Pengaruh Lama Pembekuan Ikan Terhadap Kandungan Protein

advertisement
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
Pengaruh Lama Pembekuan Ikan Terhadap Kandungan Protein pada Ikan
Tongkol (Euthynnus affinis Cantor)
Nur Fadilah, Jailani, Sri Purwati
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda
Email: [email protected]
Abstrak
Ikan merupakan sumber protein hewani yang mudah dijangkau oleh semua lapisan masyarakat.
Kandungan protein pada ikan sangat tinggi dan mudah dicerna oleh tubuh manusia
dibandingkan protein hewan lainnya. Protein sangat bermanfaat untuk metabolisme tubuh
manusia, sehingga pemenuhan protein menjadi sangat penting. Menjaga kesegaran ikan
menjadi syarat mutlak agar kandungan gizi ikan juga tetap terjaga. Tujuan dari penelitian ini
untuk mengetahui pengaruh lama pembekuan ikan terhadap kandungan protein pada ikan
tongkol (Euthynnus affinis C.) dengan 4 perlakuan yang terdiri dari P0 yaitu ikan segar tanpa
pembekuan setelah pembelian dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Samarinda, P1 yaitu ikan
segar dengan pembekuan selama 3 hari, P2 yaitu ikan segar dengan pembekuan selama 5
hari, dan P3 yaitu ikan segar dengan pembekuan selama 7 hari dalam freezer. Setiap
perlakuan diulang 6 kali. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada pengaruh lama pembekuan pada ikan tongkol terhadap kandungan
protein, meski tidak signifkan.
Kata Kunci : protein, pembekuan, ikan tongkol (Euthynnus affinis C.)
PENDAHULUAN
Negara Indonesia dikenal sebagai negara bahari dimana wilayah lautnya
mencakup tiga perempat luas Indonesia atau 5,8 juta km2 dengan garis pantai
sepanjang 81.000 km, sedangkan luas daratannya hanya 1,9 juta km2. Wilayah laut
yang sangat luas mengandung sumber daya alam yang sangat berlimpah yang belum
dikembangkan secara optimal. Perairan laut Indonesia memiliki banyak sekali jenis
ikan, yaitu sekitar 3.000 jenis ikan (Bahar, 2006).
Ikan merupakan sumber pangan hewani yang sudah dikenal berbagai lapisan
masyarakat di berbagai belahan negara. Ikan memiliki kandungan gizi yang sangat
tinggi salah satunya kandungan protein, yang sangat penting untuk metabolisme tubuh
manusia. Protein menjadi kandungan yang dimiliki ikan meskipun dimiliki sumber
lainnya seperti ayam dan sapi, namun penyerapan protein ikan ke dalam tubuh lebih
tinggi karena daging ikan mempunyai serat-serat protein lebih pendek (Zaelani, 2012).
Suatu keuntungan tersendiri untuk Indonesia sebagai negara bahari, yang
kekayaan lautnya mengandung banyak manfaat bila dapat dikelola semaksimalkan
mungkin oleh masyarakat Indonesia. Dengan hasil penangkapan ikan di tahun 2003
saja mencapai 5,30 juta ton ikan, ternyata tidak berbanding lurus dengan tingkat
konsumsi oleh masyarakat Indonesia yang hanya mencapai 26,67 kg perkapita
pertahun, atau hanya mengkonsumsi ikan sebanyak 67 gram/hari atau 3 ekor ikan
sehari (Bahar, 2006).
Ikan merupakan bahan pangan yang mudah rusak bila didiamkan dalam
ruangan dengan udara terbuka, seperti perubahan warna, bentuk dan aroma.
Kerusakan dapat disebabkan oleh pertumbuhan mikroba, keaktifan enzim,
perkembangbiakan serangga, pengaruh pemanasan atau pendinginan, kadar air,
oksigen dan sinar. Kerusakan ini sudah pasti mengakibatkan kerusakan juga pada
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21”
450
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
kandungan gizi pada ikan, sehingga menjaga kualitas ikan tetap baik sangatlah penting
(Adawyah, 2007).
