pengaruh kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional

advertisement
PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL
DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI SISWA KELAS XI
AKUNTANSI PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI SMK NEGERI 1
SURABAYA
Diana Nurhidayah
Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya
ABSTRAK
Pencapaian individu dari proses belajar disebut dengan prestasi belajar. Salah satu faktor
internal yang mempengaruhi prestasi siswa adalah IQ dan EQ. Penelitian ini bertujuan untuk
menguji apakah ada pengaruh tingkat IQ dan EQ baik secara simultan maupun parsial
terhadap prestasi siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. sampel penelitian
sebanyak 128 siswa dengan teknik random sampling. Analisis data dilakukan dengan teknik
analisis regresi berganda. Berdasarkan analisis data yang dilakukan, diperoleh nilai Fhitung
22,611>Ftabel 3,07 dan secara parsial diperoleh thitung untuk IQ dan EQ masing-masing sebesar
5,248 dan 3,38>ttabel 1,657. Selain nilai F dan t, diperoleh juga nilai R square sebesar 0,266,
yang berarti bahwa 26,6% prestasi siswa dipengaruhi oleh kecerdasan intelektual da
kecerdasan emosional, sedangkan sisanya sebesar 73,4% dipengaruhi oleh factor lain.
Simpulan tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh secara signifikan tingkat IQ dan EQ
baik secara simultan maupun parsial terhadap prestasi siswa.
Kata Kunci: Intelektual, Emosional, Prestasi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang kian pesat dan perubahan global
dalam berbagai aspek kehidupan yang datang
dengan cepat menjadi tantangan bangsa dalam
mempersiapkan generasi masa depan, termasuk
peserta didik untuk bertahan dalam menghadapi
tantangan zaman.
Ilmu akuntansi sebagai salah satu ilmu
yang banyak memberikan manfaat dalam
kehidupan sosial masyarakat disamping
berbagai macam ilmu pengetahuan dan
teknologi seperti ilmu alam (fisika, kimia,
biologi). Untuk menerapkan ilmu akuntansi
yang telah dipelajari, perlu diupayakan agar
siswa dapat memahami ilmu akuntansi dengan
baik. Siswa yang dapat memahami akuntansi
dengan baik akan memperoleh nilai maksimum,
yang nantinya mereka akan dapat melihat nilai
prestasi belajar mereka dalam satu semester
secara komulatif melalui nilai rapor yang
diperoleh.
Kurikulum SMK dalam mewujudkan
tujuan pendidikan nasional, disusun untuk
memperhatikan tahap perkembangan siswa dan
kesesuaian dengan jenis pekerjaan, lingkungan
sosial, kebutuhan pengembangan nasional,
perkembangan IPTEK serta keahlian. Proses
pembelajaran di SMK bertujuan menyiapkan
siswa menjadi manusia produktif yang dapat
langsung bekerja dibidangnya setelah melalui
pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi.
Belajar adalah istilah kunci (key term)
yang paling vital dalam setiap usaha
pendidikan,
sehingga
tanpa
belajar
sesungguhnya tak pernah ada pendidikan.
Pencapaian siswa dari proses belajar disebut
dengan prestasi akademik. Individu yang
mempunyai prestasi akademik yang tinggi akan
mampu bersaing dalam berbagai bidang. Nilai
rapor sebagai bentuk prestasi yang diperoleh
siswa tidak terlepas dari adanya proses belajar
yang dilakukan oleh siswa. Dalam proses
belajar siswa terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi baik faktor internal maupun
faktor eksternal. Dalam hal ini penelitian
difokuskan pada salah satu faktor internal yaitu
kecerdasan.
58
Aunurrahman (2010:178) mengemukakan
bahwa
diantara
factor
internal
yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa aspek
fisik relative
lebih mudah diamati dan
dipahami dibandingkan dengan dimensi
emosional. Sementara dalam kenyataannya,
persoalan-persoalan pembelajaran lebih banyak
berkaitan dengan dimensi mental.
Intelligence Quotient atau yang biasa
disebut dengan IQ merupakan istilah dari
pengelompokan kecerdasan manusia yang
pertama kali diperkenalkan oleh Alferd Binet,
ahli psikologi dari Perancis pada awal abad ke20. Nggermanto (2005 : 37) menjelaskan “
Kecerdasan intelektual (IQ) adalah syarat
minimum kompetensi”. Jika seorang siswa
memiliki IQ tinggi, siswa tersebut memiliki
modal yang sangat baikuntuk lulus dari semua
jenis ujian dengan baik dan meraih nilai yang
tinggi dalam uji IQ.
