PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI SISWA KELAS XI AKUNTANSI PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI SMK NEGERI 1 SURABAYA Diana Nurhidayah Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya ABSTRAK Pencapaian individu dari proses belajar disebut dengan prestasi belajar. Salah satu faktor internal yang mempengaruhi prestasi siswa adalah IQ dan EQ. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada pengaruh tingkat IQ dan EQ baik secara simultan maupun parsial terhadap prestasi siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. sampel penelitian sebanyak 128 siswa dengan teknik random sampling. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis regresi berganda. Berdasarkan analisis data yang dilakukan, diperoleh nilai Fhitung 22,611>Ftabel 3,07 dan secara parsial diperoleh thitung untuk IQ dan EQ masing-masing sebesar 5,248 dan 3,38>ttabel 1,657. Selain nilai F dan t, diperoleh juga nilai R square sebesar 0,266, yang berarti bahwa 26,6% prestasi siswa dipengaruhi oleh kecerdasan intelektual da kecerdasan emosional, sedangkan sisanya sebesar 73,4% dipengaruhi oleh factor lain. Simpulan tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh secara signifikan tingkat IQ dan EQ baik secara simultan maupun parsial terhadap prestasi siswa. Kata Kunci: Intelektual, Emosional, Prestasi Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kian pesat dan perubahan global dalam berbagai aspek kehidupan yang datang dengan cepat menjadi tantangan bangsa dalam mempersiapkan generasi masa depan, termasuk peserta didik untuk bertahan dalam menghadapi tantangan zaman. Ilmu akuntansi sebagai salah satu ilmu yang banyak memberikan manfaat dalam kehidupan sosial masyarakat disamping berbagai macam ilmu pengetahuan dan teknologi seperti ilmu alam (fisika, kimia, biologi). Untuk menerapkan ilmu akuntansi yang telah dipelajari, perlu diupayakan agar siswa dapat memahami ilmu akuntansi dengan baik. Siswa yang dapat memahami akuntansi dengan baik akan memperoleh nilai maksimum, yang nantinya mereka akan dapat melihat nilai prestasi belajar mereka dalam satu semester secara komulatif melalui nilai rapor yang diperoleh. Kurikulum SMK dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional, disusun untuk memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesesuaian dengan jenis pekerjaan, lingkungan sosial, kebutuhan pengembangan nasional, perkembangan IPTEK serta keahlian. Proses pembelajaran di SMK bertujuan menyiapkan siswa menjadi manusia produktif yang dapat langsung bekerja dibidangnya setelah melalui pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi. Belajar adalah istilah kunci (key term) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Pencapaian siswa dari proses belajar disebut dengan prestasi akademik. Individu yang mempunyai prestasi akademik yang tinggi akan mampu bersaing dalam berbagai bidang. Nilai rapor sebagai bentuk prestasi yang diperoleh siswa tidak terlepas dari adanya proses belajar yang dilakukan oleh siswa. Dalam proses belajar siswa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi baik faktor internal maupun faktor eksternal. Dalam hal ini penelitian difokuskan pada salah satu faktor internal yaitu kecerdasan. 58 Aunurrahman (2010:178) mengemukakan bahwa diantara factor internal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa aspek fisik relative lebih mudah diamati dan dipahami dibandingkan dengan dimensi emosional. Sementara dalam kenyataannya, persoalan-persoalan pembelajaran lebih banyak berkaitan dengan dimensi mental. Intelligence Quotient atau yang biasa disebut dengan IQ merupakan istilah dari pengelompokan kecerdasan manusia yang pertama kali diperkenalkan oleh Alferd Binet, ahli psikologi dari Perancis pada awal abad ke20. Nggermanto (2005 : 37) menjelaskan “ Kecerdasan intelektual (IQ) adalah syarat minimum kompetensi”. Jika seorang siswa memiliki IQ tinggi, siswa tersebut memiliki modal yang sangat baikuntuk lulus dari semua jenis ujian dengan