BAB II DESKRIPSI TEORITIK A. Pengertian Kurban (Uḍhīyyah) Secara etimologi, Kurban berasal dari kata qurb atau qurban yang berarti “dekat atau mendekati”. Dalam kamus besar Indonesia kurban, “bentuk persembahan kepada Allah (seperti biri-biri, sapi, unta, yang disembelih) pada hari lebaran Haji, Kurban dalam Ilmu fikih disebut Uḍhīyyah (menyembelih binatang diwaktu matahari sedang naik dipagi hari atau berkurban) yang berasal dari kata dahwah atau duha (waktu matahari sedang naik di pagi hari). Dari kata dahwah atau duha tersebut diambil kata dahiyyah yang bentuk jamaknya adalah uḍhīyyah.25 Menurut Abu Syujak kurban adalah penyembelihan binatang ternak dilaksanakan pada hari raya haji dan hari-hari tasyriq ( tigahari kemudian setelah hari raya haji ) dengan tujuan beribadah kepada Allah SWT.26 Secara terminologi, kurban adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan jalan menyembelih binatang yang diniatkan tertentu untuk memberikan kenikmatan atas harta bendanya kepada orang yang behak menerima kurban tersebut dengan tujuan mencari keridhaan Allah SWT, semata dan dalam waktu yang tertentu pula. 27 25 Nina M. Armando, dkk (eds.), Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 2005, h. 155. 26 Imam Taqiyuddin Abubakar bin Muhammad al-Husaini, Kifayatul Akhyar, diterjemahkan oleh Syaifuddin Anwar & Misbah Musthafa, Surabaya: Bina Imam, 2003, h. 490. 17 27 Hasan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008. 18 Kurban juga dapat didefinisikan “ acara penyembelihan binatang ternak yang dilakukan pada hari raya haji atau Idul Adha”, yakni tanggal 10, 11,12, dan 13 Zulhijjah, yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.28 Menurut penulis kurban adalah suatu ibadah yang dilaksanakan pada hari Raya Haji dan hari Tasyrik dengan cara menyembelih hewan yang telah ditentukan dengan niat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mensyukuri atas harta bendanya yang telah diberikan oleh Allah SWT. B. Dasar Hukum Secara garis besar, al-Quran berisikan tentang keimanan (aqīdah), akhlak, janji, dan ancaman buruk, kisah/sejarah, syariat (hukum), ilmu pengetahuan dan teknologi, dan lain-lain. Untuk pembahasan mengenai Kurban, jelas merupakan ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum. 1. Alquran Adapun dasar-dasar hukum yang menunjukkan perintah berkurban dalam surah Al-Kautsar [108]: 1-3. 28 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1995, h.516 19 Artinya: “Sesungguhnya kami Telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka Dirikanlah shalat Karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus”.29 Menurut Quraisy Shihab dalam kitab tafsirnya al-Misbah mengatakan bahwa dalam surah (Al-kautsar [108] ayat: 2) Allah telah menganugrahkan sedemikian banyak anugrah kepada nabi Muhammad SAW. wajar sekali jika ayat ini memerintahkan beliau bahwa: maka shalatlah demi Tuhan pemelihara-Mu dan sembelihlah binatang untuk kamu sedekahkan kepada yang butuh. Menurut ulama Kata shalli adalah bentuk dari kata shallah yang dikemukakan dari satu riwayat yang