Goleman
(dalam
Efendi,
2005)
menegaskan bahwa setinggi-tingginya IQ
(Intelligence Quotient) menyumbang 20 % bagi
factor-faktor yang menentukan sukses dalam
hidup. Sedangkan yang 80% diisi oleh factorfaktor lain.
Goleman (dalam Baharuddin, 2010:155)
juga melaporkan hasil penelitiannya pada tahun
1995 bahwa tingkat intelegensi yang tinggi
tidak
menjamin
gengsi,
kesejahteraan,
kebahagiaan, dan kesuksesan hidup. Ada
kecerdasan lain yang tidak kalah pentingnya,
yaitu kecerdasan emosional.
Orang mulai sadar pada saat ini bahwa
tidak hanya keunggulan intelektual saja yang
diperlukan untuk mencapai keberhasilan tetapi
diperlukan sejenis keterampilan lain untuk
menjadi yang terdepan. Menurut Efendi
(2005:13) di Indonesia khususnya untuk
konteks pendidikan, bukti bahwa kita masih
lebih menghargai IQ daripada kecerdasankecerdasan yang lain dapat kita lihat dari
praktik sehari-hari. peserta didik biasa dites IQnya tanpa diberi tes-tes kecerdasan yang
lainnya seperti EQ dan SQ.
Menurut Sagala (2010:82) mengemukakan
kecerdasan sebagai salah satu aspek yang prlu
diketahui para guru agar dapat menolong
kesulitan belajarnya. Untuk mengetahui
kecerdasan para siswa tentu guru tidak harus
melakukannya sendiri dan dapat dilakukan oleh
para konselor yang mempunyai latar belakang
pendidikan dan keahlian untuk itu.
Di dunia pendidikan sendiri khususnya
SMK Bisnis dan Manajemen di Surabaya
masih sedikit peserta didik yang melakukan tes
terhadap kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual. Memang tidak dapat dipungkiri lagi
bahwa sampai dewasa ini alat ukur dalam EQ
dan SQ yang digunakan belum sepopuler IQ,
sehingga belum banyak lembaga psikologi
yang melakukan tes ini.
Bagi sekolah-sekolah yang berada di
perkotaan dan tersedia psikolog, maka dapat
dimintakan bantuan para ahli psikolog tersebut
untuk melakukan tes kecerdasan, dengan
demikian hasilnya dapat lebih akurat. SMK
Negeri 1 Surabaya sebagai Sekolah Berstandar
Internasional (SBI) merupakan salah satu
sekolah SMK Negeri bisnis dan manajemen di
Surabaya yang sudah melakukan tes IQ dan EQ
terhadap peserta didik. Untuk mengetahui
tingkat IQ dan EQ yang dimiliki siswa tidaklah
mudah. Sehingga dari sini SMK Negeri 1
Surabaya melakukan kerjasama dengan
lembaga psikologi dan pengembangan sumber
daya manusia “MEDIA HATI”.
Tes ini
dilakukan secara serempak kepada seluruh
siswa SMK Negeri 1 Surabaya pada semester
genap tahun ajaran 2009/2010.
Soloney dan Mayer (dalam Sunar, 2010)
mendefinisikan kecerdasan emosional (EQ)
sebagai
kemampuan
memantau
dan
mengendalikan emosi sendiri dan orang lain,
serta menggunakan emosi itu untuk memandu
pikiran dan tindakan.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis
terhadap siswa kelas XI SMK Negeri 1
Surabaya dan wawancara penulis kepada guru
mata pelajaran produktif akuntansi dan guru
BK dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian
besar siswa masih menganggap bahwa
akuntansi adalah mata pelajaran produktif yang
sulit. Anggapan ini akan menyebabkan siswa
mengalami kecemasan dan tertekan pada saat
mengerjakan soal akuntansi. Goleman (dalam
Efendy, 2005) menyatakan bahwa gangguan
emosional dapat mempengaruhi kehidupan
mental. Siswa yang cemas, marah, atau depresi
akan mengalami kesulitan belajar. Siswa yang
terjebak dalam keadaan ini juga dapat menemui
kesukaran menyerap informasi dengan efisien
59
atau menanganinya dengan benar dan optimal,
termasuk belajar untuk menyiapkan ujian.
