdasarkan data FT-IR Tabel 1 -1 hasil Bilangan sintesis gelombang tersebut(cm ) diketahui bahwa senyawa-senyawa hasil Marker Hasil Sintesis merupakan senyawa B, 1655,03MPHK A, MPHK 1655,19 3323,56 MPHK C, MPHK D, dan MPHK3323,47 E, Keterangan Gugus Fungsional sintesis memiliki gugus fungsional yang C=O, (gugus karbonil) OH str aromatik sama dengan senyawa marker. Hal ini lebih 1564,37 1583,60 C=C str aromatik 3000-2800 & 1419,70 &memperkuat 1465,89 alkilbukti bahwa senyawa hasil senyawa-senyawa hasil sintesis tersebut 3000-2800 lebih 1284,67 1369,47 metil lanjut dianalisis gugus fungsionalnya sintesis yang diperoleh adalah senyawa 1651,17 1650,42 C=O, (gugus karbonil) 3418,08 3371,85 OH str aromatik menggunakan FT-IR dan dibandingkan MPHK A, C=C MPHK B, MPHK C, MPHK D, MPHK B 1591,37 1591,06 str aromatik 3000-2800 & 1464,06 3000-2800 &dan 1460,79 dengan senyawa marker. Hasil analisis MPHK alkil E 1280,81 1373,89 Ujimetil Sitotoksik (Retno Arianingrum dkk) 1637,67 C=O, (gugus karbonil) menggunakan FT-IR disajikan Tabel 1. 1636,55 Potensi senyawa MPHK 3439,30 3495,52 OH strketoksikan aromatik MPHK C 1597,16 1585,89 C=C str aromatik terhadap selalkil T47D disajikan pada Tabel 2. 3000-2800 & 1444,77 3000-2800 & 1444,46 1238,38 1340,73 metil 1655,03 1655,03 C=O, (gugus karbonil) Tabel 1. Hasil Analisis 3499,09 IR Senyawa MPHK 3527,90 OH str aromatik 1601,02 1602,54 C=C str aromatik 29 Bilangan gelombang (cm-1) MPHK D 2958,99 2959,07 C-H str Senyawa Marker Hasil Sintesis Keterangan Gugus Fungsional 3000-2800 & 1425,48 3000-2800 & 1452,37 alkil 1655,03 1655,19 C=O, (gugus karbonil) 1207,52 & 1238,38 1373,38 & 1399,60 metil ganda 3323,56 3323,47 OH str aromatik 1400-1000 1400-1000 florida MPHK A 1564,37 1583,60 C=C str aromatik 1655,03 1655,92 C=O, (gugus karbonil 3000-2800 & 1419,70 3000-2800 & 1465,89 alkil 3551,17 3548,98 OH str aromatik 1284,67 1369,47 metil 1591,37 1592,49 C=C str aromatik 1651,17 1650,42 C=O, (gugus karbonil) MPHK E 2955,13 2954,04 C-H str 3418,08 3371,85 OH str aromatik 3000-2800 & 1425,48 3000-2800 & 1453,79 alkil MPHK B 1591,37 1591,06 C=C str aromatik 1209,44 & 1276, 96 1389,71 & 1357,19 metil ganda 3000-2800 & 1464,06 3000-2800 & 1460,79 alkil 800-600 800-600 klorida 1280,81 1373,89 metil 1637,67 1636,55 C=O, (gugus karbonil) 3439,30 3495,52 OH str aromatik Untuk lebih Berdasarkan data FT-IR Tabel 1 MPHK C 1597,16 memastikan bahwa 1585,89 C=C str aromatik 3000-2800 1444,77 tersebut 3000-2800 &diketahui 1444,46 alkil senyawa-senyawa hasil &sintesis bahwa senyawa-senyawa hasil 1238,38 1340,73 metil 1655,03MPHK A, MPHK 1655,03 C=O, (gugus karbonil) merupakan senyawa B, sintesis memiliki gugus fungsional yang 3499,09 3527,90 OH str aromatik MPHK C, MPHK E, sama dengan senyawa marker. Hal ini lebih 1601,02 D, dan MPHK1602,54 C=C str aromatik MPHK D 2958,99 2959,07 C-H str senyawa-senyawa hasil sintesis tersebut 3000-2800 lebih memperkuatalkilbukti bahwa senyawa hasil 3000-2800 & 1425,48 & 1452,37 1207,52 & 1238,38 1373,38 & 1399,60 metil ganda lanjut dianalisis gugus fungsionalnya sintesis yang diperoleh adalah senyawa 1400-1000 1400-1000 florida menggunakan 1655,03 FT-IR dan dibandingkan MPHK A, C=O, MPHK B, karbonil MPHK C, MPHK D, 1655,92 (gugus 3551,17 3548,98 OH str aromatik dengan senyawa marker. Hasil analisis dan MPHK C=C E str aromatik 1591,37 1592,49 MPHK E FT-IR 2955,13 C-H str menggunakan disajikan Tabel 1. 