disandarkan kepada Ibn ‘Abbas bahwakata tersebut adalah perintah melaksanakan shalat lima waktu. Riwayat lain dari beberapa murid Ibn ‘Abbas memahaminya dalam perintah shalat, tetapi shalat idul Adha. Berdasarkan itu bahwa surah ini turun untuk menuntun Nabi agar melakukan shalat Idul Adha baru menyembelih hewan kurban. Menurut Quraisy Shihab perintah shalat dalam surah ini bukan berarti shalat wajib atau pun shalat sunnah tetapi mengandung arti beribadah. Kata an-nahr ada beberapa pendapat yaitu ada yang memaknai perintah menyembelih binatang, baik dalam rangka shalat Idul Adha maupun Aqiqah. Dan pendapat lainnya adalah bahwa makna tersebut meletakkan tangan pada an-nahr yaitu dada. Dan menurut 29 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya. h. 1110 20 Quraisy Shihab memaknai kata tersebut adalah menyembelih binatang, baik dalam konteks ‘Idul Adha maupun Aqiqah.30 Asbab An-nuzul dari ayat tersebut ialah Imam bazzar dan lainlainnya tengah mengetengahkan sebuah hadis dengan sanad yang shahih melalui Ibnu Abbas r.a. yang telah menceritakan bahwa ka’ab ibnul Asyraf datang berkunjung ke Mekkah. Orang-orang Quraisy berkata kepadanya : “engkau adalah pemimpin mereka, tidakkah kamu lihat orang yang sabar lagi terputus oleh kaumnya ini (yakni Nabi Muhammad SAW); dia mengira bahwa dirinya lebih baik dari pada kami, padahal kami adalah ahli haji, pemilik siqayah dan sidanah”. Maka turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu, dialah orang yang terputus”.31 Imam Ibnu Jarir telah mengetengahkan sebuah hadis melalui sa’id ibnu Jubair sehubungan dengan firman-Nya: Maka dirikanlah sholat karena tuhanmu, dan berkurbanlah QS: 108 alkausar 2 Ubair mengatakan, bahwa ayat tersebut diturunkan pada hari perjanjian hudaibiyah: Nabi SAW. kedatangan malaikat Jibril seraya berkata kepadanya: “berkurbanlah dan dirikanlah shalat” lalu Nabi SAW berdiri untuk melakukan khutbah hari raya, kemudian shalat dua rekaat , setelah itu nabi SAW pergi menuju ketempat unta kurbannya, lalu menyembelihnya. Imam Ibnu Jarir memberikan komentarnya, hanya saja 30 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002, h. 665-667. Imam Jalaluddin al-Mahali & Jalaluddin as-Suyuti, Terjemahan Tafsir Jalalain berikut Asbabun Nuzul, diterjemahkan oleh Bahrun Abubakar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2004, h. 1384. 31 21 didalam hadis ini terdapat keanehan yang sangat. Imam Ibnu Jarir telah mengetengahkan pula hadis lainnya melalui Syamr Ibnu Athiyyah yang telah menceritakan: “sesungguhnya aqabah ibnu Abu Mu’it telah mengatakan bahwasannya tiada lagi anak yang masih hidup bagi nabi SAW, dia adalah orang yang terputus keturunannya.32maka Allah menurunkan ayat ini sehubungan dengan dia, yaitu firmannya: Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu, dialah yang terputus QS. Al-kautsar ayat 3. Imam ibnu Munzir telah mengetengahkan sebuah hadis melalui Ibnu Juraij yang telah menceritakan: telah sampai suatu hadis kepadaku bahwasannya ketika Ibrahim anak Nabi SAW. Meninggal dunia, orangorang Quraisy mengatakan: Kini Muhammad menjadi orang yang abtar ( yakni terputus keturunanya). Mendengar kata-kata tersebut Nabi SAW, berduka cita, lalu turunlah ayat ini, yaitu firmanNya. Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu QS: al-kausar [108] ayat 1, Dimaksudkan sebagai ucapan bela sungkawa kepada Nabi SAW.33 Ibadah kurban telah dicontohkan oleh Habil dan Qabil, dua putra Nabi Adam a.s. dan oleh Nabi Ibrahim a.s beserta putranya Nabi Ismai’l a.s. sesuai dengan firman Allah SWT, dalam QS. Al-maidah [5] : 27. 32 Abu Ja’far Muhammad bin Jarir at-Thabari, Tafsir at-Thabari juz ‘amma, diterjemahkan oleh Amir Hamzah, Jakarta: Pustaka Azam, 2009, h. 1035. 33 Imam Jalaluddin al-Mahali & Jalaluddin as-Suyuti, Terjemahan Tafsir Jalalain berikut Asbabun Nuzul, h. 1385. 22 Artinya: “Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang Sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia Berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah Hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".34 Q.S. Ash-Shaffat [37] 100 – 107. 34 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya. h. 163 23 Artinya: “Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. Maka kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". Tatkala keduanya Telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). Dan kami panggillah dia: "Hai Ibrahim. Sesungguhnya kamu Telah membenarkan mimpi itu[1284] Sesungguhnya Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya Ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.yang dimaksud ialah nabi Ismail a.s. yang dimaksud dengan membenarkan mimpi ialah mempercayai bahwa mimpi itu benar dari Allah s.w.t. dan wajib melaksana- kannya. sesudah nyata kesabaran dan ketaatan Ibrahim dan Ismail a.s. Maka Allah melarang menyembelih Ismail dan untuk meneruskan korban, Allah menggantinya dengan seekor sembelihan (kambing). peristiwa Ini menjadi dasar disyariatkannya qurban yang dilakukan pada hari raya haji”.35 Dari ayat di atas, bahwasanya menunujukkan asal-usul ibadah kurban dalam Islam, yang berawal dari peristiwa Nabi Ibrahim a.s. bersama anaknya, Nabi Isma’il a.s. peristiwa itu dimulai dari mimpi hingga Nabi Ibrahim a.s. melaksanakan perintah Allah tersebut. Selain ayat diatas ibadah kurban secara mendasar digambarkan dan diperlihatkan dengan jelas di dalam beberapa ayat al-Quran, di antaranya: QS. Al-hajj [22] : 28. 35 Departemen Agama RI, al-Qur’an danTerjemahnya.h. 724-725 24 Artinya:“Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang Telah ditentukan[985] atas rezki yang Allah Telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak[986]. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir”.36 QS. Al-hajj [22] : 34. Artinya: “Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka, Maka Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)”.37 QS. Al-hajj [22] : 37. 36 Departemen Agama RI, al-Qur’an danTerjemahnya. h. 516 Departemen Agama RI, al-Qur’an danTerjemahnya. h 517. 