baik dan meraih nilai yang tinggi dalam uji IQ. Goleman (dalam Efendi, 2005) menegaskan bahwa setinggi-tingginya IQ (Intelligence Quotient) menyumbang 20 % bagi factor-faktor yang menentukan sukses dalam hidup. Sedangkan yang 80% diisi oleh factorfaktor lain. Goleman (dalam Baharuddin, 2010:155) juga melaporkan hasil penelitiannya pada tahun 1995 bahwa tingkat intelegensi yang tinggi tidak menjamin gengsi, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kesuksesan hidup. Ada kecerdasan lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu kecerdasan emosional. Orang mulai sadar pada saat ini bahwa tidak hanya keunggulan intelektual saja yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan tetapi diperlukan sejenis keterampilan lain untuk menjadi yang terdepan. Menurut Efendi (2005:13) di Indonesia khususnya untuk konteks pendidikan, bukti bahwa kita masih lebih menghargai IQ daripada kecerdasankecerdasan yang lain dapat kita lihat dari praktik sehari-hari. peserta didik biasa dites IQnya tanpa diberi tes-tes kecerdasan yang lainnya seperti EQ dan SQ. Menurut Sagala (2010:82) mengemukakan kecerdasan sebagai salah satu aspek yang prlu diketahui para guru agar dapat menolong kesulitan belajarnya. Untuk mengetahui kecerdasan para siswa tentu guru tidak harus melakukannya sendiri dan dapat dilakukan oleh para konselor yang mempunyai latar belakang pendidikan dan keahlian untuk itu. Di dunia pendidikan sendiri khususnya SMK Bisnis dan Manajemen di Surabaya masih sedikit peserta didik yang melakukan tes terhadap kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Memang tidak dapat dipungkiri lagi bahwa sampai dewasa ini alat ukur dalam EQ dan SQ yang digunakan belum sepopuler IQ, sehingga belum banyak lembaga psikologi yang melakukan tes ini. Bagi sekolah-sekolah yang berada di perkotaan dan tersedia psikolog, maka dapat dimintakan bantuan para ahli psikolog tersebut untuk melakukan tes kecerdasan, dengan demikian hasilnya dapat lebih akurat. SMK Negeri 1 Surabaya sebagai Sekolah Berstandar Internasional (SBI) merupakan salah satu sekolah SMK Negeri bisnis dan manajemen di Surabaya yang sudah melakukan tes IQ dan EQ terhadap peserta didik. Untuk mengetahui tingkat IQ dan EQ yang dimiliki siswa tidaklah mudah. Sehingga dari sini SMK Negeri 1 Surabaya melakukan kerjasama dengan lembaga psikologi dan pengembangan sumber daya manusia “MEDIA HATI”. Tes ini dilakukan secara serempak kepada seluruh siswa SMK Negeri 1 Surabaya pada semester genap tahun ajaran 2009/2010. Soloney dan Mayer (dalam Sunar, 2010) mendefinisikan kecerdasan emosional (EQ) sebagai kemampuan memantau dan mengendalikan emosi sendiri dan orang lain, serta menggunakan emosi itu untuk memandu pikiran dan tindakan. Berdasarkan hasil pengamatan penulis terhadap siswa kelas XI SMK Negeri 1 Surabaya dan wawancara penulis kepada guru mata pelajaran produktif akuntansi dan guru BK dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar siswa masih menganggap bahwa akuntansi adalah mata pelajaran produktif yang sulit. Anggapan ini akan menyebabkan siswa mengalami kecemasan dan tertekan pada saat mengerjakan soal akuntansi. Goleman (dalam Efendy, 2005) menyatakan bahwa gangguan emosional dapat mempengaruhi kehidupan mental. Siswa yang cemas, marah, atau depresi akan mengalami kesulitan belajar. Siswa yang terjebak dalam keadaan ini juga dapat menemui kesukaran menyerap informasi dengan efisien 59 atau menanganinya dengan benar dan optimal, termasuk belajar untuk menyiapkan ujian. Kecerdasan emosional sangat membantu agar siswa dapat menentukan pikiran dan tindakannya. Kemerosotan emosi juga dapat memicu perilaku negatif pada siswa yang dapat mempengaruhi karakternya. Perilaku negatif yang timbul dapat mendorong siswa untuk melakukan tindakan yang tidak jujur pada saat ujian. Tindakan tidak jujur tersebut antara lain bekerjasama dengan temannya dalam mengerjakan soal, melihat jawaban teman, menyontek, dan perilaku tidak jujur lainnya. Menurut Goleman, khusus pada orangorang yang