1 PENGARUH EKSTRAK METANOL DAUN SANSEVIERA (Sansevieria trifasciata var. Laurentii) TERHADAP PENGHAMBATAN PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus dan Escherichia coli SECARA IN VITRO Kholil Rohmanto, Utami Sri Hastuti, dan Agung Witjoro Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang, Malang, Jawa Timur E-mail: [email protected] ABSTRAK: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh ekstrak metanol daun Sanseviera terhadap penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli secara in vitro. Ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut metanol dan ekstrak dipisahkan dari pelarutnya menggunakan metode evaporasi. Pengujian daya antibakteri menggunakan metode difusi cakram. Penelitian ini menggunakan konsentrasi 0% (kontrol negatif), 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, dan 100% serta kontrol positif menggunakan antibiotik amphicillin. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) pemberian ekstrak metanol daun Sanseviera dalam beberapa macam konsentrasi berpengaruh terhadap penghambatan pertumbuhan S. aureus dan E. coli; (2) konsentrasi ekstrak daun Sanseviera yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan S. aureus adalah konsentrasi 80% yang menghasilkan zona hambat 11,62 mm, sedangkan konsentrasi ekstrak daun Sanseviera yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan E. coli adalah konsentrasi 100% yang menghasilkan zona hambat 13,12 mm. Kata Kunci: ekstrak metanol daun Sanseviera, daya antibakteri, Staphylococcus aureus, Escherichia coli. Sansevieria trifasciata var. Laurentii merupakan tumbuhan yang dapat hidup di berbagai tempat dan musim (tumbuhan perintis), sehingga mudah sekali untuk ditemukan. Tanaman ini termasuk tumbuhan herba yang daunnya membentuk roset akar, dengan sifat keras, tegak, dengan ujung meruncing dengan panjang antara 30-120 cm, sedangkan lebarnya sekitar 2.5-8 cm (Gitasari, 2011). Daun Sansivera mengandung senyawa kimia yang diantaranya bersifat antibakteri. Menurut Mimaki dkk (1997), senyawa kimia dalam daun Sanseviera ialah karbohidrat, saponin, glikosida, dan steroid; sedangkan menurut Departemen Kesehatan RI (1997), senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan Sansevieria sp. ialah saponin, polifenol, kardenolin, kardamin, dan abamagenin. S. aureus merupakan flora normal yang bersifat oportunis, sehingga pada kondisi tubuh kurang baik dapat bersifat patogen. Salah satu contoh penyakit akibat infeksi S. aureus ialah peradangan saluran pernafasan. Menurut Anna (2010), bakteri ini merupakan bakteri yang resisten terhadap berbagai jenis antibiotik (Multi Drug Resistance/MDR) dan angka infeksi meningkat seiring ditemukannya strain baru yang resisten dengan Methicillin (Methicillin Resistance S. aureus/MRSA) yang semula hanya resisten terhadap Penicillin. Bakteri E. coli dapat ditemukan pada kolon manusia, berkoloni pada intestine, dan beberapa jenis E. coli kontaminan dapat ditemukan pada feses hewan atau manusia (Levinson 2 dan Jawetz, 1989). Proses infeksi bakteri ini dapat melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi dapat menyebabkan penyakit infeksi saluran kemih, diare, sepsis, dan meningitis (Kusuma, 2010). Menurut Noviana (2004), resistensi bakteri E. coli terhadap antibiotik telah banyak dilaporkan. E. coli tersebut resisten terhadap antibiotik golongan β-laktan, fosfomicin, dan kuinolon. Jenis bakteri E. coli yang telah mengalami resistensi dan menyebabkan infeksi ialah Enterotoxic E. coli (ETEC) dan Enteropathogenic E. coli (EPEC) (Karsinah, 1994). Resistensi bakteri terhadap antibiotik mengakibatkan masyarakat beralih menggunakan tanaman obat. Tanaman obat diketahui memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan menyembuhkan penyakit yang diakibatkan oleh