PENGARUH GETAH TANAMAN JARAK PAGAR (JATROPHA CURCAS L) TERHADAP DAYA HAMBAT BAKTERI Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Kedokteran Gigi Z Oleh : ANDI BAU SUSILOWATI AR J 111 11 109 UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI MAKASSAR 2014 KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Getah Tanaman Jarak Pagar (Jatropha Curcas L) Terhadap Daya Hambat Bakteri Staphylococcus aureus Secara In Vitro”. Salam dan shalawat tak lupa penulis panjatkan kepada Rasulullah SAW, yang menjadi teladan terbaik sepanjang masa. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Kedokteran Gigi. Selain itu skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat tidak hanya untuk penulis tetapi juga bagi pembaca dan peneliti lainnya untuk menambah pengetahuan dalam bidang Ilmu Prostodonsia. Dalam skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, penulis tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Selaku pembimbing skripsi drg. Supiaty, M.Kes. yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan memberi nasehat penulis dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas bantuannya selama ini, semoga Tuhan memberikan ridho dan rahmat-Nya kepada dokter dan keluarga. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. drg. Mansyur Nasir, Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi 2. drg. Hasmawati Hasan selaku penasehat akademik yang selalu memberikan arahan, dukungan dan motivasi pada penulis selama perkuliahan. 3. Ayahanda Prof. DR. Achmad Ruslan, SH., MH. dan Ibunda A. Fatmawati, SH., MH. tercinta yang selalu tulus mendoakan penulis dalam setiap kegiatan dan proses yang dijalani, memberikan motivasi yang tiada hentinya, serta dukungan baik secara materi maupun non-materi selama proses penelitian untuk penyusunan skripsi ini. 4. Saudara (i) tercinta Andi Bau Inggit AR, SH., MH., Andi Baso Zulfakar AR, SH., dan Andi Bau Medlin AR. Yang tiada henti memberikan motivasi dan dukungan di setiap harinya kepada penulis. 5. Kak Misna yang selalu memberikan semangat kepada penulis 6. Kepada semua dosen dan staf di FKG UNHAS yang selalu senantiasa memberikan bantuan selama ini kepada penulis. 7. Teman-temanku tercinta Emi, Nisa, Eva, Nasra, Dilla, Ade, serta seluruh keluarga besar OKLUSAL 2011 yang telah memberikan keceriaan dan motivasi untuk selalu semangat, serta bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Kanda-kanda Pelatih 151 kak Anto, kak Syarif, dan khususnya kak Hendra yang senantiasa memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis. 9. Teman seperjuangan skripsi Bagian Periodontologi terima kasih atas bantuan dan semangat yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Teman-teman KKN Posko Mallinrung yang selalu memberi keceriaan dan semangat buat penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 11. Seluruh staf perpustakaan FKG UNHAS yang telah banyak membantu penulis. Terima kasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuan selama penyusunan skripsi ini. Tiada imbalan yang dapat penulis berikan selain mendoakan semoga bantuan dari berbagai pihak diberi balasan oleh Allah SWT. Akhirnya dengan segenap kerendahan hati, penulis mengharapkan agar kiranya tulisan ini dapat menjadi salah satu sumbangsi ilmu dan peningkatan kualitas pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi ke depannya, juga dalam usaha peningkatan perbaikan kualitas kesehatan Gigi dan Mulut masyarakat. Aamiin. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Makassar, November 2014 Penulis ABSTRAK Latar Belakang : Salah satu bahan alam yang dapat dijadikan sebagai obat tradisional adalah tanaman jarak pagar. Tanaman jarak pagar mengandung saponin, flavanoid, dan tannin. yang efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri jenis staphylococcus aureus. Semua bagian dari tanaman jarak pagar telah digunakan sejak lama dalam pengobatan tradisonal. Terutama pada getah tanaman jarak pagar yang memiliki manfaat untuk mengobati infeksi jamur dalam mulut dan infeksi mikroba. Tujuan Penelitian : tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai pengaruh getah tanaman jarak pagar (Jatropha Curcas L) terhadap daya hambat bakteri staphylococcus aureus secara in vitro. Jenis Penelitian : jenis penelitian yang digunakan adalah Eksperimental Laboratorium. Hasil dilihat berdasarkan zona hambat Staphylococcus aureus yang terbentuk dalam jangka waktu 24 jam. Uji statistik yang digunakan adalah uji one way anova dilanjutkan ke uji least significant different (LSD) untuk melihat besarnya perbedaan antara konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100%. Setelah dilakukan uji one way Anova Hasil : ditunjukkan bahwa adanya nilai p=0,000 (p<0,05) yang artinya menunjukkan ada perbedaan yang signifikan dari setiap konsentrasi getah jarak pagar, Kesimpulan : maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh getah tanaman jarak pagar (Jatropha Curcas L) terhadap daya hambat staphylococcus aureus. Kata Kunci : Getah Tanaman Jarak Pagar (Jatropha Curcas L), Staphylococcus aureus ABSTRACT Background : One of the natural materials for traditional medicine is fence castor oil plant. This plant contains saponim, flavanoid, and tannin which are effective to block the growth of staphylococcus aureus bacterion. All parts of the