murni hanya memiliki kecerdasan akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena sifatsifat di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Siswa Kelas XI AK pada Mata Pelajaran Akuntansi di SMK Negeri 1 Surabaya. Tujuan penulis melakukan penelitian adalah: (1) menganalisis pengaruh kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional secara simultan terhadap prestasi belajar siswa kelas XI AK pada mata pelajaran produktif akuntansi di SMK Negeri 1 Surabaya, (2) menganalisis pengaruh kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional secara parsial terhadap prestasi belajar siswa kelas XI AK pada mata pelajaran produktif akuntansi di SMK Negeri 1 Surabaya. Istilah Intelegence quotient diperkenalkan untuk pertama kalinya pada tahun 1912 oleh seorang ahli psikologi berkebangsaan Jerman bernama William Stern. Kemudian, ketika Lewis Madison Terman, seorang ahli psikologi berkebangsaan Amerika di Universitas Stanford, menerbitkan revisi tes Binet di tahun 1916 istilah IQ mulai digunakan secara resmi (Azwar, 2010:52). Westy (2003:145) mengatakan bahwa “ IQ seseorang berhubungan dengan tingkat prestasi, semakin tinggi tingkat intelegensi seseorang maka semakin tinggi pula prestasi belajarnya. Djamarah (2008:194) juga berpendapat bahwa “ Intelegensi diakui ikut menentukan keberhasilan belajar seseorang.” Secara tegas mengatakan bahwa seseorang yang memiliki intelegensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya, orang yang intelegensinya rendah, cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berpikir sehingga prestasi belajarnya pun rendah. Dalam proses pembelajaran, pengenalan terhadap diri sendiri atau kepribadian diri merupakan hal yang sangat penting dalam upaya-upaya pemberdayaan diri (self empowering). Pengenalan terhadap diri sendiri berarti pula kita mengenal kelebihan-kelebihan atau kekuatan yang kita miliki untuk mencapai hasil belajar yang kita harapkan. Pada sisi lain juga berarti kita mengenal kelemahankelemahan tersebut. Jika kelemahan pribadi diri tidak kita pahami dengan baik, maka akan berpotensi membawa kita pada ketidakberhasila (Aunurrahman, 2010:11). Menurut Goleman (2002:512), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Dalam menghadapi era globalisasi dan persaingan dalam dunia pendidikan yang semakin ketat, tidaklah cukup bila hanya bebekal IQ yang tinngi. Uno (2010:23) menyatakan bahwa kecerdasan emosional 60 merupakan faktor penting mengembangkan intelektual anak. dalam METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini diperlukan rancangan penelitian guna menentukan metode yang akan digunakan untuk suatu penelitian, agar dapat mencapai saran yang tepat. Dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kecerdasan intelektual (X1) dan kecerdasan emosional (X2) terhadap prestasi belajar siswa (Y). Dengan demikian rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut : Akuntansi SMK Negeri 1 Surabaya pada semester genap tahun ajaran 2009/2010. Metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan bantuan program computer, yaitu SPSS for windows Versi 17. Adapun analisis yang dilakukan antara lain: uji asumsi klasik, analisis regresi dan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis menggunakan uji F untuk analisis pengaruh secara simultan dan uji t untuk analisis pengaruh secara parsial. HASIL PENELITIAN Penyajian Data Tingkat Kecerdasan Intelektual (IQ) Gambar 1 Rancangan Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI AK SMK Negeri 1 Surabaya. Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak sekolah, jumlah populasi kelas XI AK SMK Negeri 1 Surabaya berjumlah 198 siswa. Adapun metode pengambilan sampel yang dipakai pada penelitian ini adalah menggunakan teknik random sampling. dari populasi berdasarkan tabel yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael (dalam Sugiono, 2009:87) dengan tingkat kesalahan 5%. Populasi dari penelitian ini yaitu sebanyak 198 siswa, sehingga sampel yang digunakan sebanyak 128 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi yaitu mencari data yang sesuai berupa catatan dari dokumen atau arsip yang ada. Data yang dijaring dengan teknik dokumentasi adalah hasil tes IQ dan EQ yang dilakukan oleh lembaga psikologi dan pengembangan sumber daya manusia “MEDIA HATI” kelas XI Akuntansi SMK Negeri 1 Surabaya pada semester genap tahun ajaran 2009/2010, serta nilai rapor pada mata pelajaran produktif akuntansi siswa kelas XI Tes IQ ini dilaksanakan oleh Lembaga Psiklologi “Media Hati” pada semester genap tahun ajaran 2009/2010. Dari hasil penelitian terhadap kecerdasan intelektual yang dimiliki siswa kelas XI Akuntansi di SMK Negeri 1 Surabaya diperoleh nilai rata-rata 99,85 dan SD 3,476, sehingga dapat disimpukan bahwa ratarata tingkat kecerdasan intelektual yang dimiliki adalah rata-rata/normal. Tabel 1 Distribusi Kecerdasan Intelektual (Sumber: Data primer yang diolah) Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa seluruh siswa dalam sampel ini yaitu 128 siswa (100%) memiliki tingkat prestasi ratarata/normal. 61 Tingkat Kecerdasan Emosional (EQ) Tes EQ ini dilakukan bersamaan dengan tes IQ yang dilakukan oleh Lembaga Psikologi “Media Hati” yaitu pada semester genap tahun ajaran 2009/2010. Tingkat kecerdasan emosional yang dimiliki oleh siswa diukur berdasarkan indikator berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Daniel Golmen yaitu meliputi: stabilitas emosi, kepercayaan diri, hubungan social, motivasi, dan penyesuaian diri. Tabel 2 Rata-rata Kecerdasan EQ Siswa (Sumber: Data primer yang diolah) Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa kecerdasan emosi yang dimiliki oleh siswa kelas XI Akuntansi di SMK Negeri 1 Surabaya diperoleh nilai rata-rata 26.19 dan SD 2.320, sehingga dapat disimpukan bahwa rata-rata tingkat kecerdasan emosi yang dimiliki adalah cukup. Tingkat Prestasi Siswa Niai prestasi siswa dalam penelitian ini diukur berdasarkan nilai rapor yang diperoleh siswa pada mata pelajaran produktif akuntansi pada semester genap tahun ajaran 2009/2010. Nilai yang diambil dalam penelitian ini adalah nilai rata-rata rapor siswa pada mata pelajarn produktif akuntansi yang terdiri dari empat mata pelajaran yaitu mengelola dokumen transaksi, memproses entri jurnal, memproses buku besar, dan menyusun laporan keuangan perusahaan jasa dan dagang. Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata rapor yang dimiliki siswa kelas XI Akuntansi di SMK Negeri 1 Surabaya untuk mata pelajaran produktif akuntansi sebesar 8,3 dengan tingkat SD sebesar 0.5334, sehingga dapat disimpukan bahwa rata-rata prestasi yang dimiliki siswa adalah baik. Tabel 3 Daftar Rata-rata Nilai Mata Pelajaran Produktif Siswa SMKN 1 Surabaya Semester Genap Tahun Ajaran 2009/2010 (Sumber: Data primer yang diolah) Dengan demikian tingkat kecerdsan yang dimiliki siswa baik IQ, maupun EQ, serta prestasi siswa SMK Negeri 1 Surabaya dapat digolongkan baik. Hal ini membuktikan bahwa ketika kecerdasan yang dimiliki siswa yaitu IQ dan EQ itu baik maka prestasi yang akan diperoleh pun akan baik. Analisis Data Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik mencakup uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas. Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data-data yang dikumpulkan berdistribusi normal. Dalam penelitian ini menggunakan grafik normal probability plot dan histogram. Berdasarkan hasil komputasi dengan bantuan aplikasi SPSS Versi 17, maka dihasilkan grafik normal probability plot maka nampak bahwa bentuk histogram menggambarkan data yang berdistribusi normal atau mendekati normal karena membentuk seperti lonceng (bell shaped), sehingga asumsi normalitas dalam penelitian ini dapat dipenuhi. Uji multikolinieritas bertujuan untuk mendeteksi adanya gejala multikolinearitas yaitu dengan melihat nilai toleransi dari Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai VIF lebih kecil dari 10 atau nilai tolerance lebih kecil dari 0,1 maka tidak terdapat gejala multikolinearitas. Dari hasil perhitungan nilai VIF dari masing-masing variabel bebas menunjukkan angka yng lebih kecil dari 10 sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi gejala multikolinearitas pada model regresi. 