Agar dapat disimpan dalam waktu yang lama, ikan bisa diawetkan dan diberi
bahan-bahan tambahan tertentu. Cara pengawetan ikan pun bervariasi, diantaranya
dengan penambahan garam yang kemudian dijemur bibawah sinar matahari langsung
atau biasa disebut penggaraman, lalu pembekuan didalam lemari pendingin untuk
memperkecil aktivitas enzim oleh mikroba, pengasapan, dan sebagainya (Adawyah,
2007).
Pengawetan ikan yang sering dilakukan masyarakat adalah pembekuan. Mulai
dari penjualan ikan di pasar sampai dengan pembekuan didalam lemari pendingin di
rumah sebelum diolah hingga beberapa hari lamanya. Pastilah lama penyimpanan ikan
dan suhu dingin mengurangi kesegaran ikan, sehingga kandungan gizinya pun pasti
berbeda dari ikan segar (Adawyah, 2007).
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Menurut Yatim
Rianto (1996) dalam Rabiah (2015), penelitian eksperimen merupakan penelitian yang
sistematis, logis dan teliti dalam melakukan kontrol terhadap kondisi.
Metode yang digunakan adalah metode Kjeldahl, terdiri dari tahap-tahap berikut:
1. Persiapan Destruksi
a. Preparasi Sampel
1) Disiapkan bahan reagen H2SO4 5 - 30 ml, volume sampel < 200 ml, berat
sampel 1 gram.
2) Ditimbang sampel dengan timbangan analitik, lalu dimasukkan ke dalam tube
300 ml. Perlakuan dilakukan dalam kondisi tube tidak terpasang pada alat.
3) Ditambahkan H2SO4 dalam ml perlahan-lahan melewati dinding tube.
4) Ditambahkan Selenium sebagai katalis.
b. Preparasi Alat
1) Disiapkan bahan reagen NaOH 10% 3 liter, indikator BTB
2) Dimasukkan 3 liter NaOH 10% ke dalam wadah scrubber, ditambahkan
indikator BTB 4 tetes, dipasang kembali wadah scrubber ke dalam alat
scrubber.
3) Disambungkan scrubber dengan alat destruksi
4) Dinyalakan scrubber
2. Prosedur Kerja Destruksi
a. Diposisikan tube yang telah berisi sampel pada rak destruksi
b. Disambungkan section module ke alat destruksi
c. Dinyalakan scrubber lalu kemudian nyalakan alat destruksi
d. Dimulai pemanasan dengan cara mengatur heating secara bertahap sampai
mencapai angka 8 pada pengaturan
e. Ditunggu sampel sampai mengalami perubahan warna sampai kehijauan,
yang menandakan proses destruksi telah selesai
f. Dimatikan alat destruksi
g. Diposisikan tube dalam kondisi coolling down¸ dengan cara memindahkan posisi
tube ke araha luar alat destruksi
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21”
451
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
3.
4.
5.
6.
7.
h. Diperhatikan scrubber tetap dalam kondisi on sampai minimal 30 menit untuk
penghilangan sisa asap pada tube
i. Dilanjutkan ke preparasi untuk proses destilasi, setelah proses coollig down
selesai
Persiapan Destilasi
a. Preparasi Sampel
1) Disiapkan NaOH 30%, H2O, H3BO3 3% (asam borat) dan indikator campur
2) Disiapkan sampel yang terletak pada tube destruksi
b. Preparasi Alat Destilasi
1) Dipastikan tube kosong terpasang pada posisi input
2) Dipastikan erlenmeyer terletak pada posisi output
3) Dinyalakan alat destliasi, otomatis alat melakukan preheating selama ± 10
menit (alat melakukan pengecekan)
4) Setelah preheating otomatis selama 10 menit selesai, dilanjutkan dengan
setting preheating manual selama 2 menit
5) Ditekan tombol start (alat akan otomatis berhenti setelah 2 menit)
Prosedur Kerja Destilasi
a. Diletakkan sampel yang telah ditambahkan NaOH 30% dan H2O pada posisi
input
b. Dimasukkan H3BO3 3% dan indikator pada erlenmeyer yang terletak di posisi
output
c. Diatur waktu destilasi selama 4 menit
d. Diatur steam 100%
e. Ditekan tombol start
Persiapan Titrasi
a. Preparasi Sampel
1) Diambil sampel yang terletak pada erlenmeyer diposisi output
2) Disiapkan reagen HCl 0,1 M
b. Preparasi Alat
Disiapkan buret, tiang statif, dan corong kaca
Prosedur Kerja Titrasi
a. Dimasukkan HCl 0,1 M ke dalam buret
b. Dilakukan proses titrasi sampai sampel berubah warna dari hijau ke ungu
c. Dicatat volume HCl yang digunakan untuk menentukan kadar protein.