37 25 Artinya:“Daging dan darah (unta yang dikurbankan)itu sekali-kali tidak akan dapat sampai kepada Allah, akan tetapi hanya ketaqwaan dari kalianlah yang akan mencapainya”.38 Dari ayat yang disebutkan di atas, diterangkan dengan jelas tentang disyaria’atkannya berkurban, sebagaimana yang telah dicontohkan kedua putra Nabi Adam, Qabil dan Habil kemudian Nabi Ibrahim yang telah melakukan kurban terhadap anaknya yang dicintainya yaitu Nabi Ismail. Kemudian juga dijelaskan agar senantiasa ingat kepada Allah SWT, atas rejeki yang telah diberikan, kemudian juga dijelaskan daging dan darah (unta yang dikurbankan), itu sekali-kali tidak akan dapat sampai kepada Allah, akan tetapi hanya ketaqwaan yang akan mencapainya.39 Selain disebutkan di dalam ayat-ayat al-Quran, kurban juga banyak dicontohkan oleh Sunnah Rasulullah SAW. yang diungkapkan dalam kitab-kitab hadis. Secara koheren, Sunnah adalah sumber utama kedua dalam Islam menguatkan al-Quran dengan cara mengupas semua 38 Departemen Agama RI, al-Qur’an danTerjemahnya. h. 517 Hasan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, h. 254. 39 26 sisi kewajiban Islam yang pokok ini, yaitu kurban, serta aturan dan ruhnya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa sunah memandang kurban bukan hanya sebagai bagian dari rukun Islam saja. Melainkan juga merupakan bukti keimanan dan ketaqwaan dalam ungkapan rasa syukur, menunjukkan secara tulus akan ketaatan, kecintaan dan ketaqwaannya kepada dan penguji derajat kecintaan kepada Allah SWT.40 2. Hadis Sejumlah hadis di bawah ini membuktikan uraian di atas: a. Hadis dari Al-Barra’ yang Diriwayatkan oleh Bukhari : ْ ﻲﱢ ﻋَﻦ ِْ ﺎﻣِاﻹ ٍْﻦ ُ ﺑ َ ﺸﱠﺎرٍ ﺣ َ ﺪﱠ ﺛـَﻨَﺎ ﻏُﻨْﺪَ ر ٌ ﺣ َ ﺪﱠ ﺛـَﻨَﺎ ﺷُ ﻌ ْ ﺒ َ ﺔُ ﻋَﻦ ْ زُ ﺑـ َ ﻴﻳ َْ ﺪ : َ اﷲ ُ ﻋَ ﻠَﻴ ْ ﻪِ و َ ﺳ َ ﻠﱠﻢ:ﻗَﺎلَﻞﱠ َ ﻋَﱠﱮﻨْﻪِ ُﱡ ﺻ ﻗَﺎلَ اﻟﻨ ُ ﺿِ َﻰا اﷲ ﱠﻌ ِْ رﺒِ ﻴﻌَاـﱢﻟَْﺒـﻦَِ ﺮ اﻟﺸ ء ْﻠﱢﻰ ْ ﰒُﱠ ﻧـَﺮ ْ ﺟ ِ ﻊ ُ ﻓـَ ﻨـَ ﻨْﺤ َ ﺮ ُ ﻣ َ ﻦ ْ ﻓـَﻌ َ ﻠَﻪ ُ ﻓـَﻘَﺪ ﻧُﺼنﱠَ اَو ِ ﻳـ َ ﻮ ْ ﻣِ ﻨَﺎ ﻫﺬَا ا ِﳊَْﱠﻣﻪَِ ﻪﻟ َُﻴ ِْﺲﻻََ ﻣِ ﻦ َ اﻟﻨﱡﺴ ُ ﻚ ِﻫْﻗَﺪﻠ َ ﻫُ ٌﻮ ﻨَﺎَ و ﻗَـَﺒﻣ َْﻞﻦ ُْ ﻓَﺎِ ﳕﱠ َﺎ ﻢ ذَﺑـََﺢ اَﺻ َ ﺎب َ ﺳ ُ ﻨﱠﺘ َﺎرٍ َِنﱠ ﻋِ ﻨْﺪِ ى ْ ﺟ َ ﺬَﻋَ ﺔً ﻓـَﻘَ ﺎل ﺎلَ او َ َﺢ َْﻦ ُﻓـَﻘَﻧِ ﻴ ﻗَﺪْدَذَﺑةَ ﺑ ْ ﻰ ْ ء ٍ ﻓـَﻘَ ﺎم َ اَ ﺑـ ُ ﻮ ْ ﺑـ ُ ﺮ َﺎﻣِﻟْﺒـﺮٍَ ﺮ َ اء ِ ﻗَﺎل ﻄَﺮﱢفٌ ﻋَﻦ ْﻋَ ﻦﻋَْ ا َﻘَﺎلَـ َ ﻣﻌ ُْ ﺪَﻛ ْﻬ َ ﺎو َ ﻟَﻦ ْ ﲡَْﺰِى َ ﻋَﻦ ْ اﺟ َ ﺪٍ ﺑ َو َ ﺳ َ ﻠﱠﻢ َ ﻣ َ ﻦ ْ ذَﺑ َﺢ َ ﺑـ َ ﻌ ْ ﺪَ اﻟﺼﱠﻼَ ةِ ﰎَﱠ ﻧُﺴ ُ ﻜُﻪ ُ و َ أَﺻ َ ﺎب َ ﺳ ُ ﻨﱠﺔ . َاﻟْﻤ ُ ﺴ ْ ﻠِﻤِ ﲔ 41 Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyar telah menceritakan kepada kami Ghundar telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Zubaid Al Iyyami dari As Sya'bi dari Al Barra` radliallahu 'anhu dia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 40 Abu Ja’far Muhammad bin Jarir at-Thabari, Tafsir at-Thabari juz ‘amma, h. 1040. al-Imam Abi al-Husain Muslim bin Hajjaj al-Qusyairi Naisabury, Shahih Muslim Juz Tsani, Dārul Fikr: Libanon, h. 35 41 27 "Sesungguhnya yang pertama kali kita lakukan pada hari ini ('iedul adha) adalah mengerjakan shalat kemudian pulang dan menyembelih binatang kurban, barangsiapa melakukan hal itu, maka dia telah bertindak sesuai dengan sunnah kita, dan