62 Uji Autolorelasi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin Watson. Berdasarkan hasil pengujian nilai dw sebesar 1,611 dengan jumlah n = 128 dan k = 2, maka hasil perhitungan yang diperoleh adalah: 1,54<1,611>2,46. Hal ini membuktikan bahwa nilai durbin Watson berada di daerah tidak terjadi autokorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa model sudah bebas dan tidak terdapat autokorelasi. Pengujian adanya gejala heteroskedastisitas menunjukkan bahwa tidak terjadi gejala homokedastisitas yang terlihat dari diagram pencar residual tidak membentuk pola tertentu dan menyebar rata di atas maupun di bawah angko 0 pada sumbu Y. Regresi Linier Berganda Penelitian ini memiliki persamaan regresi sebagai berikut: Y =0 .463 + 0.062X1+ 0.60X2 Keterangan : Y : Prestasi belajar siswa X1 : Kecerdasan intelektual X2 : Kecerdasan emosional Hasil analisis ketiga variabel independent menunjukkan bahwa t hitung (X1=5,248 dan X2=3,381) > t tabel (1,657) yang berarti variabel tersebut berpengaruh positif dan signifikan. Koefisien regresi menunjukkan tanda positif (+), hal ini berarti ada suatu kondisi yang searah yaitu peningkatan variabel x akan menyebabkan peningkatan variabel y. Persamaan regresi berganda di atas mengandung makna sebagai berikut: Konstanta =0,463menunjukkan bahwa tanpa adanya kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional maka besarnya prestasi belajar siswa adalah 0,463. Koefisien regresi kecerdasan intelektual sebesar 0.062 menandakan bahwa setiap kenaikan kecerdasan intelaktual yang dimiliki seorang siswa sebesar 1 maka akan berdampak pada peningkatan prestasi siswa sebesar 0,062, dengan asumsi variabel-variabel independen lainnya konstan. Koefisien regresi kecerdasan emosional sebesar 0.060 berpengaruh positif dan signifikan menunjukkan bahwa setiap kenaikan kecerdasan emosional yang dimiliki seorang siswa sebesar 1 maka akan berdampak pada peningkatan prestasi siswa sebesar 0,060, dengan asumsi variabel-variabel independen lainnya konstan. Uji Hipotesis Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda diperoleh nilai F hitung = 22.611 (sig = 0,000) menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi 5% ketiga variabel independen (kecerdasan intelektual, dan kecerdasan emosional) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (prestasi siswa). Sedangkan nilai probabilitas untuk koefisien regresi X1 (kecerdasan intelektual) sebesar 0.000 dan nilai probabilitas untuk koefisien regresi X2 sebesar 0.001 atau atau jauh lebih kecil dari 0,05, dan berdasarkan derajat kebebasan penyebut (n-k-1) = 125, maka diperoleh nilai t tabel (1,657) jauh lebih kecil dari t hitung untuk kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional masing-masing 5,248 dan 3,381. Oleh karena itu, hipotesis nol dalam penelitian ini ditolak dan sebaliknya hipotesis alternatif diterima. Sedangkan untuk kontribusi masingmasing variabel bebas yaitu kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa secara parsial dapat dilihat pada tabel correlatiom partial (r2) yaitu kecerdasan intelektual sebesar (r2) = (0,425)2 x 100% = 18%, sedangkan untuk kecerdasan emosional sebesar (0,289)2 x 100% = 8,3%. Adapun Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,266 atau 26,6%. Dari besarnya koefisien determinasi dalam model regresi tersebut, variasi prestasi belajar siswa yang dipengaruhi oleh kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional adalah sebesar 26,6%, sedangkan sisanya yaitu sebesar 73,4% adalah dipengaruhi oleh variabel lain di luar persamaan (model regresi). PEMBAHASAN 63 Pengujian Hipotesis Secara Bersama-sama Setelah dilakukan penelitian dan pengolahan data tentang pengujian hipotesis secara simultan (uji F), dihasilkan nilai Fhitung (22,611) > F tabel (3,07) dengan tingkat signifikansi 0,000<0,05. Dari hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan terbukti kebenarannya bahwa kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Intelegensi sebagai unsur kognitif dianggap memegang peranan yang cukup penting dalam dunia pendidikan. Ketika seorang siswa memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi ia akan dapat menerima dan memahami dengan cepat materi yang disampaikan oleh guru. Prestasi belajar siswa yang baik dapat juga dipengaruhi oleh faktor emosi Kecerdasan emosional dipandang perlu untuk semua orang, begitu juga untuk siswa berbakat yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi. Kecerdasan emosional sama pentingnya dengan IQ dalam menentukan keberhasilan masa depan seseorang. Idealnya siswa yang memiliki IQ tinggi akan memiliki kecerdasan emosional yang tinggi pula Hal ini sesuai dengan pendapat Dalyono (dalam Djamarah, 2008) yang mengatakan bahwa seseorang yang memiliki intelegensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya orang yang intelegensinya rendah cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berpikir, sehingga prestasi akademiknya pun rendah. Oleh karena itu, kecerdasan mempunyai peranan yang sangat besar dalam ikut menentukan berhasil dan tidaknya seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti suatu program pendidikan dan pengajaran Hal ini juga sesuai teori yang dikemukakan oleh Walter B. Kolesnik (dalam Slameto, 2003:128), di dalam bukunya “Learning Educational Applications” bahwa Pengetahuan mengenai tingkat kemampuan intelektual atau intelegensi siswa akan membantu pengajar menentukan apakah siswa mampu mengikuti pengajaran yang diberikan, serta meramalkan keberhasilan atau gagalnya siswa yang bersangkutan bila telah mengikuti pengajaran yang diberikan. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa prestasi siswa tidak semata-mata ditentukan oleh tingkat kemampuan intelektualnya. Menurut Uno (2010:69) Keterampilan kecerdasan emosi bekerja secara sinergi dengan keterampilan kognitif, orang-orang yang berprestasi tinggi memiliki keduanya. Emosi yang lepas kendali dapat membuat orang pandai menjadi bodoh. Tanpa kecerdasan emosi, orang tidak akan mampu menggunakan kemampuan kognitif mereka sesuai dengan potensi yang maksimum. Pengujian Hipotesis Secara Parsial Nilai uji t atas hipotesis pengaruh kecerdasan intelektual terhadap prestasi belajar siswa adalah nilai thitung (5,248) > ttabel (1,657) dengan tingkat signifikansi 0,000<0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan terbukti kebenarannya bahwa kecerdasan intelektual mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Kecerdasan intelektual yang diukur dengan IQ merupakan hal yang penting dalam mencapai prestasi belajar. Dunia pendidikan erat kaitannya dengan kecerdasan intelektual yang dimiliki oleh seorang siswa. Seorang siswa yang memiliki IQ tinggi diharapkan dapat menghasilkan prestasi yang lebih baik dibandingkan mereka yang memiliki IQ lebih rendah. Hal ini mendukung pernyataan Irving (dalam Westy, 1990 : 145) mengatakan bahwa “ IQ seseorang berhubungan dengan tingkat prestasi, semakin tinggi tingkat intelegensi seseorang maka semakin tinggi pula prestasi. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Dan Noehi (dalam Djamarah, 2008) yang mengatakan bahwa orang yang lebih cerdas pada umumnya akan lebih mampu belajar daripada orang yang kurang cerdas. Hal ini juga mendukung hasil penelitian Sukiarti (2007) yang memperoleh kontribusi intelegensi terhadap prestasi akademik sebesar 16,6% pada 180 orang siswa kelas II SMA Negeri 99 Jakarta. 