infeksi bakteri. Di samping itu, tanaman obat tidak memiliki efek samping sehingga aman untuk digunakan. Sanseviera merupakan tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat. Hal ini dikarenakan tanaman tersebut memiliki senyawa aktif yang bersifat antibakteri. Polifenol merupakan senyawa yang dapat ditemukan pada tumbuhan. Zat ini memiliki banyak sekali gugus fenol dan mudah larut dalam pelarut nonpolar, sehingga dalam hal ini digunakan pelarut metanol (Anwariyah, 2011). Fenol dapat berfungsi sebagai antibakteri karena bersifat bakteriosida dan bakteriostatik. Bakteriosida merupakan bahan yang dapat mematikan bakteri dan bakteriostatik merupakan bahan yang memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri. Saponin merupakan senyawa glikosida yang dapat menurunkan tegangan permukaan dinding sel bakteri. Hal ini dapat mengakibatkan sel menjadi lisis (Hassan, 2008). Salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan kerja antibakteri adalah konsentrasi (Pelczar dan Chan, 1981). Pada penelitian ini menggunakan berbagai konsentrasi untuk menguji pengaruhnya dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Melalui hasil penelitian diharapkan dapat ditentukan konsentrasi yang efektif dari ekstrak metanol daun Sansevieria trifasciata var. Laurentii, sehingga dapat digunakan sebagai bahan penelitian selanjutnya. Apabila melalui penelitian ini dapat diungkapkan tentang kemampuan ekstrak etanol daun Sansevieria trifasciata var. Laurentii sebagai bahan antibakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, maka hal ini dapat menjadi nilai lebih bagi kemanfaatan tanaman Sansevieria trifasciata var. Laurentii di samping sebagai tanaman hias dan antipolutan udara. METODE Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan bulan April 2013 di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA UM dan Balai Materia Medica Batu. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 kali ulangan. Daun Sanseveira yang digunakan diperoleh dari jalan Simpang Bogor Malang. Daun segar dicuci bersih dipotong kecil-kecil dan dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 60ºC selama 3x24 jam (Gitasari, 2011). Bahan yang sudah dioven ditimbang sebanyak 100 gr dan dihaluskan menggunakan blender kering. Ekstraksi daun Sanseviera menggunakan teknik maserasi selama 3x24 jam 3 dengan pelarut metanol sebanyak 500 ml, tiap hari larutan diaduk selama 30 menit. Selanjutnya dilakukan evaporasi sehingga diperoleh ekstrak bebas metanol. Bedasarkan Suprijono dkk (2011), uji kualitatif adanya zat aktif polifenol dapat dilakukan dengan cara meneteskan larutan FeCl3 dan K3(Fe(CN)6) pada ekstrak daun Sanseviera. Hasil dinyatakan positif jika timbul warna biru sampai hitam. Adapun untuk pengujian adanya senyawa aktif saponin dapat dilakukan dengan cara ekstrak daun Sanseviera dimasukkan kedalam tabung reaksi. Tabung tersebut dikocok dan didiamkan minimal 10 menit. hasil dinyatakan positif bila buih yang dihasilkan tidak hilang dalam waktu 10 menit. Pengujian daya antibakteri dilakukan dengan metode difusi cakram. Biakan murni bakteri S. aureus dan E. coli yang telah memenuhi larutan standar McFarland dengan kekeruhan 0,5 diinokulasikan pada medium lempeng Mueller Hinton Agar (MHA) dan diatasnya diletakkan paper disk yang telah ditetesi ekstrak daun Sanseviera dengan konsentrasi 0% (kontol negatif), 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, dan 100% masing-masing sebanyak 20 µl per paper disk. Sebagai perlakuan kontrol positif menggunakan antibiotik amphicillin. Diameter zona hambat yang terbentuk di sekitar paper disk pada biakan S. aureus dan E. coli diukur setelah diinkubasi selama 1x24 jam. Data dianalisis menggunakan ANAVA tunggal dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf signifikan 