barangsiapa menyembelih biantang kurban sebelum (shalat ied), maka sesembelihannya itu hanya berupa daging yang ia berikan kepada keluarganya, tidak ada hubungannya dengan ibadah kurban sedikitpun." Lalu Abu Burdah bin Niyar berdiri seraya berkata; "Sesungguhnya aku masih memiliki jad'ah (anak kambing yang berusia dua tahun), maka beliau bersabda: "Sembelihlah, namun hal itu tidak untuk orang lain setelahmu." Muttharif berkata; dari 'Amir dari Al Barra`, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa menyembelih (hewan kurban) setelah shalat (ied) maka ibadah kurbannya telah sempurna dan dia telah melaksanakan sunnah kaum Muslimin dengan tepat.".42 b. Hadis yang Diriwayatkan oleh Muslim ُ ﻳ ُﻮﻧُﺲ َ ﺣ َ ﺪﱠ ﺛـَﻨَﺎ زُﻫَ ﻴـ ْ ﺮ ٌ ﺣ َ ﺪﱠ ﺛـَﻨَﺎ اﻷ ْ َﺳ ْ ﻮ َ دُ ﺑ ْﻦ ُ ﻗـَﻴ ْﺲٍ ح و ِ ﲕ َ ﺑ ْﻦ ُ ﳛَْﲕ َ أَﺧ ْ ﺒـ َ ﺮ َ ﻧَﺎ أَﺑ ُ ﻮ ﺧ َ ﻴ ْاﻷ ْﺜَﻤَﺳَْ ﻮﺔَ َﻋَدِﻦ ﺑْْ ﻦِ ﻗـَﻴ ْﺲٍ ﺣ َ ﺪﱠ ﺛَﲏ ِﻊ َ ر َ ﺳ ُ ﻮ ْ ِ ﷲِ ﺻ َ ﻠﱠﻰ اﷲ ُ ﻋَ ﻠَﻴ ْ ﻪ: ََﻗَﺎل ﻣ. َﺎن َ ﺤﻰ َ اْﻻَﺿْﻔْ ﻴ ُ ﺪْ ﺑتُْﻦِ ﺳ ِﻨْﺪُب ِﺟ ُ ﺷَ ﻬ َ َ ﺮ َ ى ﳊَْﻢ.ذَاﻫُﻠﱠﻢﻮ َ ﻳـ ,ﺗِﻪ َ ﻓَﺎِ ﺳ َﻓـَﻠَﻢ ْ ﻳـ َ ﻌ ْ ﺪُ اَنْ ﺻ َ ﻠﱠﻰ و َ ﻓـَﺮ َغَ ﻣِ ﻦ ْ ﺻ َ ﻼ َ ﻛَﺎنَ ذَﺑ َﺢ ": ََـَﻘَﻦ ْﺎل.اَنْ ﻣِ ﻦ ْ ﺻ َ ﻼَﺗِﻪﻓﻣ َﻔْﺮ ُغ َ ﻞ,َْ َﺖـَﻴﻳْـ اَﺿَ ﺎﺣ ِ ﻲﱠ ﻗَﺪْ ذُﲝ ِ ﻗ َْْ ﻛَ ﺎنَ ﱂ.ﺎاُﺧَْﺮﻣََىﻦ ْﻞ َ اَنْ ﻳ ُﺼ َ ﻠﱢﻰ اَو ْ ﻧُﺼ َ ﻠﱢﻰ ﻓـَ ﻠْﻴ َ ﺬْ ﺑ َﺢ ُ ﻣ َ ﻜَﺎﻧـَﻬ َ و ." َِﺢ ْ ﺑِﺎﺳ ْ ﻢِ اﷲ. َﺢ ْﺑ َْﺬْْﻴﺑَ ﺬ ﻳﻓـَ ﻠ 43 42 Imam Abu Husain Muslim bin Hajjaj, Shahih Muslim Juz III, h. 389. al-Imam Abi ‘Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Magirah ibn Bardi Zabah Bukhary Ja’fi, Shahih Bukhary juz Awwal, Dārul Fikr: Libanon, t.th, h. 224 43 28 Artinya: “.Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus telah menceritakan kepada kami Zuhair telah menceritakan kepada kami Al Aswad bin Qais. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya telah mengabarkan kepada kami Abu Khaitsamah dari Al Aswad bin Qais telah menceritakan kepadaku Jundab bin Sufyan : aku pernah mengalami hari raya kurban bersama Rasulullah SAW. Beliau tidak terlalu lama melakukan shalat.Dan ketika beliau telah merampungkan shalatnya, beliau bersalam, tiba-tiba beliau melihat hewan kurban suda disembelih sebelum beliau menyelesaikan shalatnya. Lalu beliau bersabda : “ barang siapa telah menyembelih hewan kurbanya sebelum shalat ( shalat ‘ied ), maka hendaklah dia menyembelihh hewan lain sebagai gantinya. Dan barang siapa belum menyembelih, hendaklah dia menyembelih dengan menyebut asma Allah”. Jika dilihat secara lahiriah, maka kurban adalah acara penyembelihan hewan kemudian dibagi-bagikan hasil sembelihan sebagiannya. Dalam pandangan Allah tidak demikian, tetapi malahan bertambah, mungkin harta itu akan bertambah karena membawa berkah, atau mungkin pahala yang bertambah, karena kurban itu dilaksanakan atas dasar kesadaran akan ketulusan dan keikhlasan.44 C. Syarat-syarat Kurban Adapun persyaratan yang dituntut dalam pelaksanaan ibadah kurban adalah: 1. Orang yang berkurban harus mampu menyediakan hewan kurbanya tanpa menghutang. 