tema utama REPUBLIKA ● AHAD, 14 NOVEMBER 2010 B4 DARMAWAN/REPUBLIKA pertaniannya, yakni berupa sayur-mayur dan buah-buahan. Sebagai peternak, Habil mengeluarkan hewan-hewan peliharaannya untuk kurban. Karena ketulusan dan keikhlasan yang diberikan Habil, persembahannya diterima oleh Allah, sedangkan persembahan Qabil ditolak. Harta yang dikurbankan itu disimpan di suatu tempat di Padang Arafah, yang sekarang menjadi napak tilas bagi para jamaah haji. Sebagai tanda diterimanya kurban itu ialah dengan datangnya api dari langit lalu membakarnya. Dan, ternyata api menyambar hewan kurbannya Habil. Melihat hal demikian, Qabil menaruh dendam kepada Habil. Ia pun marah dan membunuh saudaranya itu. Peristiwa kurban yang dilakukan oleh kedua anak Nabi Adam ini telah dijelaskan Allah SWT dalam Alquran surah Al-Maidah [5] ayat 27, “Ceritakanlah kepada mereka kisah tentang dua anak Adam (Habil dan Qabil) dengan benar tatkala mereka (masingmasing) berkurban satu kurban, lalu diterima dari seorang di antara mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lainnya (Qabil). Ia berkata (Qabil), ‘Aku pasti membunuhmu!’ Berkata Habil, ‘Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa.” Sejarah Kurban KURBAN TELAH Oleh Syahruddin El-Fikri, Nidia Zuraya DIPRAKTIKKAN SEJAK ZAMAN NABI ADAM AS MELALUI DUA PUTRANYA, HABIL DAN QABIL. urban adalah salah satu ibadah yang disyariatkan dalam Islam. Ajaran ini merupakan ibadah yang pernah dijalankan Nabi Ibrahim AS saat akan menyembelih putranya, Ismail, sebelum diganti dengan seekor kibas (domba) oleh Allah SWT. Ibadah kurban sesungguhnya merupakan bentuk kepasrahan seorang hamba kepada Allah untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Kata kurban berasal dari bahasa Arab, yakni Qaraba dengan bentuk isim mashdar ‘qurbanan’, yang berarti dekat. Karena itu, tujuan berkurban adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub ilallah). Secara istilah, sebagaimana disebutkan dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam bab “Ajaran”, kurban adalah penyembelihan hewan dalam rangka ibadah kepada Allah SWT. Perintah untuk berkurban ini telah digariskan oleh Allah SWT dalam Alquran surah Al-Kautsar [108] ayat 1-2. “Sesungguhnya Kami telah memberikan nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah.” Namun, bila mencermati perintah Allah tentang disyariatkannya ibadah kurban ini sesungguhnya seluruh Nabi dan Rasul Allah telah melaksanakan perintah ini. Lihat surah Al-Hajj [22] ayat 34. “Bagi tiap-tiap umat telah Kami syari- K Oleh Nidia Zuraya anusia adalah makhluk sosial. Manusia tak mungkin hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Ia membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi. Bahkan, manusia juga membutuhkan hewan sebagai kendaraan dan lainnya, tumbuh-tumbuhan sebagai makanan, serta ilmu pengetahuan untuk memahami seluruh ciptaan Allah. Dari sekian banyak syariat Islam yang diperintahkan kepada kaum Muslim, yang mengandung hubungan horizontal bagi M Kurban Membentuk Solidaritas Sosial atkan penyembelihan (kurban) supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka. Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, berserah dirilah kamu kepada-Nya dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah).” (QS Al-Hajj [22]: 34). Dalam Alquran dijelaskan, selain bentuk pendekatan diri kepada Allah dan syukur atas karunia yang diberikan-Nya, kurban adalah bentuk ketakwaan seorang Muslim dan melaksanakan segala perintah Allah. “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah, Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepadamu. Dan, berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS Al-Hajj [22]: 37). Adapun saudara Habil bernama Labuda. Adam memerintahkan kepada anak-anaknya untuk menikah secara bersilang. Misalnya, Habil menikah dengan Iklima dan Qabil menikahi Labuda. Perintah Adam ini ditolak oleh Qabil dengan alasan ia lebih mencintai Iklima, yang lebih cantik dibandingkan saudara Habil, Labuda. Untuk itulah, Allah memerintahkan Nabi Adam AS untuk menguji kedua anaknya itu dalam memberikan persembahan terbaik dari hasil usaha mereka kepada Allah, Tuhan Maha Pencipta. Qabil memberikan persembahan berupa hasil perkebunannya, sedangkan Habil mempersembahkan hewan ternak. Qabil memberikan hasil kebun yang kurang baik, sedangkan Habil memberikan hewan ternak yang gemuk. Qabil mewakili kelompok petani, dan Habil mewakili peternak. Dalam beberapa riwayat disebutkan, pada zaman Nabi Adam sudah diperintahkan untuk mengeluarkan sebagian harta yang dimiliki untuk dikurbankan. Sebagai petani, Qabil mengeluarkan kurbannya dari hasil Kurban zaman Nabi Ibrahim AS Dikisahkan, di usianya yang sudah menginjak 100 tahun, Nabi Ibrahim belum dikaruniai