fence castor oil plant have been used for a long time as traditional medicines. In particular, the latex of the plant is useful to treat the infection of fungus in the mouth and microbe infection. Objectives of Research : The research aims to obtain a description on the influence of the latex of fence castor oil plant (Jatropha Curcas L) to block staphylococcus aureus bacterion by in vitro.Type of Research : the research was an experimental laboratory study. The results were seen based on block zone of staphylococcus aureus which were formed in 24 hours. Statistic test used was anova one way test continued with least significant different (LSD) test to see the significant difference among concentration 25%, 50%, 75%, and 100% by using anova one way test. Results : The results of the research indicate the value of p=0.000 (p<0.05) meaning that there is a significant difference of each concentration of fence castor oil plant. Conclusion : it is concluded that there is an influence of the latex of fence castor oil plant (Jatropha Curcas L) to block staphylococcus aureus. Key words : The latex of fence castor oil plant (Jatropha Curcas L), staphylococcus aureus. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii ABSTRACT ........................................................................................................ vi ABSTRAK .......................................................................................................... vii DAFTAR ISI...................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x DAFTAR TABEL.............................................................................................. BAB I xi PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 2 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 3 1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 3 1.5 Hipotesis..................................................................................... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 4 2.1 Tanaman Jarak Pagar ................................................................... 4 2.1.1 Sejarah Tanaman Jarak Pagar ............................................ 4 2.1.2 Ciri-Ciri Tanaman Jarak Pagar .......................................... 5 2.1.3 Klasifikasi Tanaman Jarak Pagar ....................................... 7 2.1.4 Kandungan Tanaman Jarak Pagar ...................................... 8 2.1.5 Manfaat Tanaman Jarak Pagar ........................................... 10 2.2 Bakteri staphylococcus aureus .................................................... 11 2.2.1 Sejarah bakteri staphylococcus aureus ............................... 11 2.2.2 Ciri-ciri bakteri staphylococcus aureus .............................. 12 2.2.3 Karakteristik staphylococcus aureus.................................. 12 2.2.4 Faktor virulensi bakteri staphylococcus aureus................. 13 2.2.5 Peran Getah Jarak Terhadap Staphylococcus Aureus........ 16 BAB III KERANGKA KONSEP ..................................................................... 17 BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................... 18 4.1 Jenis Penelitian .......................................................................... 18 4.2 Rancangan Penelitian ................................................................ 18 4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 18 4.4 Variabel Penelitian .................................................................... 18 4.5 Definisi Operasional Variabel ................................................... 19 4.6 Alat dan Bahan........................................................................... 19 4.7 Prosedur Penelitian.................................................................... 20 4.8 Analisa Data .............................................................................. 22 4.9 Alur Penelitian .......................................................................... 23 BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................ 24 BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................. 29 BAB VII PENUTUP .......................................................................................... 32 7.1 Kesimpulan .................................................................................. 32 7.2 Saran ............................................................................................ 32 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... xii LAMPIRAN DAFTAR GAMBAR Gambar 1 : Jarak Pagar...................................................................................... 7 Gambar 2 : Daun Dan Ranting Jarak Pagar....................................................... 8 Gambar 3 : Batang Dan Akar Jarak Pagar........................................................ 9 Gambar 4 : Staphylococcus Aureus................................................................. 12 Gambar 5 : Cawan Petri 1................................................................................ 25 Gambar 6 : Cawan Petri 2................................................................................ 26 Gambar 7 : Cawan Petri 3................................................................................ 