2. Hewan yang dijadikan kurban yang sudah disyariatkan oleh Allah SWT. Karena tidak semua hewan bisa dijadikan kurban sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Haj [22] . 44 Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah, diterjemahkan oleh Mujahidin Muhayyan, Jakarta: PT Pena Pumbi Aksara, 2009, h. 287. 29 Hari yang ditentukan ialah hari raya haji dan hari tasyriq, yaitu tanggal 10, 11, 12 dan 13 Dzulhijjah. dan yang dimaksud dengan binatang ternak di sini ialah binatang-binatang yang termasuk jenis unta, lembu, kambing dan biri-biri. 3. Binatang yang akan dikurbankan harus memenuhi syarat sebagai berikut : a. Tidak cacat maksudnya adalah yang mengurangi dagingnya atau bisa menimbulkan bahaya : b. Telah cukup umur yaitu unta harus berumur 1tahun atau lebih, sapi atau kerbau berumur 2 tahun, domba atau kambing berumur 2 tahun: c. Disembelih pada waktu yang telah ditentukan syara’ hukum islam, yaitu pada hari raya ‘Idul Adha atau pada hari tasyrik 4. Orang yang melakukan kurban hendaklah orang islam yang merdeka, akil baligh, berakal. Syarat pertama yaitu: Hewan ternak yang telah ditetapkan oleh syaria’t dan disepakati oleh para ulama yaitu: Unta, sapi, kerbau dan kambing atau domba baik jantan ataupun betina, adapun umur unta, sapi kerbau harus mencapai 5 tahun, sedangkan kambing atau domba berumur 2 tahun. Adapun beberapa sifat hewan yang dapat dijadikan kurban yaitu: a. Tidak sakit b. Tidak ada kudis c. Tidak cacat 30 d. Tidak buta e. Tidak kerempeng dan punya otak (sumsum)45 Syarat kedua yaitu waktu penyembelihan kurban:Waktu kurban masuk sejak matahari terbit pada hari kurban dan kira-kira berlalu waktu shalat dua rakaat dan dua khutbah yang pendek menurut mażhab. QS. Alhajj [22] : 28. Artinya:“Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang Telah ditentukan[985] atas rezki yang Allah Telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.46 Maksud ayat diatas adalah Hari yang ditentukan ialah hari raya haji dan hari tasyriq, yaitu tanggal 10, 11, 12 dan 13 Dzulhijjah. Dan yang dimaksud dengan binatang ternak di sini ialah binatang-binatang yang termasuk jenis unta, lembu, kambing dan biri-biri.47 45 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 155. Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya. h. 516 47 Syaraf an-Nawawi Ad-Dimasyqi, Imam Abu Zakariyya Yahya, Raudhatuth Thalibin, diterjemahkan oleh A. Shalahuddin, Ubaidillah Saiful Ahyar, Anshar, Jakarta: Pustaka Azzam, 2007, h. 665. 46 31 D. Pembagian Daging Kurban Setelah selesai prosesi penyembelihan hewan kurban dan penanganan hewan kurban selanjutnya adalah pemanfaatan hasil sembelihan kurban, dalam pemanfaatan hasil sembelihan kurban khususnya mengenai daging kurban, bahwa jumhur ulama yang terdiri dari ulama mażhab Hanafi, mażhab Maliki dan mażhab Hambali membolehkan orang yang melaksanakan kurban memakan sedikit dari daging kurbannya itu, kecuali kurban yang di nadzarkan, menurut Ulama Mażhab Hanafi memakan daging kurban yang dinadzarkan adalah haram, akan tetapi akan tetapi Ulama Mażhab Maliki dan Ulama Mażhab Hambali membolehkannya memakan daging kurban yang