Kecerdasan emosional sangat membantu agar
siswa dapat menentukan pikiran dan
tindakannya. Kemerosotan emosi juga dapat
memicu perilaku negatif pada siswa yang dapat
mempengaruhi karakternya. Perilaku negatif
yang timbul dapat mendorong siswa untuk
melakukan tindakan yang tidak jujur pada saat
ujian. Tindakan tidak jujur tersebut antara lain
bekerjasama
dengan
temannya
dalam
mengerjakan soal, melihat jawaban teman,
menyontek, dan perilaku tidak jujur lainnya.
Menurut Goleman, khusus pada orangorang yang murni hanya memiliki kecerdasan
akademis tinggi, mereka cenderung memiliki
rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis,
rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin
dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan
dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung
dengan
rendahnya
taraf
kecerdasan
emosionalnya, maka orang-orang seperti ini
sering menjadi sumber masalah. Karena sifatsifat di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi
namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah
maka cenderung akan terlihat sebagai orang
yang keras kepala, sulit bergaul, mudah
frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang
lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan
cenderung putus asa bila mengalami stress.
Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang
yang memiliki taraf IQ rata-rata namun
memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul Pengaruh Kecerdasan Intelektual dan
Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Siswa
Kelas XI AK pada Mata Pelajaran Akuntansi di
SMK Negeri 1 Surabaya.
Tujuan penulis melakukan penelitian
adalah: (1) menganalisis pengaruh kecerdasan
intelektual dan kecerdasan emosional secara
simultan terhadap prestasi belajar siswa kelas
XI AK pada mata pelajaran produktif akuntansi
di SMK Negeri 1 Surabaya, (2) menganalisis
pengaruh
kecerdasan
intelektual
dan
kecerdasan emosional secara parsial terhadap
prestasi belajar siswa kelas XI AK pada mata
pelajaran produktif akuntansi di SMK Negeri 1
Surabaya.
Istilah Intelegence quotient diperkenalkan
untuk pertama kalinya pada tahun 1912 oleh
seorang ahli psikologi berkebangsaan Jerman
bernama William Stern. Kemudian, ketika
Lewis Madison Terman, seorang ahli psikologi
berkebangsaan Amerika di Universitas
Stanford, menerbitkan revisi tes Binet di tahun
1916 istilah IQ mulai digunakan secara resmi
(Azwar, 2010:52).
Westy (2003:145) mengatakan bahwa “
IQ seseorang berhubungan dengan tingkat
prestasi, semakin tinggi tingkat intelegensi
seseorang maka semakin tinggi pula prestasi
belajarnya.
Djamarah (2008:194) juga berpendapat
bahwa “ Intelegensi diakui ikut menentukan
keberhasilan belajar seseorang.” Secara tegas
mengatakan bahwa seseorang yang memiliki
intelegensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya
mudah belajar dan hasilnya pun cenderung
baik. Sebaliknya, orang yang intelegensinya
rendah, cenderung mengalami kesukaran dalam
belajar, lambat berpikir sehingga prestasi
belajarnya pun rendah.
Dalam proses pembelajaran, pengenalan
terhadap diri sendiri atau kepribadian diri
merupakan hal yang sangat penting dalam
upaya-upaya
pemberdayaan
diri
(self
empowering). Pengenalan terhadap diri sendiri
berarti pula kita mengenal kelebihan-kelebihan
atau kekuatan yang kita miliki untuk mencapai
hasil belajar yang kita harapkan. Pada sisi lain
juga berarti kita mengenal kelemahankelemahan tersebut. Jika kelemahan pribadi diri
tidak kita pahami dengan baik, maka akan
berpotensi membawa kita pada ketidakberhasila
(Aunurrahman, 2010:11).
Menurut Goleman (2002:512), kecerdasan
emosional adalah kemampuan seseorang
mengatur
kehidupan
emosinya
dengan
inteligensi (to manage our emotional life with
intelligence); menjaga keselarasan emosi dan
pengungkapannya (the appropriateness of
emotion and its expression) melalui
keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri,
motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.
