* 1.1 Latar Belakang Sebagai negara yang memiliki banyak pulau, negara kita juga memiliki banyak laut yang berarti pula menghasilkan banyak ikan. Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat dalam dan bahkan luar negeri. Selain karena rasanya, ikan banyak disukai karena memberi manfaat untuk kesehatan tubuh yaitu mempunyai kandungan protein yang tinggi dan kandungan lemak yang lebih rendah dibanding sumber protein hewani lain. Namun, ikan cepat membusuk karena adanya bakteri dan enzyme jika dibiarkan begitu saja tanpa proses pengawetan. Proses pengawetan ikan yang umum dilakukan adalah dengan penggaraman, pengeringan, pemindangan, pengasapan dan pendinginan (Adawyah 2007). Jarak pagar (Jatropha curcas L.) sudah lama dikenal oleh masyarakat kita sebagai tanaman obat dan penghasil minyak lampu atau sebagai energi alternatif yaitu Bijinya digunakan sebagai Bio-diesel dan daunnya biasa digunakan sebagai obat karna bahan kimia yang terkandung didalamnya adalah α-amirin, kampesterol, β-sitosterol, 7-ketosittosterol, dan HCN. Efek farmakologisnya diantaranya melancarkan peredaran darah, menghilangkan bengkak, menghentikan pendarahan, dan menghilangkan gatal (Depkes dan Kesejahteraan Sosial RI, 2009). Pulau Buano yang terletak di Kabupaten Seram Bagian Barat yang dikelilingi oleh laut, dan di dalam pulau Buano terdapat dua desa yaitu desa Buano utara dan Desa Buano Selatan dua desa tersebut terletak di penggiran pantai sehingga masyarakat sebagian besar mata pencaharian sebagai nelayan dan petani, dari hasil tangkapan yang banyak di dapat adalah ikan tongkol, sehingga perlu di lakukan pengawetan yaitu pencegahan kegatalan pada ikan dengan menggunakan daun jarak sehingga Ikan tersebut dapat di konsusmsi dengan baik, salah satu metode ini telah dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat di Desa Buano Utara, Kecamatan Waisala, Kabupaten Seram Bagian Barat, Propinsi Maluku. 2.1 Rumusan Masalaah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah ada pengaruh pemberian daun jarak pagar (Jatropha curcas L) terhadap cita rasa pada ikan tongkol (Euthynnus affinis) ? 3.1 Tujuan Penelitian Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian daun jarak pagar (Jatropha curcas L) terhadap cita rasa pada ikan tongkol (Euthynnus affinis) . 4.1 Manfaat Penelitian 1. Masyarakat 1. Memberikan laporan tentang cara mencegah gatal pada ikan dengan menggunakan daun jarak pagar (Jatropha curcas L.) 2. Meningkatkan nilai guna daun jarak pagar (Jatropha curcas L) sebagai bahan untuk mencegah kegatalan secara alami pada ikan yang aman terhadap kesehatan manusia 3. Memberikan informasi tentang daun jarak pagar (Jatropha curcas L) sebagai bahan untuk mencegah kegatalan pada ikan. 2. Pemerintah Meningkatkan pembinaan melalui penyuluhan kapada masayarakat tentang pentingnya pemakaian pengawetan secara alami khususnya daun jarak pagar (Jatropha curcas L) yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pencegahan kegatalan pada ikan. 3. Mahasiswa Menambah, serta memperluas wawasan berfikir dan sebagai pengalaman dalam upaya pengetahuan mempelajari manfaat daun Jarak pagar (Jatropha curcas L.) sebagai bahan pengawetan pada ikan . Untuk dapat mengaplikasikan yang di dapat selama mengikuti perkuliahan, khususnya yang berkaitan dengan ikan dan tanaman. 