seorang anak pun. Karenanya, ia ingin sekali mendapat karunia seorang anak, dan beliau selalu berdoa, “Rabbii hablii minashshaalihiin!” Wahai Rabbku, karuniakanlah kepadaku sebagian dari keturunanku dari orang-orang yang saleh! Doa Nabi Ibrahim itu dikabulkan Allah SWT. Dia diberi kabar akan mendapat anak yang saleh. Anak yang sangat didambakan Nabi Ibrahim telah lahir dari rahim istrinya yang kedua, bernama Siti Hajar. Dia amat mencintai dan menyayangi anaknya. Untuk menguji kecintaannya itu, Allah memerintahkan Ibrahim untuk menyembelih putranya tersayang. Namun, kecintaan Ibrahim kepada Allah jauh melebihi cintanya kepada anaknya. Hal ini pulalah yang menyebabkan Ibrahim mendapat gelar Al-Khalil (Sang kekasih). Dalam sebuah riwayat disebutkan, ketika Allah memberi julukan kepada Ibrahim sebagai kekasih-Nya, para Malaikat melakukan protes. Sebab, julukan itu dianggap berlebihan. Namun, Allah menerangkan SAIFUL BAHRI/ANTARA Kurban zaman Nabi Adam AS Dalam sejarahnya, ibadah kurban telah dipraktikkan sejak zaman Nabi Adam AS. Dalam berbagai buku sejarah, termasuk karya KHE Abdurrahman, Hukum Kurban, Akikah dan Sembelihan, disebutkan bahwa kurban pertama kali di dunia dilakukan oleh dua anak Adam, yakni Habil dan Qabil. Sebagaimana dikisahkan dalam berbagai buku sejarah Islam, kedua anak Adam ini diperintahkan oleh Allah untuk berkurban sebagai syarat utama untuk menikahi saudara kembar Qabil yang bernama Iklima. sesama manusia, misalnya zakat, haji, shalat, dan kurban. Sedangkan puasa, sebagaimana diterangkan dalam hadis Qudsi adalah untuk Allah, karena hanya Allah yang mengetahuinya. Namun, puasa sesungguhnya juga mengandung unsur sosial, karena orang yang berpuasa bisa merasakan rasa lapar yang biasa dirasakan kaum dhuafa. Karenanya, seluruh praktik dan ritual ibadah yang diajarkan dalam Islam memiliki nilai-nilai sosial. Seperti halnya shalat, puasa, zakat, dan haji, dalam ibadah kurban juga terdapat nilainilai sosial. Terlebih lagi dalam kitab suci Alquran maupun hadis banyak terkandung ajaran-ajaran sosial kemanusiaan, seperti MUSIRON/REPUBLIKA berbuat baik kepada tetangga, menolong orang lain, berbakti kepada kedua orang tua, menyantuni anak yatim, menjenguk orang sakit, memberi makan fakir miskin, dan lain sebagainya. Melalui ibadah kurban, seorang hamba ditempa untuk memiliki jiwa kepedulian terhadap orang lain. Salah satu hikmah berkurban adalah menggembirakan golongan fakir miskin. Sebab, tidak semua orang mampu makan dengan daging walaupun dia tinggal di kota besar. Maka dianjurkan sekali bagi orang yang mampu untuk berkurban dan membagibagikan daging dari hewan kurban tersebut kepada fakir miskin. Dalam ajaran Islam, disyariatkan daging kurban untuk disedekahkan kepada yang berhak, yaitu orang yang layak untuk menerimanya, yang tentunya bukanlah orang kaya. “Beliau (Rasulullah) memberi makan dari dua kurbannya itu untuk orang miskin, dan ia beserta ahlinya ikut memakannya.” (HR Ahmad). “Makanlah (dari kurbanmu, berilah orangorang, dan simpanlah. Sesungguhnya pada tahun yang lalu itu orang-orang mendapat kesusahan, aku ingin agar kamu menolong mereka.” (Muttafaq Alaih). Keutamaan kurban Allah SWT telah menjanjikan surga bagi mereka yang telah menyisihkan sebagian dari harta mereka untuk berkurban dengan niat yang ikhlas. Hewan yang telah kita kurbankan diyakini di kemudian hari akan mengantarkan kita menuju surga. Rasul SAW bersabda, “Tiap-tiap rambut yang dikurbankan merupakan khair. Ungkapan ‘khair’ ini mengandung arti keselamatan, kebaikan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kemurahan Allah SWT.” Ibadah kurban juga mengandung pesanpesan moral yang ditunjukkan dengan simbol-simbol yang ada dalam ritual ibadah kurban. Sejarah kurban Nabi Ibrahim merupakan sejarah yang penuh dengan nilai pengorbanan. Dalam hal ini kita meneladani bahwa sikap Nabi Ibrahim yang rela mengorbankan anak yang dicintainya, menandakan kerelaannya pula dalam mengorbankan segala hal yang dimilikinya. Kata ‘pengorbanan’ yang dimunculkan dalam ritual ibadah kurban ini merupakan salah satu bentuk sikap moral yang apabila diaplikasikan oleh berbagai lapisan masyarakat dapat menjadi solusi berbagai permasalahan. Contohnya adalah orang kaya yang mau berkorban dengan hartanya untuk orangorang miskin sehingga memberikan solusi bagi permasalahan orang-orang miskin di sekitarnya. Begitu juga seorang pemimpin yang rela berkorban dengan meninggalkan hawa nafsu dan egonya demi kemaslahatan masyarakat, bukan untuk kemaslahatan pribadi dan golongan. Lebih jauh lagi, kaum Muslim harus rela berkorban baik harta dan jiwa, maupun tenaga dan fikirannya untuk menjalankan apa yang Allah perintahkan, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim. ■ ed: syahruddin el-fikri