2954,04 3000-2800 & 1425,48 3000-2800 & 1453,79 Potensi alkil ketoksikan senyawa MPHK 1209,44 & 1276, 96 1389,71 & 1357,19 metil ganda terhadap selklorida T47D disajikan pada Tabel 2. 800-600 800-600 MPHK A Untuk lebih merupakan senyawa MPHK A, MPHK B, Berdasarkan data FT-IR Tabel 1 29 diketahui bahwa senyawa-senyawa hasil 127 sintesis memiliki gugus fungsional yang MPHK C, MPHK D, dan MPHK E, sama dengan senyawa marker. Hal ini lebih senyawa-senyawa memastikan hasil sintesis bahwa tersebut Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 16, Nomor 2, Oktober 2011 Tabel 2. Sifat Aktivitas Sitotoksik Berkaitan dengan Gugus Fungsional dari Senyawa MHPK Kode Senyawa R1 MPHK A MPHK B MPHK C MPHK D MPHK E CH3O CH3O CH3O t-Bu t-Bu R2 OH OH OH OH OH R3 H H H t-Bu t-Bu R4 H CH3O F F Cl R5 R6 H H H H H H H H H H LC50 (Pg/mL) 66,44 5.263,80 1.671,09 1.638,70 - Keterangan Sangat aktif Kurang aktif Kurang aktif Kurang aktif Tidak aktif Hasil uji sitotoksisitas pada senyawa MPHK dengan nilai LC50 sebesar 66,44 µg/mL. menunjukkan bahwa senyawa MPHK A, Terdapatnya gugus OH cincin 4’ diperkira- MPHK B, MPHK C, dan MPHK D memiliki kan sifat sitotoksik terhadap sel T47D, sedangkan toksisitas senyawa ini terhadap sel T47D. senyawa MPHK E tidak menunjukkan sifat Bila dibandingkan dengan senyawa MPHK sitotoksis terhadap sel T47D. Berdasarkan A, potensi ketoksikan senyawa MPHK B hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa jauh sangat rendah. Hal ini kemungkinan terdapat hubungan langsung antara perubah- disebabkan adanya gugus metoksi -OCH3 an gugus fungsional pada senyawa MPHK pada posisi 3’ dan 4’’. Perbedaan gugus dengan tingkat kematian sel T47D yang fungsional ini mengakibatkan sifat toksisitas dinyatakan dalam LC50 (Lethal Concentra- terhadap sel T47D menurun. memberikan kontribusi pada sifat tion), yaitu nilai kematian sel sebanyak 50%. Harga LC50 dari senyawa MPHK C Hasil penelitian menunjukkan bahwa adalah sebesar 1.671,09 µg/mL, lebih tinggi aktivitas sitotoksik tertinggi dimiliki oleh dibanding senyawa MPHK A, namun lebih senyawa MPHK A (LC50 = 66,44, Pg/mL), rendah dari senyawa MPHK B. Hal ini sedangkan MPHK C dan MPHK D memiliki menunjukkan sitotoksisitas rendah dengan harga LC50 senyawa MPHK C lebih rendah dibanding hampir sama, berturut-turut 1.671,09 Pg/mL senyawa dan 1.638,70 Pg/mL. Senyawa MPHK B dibanding MPHK B. Adanya gugus fluoro memiliki sitotoksisitas lebih rendah diban- pada posisi 4” diperkirakan meningkatkan ding MPHK A, MPHK C, dan MPHK D me- toksisitas MPHK C bila dibanding MPHK B. miliki harga LC50 sebesar 5.263,80 µg/mL. Harga LC50 dari senyawa MPHK D adalah bahwa MPHK A, potensi dan ketoksikan lebih tinggi Pada konsentrasi MPHK A tertinggi, sebesar 1.638,70 µg/mL. Nilai ini lebih yaitu 500 µg/mL diperoleh nilai rata-rata tinggi dibanding senyawa