1%. HASIL Berdasarkan hasil uji adanya senyawa aktif pada ektrak metanol daun Sanseviera, diketahui bahwa ektrak metanol daun Sanseviera mengandung polifenol dan saponin. Adanya kandungan polifenol ditunjukkan melalui uji kualitatif dengan cara meneteskan FeCl3 dan K3Fe(CN)6, warna sebelum ditetesi ialah kuning, warna setelah ditetesi berubah menjadi biru tua. Adapun kandungan saponin ditunjukkan dengan adanya buih yang bertahan minimal 10 menit. Data hasil pengukuran zona hambat pertumbuhan S. aureus dan E. coli pada medium Mueller-Hinton Agar setelah perlakuan dengan penambahan ekstrak metanol daun Sanseviera dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Grafik Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Sanseviera dalam Beberapa Macam Konsentrasi terhadap Daya Hambat Pertumbuhan S. aureus dan E. coli. 4 Hasil ringkasan analisis menggunakan ANAVA tunggal setelah data ditransformasikan menggunakan rumus transformasi dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1 Tabel ANAVA pada Pengaruh Perlakuan Ekstrak Metanol Daun Sanseviera terhadap Penghambatan Pertumbuhan Koloni S. aureus SK JK db KT Fhit Ftab 5% Ftab 1% Perlakuan 20,0329 10 2,00329 1553,972 2,2967 3,25761 Galat 0,02836 22 0,00129 Total 20,0613 32 Tabel 2 Tabel ANAVA pada Pengaruh Perlakuan Ekstrak Metanol Daun Sanseviera terhadap Penghambatan Pertumbuhan Koloni E. coli SK JK db KT Fhit Ftab 5% Ftab 1% Perlakuan 20,233 10 2,0233 Galat 0,01629 22 0,00074 Total 20,2492 32 2732,941 2,2967 3,257606 Hasil uji lanjut menggunakan Uji Beda Terkecil dengan taraf 1% dapat dilihat pada Tabel 3 dan tabel 4. Tabel 3 Notasi Hasil Uji BNT tentang Penghambatan Pertumbuhan Koloni S. aureus yang Diperlakukan dengan Ekstrak Metanol Daun Sanseviera dalam Beberapa Macam Konsentrasi Konsentrasi Rerata 0 0,707 10 20 2,655 b 2,742 c 30 40 2,924 d 3,093 e 50 60 3,194 f 3,314 g 70 80 3,430 h 3,480 h i 90 100 3,551 i 3,610 i Nilai BNT 1% = Notasi a 0,07156377 5 Tabel 4 Notasi Hasil Uji BNT tentang Penghambatan Pertumbuhan Koloni E. coli yang Diperlakukan dengan Ekstrak Metanol Daun Sanseviera dalam Beberapa Macam Konsentrasi Konsentrasi Rerata 0 0,707 10 20 2,702 b 2,778 c 30 40 3,079 d 3,114 d 50 60 3,261 70 80 3,381 3,517 i 90 100 3,521 i 3,319 3,690 Nilai BNT 1% = Notasi a e g h j 0,054232173 Gambar 1 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan diameter zona hambat setelah diberi 11 macam perlakuan ekstrak metanol daun Sanseviera. Hal ini juga didukung dengan hasil analisis menggunakan ANAVA tunggal menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel (lihat Tabel 1 dan Tabel 2) sehingga Hipotesis diterima yaitu ada pengaruh ekstrak daun Sanseviera dalam berbagai macam konsentrasi terhadap penghambatan pertumbuhan S. aureus dan E. coli secara In Vitro dengan perbedaan daya hambat yang berbeda nyata. Setelah dilakukan uji Beda Nyata Terkecil dengan taraf 1% diketahui bahwa ektrak metanol dengan konsentrasi 100% merupakan konsentrasi ekstrak yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan S. aureus (lihat Tabel 3), tetapi tidak berbeda nyata dengan ektrak metanol dengan konsentrasi 90% dan konsentrasi 80%, sedangkan ektrak metanol dengan konsentrasi 100% merupakan konsentrasi ekstrak yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan E. coli (lihat Tabel 4). Zona hambat Amphicillin terhadap pertumbuhan S. aureus sebesar 16,37 mm dan dibandingkan dengan ketentuan NCCLS (NCCLS,2000 dalam Jorgensen dan Turnidge, 2003, U.S. Food and Drug Administration, 2008) menunjukkan kategori resisten, sedangkan zona hambat Amphicillin terhadap pertumbuhan E. coli sebesar 15,72 mm dan dibandingkan dengan ketentuan NCCLS menunjukkan kategori intermediate. Konsentrasi ekstrak daun Sanseviera dalam menghambat pertumbuhan S. aureus membentuk zona hambat maksimum sebesar 11,62 mm sehingga tergolong resisten, sedangkan konsentrasi ekstrak daun Sanseviera dalam menghambat pertumbuhan E. coli membentuk zona hambat maksimum sebesar 13,12 mm sehingga tergolong intermediate. PEMBAHASAN Hasil uji kualitatif yang digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa polifenol dan saponin dalam ekstrak daun Sanseviera menunjukkan hasil positif. Hal ini membuktikan bahwa dalam ekstrak daun Sanseviera terkandung polifenol dan saponin. Kedua senyawa tersebut bersifat antibakteri (Pelczar dan Chan, 1981). 