Perhitungan
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21”
452
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama pembekuan ikan
terhadap kandungan protein pada ikan tongkol (Euthynnus affinis C.). Analisis yang
digunakan adalah analisis varian satu arah (Anava) dan uji lanjut Homogeneus
Subsets dengan menggunakan software SPSS 23.
Pengamatan lama pembekuan terhadap kadar kandungan protein pada ikan
tongkol (Euthynnus affinis C.) dengan mengukur nitrogen kasar menggunakan metode
Kjeldahl. Lama pembekuan ikan, menunjukkan adanya pengaruh terhadap kandungan
protein pada sampel meskipun tidak signifikan. Hasil analisis dalam penelitian dapat
dilihat pada tabel 4 berikut:
Tabel 1. Pengaruh Lama Pembekuan Ikan Terhadap Kandungan Protein pada Ikan Tongkol
(Euthynnus affinis C.)
Ulangan (Kandungan Protein %)
RataPerlakuan
Jumlah
rata
U1
U2
U3
U4
U5
U6
P0
21.45
21.41
20.68
33.01
32.98
34.28
163.81
27.30
P1
18.47
19.38
20.60
31.53
31.93
25.94
147.90
24.65
P2
21.25
19.56
19.63
26.37
27.50
26.38
140.67
23.45
P3
19.75
18.75
20.81
23.44
24.68
25.69
133.16
22.19
Total
80.92
79.12
81.72
114.33
117.08
112.37
585.54
97.59
Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa rata – rata uji kandungan protein ikan
tongkol secara berturut-turut dengan perlakuan P0, P1, P2 dan P3 adalah 27.30%,
24.65%, 23.45%, dan 22.19%. Hasil yang tertinggi adalah pada P0 sebesar 27.30%
dan terendah pada P3 sebesar 22.19%.
Hasil pengelolaan data pengaruh lama pembekuan kemudian di analisis
dengan analisis varian satu arah yang terdapat pada lampiran 1 dan hasil
perhitungannya pada table 5 sebagai berikut :
Tabel 2. Analisis Hasil Pengamatan
Sumber
Keragaman
Db
Perlakuan
Galat
3
20
Total
23
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
85.58
28.53
25.93
518. 5
F Hitung
FTabel
1%
FTabel
5%
4.94
3.10
1.10
Hasil pengujian pada perlakuan menunjukkan nilai Fhitung (1.1) < F tabel (4.94).
Hal ini berarti, uji Anava menunjukkan bahwa lama pembekuan tidak berpengaruh
terhadap kandungan protein pada ikan tongkol (Euthynnus affinis C.). Oleh karena itu,
perlu dilakukan uji lanjut Homogeneus Subsets dengan menggunakan software SPSS
23. Hasil uji lanjut Homogeneus Subsets dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21”
453
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
Tabel 3. Uji Lanjut Homogeneus Subsets menggunakan Software SPSS 23
Perlakuan
N
Subset
P3
6
22.1933
P2
6
23.4450
P1
6
24.6500
P0
6
27.3017
%
Pr
ot
ei
n
Dari uji lanjut Homogeneus Subsets terlihat bahwa P0, P1, P2, dan P3 dalam 1
kolom subset yang sama. Sehingga dari keempat perulangan tidak memiliki
perbedaan. Tetapi dari keempat perulangan tersebut dapat dilihat bahwa P0 yang
memiliki nilai subset yang besar, sehingga P0 memiliki protein yang lebih baik
dibandingankan perulangan yang lainnya.