Dalam menghadapi era globalisasi dan
persaingan dalam dunia pendidikan yang
semakin ketat, tidaklah cukup bila hanya
bebekal IQ yang tinngi. Uno (2010:23)
menyatakan bahwa kecerdasan emosional
60
merupakan
faktor
penting
mengembangkan intelektual anak.
dalam
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini diperlukan rancangan
penelitian guna menentukan metode yang akan
digunakan untuk suatu penelitian, agar dapat
mencapai saran yang tepat. Dalam penelitian
ini peneliti berusaha untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh kecerdasan intelektual (X1)
dan kecerdasan emosional (X2) terhadap
prestasi belajar siswa (Y).
Dengan demikian rancangan penelitian
dapat digambarkan sebagai berikut :
Akuntansi SMK Negeri 1 Surabaya pada
semester genap tahun ajaran 2009/2010.
Metode analisis data yang akan digunakan
dalam penelitian ini menggunakan bantuan
program computer, yaitu SPSS for windows
Versi 17. Adapun analisis yang dilakukan
antara lain: uji asumsi klasik, analisis regresi
dan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis
menggunakan uji F untuk analisis pengaruh
secara simultan dan uji t untuk analisis
pengaruh secara parsial.
HASIL PENELITIAN
Penyajian Data
Tingkat Kecerdasan Intelektual (IQ)
Gambar 1
Rancangan Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas XI AK SMK Negeri 1
Surabaya. Berdasarkan data yang diperoleh dari
pihak sekolah, jumlah populasi kelas XI AK
SMK Negeri 1 Surabaya berjumlah 198 siswa.
Adapun metode pengambilan sampel yang
dipakai
pada
penelitian
ini
adalah
menggunakan teknik random sampling. dari
populasi berdasarkan tabel yang dikembangkan
oleh Isaac dan Michael (dalam Sugiono,
2009:87) dengan tingkat kesalahan 5%.
Populasi dari penelitian ini yaitu sebanyak 198
siswa, sehingga sampel yang digunakan
sebanyak 128 siswa.
Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan dokumentasi yaitu mencari data yang
sesuai berupa catatan dari dokumen atau arsip
yang ada. Data yang dijaring dengan teknik
dokumentasi adalah hasil tes IQ dan EQ yang
dilakukan oleh lembaga psikologi dan
pengembangan sumber daya manusia “MEDIA
HATI” kelas XI Akuntansi SMK Negeri 1
Surabaya pada semester genap tahun ajaran
2009/2010, serta nilai rapor pada mata
pelajaran produktif akuntansi siswa kelas XI
Tes IQ ini dilaksanakan oleh Lembaga
Psiklologi “Media Hati” pada semester genap
tahun ajaran 2009/2010. Dari hasil penelitian
terhadap kecerdasan intelektual yang dimiliki
siswa kelas XI Akuntansi di SMK Negeri 1
Surabaya diperoleh nilai rata-rata 99,85 dan SD
3,476, sehingga dapat disimpukan bahwa ratarata tingkat kecerdasan intelektual yang
dimiliki adalah rata-rata/normal.
Tabel 1
Distribusi Kecerdasan Intelektual
(Sumber: Data primer yang diolah)
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa
seluruh siswa dalam sampel ini yaitu 128 siswa
(100%) memiliki tingkat prestasi ratarata/normal.
61
Tingkat Kecerdasan Emosional (EQ)
Tes EQ ini dilakukan bersamaan dengan
tes IQ yang dilakukan oleh Lembaga Psikologi
“Media Hati” yaitu pada semester genap tahun
ajaran
2009/2010.
Tingkat
kecerdasan
emosional yang dimiliki oleh siswa diukur
berdasarkan indikator berdasarkan teori yang
dikemukakan oleh Daniel Golmen yaitu
meliputi: stabilitas emosi, kepercayaan diri,
hubungan social, motivasi, dan penyesuaian
diri.
Tabel 2
Rata-rata Kecerdasan EQ Siswa
(Sumber: Data primer yang diolah)
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa
kecerdasan emosi yang dimiliki oleh siswa
kelas XI Akuntansi di SMK Negeri 1 Surabaya
diperoleh nilai rata-rata 26.19 dan SD 2.320,
sehingga dapat disimpukan bahwa rata-rata
tingkat kecerdasan emosi yang dimiliki adalah
cukup.