6 Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ekstrak metanol daun Sanseviera dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus dan E. coli secara in vitro. Hal ini dibuktikan dengan adanya zona hambat yang terbentuk di sekitar paper disk yang telah ditetesi dengan 11 macam konsentrasi yang telah diujikan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa diameter zona hambat meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak daun Sanseviera yang terkandung pada paper disk. Pada konsentrasi ekstrak daun 0% tidak terbentuk zona hambat dan diameter zona hambat meningkat mulai dari konsentrasi ekstrak daun Sanseviera 10% sampai konsentrasi ekstrak daun 100% (lihat Gambar 1). Hasil analisis menggunakan ANAVA tunggal menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel (lihat Tabel 1 dan Tabel 2) sehingga Hipotesis diterima yaitu ada pengaruh ekstrak daun Sanseviera dalam berbagai macam konsentrasi terhadap penghambatan pertumbuhan S. aureus dan E. coli secara In Vitro dengan perbedaan daya hambat yang berbeda nyata. Setelah dilakukan uji Beda Nyata Terkecil dengan taraf 1% diketahui bahwa ektrak metanol dengan konsentrasi 100% merupakan konsentrasi ekstrak yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan S. aureus (lihat Tabel 3), tetapi tidak berbeda nyata dengan ektrak metanol dengan konsentrasi 90% dan konsentrasi 80%, sedangkan ektrak metanol dengan konsentrasi 100% merupakan konsentrasi ekstrak yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan E. coli (lihat Tabel 4). Hal ini membuktikan bahwa konsentrasi bahan yang bersifat antibakteri berpengaruh terhadap daya antibakteri sesuai dengan pernyataan Volk dan Wheeler (1989) tentang salah satu faktor yang mempengaruhi kerja suatu zat yang bersifat antibakteri adalah konsentrasi. Pembentukan zona hambat di sekitar paper disk menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun sanseviera mengandung senyawa aktif yang bersifat antibakteri, diantaranya yaitu polifenol dan saponin (Mimaki dkk, 1997 dan Departemen Kesehatan RI, 1997). Senyawa aktif tersebut dapat menghambat pertumbuhan koloni bakteri S. aureus dan E. coli. Polifenol merupakan senyawa yang memiliki banyak gugus fenol dan dapat mendenaturasi protein sel dan merusak membran sel (Pelczar dan Chan, 1981). Menurut Rosyidah (2010) dan Maatalah dkk (2012), senyawa saponin mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan koloni bakteri S. Aureus dan E. coli yaitu dengan menurunkan tegangan permukaan dinding sel. Polifenol merupakan senyawa yang memiliki gugus-gugus fenol sehingga memiliki sifat yang mirip dengan fenol. Menurut Volk dan Wheeler (1988) mekanisme penghambatan bertumbuhan koloni bakteri yang disebabkan oleh fenol yaitu pada konsentrasi tinggi fenol dapat merusak membran sitoplasma secara total dan mengendapkan protein atau hanya merusak membran sitoplasma dan mengakibatkan keluarnya metabolit penting dan juga menginaktifkan sejumlah sistem enzim bakteri. Menurut Jawetz dkk (1995) dan Susanti (2008), sebagian besar struktur dinding sel bakteri terdiri dari protein dan lemak, pada saat fenol yang memiliki kepolaran gugus hidroksil (Nogrady, 1992) berikatan dengan protein melalui ikatan Hidrogen, dinding