5.1 Penjelasan Istilah Agar tidak terjadi penafsiran yang keliru terhadap judul yang di kaji, maka penulis memberikan penjelasan istilah yang berkaitan dengan judul yaitu 1. Ikan Binatang bertulang belakang yang hidup di air, berdarah dingin, umumnya bernapas dengan ingsan, biasanya bersisik, bergerak dan menjaga keseimbangan badannya dengan menggunakan sirip. (Moeliono, M. Anton. Dkk 2009) 2. Pengaruh Daya yang ada atau timbul dari sesuatu, orang, benda (Moeliono, M. Anton. Dkk 2009) 3. Tanaman Jarak Pagar Tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan biodiesel, obat. ((Muhamad L. Taufan 2007) 4. Cita Rasa Suatu cara pemelihan makanan yang harus dibedakan dari rasa (taste) makanan tersebut, cita rasa merupakan atribut makanan yang meliputi penampakan, bau, rasa, tekstur, dan suhu (Moeliono, M. Anton. Dkk 6.1 Ruang Lingkup Untuk menghindari meluasnya pembahasan, sehingga lebih terarah maka dibatasi pada pengaruh pemberian daun jarak pagar terhadap cita rasa pada ikan tongkol di Negeri Buano Utara Kecamatan Waisala Kabupaten Seram Bagian Barat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikomsumsi masyarakat sebagai salah satu sumber protein hewani disamping protein nabati. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengaan bahan makanan lain. Bakteri dan perubahan kimiawi pada ikan mati menyebabkan pembusukan (Anonim, 2000). Ikan merupakan salah satu hasil perairan yang banyak dimanfaatkan oleh manusia karena beberapa kelebihannya. Ikan merupakan sumber protein hewani yang sangat potensial dan kandungan protein sekitar 15-20% tergantung dari jenis ikannya. Protein ikan mempunyai daya cerna yang sangat tinggi yaitu sekitar 95% (Genisa, A. S. 1998). Menurut tempat hidunya dikenal tiga golongan ikan, yaitu ikan laut, ikan darat dan ikan migrasi. Ikan laut adalah ikan yang hidup dan berkembang biak di air asin (laut, samudra, selat). Golongan ikan laut ini dapat digolong lagi menjadi dua, yaitu ikan pelagis dan ikan demersal. Ikan laut pelagis adalah ikan yang terutama hidup didaerah permukaan, misalnya ikan tongkol, Majkerel, ikan layang, ikan terbang dan haring. Golongan ikan yang terutama hidup didaerah dasar dan tempat yang lebih dalam disebut ikan demersal, misalnya cod, kakap dan hiu (Djuanda, T. 1981). Ikan hasil perikanan lain merupakan “higly perishable food”, maka nilai pasar dan hasil awetan dan olahannya ditentukan oleh derajat kesegaran dan daya awetnya (Fardaz. 1980). Kesegaran itu bisa di capai bila dalam penanganan ikan berlangsung baik, untuk mengetahui tingkat kesegaran ikan dapat dilihat dalam tabel 2.1. Tabel 2.1 Tanda-tanda ikan segar dan ikan rusak atau busuk Keadaan Ikan segar Ikan rusak/busuk Kulit dan warna Cerah Buram dan pucat Sisik Melekat dan kuat Lepas Mata Jernih, tidak terbenam atau berkeru Buram, berkerut, masuk Daging Keras, lentur, tekanan oleh jari tidak tinggal Kendur dan lunak Bau Segar pada bagian luar dan insang Busuk atau asam terutama ingsan Kulit Sedikit lendir Berlendir Tubuh Kaku atau diam Lunak dan mudah Melengkung Ikan Tenggelam dalam air Sumber: Buckle, KA, 197 Ikan terapung jika sudah busuk 2.2. Klasifikasi Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Klasifikasi Tongkol (Euthynnus affinis) Ikan Tongkol Menurut Saanin (1968), adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata Class : Pisces Sub Class : Teleostei Ordo : Percomorphi Family : Scombridae Genus : Euthynnus Species : Euthynnus affinis Struktur daging ikan tongkol terdiri atas daging merah dan daging putih, perbedaan warna daging disebab karena adanya pigmen daging yang disebut mioglobin. Daging berwarna merah hanya terdapat pada bagian samping dari tubuh ikan dibawah kulit, sedangkan daging warna putih hampir disemua bagian (Djuanda, T 1981). 