MPHK A, namun prosentase kematian sel sebesar 99,81% lebih rendah dari senyawa MPHK B dan 128 30 Uji Sitotoksik (Retno Arianingrum dkk) MPHK C. Hal ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh dari gugus kloro pada potensi ketoksikan senyawa MPHK D lebih posisi 4”. rendah dibanding senyawa MPHK A, dan Secara keseluruhan sifat aktivitas lebih tinggi dibanding MPHK B, dan MPHK sitotoksik berkaitan dengan gugus fungsional C. Adanya tersier butil pada posisi 3’ dan 5’ dari senyawa MHPK. Adanya gugus OH meningkatkan sifat toksisitasnya bila diban- memberikan kontribusi pada sifat toksisitas ding MPHK B yang mengandung gugus 2 senyawa ini terhadap sel T47D, namun gugus metoksi, dan MPHK C yang mengan- dengan penambahan gugus metoksi berakibat dung 1 gugus metoksi dan 1 gugus fluoro. sangat menurunnya aktivitas sitotoksik. Bila Berdasarkan hasil penelitian juga menunjukkan bahwa potensi ketoksikan gugus metoksi tersebut disubstitusi dengan gugus tersier butil dan fluoro dapat senyawa MPHK E sangat rendah terhadap sel meningkatkan aktivitasnya. Namun adanya T47D. Pada pemberian konsentrasi 500 substitusi gugus kloro justru akan menurun- µg/mL hanya menyebabkan kematian se- kan toksisitas terhadap sel T47D. besar 7,02%, dan pada pemberian Pengamatan kematian sel dapat konsentrasi di bawah konsentrasi tersebut dilihat dari morfologi sel akibat perlakuan tidak terhadap senyawa. Sel yang mati akan kehilangan pertumbuhan sel T47D. Hal ini diperkirakan cairan sitoplasma karena rusaknya membran. memberikan pengaruh (A) (B) (C) (D) (E) (F) Gambar 2. Morfologi Sel T47D: (A) Tanpa Perlakuan, dan dengan Penambahan senyawa: (B) MPHK A, (C) MPHK B, (D) MPHK C, (E) MPHK D dan (F) MPHK E 31 129 Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 16, Nomor 2, Oktober 2011 sel, sehingga pada pengamatan mikroskop 2B, 2C, 2D, dan 2E) menunjukkan adanya akan menunjukkan warna hitam (gelap). fenomena kematian yang pada sel T47 D Sebaliknya, pada sel hidup akan terlihat dibandingkan dengan sel tanpa perlakuan warna cairan (Gambar 2A). Penambahan senyawa MPHK sitoplasma yang bersifat meneruskan cahaya E (Gambar 2E) menunjukkan fenomena dari mikroskop. Pengamatan morfologi sel kematian sel T47D hanya sedikit. terang, karena adanya T47D akibat pemberian senyawa MPHK A, Pada penelitian ini dilakukan juga uji MPHK B, MPHK C, MPHK D dan MPHK E sitotoksis senyawa MPHK terhadap sel Vero disajikan pada Gambar 2. atau sel normal. Potensi ketoksikan senyawa Penambahan senyawa MPHK A, MPHK A, MPHK B, MPHK C, MPHK D, MPHK B, MPHK C, dan MPHK D (Gambar dan MPHK E terhadap sel Vero sangat Tabel 3. Prosen Kematian/Sel Hidup Sel Vero dengan Pemberian Senyawa MPHK A, MPHK B, MPHK C, MPHK D, dan MPHK E Dibandingkan dengan Doxorubicin No 130 32 Senyawa 1. MPHK A 2. MPHK B 3. MPHK C 4. MPHKD 5. MPHK E 6. Doxorubicin Konsentrasi (µg/mL) 500 250 125 62,5 31,25 500 250 125 62,5 31,25 500 250 125 62,5 31,25 125 62,5 31,25 500 250 125 62,5 31,25 100 50 25 12,5 6,25 % Sel Mati -93,79 -30,16 9,89 7,73 6,21 -63,12 -43,98 -13,31 -1,01 -2,79 -36,38 -37,52 -3,42 -25,73 -2,79 -31,31 -52,22 -13,94 -30,67 -33,71 -36,63 -16,86 -15,46 54,75 45,78 40,16 38,02 37,62 % Sel Hidup 193,79 130,16 90,11 92,27 93,79 163,12 143,98 113,31 101,01 102,79 136,38 137,52 103,42 125,73 102,79 131,31 152,22 113,94 130,67 133,71 136,63 116,86 115,46 45,25 54,22 59,84 61,98 62,38 Keterangan Tidak toksik Tidak toksik Tidak toksik Tidak toksik Tidak toksik Toksik LC 50 = 76,21 (µg/mL) Uji Sitotoksik (Retno Arianingrum dkk) rendah, bahkan dapat dikatakan tidak bersifat mana mekanisme antikanker dari senyawa toksik (Tabel 3). MPHK A apakah mempengaruhi siklus sel Demikian juga pengamatan morfologi sel Vero akibat pemberian senyawa MPHK A, MPHK B, MPHK C, MPHK D, dan MPHK E tidak menunjukkan adanya fenomena kematian pada sel Vero dibandingkan dengan tanpa perlakuan. Demikian pula bila dibandingkan dengan doxorubicin yang selama ini digunakan untuk pengobatan kanker. Senyawa ini memiliki sifat toksik pada sel normal. Hal ini menunjukkan bahwa dengan sifat senyawa MPHK yang tidak toksis pada sel normal, maka senyawa ini sangat berpotensi digunakan sebagai obat kanker yang aman, khususnya senyawa MPHK A. Selanjutnya perlu dilakukan analisis lebih lanjut pada senyawa MHPK A untuk mengetahui mekanisme penghambatan dari senyawa tersebut, apakah mempengaruhi siklus sel atau memacu terjadinya apoptosis. KESIMPULAN Senyawa MPHK A, MPHK B, MPHK C, dan MPHK D memiliki sifat. sitotoksik terhadap cancer cell line T47D, sedangkan senyawa MPHK E tidak memiliki aktivitas sitotoksik. Sifat toksisitas tertinggi dimiliki oleh MPHK A dengan harga LC50 sebesar 66,44 µg/mL. Adanya gugus hidroksil memberikan kontribusi pada peningkatan atau dengan memacu apoptosis. Penelitian ini akan dilakukan pada Tahun ke 2. DAFTAR PUSTAKA Afzal S., Asad M.K, Rumana Q.F, Ansari, Muhammad F.N, and Syed S.S. (2008). redox behavior of anticancer chalcone on a glassy carbon electrode and evaluation of its interaction parameters with DNA. Int. J. Mol. Sci., 9, 1424-1434. Bohm, T., (1998). An old paradigm for treating cancer and other disease in 21 st century, Cane and Met rev, 12: 149-154. Boumendjel A., Ronot X., Boutonnat. (2009). Chalcone derivatives acting as cell cycle blockers: potensial anticancer drugs? J Curr Drug Targets. Apr;10 (4):363-71. Goldie, J.H. (2001). Drug resistance in cancer: A perspective. Cancer and Metastasis Rev, 20: 63-68. Indyah S.A., Henk T., Samhudi, Sastrohamidjojo, and Henk an der Goot. (2000). Synthesis of benzylideneacetophenones and their inhibition of lipidperoxidation. Eur. J. Med. Chem., 35, 449-457. Indyah S.A. (2007). Cyclooxygenase inhibitory activity of benzilideneaceto-fenone analogue. Recent development in curcumin pharmacochemistry. Procedding of International Symposium on Recent Progress in Curcumin Research, 11-12 September. King, R.J.B. (2000). Cancer biology, 2nd ed. England: Pearson Education Limited. toksisitas. Perlu dilakukan lebih lanjut bagai33 131 Jurnal Jurnal Penelitian Jurnal Penelitian Saintek, Penelitian Saintek, Vol.Saintek, 16,Vol. Nomor 16, Vol. Nomor 2,16, Oktober Nomor 2, Oktober 2011 2, Oktober 2011 2011 Sasayama, T.; Tanaka, K.; K.; lines in lines vitro lines in and vitro in in vitro and vivo. in andJ. vivo. in Neu-Onc., vivo. J. Mizukawa, Neu-Onc., J. Neu-Onc., Lee, Y.S., Lee, Lim, Y.S., Lee, S.S., Y.S., Lim, Shin, Lim, S.S., K.H., S.S., Shin, Shin, K.H., Kim, K.H., Y.S., Kim, Kim, Y.S., Y.S., Kawamura, 85, 123-132. 