Gambar 1. Diagram Pengaruh Lama Pembekuan Ikan Terhadap Kandungan
Tongkol (Euthynnus affinis C.)
Protein pada Ikan
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan sesuai dengan waktu dan tempat serta rancangan yang
digunakan dan disajikan dalam penelitian. Penelitian dimulai dengan mempersiapkan
bahan yang akan digunakan yaitu ikan tongkol (Euthynnus affinis C.) dalam kondisi
segar sesuai dengan parameter ikan segar pada tabel 3.
Peneliti mengalami kesulitan pencarian bahan utama yaitu ikan tongkol hidup di
Samarida, sebagaimana yang dimaksud dalam definisi konsepsional. Oleh karena itu,
peneliti mencoba menghubungi nelayan di kota Balikpapan, Anggana, Muara Badak
dan Bontang. Ternyata semua nelayan yang peneliti hubungi menyatakan hanya
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Samarinda yang hampir setiap hari menyediakan ikan
tongkol.
Penangkapan ikan tongkol ditengah laut menggunakan kapal-kapal besar yang
akhirnya bersandar di TPI Samarinda. Penelitipun memutuskan memilih ikan tongkol
segar dari TPI untuk sampel penelitian.
Peneliti mulai membekukan ikan tongkol segar pada suhu antara -18oC sampai
-40 oC dengan lama pembekuan 7 hari pada tanggal 30 Agustus 2016, lama
pembekuan 5 hari pada tanggal 1 September 2016 dan lama pembekuan 3 hari pada
tanggal 3 September 2016 sampai dengan tanggal 6 September 2016.
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21”
454
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
Setelah ikan tongkol dibekukan, ikan dibawa ke Laboratorium Biokimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Mulawarman
pada tanggal 06 September untuk diuji kandungan proteinnya dengan metode
Kjedahl.
Sebelum melakukan pengujian kandungan protein pada ikan tongkol, terlebih
dahulu ikan difillet untuk memisahkan daging ikan tongkol. Daging ikan tongkol
ditimbang dengan neraca analitik seberat 1 gram untuk masing-masing sampel.
Peneliti menimbang sebanyak 24 sampel, karena masing-masing perlakuan 6 kali
pengulangan. Tidak lupa pula seluruh alat yang digunakan dalam rangkaian metode
Kjeldhal mulai dari tahap destruksi, tahap destilasi dan tahap titrasi dipersiapkan dan
dibersihan.
Pengukuran kandungan protein dengan metode Kjeldhal diawali dengan tahap
destruksi. Pada tahap ini sampel dipecah menjadi molekul sederhana dengan NaOH
10% dan indikator bromtimol biru. Molekul C dipecah menjadi CO 2, molekul H dipecah
menjadi H2O, molekul S dipecah menjadi SO4, molekul N dipecah menjadi NH3, dan
molekul P diubah menjadi P2SO4. Selanjutnya NH3 diikat oleh H2SO4 menjadi
(NH4)2SO4.
Pemecahan molekul pada tahap destruksi dengan cara dipanaskan hingga
suhu mencapai 600oC - 700oC, dibantu dengan katalis selenium untuk mempercepat
proses pemanasan. Tahap destruksi memerlukan waktu selama 3 – 4 jam sampai
warna sampel berubah menjadi hijau, sebagai pertanda tahap destruksi telah selesai.
Sebelum masuk ke tahap destilasi tube Kjeldhal didinginkan, kemudian
ditambakan NaOH 30% dan H2O untuk penetralan. Disiapkan erlenmeyer yang telah
diberi H3BO3 3% (asam borat) dan indikator campur. Tube Kjeldhal dipasang pada
posisi input dan erlenmeyer pada posisi output alat destilasi. Proses destilasi juga
dipanaskan hingga 100% dan memerlukan waktu 16-20 menit, ditandai dengan alat
akan berhenti otomatis.