2.3 Komposisi Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Secara biologis ikan tongkol termasuk salah satu jenis ikan tuna, yaitu termasuk dalam salah satu famili scombridae. Komposisi ikan dipengaruhi oleh umur, kelamin, musim dan jenis tuna itu sendiri (Murniyati dan sunarman 2000). Menurut Djuanda, T. 1981, secara anatomi komposisi ikan tongkol terdiri atas: a. Tulang-tulang, antara lain tulang belakang tulang kepala, tulang iga dan tulang sirip. b. Otot, sebagian besar terdiri dari otot putih dan sebagian kecil pada permukaan terdiri atas otot merah. c. Kulit dan sirip d. Viscera, usus dan termasuk didalamnya saluran kencing yang merupakan faktor utama penyabab pembusuk. Selain dilihat dari segi anatomi, perlu juga mengetahui kompsisi ikan tongkol berdasarkan bagian protein dan lemaknya. DirjenIPerikanan 1979, ikan tongkol termasuk kedalam ikan yang mengandung lemak 36,0%, protein 11,2%, air 52,5% dan moneral 0,53% (Djuanda, T. 1981). Tabel 2.2 komposisi kimia ikan tongkol dalam 100 gram Satuan Kadar g% 68 Protein G 26 Energi Kalori 180 Karbohidrat G 0 Serat kasar G 0 Lemak G 6 Kolesterol Mg 430 Kalsium Mg 9 Besi Mg 1,15 Mangan Mg 57 Potasium Mg 285 Sodium Mg 44 Zink Mg 0,68 Vitamin A Re 740 Tiamin Mg 0,27 Ribovlavin Mg 0,28 Niasin Mg 9,28 Zat gizi Air Sumber Informasi Gizi : Berbagai publikasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia serta sumber lainnya. 2.4 Ciri-ciri spesifik ikan tongkol (Euthynnus affinis) Ikan tongkol memiliki ciri-ciri badan memanjang kaku, bulat seperti cerutu, memilki dua sirip punggung pertama berjari-jari keras 10, sedang yang kedua berjari-jari keras 11diikuti 6-9 sirip tambahan. Sirip dubur berjari-jari lemah sebanyak 14 diikuti 6-9 jari-jari sirip tambahan. Terdapat satu lidah atau cuping diantara sirip perutnya. Badan tanpa sisik kecuali pada bagian korselet tang tumbuh sempurna dan mengecil dibagian belakangnya. Satu lunas kuat diapit dua lunas kecil pada daerah sirip ekornya (Dirjen perikanan, 1979). 2.5 Tanaman Jarak Di Indonesia terdapat berbagai jenis tanaman jarak, antara lain jarak pagar (Jatropha cucas L.), jarak kepyar atau jarak kaliki (Ricinus communis), jarak ulung (Jatropha gossypifolia L), dan jarak bali (Jatropha podagrica). Diantara jenis jenis tanaman jarak tersebut, yang paling umum dikenal dan berpotensi berpotensi sebagai penhasil minyak (bofuel) adalah tanaman jarak pagar. Jatropha curcas disebut jarak pagar karena memang ditanam sebagai pagar hidup di pekarangan rumah. 2.6 Asal-Usul dan Ciri Morfologi Tanaman Jarak Pagar Asal-usul tanaman ini masih diperdebatkan. Namun, diperkirakan asalnya dari Amerika Latin, menyebar ke Afrika kemudian keseluruh penjuru dunia. Karena sudah lama ada di berbagai daerah Indonesia, tanaman ini menpunyai banyak nama daerah. Nama daerah antara lain, jarak kosta/jarak budge (Sunda), jarak gundul/jarak pager (Jawa), kelekhe paghar (Madura), jarak pager (Bali), lulu mau/paku kase/jarak pageh (Nusa Tenggara), jarak wolanda//bindalo/bintalo/tondo utomene (Sulawesi), dan ai howa kamala/balacai/kadata (Maluku). Tanaman jarak pagar satu famili dengan karet dan ubi kayu, dengan klasifikasi sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Classis : Dicotyledoneae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Jatropha Spesies : Jatropha curcas L. Morfologi tanaman Jarak pagar berbentuk pohon kecil atau belukar besar dengan tinggi mencapai 5 meter dan bercabang tidak teratur. Batangnya berkayu, berbentuk silindris, dan bergetah. Tanaman ini mampu hidup sampai berumur 50 tahun. 