Tingkat Prestasi Siswa
Niai prestasi siswa dalam penelitian ini
diukur berdasarkan nilai rapor yang diperoleh
siswa pada mata pelajaran produktif akuntansi
pada semester genap tahun ajaran 2009/2010.
Nilai yang diambil dalam penelitian ini adalah
nilai rata-rata rapor siswa pada mata pelajarn
produktif akuntansi yang terdiri dari empat
mata pelajaran yaitu mengelola dokumen
transaksi, memproses entri jurnal, memproses
buku besar, dan menyusun laporan keuangan
perusahaan jasa dan dagang.
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa
nilai rata-rata rapor yang dimiliki siswa kelas
XI Akuntansi di SMK Negeri 1 Surabaya untuk
mata pelajaran produktif akuntansi sebesar 8,3
dengan tingkat SD sebesar 0.5334, sehingga
dapat disimpukan bahwa rata-rata prestasi yang
dimiliki siswa adalah baik.
Tabel 3
Daftar Rata-rata Nilai Mata Pelajaran
Produktif Siswa SMKN 1 Surabaya
Semester Genap Tahun Ajaran 2009/2010
(Sumber: Data primer yang diolah)
Dengan demikian tingkat kecerdsan yang
dimiliki siswa baik IQ, maupun EQ, serta
prestasi siswa SMK Negeri 1 Surabaya dapat
digolongkan baik. Hal ini membuktikan bahwa
ketika kecerdasan yang dimiliki siswa yaitu IQ
dan EQ itu baik maka prestasi yang akan
diperoleh pun akan baik.
Analisis Data
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik mencakup uji normalitas,
uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji
heteroskedastisitas. Uji normalitas dilakukan
untuk melihat apakah data-data yang
dikumpulkan berdistribusi normal. Dalam
penelitian ini menggunakan grafik normal
probability plot dan histogram.
Berdasarkan hasil komputasi dengan
bantuan aplikasi SPSS Versi 17, maka
dihasilkan grafik normal probability plot maka
nampak
bahwa
bentuk
histogram
menggambarkan data yang berdistribusi normal
atau mendekati normal karena membentuk
seperti lonceng (bell shaped), sehingga asumsi
normalitas dalam penelitian ini dapat dipenuhi.
Uji multikolinieritas bertujuan untuk
mendeteksi adanya gejala multikolinearitas
yaitu dengan melihat nilai toleransi dari
Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai VIF
lebih kecil dari 10 atau nilai tolerance lebih
kecil dari 0,1 maka tidak terdapat gejala
multikolinearitas.
Dari hasil perhitungan nilai VIF dari
masing-masing variabel bebas menunjukkan
angka yng lebih kecil dari 10 sehingga dapat
disimpulkan
tidak
terjadi
gejala
multikolinearitas pada model regresi.
62
Uji
Autolorelasi
dilakukan
untuk
mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi
dengan menggunakan uji Durbin Watson.
Berdasarkan hasil pengujian nilai dw sebesar
1,611 dengan jumlah n = 128 dan k = 2, maka
hasil perhitungan yang diperoleh adalah:
1,54<1,611>2,46.
Hal ini membuktikan bahwa nilai durbin
Watson berada di daerah tidak terjadi
autokorelasi, sehingga dapat disimpulkan
bahwa model sudah bebas dan tidak terdapat
autokorelasi.
Pengujian
adanya
gejala
heteroskedastisitas menunjukkan bahwa tidak
terjadi gejala homokedastisitas yang terlihat
dari diagram pencar residual tidak membentuk
pola tertentu dan menyebar rata di atas maupun
di bawah angko 0 pada sumbu Y.
Regresi Linier Berganda
Penelitian ini memiliki persamaan regresi
sebagai berikut:
Y =0 .463 + 0.062X1+ 0.60X2
Keterangan :
Y : Prestasi belajar siswa
X1 : Kecerdasan intelektual
X2 : Kecerdasan emosional
Hasil analisis ketiga variabel independent
menunjukkan bahwa t hitung (X1=5,248 dan
X2=3,381) > t tabel (1,657) yang berarti variabel
tersebut berpengaruh positif dan signifikan.