Sampel yang telah melewati tahap destilasi siap untuk dititrasi dengan HCl 0,1
M.
Tahap titrasi sampai sampel berubah warna dari hijau ke ungu. Volume HCl
yang digunakan dicatat untuk menentukan kadar protein.
Data mentah hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan adanya perbedaan
kandungan protein. Diperoleh data bahwa rata – rata uji kandungan protein ikan
tongkol secara berturut-turut dengan perlakuan P0, P1, P2 dan P3 adalah 27.30%,
24.65%, 23.45%, dan 22.19%. Hasil yang tertinggi adalah pada P0 sebesar 27.30%
dan terendah pada P3 sebesar 22.19%.
Selanjutnya data diolah dengan Anava dan menunjukkan tidak ada pengaruh
yang signifikan terhadap kandungan protein ikan tongkol pada tiap-tiap lama
pembekuan. Tampak jelas bahwa Fhitung (1.1) < Ftabel 1% (4.94) dan 5 % (3.10), hal ini
disebabkan karena data hasil penelitian tidak mengalami kenaikan yang konsisten
ditiap pengulangannya meskipun rata-rata perlakuan tampak mengalami kenaikan.
Hasil pengolahan data ini menunjukkan Hα ditolak karena tidak terdapat pengaruh
lama pembekuan ikan terhadap kandungan protein pada ikan tongkol.
Untuk menyempurnakan analisis data, peneliti melanjutkan uji data
Homogeneus Subsets menggunakan software SPSS 23. Uji lanjut ini kembali
menunjukkan adanya perbedaan P0 lebih tinggi kandungan proteinnya dibandingkan
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21”
455
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
P3, berarti kembali menunjukkan Hα diterima karena terdapat pengaruh lama
pembekuan terhadap kandungan protein pada ikan tongkol.
Dari penjabaran di atas, peneliti menyimpulkan bahwa meski terdapat pengaruh
lama pembekuan terhadap kandungan protein pada ikan tongkol tetapi
pengaruh itu tidak signifikan. Sesuai dengan teori tentang denaturasi protein
(Primasoni, 2012) dipaparkan bahwa bentuk molekul asam amino dapat mengalami
denaturasi apabila terpecah atau terbentuknya ikatan-ikatan silang asam amino.
Denaturasi tidak terjadi selama proses pembekuan sampel karena terjadi
penghambatan aktivitas mikroorganisme, enzim, reaksi kimia dan biokimia yang
berperan dalam kerusakan ikan, pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian Baladin
tahun 2007. Dengan adanya penghambatan aktivitas reaksi biokimia pada sampel
ikan, menyebabkan kualitas ikan tetap terjaga. Sehingga kandungan gizi ikan juga
tetap terjaga, khususnya kandungan protein ikan yang telah diteliti.
Kendala-kendala yang dialami peneliti dilapangan juga diakui mempengaruhi
hasil penelitian yang diperoleh. Kendala pertama yaitu terbatasnya alat destruksi di
laboratorium Biokimia FMIPA Unmul, sehingga sampel tidak bisa diuji dalam waktu
bersamaan. Kondisi ini memungkinkan adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kondisi sampel saat menunggu untuk diuji pada tahap kedua.
Kendala kedua yaitu listrik yang padam beberapa jam, hingga proses destruksi
tahap pertama terhenti dan hasil destruksi tidak maksimal. Pada proses ini, sampel
dipanaskan dengan NaOH 10% sehingga terjadi penguraian sampel menjadi unsur unsurnya yaitu unsur - unsur C, H, N, S, dan P. NaoH juga akan mengikat nitrogen.
Padamnya listrik menyebabkan penguraian dan pengikatan nitrogen tidak sempurna
sehingga jumlah kadar protein pada U1, U2, dan U3 yang disajikan pada tabel 4 juga
tampak lebih kecil dibandingkan kadar protein pada U4, U5 dan U6.