27 DAFTAR TABEL Tabel 5.1 Rata-rata zona hambat getah tanaman jarak pagar terhadap Bakteri staphylococcus aureus (sumber: data primer)......................................... 28 Tabel 5.2 uji one way anova zona getah tanaman jarak pagar ....................... 28 Tabel 5.3 uji least significant different (LSD) setiap konsentrasi getah tanaman jarak pagar ............... ......................................................... 29 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Rongga mulut merupakan pintu gerbang masuknya makanan kedalam tubuh manusia. Oleh karena itu rongga mulut memainkan perananan yang sangat penting dalam menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan. Dalam rongga mulut terdapat beberapa jenis mikroorganisme di antaranya adalah streptococcus, staphylococcus, dan beberapa mikrokokus berpigmen yang tergolong mikroflora normal.1 Staphylococcus aureus merupakan salah satu mikroflora nomral yang berada dalam mulut manusia yang apabila dipengaruhi oleh faktor predisposisi dapat menimbulkan infeksi.1 Salah satu penyakit dalam rongga mulut yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus aureus yaitu abses. Abses adalah pengumpulan nanah (pus) secara lokal dalam suatu kavitas yang terjadi karena hancurnya jaringan.2 Seiring dengan berkembangnya teknologi di zaman sekarang maka sangat memungkinkan pengembangan obat-obatan dari bahan alam. Indonesia memiliki banyak keanekaragaman hayati yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional, masyarakat dulu telah mempercayai bahwa dengan obat dari bahan alam mampu mengobati beberapa penyakit dan obat dari bahan alam juga jarang menimbulkan efek yang merugikan. Salah satu bahan alam yang dapat dijadikan sebagi obat tradisional adalah tanaman jarak pagar.3 Tanaman jarak pagar mengandung flavanoid, saponin, dan tannin. Semua bagian dari tanaman jarak pagar telah digunakan sejak lama dalam pengobatan tradisional. Terutama pada getah tanaman jarak pagar yang memiliki manfaat untuk mengobati infeksi pada gingiva, dan juga anti perdarahan. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh getah tanaman jarak pagar (Jatropha Curcas L) terhadap daya hambat bakteri Staphylococcus Aureus secara in vitro dalam penulisan karya ilmiah penulis. 1.2 RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah ada pengaruh getah tanaman jarak pagar (Jatropha Curcas L) terhadap daya hambat bakteri Staphylococcus Aureus secara in vitro. 1.3 TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai pengaruh getah tanaman jarak pagar (Jatropha Curcas L) terhadap daya hambat bakteri Staphylococcus Aureus secara in vitro. 1.4 MANFAAT PENELITIAN Manfaat dari penelitian ini adalah menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang manfaat dan kegunaan dari getah tanaman jarak pagar (Jatropha Curcas L). 1.5 HIPOTESIS Hipotesis penelitian ini adalah getah tanaman jarak pagar (jatropha curcas l) dapat menghambat bakteri staphylococcus aureus. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TANAMAN JARAK PAGAR 2.1.1 Sejarah Tanaman Jarak Pagar Jarak pagar (jatropha curcas l) merupakan jenis tanaman semak atau pohon yang tahan terhadap kekeringan sehingga tahan hidup di daerah dengan curah hujan rendah. Tanaman dari keluarga euphorbiaceae ini banyak ditemukan di Afrika Tengah dan Selatan, Asia Tenggara, dan India. Awalnya, tanaman ini kemungkinan didistribusikan oleh pelaut Portugis dari Karbia melalui pulau Cape Verde dan Guinea Bissau ke Negara lain di Afrika dan Asia. Jarak pagar dapat diperbanyak dengan setek. Sesuai dengan namanya, tanaman ini awalnya secara luas ditanaman sebagai pagar untuk melindungi lahan dari serangan ternak.3 Jarak pagar (jatropha curcas l, Euphorbiaceace) merupakan tumbuhan semak berkayu yang banyak ditemukan di daerah tropik. Tumbuhan ini dikenal sangat tahan kekeringan dan mudah diperbanyak dengan stek. Walaupun telah lama dikenal sebagai bahan pengobatan dan racun, saat ini ia makin mendapat perhatian sebagai sumber bahan bakar hayati untuk mesin diesel karena kandungan minyak bijinya. Peran yang agar serupa sudah lama diamainkan oleh kerabatnya, jarak pohon (Ricinus communis), yang bijinya menmghasilkan minyak campuran untuk pelumas.4 Tanaman jarak pagar adalah anggota dari famili Euphorbiaceace. Tanaman ini memiliki berbagai macam nama sebutkan antara lain barbadosnut, black vomit nut, curcas bean, kukui haole, physic nut, purge nut, purgeerboontjie dan purging nut tree (Begg dan Gaskin, 2006). Sesuai dengan namanya, tanaman ini memang dimanfaatkan masyarakat sebagai tanaman pagar serta obat tradisonal, disamping sebagai bahan bakar dan minyak peluas. Tanaman jarak pagar ini berasal dari Amerika tropis dan tumbuh menyebar hampir di seluruh dunia khususnya di wilayah tropis dan subtropis. Beberapa jenis tanaman jarak yang tercatat di Indonesia di antaranya adalah jarak kaliki/kastor (Ricinus communis), jarak pagar (jatropha curcas) , jarak gurita (jatropha multifida), dan jarak landi (jatropha gossypifolia). Tanaman jarak pagar mampu tumbuh pada tanah berpasir, bebatu, lempung, ataupun tanah liat, sehingga jarak pagar dapat dikembangkan pada lahan kritis.5 2.1.2 Ciri-Ciri Tanaman Jarak Pagar Tanaman jarak pagar atau jatropha curcas merupakan tanaman perdu dapat tumbuh tinggi mencapai 1-7 m, dan memiliki cabang yang tidak beraturan. Batang kayu berbentuk silindris dan