2.7 Kandungan, Manfaat Dan Khasiat Tanaman Jarak 1. Kandungan kimia Bahan kimia yang terkandung dalam tanama Jarak Pagar diantaranya sebagai berikut : a. Biji Minyak ricinic 40-50% dengan kandungan glyceride dari ricinoleic acid, isoricinoleic acid, oleic acid, linolenic acid, dan stearic acid. Juga mengandung ricinine, sejumlah kecil cytochrome C, Lipase dan beberapa enzym. Disamping ricin D. Dengan cara pemurnian bertingkat didapat acidic ricin dan basic ricin. b. Daun α-amirin, kampesterol, β-sitosterol, 7-ketosittosterol, dan HCN. (Depkes dan Kesejahteraan Sosial RI, 2009). c. Minyak Ricinoleic acid 80%, palmitic acid, stearic acid, linoleic acid, linolenic acid, dihydroxystearic acid, triricinolein 68,28%, diricinolein 28 % monoricinolein 2,9%, nonricinolein 0,9%. b. Akar Methyltrans-2-decene-4,6,8-triynoate,1-tridecene-3,5,7,9,11-pentyne, Betasitosterol. 2. Manfaat Tanaman Jarak Keseluruhan tanaman reboisasi penghijauan lahan tandus dan kritis penahan erosi, kayu bakar, tanaman pagar, perlindungan tanaman lain (karena baeracun). a. Daun Pengembangan ulat sutra (eri silkworm) b. Getah Mengandung protase penyembuhan luka (curcain), pengobatan (infeksi jamur, sengatan serangga, masalah pencernaan) c. Biji Insektisida, makanan/pakan ternak (jika berasal dari varietas yang tidak beracun), prodiktivitas 5 -25 ton/ha/tahun (setelah umur 5 tahun) d. Daging Buah Bahan bakar, pupuk hijau, produksi biogas e. Minyak Biji Produksi sabun, bahan bakar, insektisida f. Bungkil Biji Pupuk, produksi biogas, pakan ternak (dari varietas tidak beracun) g. Cangkang Biji Bahan bakar. 3. Khasiat Tanaman Jarak a. Manfaat biji jarak untuk prolapsus uterus dan rectumz lumatkan biji jarak dan dipakai/ditempelkan pada titik pai hui yang terletak di kepala b. Manfaat biji jarak untuk kesulitan melahirkan dan retensi placenta lumatkan biji jarak dan tempelkan ketititk akupuntur yungchuan VIII/1 = K – 1 yang terletak di tengah-tengah telapak kaki c. Manfaat biji jarak untuk kelumpuhan otot wajah lumatka biji jarak, tempelkan pada sendi mandi bular dan lengkungan multu, 1 x sehari, selama 10 hari d. Manfaat biji jarak untuk kanker cervix salep/cream berisi 3-5/o ricin 3% dimethyl sulfoxide, dioleskan pada kanker cervix 1 x /hari, 5 -6x /minggu untuk 12 bulan dilakukan bersama-sama dengan penyinaran extracorporal e. Manfaat daun jarak pengobatan untuk bangkak daun dikukus matang dan dibungkus ditempat yang sakit f. Manfaat daun jarak untuk hernia, ambil daun +sedikit garam dilumatkan, tempelkan dititik tengah telapak kaki g. Manfaat daun jarak untuk koreng, ambil daun segar direndam air panas sampai lemas tempelkan ketempat yang sakit h. Manfaat minyak jarak untuk constipasi, anak-anak 4 ml dan dewasa 5 -20 ml, minum pagi hari sewaktu perut kosong, wanita hamil dan sedang haid dilarang minum (sebabkan kongesti ringan pada organ panggul) i. Manfaat akar jarak untuk