Koefisien regresi menunjukkan tanda positif
(+), hal ini berarti ada suatu kondisi yang
searah yaitu peningkatan variabel x akan
menyebabkan
peningkatan
variabel
y.
Persamaan
regresi
berganda
di
atas
mengandung makna sebagai berikut:
Konstanta =0,463menunjukkan bahwa
tanpa adanya kecerdasan intelektual dan
kecerdasan emosional maka besarnya prestasi
belajar siswa adalah 0,463.
Koefisien regresi kecerdasan intelektual
sebesar 0.062 menandakan bahwa setiap
kenaikan kecerdasan intelaktual yang dimiliki
seorang siswa sebesar 1 maka akan berdampak
pada peningkatan prestasi siswa sebesar 0,062,
dengan asumsi variabel-variabel independen
lainnya konstan.
Koefisien regresi kecerdasan emosional
sebesar 0.060 berpengaruh positif dan
signifikan menunjukkan bahwa setiap kenaikan
kecerdasan emosional yang dimiliki seorang
siswa sebesar 1 maka akan berdampak pada
peningkatan prestasi siswa sebesar 0,060,
dengan asumsi variabel-variabel independen
lainnya konstan.
Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil analisis regresi linear
berganda diperoleh nilai F hitung = 22.611 (sig
= 0,000) menunjukkan bahwa pada taraf
signifikansi 5% ketiga variabel independen
(kecerdasan intelektual, dan kecerdasan
emosional) secara bersama-sama mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen (prestasi siswa).
Sedangkan nilai probabilitas untuk
koefisien regresi X1 (kecerdasan intelektual)
sebesar 0.000 dan nilai probabilitas untuk
koefisien regresi X2 sebesar 0.001 atau atau
jauh lebih kecil dari 0,05, dan berdasarkan
derajat kebebasan penyebut (n-k-1) = 125,
maka diperoleh nilai t tabel (1,657) jauh lebih
kecil dari t hitung untuk kecerdasan intelektual
dan kecerdasan emosional masing-masing
5,248 dan 3,381. Oleh karena itu, hipotesis nol
dalam penelitian ini ditolak dan sebaliknya
hipotesis alternatif diterima.
Sedangkan untuk kontribusi masingmasing variabel bebas yaitu kecerdasan
intelektual dan kecerdasan emosional terhadap
prestasi belajar siswa secara parsial dapat
dilihat pada tabel correlatiom partial (r2) yaitu
kecerdasan intelektual sebesar (r2) = (0,425)2 x
100% = 18%, sedangkan untuk kecerdasan
emosional sebesar (0,289)2 x 100% = 8,3%.
Adapun Nilai koefisien determinasi (R2)
sebesar 0,266 atau 26,6%. Dari besarnya
koefisien determinasi dalam model regresi
tersebut, variasi prestasi belajar siswa yang
dipengaruhi oleh kecerdasan intelektual dan
kecerdasan emosional adalah sebesar 26,6%,
sedangkan sisanya yaitu sebesar 73,4% adalah
dipengaruhi oleh variabel lain di luar
persamaan (model regresi).
PEMBAHASAN
63
Pengujian Hipotesis Secara Bersama-sama
Setelah
dilakukan
penelitian
dan
pengolahan data tentang pengujian hipotesis
secara simultan (uji F), dihasilkan nilai Fhitung
(22,611) > F tabel (3,07) dengan tingkat
signifikansi 0,000<0,05.
Dari hasil yang diperoleh dalam penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang
diajukan
terbukti
kebenarannya
bahwa
kecerdasan
intelektual
dan
kecerdasan
emosional secara simultan mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap prestasi
belajar siswa.
Intelegensi
sebagai
unsur
kognitif
dianggap memegang peranan yang cukup
penting dalam dunia pendidikan. Ketika
seorang siswa memiliki kecerdasan intelektual
yang tinggi ia akan dapat menerima dan
memahami dengan cepat materi yang
disampaikan oleh guru.