jika di potong akan mengeluarkan getah. Adapun bagian jatropha curcas yaitu daun jatropha curcas merupakan daun tunggal memiliki sudut 3-5. Daun menyebar diseluruh batang. Daun pada permukaan atas dan bawah berwarna hijau, namun pada bagian bawahnya sedikit lebih pucat. Lebar daun menyerupai hati atau oval dengan panjang 5-15 cm. Daun berlekuk, bergaris hingga ke tepi. Tulang daun menjari dengan 5-7 tulang daun utama. Daun dihubungkan dengan tangkai yang memiliki panjang sekitar 4-15 cm. Bunga tanaman jarak adalah bunga majemuk berbentuk malai, berwarna hijau kekuningan, berkelamin tunggal dan berumah satu (putik dan benang sari dalam satu tanaman). Bunga betina 4-5 kali lebih banyak dari bunga jantan.6 Bunga jantan maupun bunga betina tersusun dalam rangkaian berbentuk cawan yang tumbuh di ujung batang atau ketiak daun. Bunganya mempunyai 5 kelopak berbentuk bulat telur dengan panjang kurang lebih 4 mm. Benang sari mengumpul pada pangkal dan berwarna kuning. Tangkai putik pendek berwarna hijau dan kepala putik melengkung keluar berwarna kuning. Bunganya mempunyai 5 mahkota berwarna keunguan, setiap tandan terdapat lebih dari 15 bunga. Jarak pagar termasuk tanaman monoecious dan bunganya uniseksual. Kadangkala muncul bunga hermaprodit yang berbentuk cawan berwarna hijau kekuningan. Buah tanaman jarak berupa kotak berbentuk bulat telur dengan diameter 2-4 cm. Panjang buah 2 cm dengan ketebalan sekitar 1 cm. Buah berwarna hijau ketiak muda dan berubah menjadi abu-abu kecoklatan atau kehitaman ketika masak. Buah jarak terbagi menjadi 3 ruang, msaing-masing ruang berisi satu biji sehingga dalam setiap buah terdapat 3 biji. Biji berbentuk bulat lonjong dan berwarna cokelat kehitaman. Biji inilah yang banyak mengandung minyak dengan rendemen sekitar 30%-50% dan mengandung toksisn sehingga tidak dapat dimakan.7 2.1.3. Klasifikasi Tanaman Jarak Pagar Gambar 1 Sumber : Jarak Pagar Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Euphorbiales Family : Euphorbiaceace Genus : Jatropha Spesies : Jatropha Curcas L 2.1.4. Kandungan Tanaman Jarak Pagar 1. Daun dan ranting Daun dan ranting jarak pagar mengandung flavanoid, apigenin, vitexin, dan isovitexin. Daun jarak pagar juga mengandung dimer dari triterpene alkohol (C6H117O9) dan dua flavanoid glikosida.3 Gambar 2 Sumber : jarak pagar 2. Batang dan akar Berbagai asam organik seperti saponin,dan tannin, senyawa fridelin, epipridelinol, tetrasiklik triterpenester jatrocurin dan scopoletin. Sedangkan pada kulit batang mengandung senyawa b-amyrin, b-sitosterol, dan tarasterol. Akar jarak pagar mengandung b-sitosterol dan b-D-glukosida, marmesin, propacin,curculathyrane A dan B, diterpenoid jatrophol, jatropholone A dan B, coumarin tomentin, dan coumarino-lignan jatrophin.3 Gambar 3 Sumber : batang dan akar jarak pagar 3. Getah Getah jarak pagar mengandung flavanoid yang dapat berfungsi sebagai antifungi, antiseptik, dan anti radang. Saponin dapat memacu pertumbuhan kolagen dalam proses penyembuhan dan juga memiliki efek menghilangkan rasa sakit dan merangsang pembentukan sel-sel baru, getah jarak juga mengandung tannin (18%) yang berfungsi sebagai obat kumur dan gusi berdarah serta obat luka. Jatrophine (mengandung alkoloid), yang diketahui bermanfaat dalam hal analgesik. Getah jarak bersifat antimikroba sehingga dapat mengusir bakteri seperti jenis staphylococcus, streptococcus, dan escherichia choli.8 Flvanoid merupakan golongan terbesar dari senyawa fenol. Jenis utama flavanoid yang terdapat dalam tanaman antara lain dihidrokalkon, kalkon, katekin, leukoantosianidin,flavanon, flavon, flavanol, garam flabilium, antosianidin, dan auron. Flavanoid sangat efektif digunakan sebagai antioksidan, senyawa flavanoid dapat mencegah penyakit kardiovaskuler dengan menurunkan oksidasi Low Density Protein (LDL) . flavanoid yang terkandung dalam ekstrak kulit batang jarak memiliki aktivitas biologi seperti antimikroba, anti alergi, dan antioksidan. Flavanoid memiliki spektrum sktivitas antimikroba yang luas dengan mengurangi kekebalan pada organisme sasaran.3,11 Saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang dihasilkan dari grup steroid atau triterpen yang berikatan dengan gula, senyawa ini memiliki pengaruh biologis yang menguntungkan yaitu bersifat sebagai hipokolesterolemik dan antikarsinogen serta dapat meningkatkan sistem imun. Saponin menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroba dengan cara berinteraksi dengan membran sterol. Efek utama saponin terhadap bakteri adalah pelepasan protein dan enzim dari dalam sel-sel.3,11 Jatrophine (mengandung alkaloid), senyawa alkaloid umumnya mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atoim nitrogen sebagai bagian dari sistem siklik. Senyawa alkaloid memiliki aktivitas fisiologi sehingga banyak digunakan dalam bidang pengobatan. Kuinin, morfin, dan striknin adalah alkaloid yang memiliki pengaruh fisiologi dan psikologis. alkaloid pirolizidin diketahui memiliki aktivitas antikanker.3 2.1.5 Manfaat Tanaman Jarak Pagar Semua bagian tanaman jarak pagar telah digunakan sejak lama dalam pengobatan tradisional. Tanaman jarak pagar dapat digunakan untuk mengobati penyakit kulit, dan untuk mengobati rematik sari pati cairan daunnya digunakan sebagai obat batuk dan antiseptik pasca melahirkan. Bahan yang