85, 123-132. 85, 123-132.A.; Kondoh, T.; Hosoda, K.; Ohuchi, Ohuchi, K.,Ohuchi, Jung, K., Jung, K., S.H. Jung, (2006). S.H. S.H. (2006). Anti(2006). Anti-AntiKohmura, E. (2007). Trans-4-lodo,4angiogenic angiogenic angiogenic and antitumoractivities and antitumoractivities and antitumoractivities of 2- of 2-of 2Ye, C.L., Liu, Ye, boranyl-chalcone C.L., J.W., Liu, Liu, J.W., Wei, J.W., D.Z., Wei, Wei, D.Z., Lu, Y.H., D.Z., Lu, Y.H., Lu, Y.H., induces antitumor hydroxy-4hydroxy-4hydroxy-4methoxychalcone. methoxychalcone. methoxychalcone. Biol. Biol.Ye, Biol.C.L., Qian, Qian, F. (2004). Qian, F. (2004). In F. against vitro (2004). In antitumor vitro In vitro antitumor actiantitumor acti- actiactivity malignant glioma cell Pharm.Pharm. Bull.Pharm. 29, Bull. 1028-1031. Bull. 29, 1028-1031. 29, 1028-1031. vity ofvity 2, of vity 4-dihydroxy-6-methoxy-3, 2,of 4-dihydroxy-6-methoxy-3, 2, 4-dihydroxy-6-methoxy-3, 5- 5lines in vitro and in vivo. 5J. Neu-Onc., Mathivadani, Mathivadani, Mathivadani, P., Shanthi, P., Shanthi, P., P.,Shanthi, andP.,Sachdananand P.,Sachdananand Sachdanan85, 123-132. dimethylchalcone dimethylchalcone dimethylchalcone againstagainst six against established six established six established dam, dam, P. (2007). dam, P. (2007). P.Apoptotic (2007). Apoptotic Apoptotic effect effect of effect of of humanhuman cancer human cancer cell lines. cancer cell Pharmacol. lines. cell lines. Pharmacol. Pharmacol. Res., Res., Res., semecarpus semecarpus semecarpus anacardium anacardium anacardium nut extract nut extract nut on extract on on 50, 505-510. 50, 505-510. 50, 505-510. T47D T47D cancer T47D cancer cell line. cancer cellCell. line. cellBiol. Cell. line.Int., Cell. Biol.31, Biol. Int., 31, Int., 31, 1198-1206. 1198-1206. 1198-1206. ________. ________. (2005). ________. (2005). In vivo (2005). Inantitumor vivo In antitumor vivoactivity antitumor activity activity by 2,by 4-dihydroxy-6-methoxy-3, by 2, 4-dihydroxy-6-methoxy-3, 2, 4-dihydroxy-6-methoxy-3, 55- 5Sasayama, Sasayama, Sasayama, T.; Tanaka, T.; Tanaka, T.;K.;Tanaka, Mizukawa, K.; Mizukawa, K.; Mizukawa, K.; K.; K.; dimethylchalcone dimethylchalcone dimethylchalcone in a insolid ain solid human a solid human human Kawamura, Kawamura, Kawamura, A.; Kondoh, A.; Kondoh, A.;T.;Kondoh, Hosoda, T.; Hosoda, T.; K.;Hosoda, K.; K.; carcinoma carcinoma carcinoma xenograft xenograft xenograft model.model. Canc. model. Canc.Canc. Kohmura, Kohmura, Kohmura, E. (2007). E. (2007). E. Trans-4-lodo,4(2007). Trans-4-lodo,4Trans-4-lodo,4Chemo.Pharm., Chemo.Pharm., Chemo.Pharm., 55, 55, 447-452. 55, 447-452. 447-452. boranyl-chalcone boranyl-chalcone boranyl-chalcone induces induces antitumor induces antitumor antitumor activityactivity against activity against malignant against malignant malignant gliomaglioma cellglioma cell cell 34 34 132 34