dinadzarkan. Adapun menurut Ulama mażhab Syāfi‘ī, daging kurban yang dinadzarkan memang tidak boleh dimakan, akan tetapi jika memakan daging kurban sunah maka hukumnya sunah.48 Disunahkan agar orang yang bekurban memakan sebagian daging kurbannya, dan menghadiahkan sebagian yang lain kepada para kerabatnya, dan menyedekahkan sebagian yang lain lagi kepada orangorang fakir49. Sunah bagi orang yang berkurban memakan daging kurban yang sunnah tapi yang terafdhal yang dimakan itu adalah hati dan yang sisanya disedekahkan karena Nabi SAW. Seperti yang diriwayatkan oleh 48 Mughniyah, Muhammad Jawad, Fiqh al-Imam Ja’far ash-Shadiq: Ard wa Istidlal, diterjemahkan oleh Samsuri Rifa’i, Ibrahim, Abu Zainab, Jakarta: PT Lentera Basritama, 1999, h. 497. 49 Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, Kitab Sabilal Muhtadin II, Surabaya: PT Bina Ilmu, t.th, h. 451. 32 Baihaqi hanya memakan hati kurbannya dan sesudah itu yang afdhal memakan sepertiga dari jumlah dagingnya dan dua pertiga disedekahkan dan yang afdhal itu dimakan sepertiga disedekahkan kepada orang miskin sepertiga dan dihadiahkan kepada orang yang mampu sepertiga. maka dari tiga bentuk ini diberi pahala atas seluruh kurbanya dengan disedekahkan tidak menghilangkan dari sebagian pahala kurban Karena dimakan atau diahadiahkan sebagiannya. Wajib bagi orang yang berkurban pada kurban yang sunnah menyedekahkan sebagian daging kurbannya sekalipun sedikit dan haram memakan semuannya. 50 Allah SWT befirman dalam surah Alhaj [22] 28. Artinya: Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.51 Dalam tafsir Al-Qurtubi “maka makanlah sebagian dari padanya”. Menurut mayoritas Ulama, firman Allah ini adalah Amr (perintah) yang mengandung an-nadb (anjuran). Disunnahkan kepada seseorang untuk memakan sebagian hewan sembelihan dan hewan kurbannya, demikian, dan menyedekahkannya merekan juga sebagian membolehkan keseluruhannya atau memakan keseluruhannya. 50 Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah, h. 290. Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya. h. 516 51 besarnya. untuk Namun menyedekahkan 33 Fuqaha telah sependapat bahwa orang yang berkurban itu disuruh memakan daging kurbannya dan menyedekahkannya, berdasarkan frman Allah dalam surah Al-haj [ 22 ]ayat 36: Artinya: “Maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta”.52 Kebanyakan ulama menganjurkan pembagian daging kurban tersebut kepada tiga bagian, yakni sebagian untuk disimpan, sebagian disedekahkan, dan sebagian lagi untuk dimakan. Hal ini kemudian didasarkan atas sabda Nabi SAW.“makanlah, bersedekahlah dan menyimpanlah kamu”.53 Mengenai hadis diatas sudah jelas untuk bagaiman memanfaatkan daging kurban tersebut. Para ulama telah sependapat sebagaimana ulama telah sependapat sebagaimana telah diketahui bahwa: daging kurban itu tidak boleh dijual.54 52 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya. h. 517 Syaikh Muhammad Musthafa al-Farran, Tafsir al-Imam Syāfi‘ī , diterjemahkan oleh Imam Gazali Masykur, Jakarta: PT Niaga Swadaya, 2008, h. 121. 54 Ibid. 53