berfungsi meredakan luka dan peradangan juga telah di isolasi dari bagian tanaman jarak.3,4 2.2 Bakteri Staphylococcus aureus 2.2.1 Sejarah Staphylococcus aureus Staphylococcus aureus pertama kali diamati dan dibiakan oleh pasteur dan koch dan kemudian diteliti secara lebih terinci oleh Ogston dan Rosenbach pada era tahun 1880-an. Nama genus staphylococcus diberikan oleh Ogston karena ia melihat pada pengamatan mikroskopis, bakteri ini membentuk kluster seperti setangkai buah anggur, sedangkan nama spesies aureus diberikan oleh Rosenbach karena pada biakan murni koloni bakteri ini memiliki pigmen berwarna kuning keemasan.1 Staphylococcus berasal dari bahasa yunani yaitu staphylococcus yang berarti sekelompok anggur dan aureus yang berarti emas , S. Aureus memiliki banyak sinonim, antara lain staphylococcus phyogenes aureus, staphylococcus phyogenes var aureus, micrococcus phyogenes var, aureus, micrococcus phyogenes var, albus. S. A ureus pertama kali isolasi ketika ditemukan pada jaringan yang terinfeksi berupa pus oleh Ogston pada tahun 1881, namun baru dapat dikultur dan diidentifikasi sebagai S. Aureus oleh Rosenbach pada tahun 1884. 2.2.2 Ciri-Ciri Staphylococcus Aureus Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif yang menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkan spora dan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-1,0 µm. S. Aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37% dengan waktu pembelahan 0,47 jam. Staphylococcus aureus termasuk kedalam kelompok bakteri mesofilik, namun terdapat beberapa galur staphylococcus aureus yang mampu tumbuh pada suhu rendah 6-70C. Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora. Akibat pengaruh beberapa zat kimia. Staphylococcus bisa kehilangan dinding selnya yang keras dan berubah kembali menjadi staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu.8 2.2.3 Karakteristik Staphylococcus aureus Kingdom Gambar 4 Sumber : Staphylococcus Aureus : Monera Divisio : Firmicutes Class : Bacilli Order : Bacillaes Family : Staphylococcaceae Genus : Staphylococcus 2.2.4 Faktor Virulensi Staphylococcus aureus S. aureus dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuannya tersebar luas dalam jaringan dan melalui pembentukan berbagai zat ekstraseluler. Berbagaizat yang berperan sebagai faktor virulensi dapat berupa protein, termasuk enzimdan toksin,9,16 contohnya : 1. Katalase Katalase adalah enzim yang berperan pada daya tahan bakteri terhadap proses fagositosis. Tes adanya aktivtias katalase menjadi pembeda egnus Staphylococcus dari Streptococcus (Ryan et al., 1994; Brooks et al., 1995).20 2. Koagulase Enzim ini dapat menggumpalkan plasma oksalat atau plasma sitrat, karena adanya faktor koagulase reaktif dalam serum yang bereaksi dengan enzim tersebut. Esterase yang dihaslki an dapat meningkatkan aktivitas penggumpalan, sehingga terbentuk deposit fibrin pada permukaan sel bakteri yang dapat menghambat fagositosis (Warsa, 1994).18 3. Hemolisin Hemolisin merupakan toksin yang dapat membentuk suatu zona hemolisis di sekitar koloni bakteri. Hemolisin pada S. aureus terdiri dari alfa hemolisin, beta hemolisisn, dan delta hemolisisn. Alfa hemolisin adalah toksin yang bertanggung jawab terhadap pembentukan zona hemolisis di sekitar koloni S. aureus pada medium agar darah. Toksin ini dapat menyebabkan nekrosis pada kulit hewan dan manusia. Beta hemolisin adalah toksin yang terutama dihasilkan Stafilokokus yang diisolasi dari hewan, yang menyebabkan lisis pada sel darah merah domba dan sapi. Sedangkan delta hemolisin adalah toksin yang dapat melisiskan sel darah merah manusia dan kelinci, tetapi efek lisisnya kurang terhadap sel darah merah domba (Warsa, 1994).18 4. Leukosidin Toksin ini dapat mematikan sel darah putih pada beberapa hewan. Tetapi perannya dalam patogenesis pada manusia tidak jelas, karena Stafilokokus patogen tidak dapat mematikan sel-sel darah putih manusia dan dapat difagositosis (Jawetz et al., 1995).19 5. Toksin eksfoliatif Toksin ini mempunyai aktivitas proteolitik dan dapat melarutkan matriks mukopolisakarida epidermis, sehingga menyebabkan pemisahan intraepitelial pada ikatan sel di stratum granulosum. Toksin eksfoliatif merupakan penyebab Staphylococcal Scalded Skin Syndrome, yang ditandai dengan melepuhnya kulit (Warsa, 1994).18 6. Toksin Sindrom Syok Toksik (TSST) Sebagian besar galur S. aureus yang diisolasi dari penderita sindrom syok toksik menghasilkan eksotoksin pirogenik. Pada manusia, toks in ini menyebabkan demam, syok, ruam kulit, dan gangguan multisistem organ dalam tubuh (Ryan, et al., 1994; Jawetz et al., 1995).17, 20 7. Enterotoksin Enterotoksin adalah enzim yang tahan panas dan tahan terhadap suasana basa di dalam usus. Enzim ini merupakan penyebab utama dalam keracunan makanan, terutama pada makanan yang mengandung karbohidrat dan protein (Jawetz et al., 1995).19 2.3 PERAN GETAH JARAK TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus Tumbuhan Jarak (Jatropha Curcas L.) memiliki aktivitas antimikroba dan antioksidan. Kandungan kimia dari Tumbuhan Jarak ( Jatropha Curcas L.) yaitu pada daun mengandung Saponin, Flavonoida, Tannin Dan Senyawa Polifenol. Batang mengandung Saponin, Flavonoid, Tannin dan senyawa -senyawa polifenol. Getahnya mengandung Tannin, Flavonoid Dan Saponin.10 