Prestasi belajar siswa yang baik dapat juga
dipengaruhi oleh faktor emosi Kecerdasan
emosional dipandang perlu untuk semua orang,
begitu juga untuk siswa berbakat yang memiliki
kecerdasan intelektual tinggi. Kecerdasan
emosional sama pentingnya dengan IQ dalam
menentukan
keberhasilan
masa
depan
seseorang. Idealnya siswa yang memiliki IQ
tinggi akan memiliki kecerdasan emosional
yang tinggi pula
Hal ini sesuai dengan pendapat Dalyono
(dalam Djamarah, 2008) yang mengatakan
bahwa seseorang yang memiliki intelegensi
baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar
dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya
orang yang intelegensinya rendah cenderung
mengalami kesukaran dalam belajar, lambat
berpikir, sehingga prestasi akademiknya pun
rendah. Oleh karena itu, kecerdasan
mempunyai peranan yang sangat besar dalam
ikut menentukan berhasil dan tidaknya
seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti
suatu program pendidikan dan pengajaran
Hal ini juga sesuai teori yang dikemukakan
oleh Walter B. Kolesnik (dalam Slameto,
2003:128), di dalam bukunya “Learning
Educational Applications” bahwa Pengetahuan
mengenai tingkat kemampuan intelektual atau
intelegensi siswa akan membantu pengajar
menentukan apakah siswa mampu mengikuti
pengajaran yang diberikan, serta meramalkan
keberhasilan atau gagalnya siswa yang
bersangkutan bila telah mengikuti pengajaran
yang diberikan. Meskipun demikian, perlu
diingat bahwa prestasi siswa tidak semata-mata
ditentukan
oleh
tingkat
kemampuan
intelektualnya.
Menurut Uno (2010:69) Keterampilan
kecerdasan emosi bekerja secara sinergi dengan
keterampilan kognitif, orang-orang yang
berprestasi tinggi memiliki keduanya. Emosi
yang lepas kendali dapat membuat orang
pandai menjadi bodoh. Tanpa kecerdasan
emosi, orang tidak akan mampu menggunakan
kemampuan kognitif mereka sesuai dengan
potensi yang maksimum.
Pengujian Hipotesis Secara Parsial
Nilai uji t atas hipotesis pengaruh
kecerdasan intelektual terhadap prestasi belajar
siswa adalah nilai thitung (5,248) > ttabel (1,657)
dengan tingkat signifikansi 0,000<0,05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis
yang diajukan terbukti kebenarannya bahwa
kecerdasan intelektual mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa.
Kecerdasan intelektual yang diukur dengan
IQ merupakan hal yang penting dalam
mencapai prestasi belajar. Dunia pendidikan
erat kaitannya dengan kecerdasan intelektual
yang dimiliki oleh seorang siswa. Seorang
siswa yang memiliki IQ tinggi diharapkan
dapat menghasilkan prestasi yang lebih baik
dibandingkan mereka yang memiliki IQ lebih
rendah.
Hal ini mendukung pernyataan Irving
(dalam Westy, 1990 : 145) mengatakan bahwa
“ IQ seseorang berhubungan dengan tingkat
prestasi, semakin tinggi tingkat intelegensi
seseorang maka semakin tinggi pula prestasi.
Hal ini juga sesuai dengan penelitian Dan
Noehi (dalam Djamarah, 2008) yang
mengatakan bahwa orang yang lebih cerdas
pada umumnya akan lebih mampu belajar
daripada orang yang kurang cerdas. Hal ini juga
mendukung hasil penelitian Sukiarti (2007)
yang memperoleh kontribusi intelegensi
terhadap prestasi akademik sebesar 16,6% pada
180 orang siswa kelas II SMA Negeri 99
Jakarta.
64
Sedangkan nilai uji t atas hipotesis
pengaruh kecerdasan emosional terhadap
prestasi belajar siswa adalah nilai thitung sebesar
3.381> ttabel (1,657) dengan tingkat signifikansi
0,001< 0,05. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa hipotesis yang diajukan terbukti
kebenarannya bahwa kecerdasan emosional
(EQ) mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap prestasi belajar siswa.
Kecerdasan emosi merupakan kemampuan
untuk menggunakan emosi secara efektif dalam
mengelola diri sendiri dan mempengaruhi
hubungan dengan orang lain secara positif.
Dengan demikian penggunaan emosi yang
efektif akan dapat mencapai tujuan dalam
membangun hubungan yang produktif dan
meraih keberhasilan belajar.