Dari penelitian ini terbukti bahwa benar pembekuan adalah cara terbaik untuk
menjaga kesegaran ikan dan produk olahan lainnya, sehingga masyarakat tidak perlu
khawatir untuk menyimpan ikan didalam freezer khususnya dalam rentang waktu yang
telah diteliti yaitu 3 hari sampai 7 hari, dengan tetap memperhatikan ciri-ciri ikan segar.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan
bahwa lama pembekuan pada ikan tongkol (Euthynnus affinis C.) tidak berpengaruh
signifikan terhadap kandungan protein. Meski demikian, ikan segar yang terlalu lama
tersimpan didalam freezer akan berkurang kandungan proteinnya.
Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyampaikan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Sebagai informasi bagi masyarakat umum bahwa penyimpanan ikan dalam freezer
cukup efektif untuk menjaga kandungan protein ikan, khususnya dalam rentang
waktu 3 hari sampai 7 hari dengan tetap memperhatikan ciri-ciri ikan segar saat
membeli ikan.
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21”
456
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
2. Bagi peneliti selanjutnya, untuk dapat meneliti pengaruh lama pembekuan ikan
terhadap uji organoleptik ikan setelah diolah (dimasak) ataupun pengaruh cara
pengawetan lainnya terhadap kandungan protein pada ikan.
DAFTAR RUJUKAN
Adawyah, Rabiatul. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Aditia, Lasinrang. 2013. Reaksi Perubahan Warna Uji Protein. Fakultas Sains dan
Teknologi. Makassar: UIN Alauddin.
Anonim. 2012. Analisis Protein Metode Kjeldhal. http://eprints.ung.ac.id. Diakses
tanggal 16 Des 2015
Bahar, Burhan. 2006. Memilih dan Menangani Produk Perikanan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
Baladin, La Ode. 2007. Studi Ketahanan Hidup Larva Anisakidae Dengan Suhu
Pembekuan dan Penggaraman Pada Ikan Kembung (Rastrelliger Spp.). Tesis.
Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Bau, Noldi. 2014. Pengujian Angka Lempeng Total (ALT) Terhadap Ikan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Di Pasar Sentral
Gorontalo.Tesis. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo.
F.G. Winarno.2007. Teknologi Pangan. Bogor: MBrio Press
Fitri, Fajeri. 2012. Protein 2 Uji Ninhidrin. https://www.academia.edu. Diakses tanggal
16 Desember 2015.
Hafiluddin, 2011. Karakteristik Proksimat dan Kandungan Senyawa Kimia Daging Putih
dan Daging Merah Ikan Tongkol (Euthynnus affinis). Jurnal Kelautan Volume 4
no. 1. Madura: Universitas Trunojoyo.
Hakim, Muhammad. 2015. Empat Jenis Struktur Protein. http://www.seputaranatomimanusia.tk/2015/03/4-jenis-struktur-protein.html. Diakses tanggal 08
Desember 2015.
Muchlis, Novayeni dkk. 2012. Hubungan Asupan Energy dan Protein Dengan Status
Gizi Balita di Kelurahan Tamamaung. Program Studi Ilmu Gizi FKM. Makassar:
Universitas Hasanuddin.
Mulyadi, Tedi. 2015. Struktur Dan Bentuk Protein. http://budisma.net/struktur-danbentuk-protein. Diakses tanggal 16 Desember 2015.
Nurrahman dan Isworo, 2008. Peran Tawas Terhadap Peruraian Protein Ikan Tongkol.
Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan. Semarang: Universitas
Muhammadiyah.
Panji. 2013. Uji Biuret. http://www.edubio.info/2013/11/uji-biuret.html. Diakses tanggal
20 Desember 2015.
Poedjiadi. 2007. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.
Pratama, Rusky., M. Yusuf Awaludin., dan Safri Ishmayan. 2011. Analisis Komposisi
Asam Lemak yang Terkandung Dalam Ikan Tongkol, Layur dan Tenggiri Dari
Pameungpeuk, Garut . Jurnal. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan
Fakultas MIPA. Bandung: Universitas Padjadjaran.