Kandungan kimia Tannin, Flavonoid Dan Saponin yang terdapat dalam Getah Tumbuhan Jarak (Jatropha Curcas L), bersifat antimikroba sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri jenis staphylococcus.4 Staphylococcus adalah bakteri gram positif, berbentuk kokus/sferis (bulat), umumnya membentuk formasi ireguler seperti buah anggur. Sebagian merupakan bagian dari flora normal kulit dan mukosa yang jika dalam keadaan inang yang lemah imunitasnya dapat menimbulkan infeksi opotunistik berupa radang supuratif dan abses.1 BABA III KERANGKA KONSEP GETAH TANAMAN JARAK BAB IV FLAVANOID, SAPONIN, TANNIN METODE PENELITIAN ANTIMIKROBA STAPHYLOCOCCUS AUREUS Ket : Variabel independen : Variabel intervening : Variabel dependen : BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 JENIS PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah Eksperimental Laboratorium. 4.2 RANCANGAN PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan adalah Posted-Only Control Group Design. 4.3 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN 4.3.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi FK Unhas. 4.3.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan September - Oktober 2014 4.4 VARIABEL PENELITIAN 1. Variabel Independen : Getah Tanaman Jarak Pagar 2. Variabel intervening : Kandungan Getah Jarak Flavanoid,Tannin, Dan Saponin 3. Variabel Dependen : Staphylococcus aureus 4.5 DEFINISI OPERASIONAL PENELITIAN 1. Getah Tanaman Getah Jarak Pagar adalah suatu cairan bening yang diperoleh dengan cara memetik tangkai atau batang tanaman jarak pagar. 2. Staphylococcus Aureus adalah bakteri yang bersifat pathogen. Infeksi yang disebabkan oleh karena bakteri ini biasanya abses. 4.6 ALAT DAN BAHAN 4.6.1 Alat : 1. Handskun 2. Masker 3. Cawan Petri 4. Incubator 5. Spirtus 6. Ose Bulat 7. Paper Disk 8. Tabung Reaksi 9. Jangka Sorong 10. Autoclave 11. Pinset 4.6.2 Bahan : 1. Getah Jarak Pagar : 8ml 2. Bakteri Staphylococcus Aureus 3. Medium MHA 4. Aquades 4.7 PROSEDUR PENELITIAN 1. Sterilisasi alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini disterilkan terlebih dahulu 2. Pembuatan Medium Muller Hinton Agar (MHA) MHA ditimbang sebanyak 38 gram menggunakan 1 liter aquades sebagai pelarut. Media disterilisasi dalam autoclave pada suhu 1210C selama 15 menit, selanjutnya dimasukkan dalam cawan petri 10 ml dan dibiarkan hingga memadat.15 3. Pemurnian Staphylococcus aureus 1. Ose digoreskan pada biakan murni sampai terlihat mikroba menempel pada ose, kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri yang berisi MHA yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. 2. Cawan petri selanjutnya disimpan dalam inkubator selama 1x24 jam pada suhu 370C. 4. Pengambilan Getah Tanaman Jarak Pagar 1. Petik daun jarak pagar dengan melukai tangkai tanaman jarak pagar, maka jarak pagar tersebut akan menngeluarkan getah agak keputih-putihan. 2. Setelah cairan getah jarak menetes masukkan getah tersebut kedalam 1 tabung reaksi. 3. Setelah itu getah dibawah ke laboratorium untuk dibuatkan beberapa konsentrasi yaitu 25%, 50%, 75%, dan 100% (Sumber : Napanggala A, dan kaswan) . 5. Cara Pembuatan Konsentrasi Getah Jarak Pagar 1. Untuk membuat getah jarak pagar dengan konsentrasi 25% maka dibutuhkan getah jarak sebanyak 0,25 ml yang telah ditimbang dengan menggunakan neraca analitik dan kemudian dicampur dengan aquades steril sebanyak 100 cc, lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi dan diberi label 25%. 2. Untuk membuat getah jarak pagar dengan konsentrasi 50% maka dibutuhkan getah jarak sebanyak 0,5 ml yang telah ditimbang dengan menggunakan neraca analitik dan kemudian dicampur dengan aquades steril sebanyak 100 cc, lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi dan diberi label 50%. 3. Untuk membuat getah jarak pagar dengan konsentrasi 75% maka dibutuhkan getah jarak sebanyak 0,75 ml yang telah ditimbang dengan menggunakan neraca analitik dan kemudian dicampur dengan aquades steril sebanyak 100 cc, lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi dan diberi label 75%. 4. Untuk membuat getah jarak pagar dengan konsentrasi 100% maka dibutuhkan getah jarak sebanyak 1 ml yang telah ditimbang dengan menggunakan neraca analitik, lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi dan diberi label 100%. 6. Uji Daya Hambat Mikroba 1. Siapkan 3 cawan petri yang berisi MHA yang telah dibuat, kemudian tuang MHA yang telah dicampur dengan bakteri staphylococcus aureus 2. Celupkan paper disk pada konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100% getah jarak 3. Setelah itu tempatkan paper disk tersebut ke cawan petri yang telah berisi MHA dan koloni bakteri staphylococcus aureus 4. Inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 370C 7. Pengamatan Zona Hambat Pengamatan zona inhibisi dilakukan setelah 1x24 jam masa inkubasi. Zona bening merupakan petunjuk kepekaan bakteri terhadap bahan anti bakteri yang digunakan sebagai uji dan dinyatakan dengan luas zona hambat. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong. 4.8 ANALISA DATA 4.8.1 Jenis Data : Data Primer 4.8.2 Penyajian Data : Dalam Bentuk Tabel 4.8.3 Pengolahan Data : Diolah Menggunakan SPSS Versi 20.0 4.8.4 Analisis Data : Uji One Way Anova Dan Least Significant Different (LSD) 4.9 ALUR PENELITIAN Suspensi Staphylococcus Aureus Pembuatan MHA Pembuatan Bahan Uji Getah Jarak Pagar Dengan Konsentrasi 25%,50,75%,100% Uji Daya Hambat Inkubasi Pengamatan Zona Inhibisi BAB V HASIL PENELITIAN Pada penelitian ini bahan uji yang digunakan adalah getah tanaman jarak pagar (jatropha curcas l) dengan konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100%, dilanjutkan dengan melakukan uji daya hambat terhadap bakteri staphylococcus aureus dan di replikasi 3 kali kemudian di inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 370C. Hasil pengamatan setelah di inkubasi yaitu : Percobaan 1 50% 75% % 25% 100% Gambar 5 Pada percobaan pertama ini konsentrasi 100% merupakan konsentrasi yang paling luas zona hambatnya dengan luas 15 mm, disusul dengan konsentrasi 75% dengan luas 13 mm, konsentrasi 50% dengan luas 12,4 mm, dan konsentrasi 25% dengan luas 8,6 mm. Percobaan 2 25% 100% 50% 75% Gambar 6 Pada percobaan kedua ini konsentrasi 100% merupakan konsentrasi yang paling luas zona hambatnya dengan luas 14,5% mm, disusul dengan konsentrasi 75% dengan luas 13,5 mm, konsentrasi 50% dengan luas 12 mm, dan konsentrasi 25% dengan luas 8,9 mm. Percobaan 3 25% 50% 100% 75% Gambar 7 Pada percobaan ketiga ini konsentrasi 100% merupakan konsentrasi yang paling luas zona hambatnya dengan luas 15,2 mm, disusul dengan konsentrasi 75% dengan luas 13,8 mm, konsentrasi 50% dengan luas 13 mm, dan konsentrasi 25% dengan luas 9,7 mm. Setelah melakukan uji daya hambat getah tanaman jarak pagar pada konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100% terhadap bakteri staphylococcus aureus, dapat dilihat rata- rata dari zona hambat getah tanaman jarak pagar pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 . Rata-rata zona hambat getah tanaman jarak pagar terhadap bakteri staphylococcus aureus ( Sumber : Data primer) Luas zona hambat Getah tanaman jarak pagar Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3 Konsentrasi 25% 9,3 8,6 10,5 Ratarata (mm) 9,1 Konsentrasi 50% 12,4 12 13 12,5 Konsentrasi 75% 13 13,5 13,8 13,5 Konsentrasi 100% 15 14,5 15,2 14,9 Berdasarkan hasil rata-rata zona hambat getah tanaman jarak pagar terhadap bakteri staphylococcus aureus dapat dilihat pada tabel 5.1 yang menunjukkan bahwa konsentrasi yang paling besar rata-rata nya yaitu konsentrasi 100% dengan luas diameter 14,9 mm, disusul dengan konsentrasi 75% dengan luas 13,5 mm, konsentrasi 50% dengan luas 12,5 mm, dan konsentrasi 25% dengan luas 9,1 mm. Untuk melihat perbedaan zona hambat yang terbentuk dari setiap konsentrasi getah tanaman jarak pagar dan untuk membandingkan dari setiap konsentrasi tersebut , maka dilakukan uji one way Anova. Tabel 5.2. Uji one way anova zona hambat getah jarak pagar ANOVA Zona_Hambat Between Groups Within Groups Total Sum of Squares Df Mean Square 65.675 3 21.892 3.045 12 .254 68.720 15 F 86.273 Sig. .000 Setelah dilakukan uji statistik dengan uji analisis one way Anova terhadap data hasil penelitian maka di peroleh hasil uji adalah 0.000. Hal ini menunjukkan ada perbedaan yang signifikan dari setiap konsentrasi getah jarak pagar dengan pertimbangan hasil yang kurang dari 0,05 dinyatakan ada perbedaan dari masingmasing zona hambat dari konsentrasi. Dilanjut dengan uji nilai signifikan perbandingan atau uji Least Significant Different (LSD) untuk melihat besarnya perbedaan antara konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100%. Tabel 5.3. Uji Least Significant Different (LSD) setiap konsentrasi getah tanaman jarak pagar Konsentrasi 25% 50% 75% 100% 25% - 0,000 0,000 0,000 50% 0,000 - 0,018 0,000 75% 0,000 0,018 - 0,002 100% 0,000 0,000 0,002 - *Post Hoc Test. Least Significant Difference’s Test (LSD) : p < 0,05 : Significant BAB VI PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin pada bulan September 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai pengaruh getah tanaman jarak pagar (jatropha curcas l) terhadap daya hambat bakteri staphylococcus aureus. Sehingga untuk mendapatkan gambaran mengenai apakah ada pengaruh getah tanaman jarak pagar (jatropha curcas l) terhadap daya hambat bakteri staphylococcus aureus maka dilakukan penelitian getah tanaman jarak pagar dengan konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100% dan dilakukan replikasi 3 kali pada bakteri staphylococcus aureus dan di inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 370C. Pada percobaan pertama memperlihatkan zona inhibisi pada konsentrasi 25% dengan luas zona hambat 8,6 mm, konsentrasi 50% dengan luas zona hambat 12,4 mm, konsentrasi 75% demgan luas zona hambat 13 mm, dan konsentrasi 100% dengan luas zona hambat 15 mm. Pada percobaan kedua memperlihatkan zona inhibisi pada konsentrasi 25% dengan luas zona hambat 8,9 mm, konsentrasi 50% dengan luas zona hambat 12 mm, konsentrasi 75% dengan luas zona hambat 13,5 mm, dan konsentrasi 100% dengan luas zona hambat 14,5 mm. Pada percobaan ketiga memperlihatkan zona inhibisi pada konsentrasi 25% dengan luas zona hambat 9,7 mm, konsentrasi 50% dengan luas zona hambat 13 mm, konsentrasi 75% dengan luas zona hambat 13,8 mm, dan konsentrasi 100% dengan luas zona hambat 15,2 mm. Dari ketiga hasil percobaan diatas memperlihatkan bahwa konsentrasi 100% lebih luas zona hambatnya dengan rata-rata 14,9 mm, kemudian disusul dengan konsentrasi 75% dengan luas rata-rata 13,5 mm, konsentrasi 50% dengan luas rata-rata 12,5 mm, dan konsentrasi 25% dengan luas rata-rata 9,1 mm. Berdasarkan tabel 5.1 dan 5.2 ditunjukkan bahwa adanya nilai p=0,000 (p<0,05) yang artinya menunjukkan ada perbedaan yang signifikan dari setiap konsentrasi getah jarak pagar, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh getah tanaman jarak pagar (jatropha curcas l) terhadap daya hambat staphylococcus aureus. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilkakukan oleh Imroatus Sholihah, memperlihatkan ada pengaruh signifikan konsentrasi getah jarak (jatropha curcas l) terhadap bakteri staphylococcus aureus12 dan pada Penelitian Hidayat A. Juga memperlihatkan adanya pengaruh getah tanaman jarak pagar terhadap daya hambat bakteri streptococcus mutans.13 Jika dikaitkan dengan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa banyaknya zat antimikroba yang terkandung dalam getah jarak yang tidak lain yaitu flavanoid, saponin, dan tannin efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri jenis staphylococcus aureus. Tentu saja dengan adanya hasil dari ketiga percobaan tersebut dapat menambah lagi manfaat dari getah jarak pagar, karena selain getah tanaman jarak pagar tersebut dapat menghambat bakteri streptococcus mutans, getah jarak pagar ini juga dapat menghambat bakteri staphylococcus aureus. BAB VII PENUTUP 7.1 KESIMPULAN 1. Hasil dari uji zona hambat adalah konsentrasi 100% dengan rata-rata diameter 14,5 mm,konsentrasi 75% dengan rata-rata 13,5 mm, konsentrasi 50% dengan rata- rata 12,5 mm, dan konsentrasi 25% dengan rata-rata 9,1 mm. 2. Sehingga terbukti bahwa getah jarak pagar berpengaruh dalam menghambat bakteri staphylococcus aureus. 7.2 SARAN Berdasarkan karya tulis ini, maka penulis mengajukan saran agar diadakannya penelitian eksperimental lebih lanjut untuk menguji apa saja yang terkandung dalam getah tanaman bidang kedokteran gigi. Jarak yang dapat bermanfaat di DAFTAR PUSTAKA 1. Mikrobiologi kedokteran [internet] Available from : http://eprints.unsri.ac.id/1786/2/Mikrobiol2012_OK.pdf di akses 2014 2. Abu Bakar, drg. Buku kedokteran gigi klinis. yogyakarta.2012. 3. Syah Alam NA. Ebook biodisel jarak pagar bahan alternatif yang ramah lingkungan. 4. Jarak pagar [internet] Available from : http://id.wikipedia.org/wiki/Jarak_pagar diakses 2013 5. Biodisel [internet] Available from : http://www.biologisel.com/2013/10/jarak-pagar-jatropha-curca-l-dan.html di akses 2013 6. Hambali, E, A. Dadang,etc.2007. jarak pagar tanaman penghasil biodisel. SBRC.LPPM-IPB, Bogor. 7. Kaswan. Pengaruh getah tumbuhan jarak pagar (jatropha curcas l) terhadap pertumbuhan bakteri streptococcus hasil isolasi pasca pencabutan gigi. Skripsi fakultas kedokteran gigi universitas hasanuddin . 2012 8. Staphylococcus aureus [internet] Available from : http://id.wikipedia.org/wiki/Staphylococcus_aureus di akses 2014 9. Satifil I. Resep jarak pagar. Kliping humas unpad. 2011. Available from : URL: http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2011/09/pustaka_unpad_staphylococcus.pdf diakses 2014 10. Nurmillah O.Y. Kajian aktivitas antioksidan dan antimikroba ekstrak biji, kulit buah, batang dan daun tanaman jarak pagar (jatropha curcas l.). Fakultas teknologi pertanian institut pertanian bogor. 2009. http://ejournal.upnjatim.ac.id/index.php/rekapangan/article/download/437/337 11. Napanggala A, susianti, Aprilliana E. Effect of jatrophas’s (jatropha curcas l) sap topically in the level of cuts recovery on white rats sprague dawley strain. 12. Sholihah Imroatus. pengaruh konsentrasi getah jarak pagar (jatropha curcas linn)terhadap pertumbuhan staphylococcus aureus. Tugas Akhir from Perpustakaan UMSurabaya. 2014. 13. Hidayat A. Pengaruh getah tumbuhan jarak pagar (jatropha curcas l) dan lendir bekicot (achatina fulica) terhadapa daya hambat bakteri streptococcus mutans. 14. Yanti. Y . warbug , vonny N.S. Wowor, Jimmy Posangi. Daya hambat ekstrak spons laut callyspongia sp terhadap pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus. 15. Nuria CM, Arvin F, Sumontri. Uji aktivitas ekstrak etanol daun jarak pagar (jatropha curcas l) terhadap bakteri staphylococcus aureus AT CC 25923, Escherichia Coli AT CC 25922, dan salmonella thypi AT CC 1408. Jurnal ilmu-ilmu pertanian vol 5 no 3, 2009. 16. Duta, G.N., Gogoi, Jully, Buragohain, and Jyoti. 2001. Inactivation of Chloramphenicol by Staphylococcus aureus biotype C from humans andanimal. Avalaible at : http//www.Indian Journal of Medical Research (diakses juni 2014) 17. Brooks, G.F., J.S. Butel, and L.N. Ornston. 1995. Medical Microbiology. 4th ed.Conecticut: Appleton & Lange, Simon & Schuster Company. p.197202. 18. Warsa, U.C. 1994. Staphylococcus dalam Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Edisi Revisi. Jakarta : Penerbit Binarupa Aksara. hal. 103110. 19. Jawetz, E., J.L. Melnick., E.A. Adelberg., G.F. Brooks., J.S. Butel., dan L.N.Ornston. 1995. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi ke-20 (Alih bahasa :Nugroho & R.F.Maulany). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. hal. 211,213,215. 20. Ryan, K.J., J.J. Champoux, S. Falkow, J.J. Plonde, W.L. Drew, F.C. Neidhardt,and C.G. Roy. 1994. Medical Microbiology An Introduction to Infectious Diseases. 3rd ed. Connecticut: Appleton&Lange. p.254.