Siswa yang memiliki skor kecerdasan
emosi yang tinggi akan menghasilkan prestasi
yang lebih baik yang dapat dilihat dari
bagaimana kualitas dan kuantitas yang
diberikan siswa tersebut terhadap guru dan
teman-temannya. Walaupun siswa tersebut
memiliki kecerdasan intelektual yang cukup
baik tapi apabila dia memiliki sifat yang
tertutup dan tidak berinteraksi dengan guru dan
teman-temannya yang lain secara baik maka
kemampuan belajar di lingkungan sekolahnya
tidak akan dapat berkembang.
Hal ini mendukung pernyataan dari Uno
(2010)
bahwa
kecerdasan
emosional
merupakan
faktor
penting
dalam
mengembangkan intelektual anak. Hasil
penelitian ini juga mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Amalia (2004) bahwa ada
hubungan antara kecerdasan emosional dengan
prestasi belajar pada siswa kelas II SMU Lab
School Jakarta Timur.
Kecerdasan intelektual dan kecerdasan
emosional memiliki hubungan yang saling
menunjang antara yang satu dengan yang lain,
dimana
kecerdasan
intelektual
sangat
menunjang berfungsinya kecerdasan emosional,
demikian sebaliknya kecerdasan emosional
sangat
menentukan
fungsi
kecerdasan
intelektual.
Menurut Aunurrahman (2010:102) dalam
proses pembelajaran, penerapan kecerdasan
emosional dapat dilakukan secara luas dalam
berbagai sesi, aktivitas dan bentuk bentuk
spesifik pembelajaran. Pemahaman guru
terhadap
kecerdasan
emosional
serta
pengetahuan tentang cara-cara penerapannya
kepada anak pada saat ini merupakan begian
penting dalam rangka membantu mewujudkan
perkembangan potensi-potensi anak secara
optimal.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dikemukakan pada bab sebelumnya, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1)
Kecerdasan intelektual dan kecerdasan
emosional secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap prestasi siswa kelas XI AK
pada mata pelajaran produktif akuntansi di
SMK Negeri 1 Surabaya. (2) Kecerdasan
intelektual dan kecerdasan emosional secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap prestasi
siswa kelas XI AK pada mata pelajaran
produktif akuntansi di SMK Negeri 1 Surabaya.
Saran
Berdasarkan simpulan hasil penelitian
maka peneliti menyampaikan saran sebagai
berikut : (1) Hendaknya psikotest pada siswa
dilakukan pada saat awal tahun ajaran baru agar
guru dapat mengetahui dari dini tingkat
kecerdasan yang dimiliki siswa baik intelektual
maupun emosional. (2) Selain melakukan tes
terhadap IQ dan EQ hendaknya sekolah juga
melakukan tes terhadap kecerdasan spiritual
(SQ) sebagai unsur kecerdasan ketiga yang
dimiliki siswa sebagai upaya pendidikan
karakter yang juga terbukti memiliki kontribusi
terhadap prestasi belajar siswa. (3) Penambahan
variabel bebas lain dalam penelitian selanjutnya
yang diduga akan berdampak pada peningkatan
prestasi siswa, misalnya kecerdasan spiritual,
fasilitas belajar, cara belajar siswa dan faktor
lain.
DAFTAR RUJUKAN
Aunurrahman.
2010.
Belajar
Pembelajaran. Bandung : Alfabeta
dan
Azwar, Saifuddin. 2010. Psikologi Intelegensi.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
65
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2010. Teori
Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta :
Ar-Ruzz Media.
Dalyono, 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Rahasia Sukses
Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi
Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Efendi, Agus. 2005. Revolusi Kecerdasan Abad
21. Bandung : Alfabeta
Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Goleman,
Daniel.
2002.
Kecerdasan
Emosional. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Nggermanto, Agus. 2001. Quantum Quotient.
Bandung : Nuansa.
Sagala, Syaiful, 2010. Konsep dan Makna
Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Soemanto, Wasty. 2003. Psikologi Pendidikan
Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan.
Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Sugiono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D ). Bandung : CV. Alfabeta.
Sunar, Dwi Prasetyo. 2010. Tes IQ dan EQ
Plus!. Jogjakarta : Bukubiru.
Suryabrata, Sumadi. 2005. Pengembangan Alat
Ukur Psikologis. Yogyakarta : Andi.
Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Uno, Hamzah. 2010. Orientai Baru dalam
Psikologi Pembelajaran. Jakarta : Bumi
Aksara.
66
Download