sel dari bakteri tersebut akan rusak karena ikatan Hidrogen intermolekul pada protein lemah sehingga mudah lepas dan berikatan dengan senyawa lain (Siswandono dan Soekardjo, 1995). Senyawa antibakteri yang terdapat pada daun Sanseviera memiliki atom O yang dapat berikatan dengan atom H pada protein, yaitu pada ikatan Hidrogen. Apabila atom 7 O berikatan dengan atom H pada protein, maka struktur protein baik pada dinding sel maupun membran sel mengalami perubahan. Sehingga semi permeabilitas membran sel menurun dan mengakibatkan keluar masuknya ion penting, enzim dan nutrisi tidak terkendali. Hal ini dapat mengganggu metabolisme sel bakteri, sehingga produksi ATP menurun dan pertumbuhannya sel bakteri terhambat, selanjutnya dapat mengakibatkan kematian sel. Saponin memiliki kemampuan seperti deterjen (Astuti dkk, 2011), sehingga bertindak sebagai agen aktif-permukaan, yaitu menurunkan tegangan permukaan dan merusak dinding sel. Kerusakan pada dinding sel mengakibatkan membran sel tidak mempunyai pelindung, sehingga terjadi kerusakan membran sel yaitu hilangnya sifat semi permeabilitas membran sel, sehingga keluarmasuknya zat-zat seperti air, enzim-enzim tidak terseleksi. Hal ini mengakibatkan metabolisme sel terganggu, sehingga proses pembentukan ATP untuk pertumbuhan sel terhambat, jika proses ini berlanjut maka akan menimbulkan kematian sel. Hasil penelitian membuktikan bahwa ekstrak daun Sanseviera berpengaruh terhadap penghambatan pertumbuhan S. aureus dan E. coli. Hasil penelitian membuktikan bahwa kemampuan Amphicillin dalam menghambat pertumbuhan S. aureus tergolong resisten. Resistensi S. aureus terhadap Amphicillin dapat disebabkan oleh enzim β-laktamase. Amphicillin adalah antibiotik yang memiliki cincin β- laktam. Cincin tersebut berfungsi untuk membunuh bakteri. Enzim β-laktamase yang dihasilkan oleh S. aureus membuka cincin β-laktam pada Amphicillin, sehingga antibiotik tersebut inaktif dan S. aureus menjadi resisten terhadap Amphicillin (Jawetz dkk, 1995). Sedangkan kemampuan Amphicillin dalam menghambat pertumbuhan E. coli tergolong intermediate. SIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) ada pengaruh pemberian ekstrak metanol daun Sanseviera dalam berbagai macam konsentrasi terhadap penghambatan pertumbuhan bakteri S. aureus secara in vitro; (2) ada pengaruh pemberian ekstrak metanol daun Sanseviera dalam berbagai macam konsentrasi terhadap penghambatan pertumbuhan bakteri E. coli secara in vitro; (3) konsentrasi ekstrak daun Sanseviera yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan S. aureus adalah konsentrasi 80% yang menghasilkan zona hambat 11,62, sedangkan konsentrasi ekstrak daun Sanseviera yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan E. coli adalah konsentrasi 100% yang menghasilkan zona hambat 13,12 mm; (4) Berdasarkan hasil perbandingan rerata konsentrasi ekstrak metanol daun Sanseviera dengan kontrol positif yang ditentukan berdasarkan NCCLS, kemampuan menghambat pertumbuhan koloni bakteri S. aureus tergolong resisten, sedangkan kemampuan menghambat pertumbuhan koloni bakteri E. coli tergolong sedang. Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan beberapa saran yaitu: (1) perlu dilakukan penelitian sejenis mengenai daya antibakteri tanaman Sanseviera dengan menggunakan spesies yang berbeda atau bakteri uji yang berbeda, (2) Perlu dilakukan penelitian in vivo untuk mengetahui dosis ekstrak daun Sanseviera yang tepat untuk mengendalikan pertumbuhan E. coli. 8 DAFTAR RUJUKAN Anna, Franzeska. 2010. Pengaruh Faktor Demografi Terhadap Kejadian Infeksi dan Pola Resistensi Staphylococcus aureus. Semarang: Universitas Diponegoro Anwariyah, Siti. 2011. Kandungan Fenol, Komponen Fitokimia dan Aktivitas Antioksidan Cymodocea rotundataI. Bogot: Institut Pertanian Bogor. Astuti, Sri Murni, Mimi Sakinah A.M., Retno Andayani B.M., dan Awalludin Risch. 