Primasoni, Nawan. 2012. Manfaat Protein untuk Mendukung Aktifitas Olahraga,
Pertumbuhan, dan Perkembangan Anak Usia Dini. Jurusan Pendidikan
Kepelatihan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21”
457
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
Rabiah. 2015. Uji Efektivitas Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Samarinda: Universitas Mulawarman.
Rochmiatun. 2010. Pengaruh Lama Perendaman Dengan Tawas 4% Terhadap Kadar
Aluminium
Pada
Ikan
Tongkol
Yang
Diasapkan.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-rochmiatun-5236-2bab2.pdf. Diakses 10 Desember 2015.
Rohaeni, Neni. 2010. Metode Penelitian PKK. Fakultas Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Safitri, Endang. 2014. Struktur 3 Dimensi Protein. https://www.academia.edu. Diakses
tanggal 10 Desember 2015.
Sanger, Grace. 2010. Mutu Kesegaran Ikan Tongkol selama Penyimpanan Dingin.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Manado: Universitas Sam Ratulangi.
Sari, Mutiara. 2007. Struktur Protein. Fakultas Kedokteran. Medan: Universitas
Sumatera Utara.
Selviana. 2014. Biokimia: Uji Xantoprotein. Jurusan Teknologi Pangan Fakultas Teknik.
Bandung: Universitas Pasundan.
Sidik,
Abubakar.
2009.
Struktur
dan
Fungsi
Protein
Kolagen.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=40622&val=3587.
Diakses
tanggal 03 November 2015.
Simbolon, D. 2010. Komposisi Jumlah dan Ukuran Panjang Ikan Cakalang dan
Tongkol Hasil Tangkapan Payang Di Perairan Palabuhan Ratu dan Binuangeun.
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Penerbit
Alfabeta.
Sunarti. 2014. Pengaruh Penambahan Tepung Kepala Udang Dalam Ransum
Terhadap Pertumbuhan Ayam Broiler (Gallus domesticus). Skripsi. Samarinda:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mulawarman.
Susanti, Mariana., Purwijantiningsih., dan Sinung Pranata. 2013. Mutu Ikan Tongkol Di
Kabupaten Gunung Kidul dan Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal.
Fakultas Teknobiologi. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.
Tamam,
Muhammad.
2012.
Stuktur
dan
Fungsi
Protein.
http://www.generasibiologi.com/2012/09/struktur-dan-fungsi-protein.html. Diakses
tanggal 07 Desember 2015.
Tiommanisyah. 2010. Analisa Kadar Protein Kasar Dalam Kacang Kedelai, Kacang
Tanah Dan Kacang Hijau Menggunakan Metode Makro Kjeldhal Sebagai Bahan
Makanan Campuran. Fakultas MIPA. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Ulandari, Ananda dkk. 2011. Potensi Protein Ikan Gabus Mencegah Kwashiorkor Pada
Balita di Provinsi Jambi. https://litbangjambi11.files.wordpress.com. Diakses 09
Oktober 2015.
Ulya, Azza R. 2014. http://azzarahmawati.blogspot.co.id/2014/08/penentuan-kadarprotein-secara.html. Diakses tanggal 17 Des 2015.
Winarni, T., Swastawati, F., Darmanto, Y. S., dan Dewi, E. N. 2003. Uji Mutu Terpadu
pada Beberapa Spesies Ikan dan Produk Perikanan Di Indonesia. Laporan Akhir
Hibah Bersaing XI Perguruan Tinggi. Universitas Diponegoro. Semarang.
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21”
458
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
Yeri, erwid. 2014. http://erwid-yeri-fpk11.web.unair.ac.id/artikel_detail-107895-UmumAnalisa%20Protein.html. Diakses tanggal 16 Des 2015.
Yuwono, Sudarminto S. 2015. Ikan Tongkol. http://darsatop.lecture.ub.ac.id. Diakses
tanggal 23 Maret 2016.
Zaelani. 2012. Kandungan Gizi Pada Ikan. http://penyuluhankelautanperikanan.
co.id/2012/06/kandungan-gizi-pada-ikan.html. Diakses tanggal 09 Desember
2015.
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21”
459
Download