64 Sedangkan nilai uji t atas hipotesis pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa adalah nilai thitung sebesar 3.381> ttabel (1,657) dengan tingkat signifikansi 0,001< 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan terbukti kebenarannya bahwa kecerdasan emosional (EQ) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif dalam mengelola diri sendiri dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain secara positif. Dengan demikian penggunaan emosi yang efektif akan dapat mencapai tujuan dalam membangun hubungan yang produktif dan meraih keberhasilan belajar. Siswa yang memiliki skor kecerdasan emosi yang tinggi akan menghasilkan prestasi yang lebih baik yang dapat dilihat dari bagaimana kualitas dan kuantitas yang diberikan siswa tersebut terhadap guru dan teman-temannya. Walaupun siswa tersebut memiliki kecerdasan intelektual yang cukup baik tapi apabila dia memiliki sifat yang tertutup dan tidak berinteraksi dengan guru dan teman-temannya yang lain secara baik maka kemampuan belajar di lingkungan sekolahnya tidak akan dapat berkembang. Hal ini mendukung pernyataan dari Uno (2010) bahwa kecerdasan emosional merupakan faktor penting dalam mengembangkan intelektual anak. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Amalia (2004) bahwa ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas II SMU Lab School Jakarta Timur. Kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional memiliki hubungan yang saling menunjang antara yang satu dengan yang lain, dimana kecerdasan intelektual sangat menunjang berfungsinya kecerdasan emosional, demikian sebaliknya kecerdasan emosional sangat menentukan fungsi kecerdasan intelektual. Menurut Aunurrahman (2010:102) dalam proses pembelajaran, penerapan kecerdasan emosional dapat dilakukan secara luas dalam berbagai sesi, aktivitas dan bentuk bentuk spesifik pembelajaran. Pemahaman guru terhadap kecerdasan emosional serta pengetahuan tentang cara-cara penerapannya kepada anak pada saat ini merupakan begian penting dalam rangka membantu mewujudkan perkembangan potensi-potensi anak secara optimal. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional secara simultan berpengaruh signifikan terhadap prestasi siswa kelas XI AK pada mata pelajaran produktif akuntansi di SMK Negeri 1 Surabaya. (2) Kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional secara parsial berpengaruh signifikan terhadap prestasi siswa kelas XI AK pada mata pelajaran produktif akuntansi di SMK Negeri 1 Surabaya. Saran Berdasarkan simpulan hasil penelitian maka peneliti menyampaikan saran sebagai berikut : (1) Hendaknya psikotest pada siswa dilakukan pada saat awal tahun ajaran baru agar guru dapat mengetahui dari dini tingkat kecerdasan yang dimiliki siswa baik intelektual maupun emosional. (2) Selain melakukan tes terhadap IQ dan EQ hendaknya sekolah juga melakukan tes terhadap kecerdasan spiritual (SQ) sebagai unsur kecerdasan ketiga yang dimiliki siswa sebagai upaya pendidikan karakter yang juga terbukti memiliki kontribusi terhadap prestasi belajar siswa. (3) Penambahan variabel bebas lain dalam penelitian selanjutnya yang diduga akan berdampak pada peningkatan prestasi siswa, misalnya kecerdasan spiritual, fasilitas belajar, cara belajar siswa dan faktor lain. DAFTAR RUJUKAN Aunurrahman. 2010. Belajar Pembelajaran. Bandung : Alfabeta dan Azwar, Saifuddin. 2010. Psikologi Intelegensi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 65 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media. Dalyono, 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Efendi, Agus. 2005. Revolusi Kecerdasan Abad 21. Bandung : Alfabeta Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Goleman, Daniel. 2002. Kecerdasan Emosional. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Nggermanto, Agus. 2001. Quantum Quotient. Bandung : Nuansa. Sagala, Syaiful, 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta. Soemanto, Wasty. 2003. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Sugiono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan ( Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D ). Bandung : CV. Alfabeta. Sunar, Dwi Prasetyo. 2010. Tes IQ dan EQ Plus!. Jogjakarta : Bukubiru. Suryabrata, Sumadi. 2005. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta : Andi. Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Uno, Hamzah. 2010. Orientai Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. 66