2011. Determination of Saponin Vompound from Anredera cordifolia (Ten) Steenis Plant (Binahong) to Potential Treatment for Several Diseases. Journal of Agricultural Science 3(4). Departemen Kesehatan RI. 1997. Inventarisasi Tanaman Obat Indonesia, Vol. IV. Jakarta : DepKes RI. Gitasari, Yanditya Dwastu.2011. Aktivitas Antibakteri Fraksi Aktif Daun Lidah Mertua (Sanseviera trifasciata Prain). Bogor : Institut Pertanian Bogor. Jawetz, Ernest, J.L. Melnick dan E.A. Adelberg. 1995. Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan. Penerjemah: Gerard Bonang. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jorgensen, J.H. dan J.D. Turnidge. 2003. Susceptibility Test Method: Dilution and Disk Diffusion Method. Dalam P.R.Murray, E.J. Bareon, J.H. Jorgensen, M.A. Pfaller & R.H. Yolken (Eds). Manual of Clinical Microbiology Volume 1 8th Edition (Hal 1108-1127). Washington DC: American Society for Microbiology Press. Hassan, Sherif Mohammed. 2008. Antimicrobial Activity of Saponin-Rich Guar Meal Extract. Texas: Texas A&M University. Karsinah, Lucky H.M., Suharto, dan H.W. Mardiastuti. 1994. Batang Negatif Gram. Mikrobiologi Kedokteran: 195-198. Kusuma, Sri Agung Fitri. 2010. Escherichia coli. Pajajaran: Universitas Padjadjaran Fakultas Farmasi. Levinson, Warren E. dan Ernest Jawetz. 1989. Medical Microbiology & Immunology. San Francisco: McGraw-Hill Inc. Maatalah, M. Benziane, N. Kambuche Bouzidi, S. Bellahouel, B. Merah, Z. Fortas, R. Soulimani, S. Saidi, dan A. Derdour.. 2012 Antimicrobial activity of the alkaloid and saponin extracts of Anabasis articula. E3 Journal of Biotechnology and Pharmaceutical Research 3(3):54-57. McFarland, Joseph. 1907. The Nephelometer: An Instrument for Estimating the Number of Bacteria in Suspensions Used for Calculating the Opsonic Index and for Vaccines. The Journal of the American Medical Association XLIX(14):1176-1178. (Online). (http://jama.jamanetwork.com/ article.aspx?articleid=444820), diakses 21 Februari 2013. Mimaki, Yoshihiro, Toshihiro Inoue, Kuroda Mimpei, dan Sashida Yutaka. 1997. Pregnan glycosides from Sansevieria Trifasciata. Phytochemistry 44(1):107111. Nogrady, Thomas. 1992. Kimia Medisinal Pendekatan secara Biokimia Terbitan Kedua. Penerjemah: H. Raslim Rasyid dan Amir Musadad. Bandung: ITB. Noviana, Hera. 2004. Pola Kepekaan Antibiotika Escherichia coli yang diisolasi dari berbagai spesimen klinis. Jurnal Kedokteran Trisakti 24(4). 9 Pelczar, Michael J. dan E.C.S. Chan. 1981. Element of Microbiology. San Fransisco: McGraw-Hill Inc. Rosyidah, K., S.A. Nurmuhaimina, N. Komari, dan M.D. Astuti. 2010. Aktivitas Antibakteri Fraksi Saponin dari Kulit Batang Tumbuhan Kasturi (Mangifera casturi). Bioscientiae 7(2): 25-31. Siswandono dan Bambang Soekardjo. 1995. Kimia Medisinal. Surabaya: Airlangga University press. Suprijono, Agus, Gresti Kuspintari Putri, dan Eka Susanti Hp. 2011. Pengaruh Fermentasi Kultur Kombucha Terhadap Aktivitas Antioksidan Infus Daun Teh Hitam (Camellia sinensis O.K. var.assamica (mast)) dengan Metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Media Farmasi Indonesia 6(2). Semarang: Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Yayasan Pharmasi. Susanti, Ary. 2008. Daya Antibakteri Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea indica less) terhadap Escherichia coli secara in vitro. Jurnal universitas airlangga 1(1). Surabaya: Universitas Airlangga. Volk, W.A dan M.F. Wheeler. 1988. Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima jilid 1. Penerjemah: Soenantono Adisoemarto. Jakarta: Erlangga. Volk, W.A dan M.F. Wheeler. 1989. Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima Jilid 2. Penerjemah: Soenartono Adisoemarto. Jakarta: Erlangga.