Rheumatik persendian, epilepsi (ayan), akar 15 – 30 gram kemudian direbus, diminum j. Manfaat akar jarak untuk pegal-pegal, luka terpukul, ambi akar 9-12 gram akar kering kemudian direbus dan diminum (Depkes dan Kesejahteraan Sosial RI, 2009). a. Kriteria uji organeleptik Adapun kriteria dalam pengujian organeleptik adalah sebagai berikut : - Pengetahuan prinsip uji organoleptik meliputi pengertian bagaimana mekanisme proses pengindraan selama proses pencicipan dan penciuman seperti rasa asam, manis, asin dan pahit, bagaimana perbedaan tersebut dapat terdeteksi. Juga meliputi proses deteksi mouthfeel dan penampakan. - Pengetahuan sistem dan prosedur uji organoleptik, yang meliputi pengertian penggunaan sampel reference, peran individu dalam analisis organoleptik dan bagaimana sistem validasi dalam menganalisa hasil. - Pengetahuan uji ambang rasa, meliputi empat (4) rasa dasar, yaitu : rasa asam, manis, asin dan pahit b. Indikator penilaian Adapun pengujian organeleptik dinilai melalui : - Keterampilan dalam memberi penilaian terhadap sampel uji - Ketepatan pemberian respon - Kemampuan untuk mengikuti prosedur pengujian sesuai instruksi - Kemampuan untuk menilai sampel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe penelitian Tipe penelitian yang di gunakan dalam melakukan penelitian ini adalah tipe penelitian Experimen guna melihat pengaruh pemberian Daun Jarak Pagar (Jatropha curcas L) terhadap tingkat pengawetan pada ikan tongkol . 3.2 Tempat dan waktu penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian ini akan di laksanakan pada Negeri Buano utara kecamatan Waesala kabupaten Seram Bagian Barat. 2. Waktu penelitian Penelitian ini akan di laksanakan setelah proposal di seminarkan dan di rencanakan berlangsung selama 1 bulan. 3.3 Subjek dan Objek Penilitian a. Subjek Yang menjadi subjek dalam penilitian ini adalah pengamatan ikan tongkol yang telah gatal. b. Objek objek dalam penilitian ini adalah daun jarak. 3.4 Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terbagi atas 2 yaitu: 1. Variabel bebas : Daun Jarak (Jatropha curcas L). 2. Variabel Terikat: Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) 3.5 Alat dan Bahan 1. Alat: 1. Ember : Sebagai wadah/tempat menaruh ikan 2. Kamera digital :Untuk mengambil gambar/dokumentasi pada proses penelitian 3. Alat memotong :Untuk memotong daun jarak pagar (Jatropha curcas L). 2. Bahan: 1. Ikan Tongkol 2. Daun Jarak Pagar 3. Air 3.6 Prosedur Kerja 1. Menyiapkan alat dan bahan 2. Menentukan tempat dan waktu penelitian 3 Ikan yang gatal disiapkan pada satu wadah (ember) 4. Tuangkan air 3 liter didalam wadah, lalu ambilkan 6 helai daun jarak pagar dikucak bersamaan dengan air 3 liter tersebut, setelah itu 2 ekor ikan tuangkan didalam wadah yang telah disiapkan, rendam ikan selama 5 menit, lalu ikan tersebut diangkat dan dicuci kembali dengan air yang bersih dan seterusnya ikan digoreng, masak, atau diasar. Kualitas ikan meliputi, warna, bau, rasa dan tekstur (organoleptik) 3.7 Teknis analisis data Metode penilaian pangan yang menggunakan panca indera adalah penilaian organoleptik dan secara umum disebut uji sensorik. Penilaian dengan indera tersebut, banyak digunakan untuk menilai mutu komoditas hasil pertanian termasuk perikanan dan bahan pangan. Data hasil uji organoleptik selama ini dianalisis secara statistik dengan menggunakan metode uji kualitatif.