ISBN : 978-602-70313-2-6 - PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN Membangun Generasi Berpendidikan dan Religius Menuju Indonesia Berkemajuan HUBUNGAN HARGA DIRI (SELF ESTEEM) DENGAN PERILAKU ASERTIF PESERTA DIDIK SMK NEGERI 3 METRO TAHUN PELAJARAN 2016/2017. Septi Dwi Cahyani1 , Mudaim2 1 Universitas Muhammadiyah Metro Universitas Muhammadiyah Metro 2 Alamat: Korespondensi : Jl. Ki Hajar Dewantara No. 116, Metro Pusat, Iringmulyo, Metro Timur, Kota Metro, Lampung 34125Telp/Fax (0725)42445-42454/(0725)42445 1 [email protected], [email protected] Abstrak Pada dasarnya perilaku asertif merupakan cara untuk mengekspresikan apa yang mereka lihat dan apa yang mereka inginkan dan mengekspresikan perasaan integritas, langsung, dan jujur dengan tetap menjaga privasi dan menghormati orang lain. Tidak mampu untuk berperilaku asertif dan percaya diri peserta didik juga mempengaruhi kemampuan untuk melakukan penyesuaian terhadap lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan antara harga diri (self esteem) dengan perilaku asertif peserta didik SMK Negeri 3 Metro. Subjek utamanya ditentukan menggunakan Teknik cluster random sampling adalah peserta didik kelas X tata busana yang berjumlah 31 peserta didik. Objek penelitian ini adalah harga diri (self esteem) dan perilaku asertif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan dua angket yaitu angket harga diri (self esteem) dan perilaku asertif. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional, cara analisis data kuantitatif dalam penelitian ini, adalah: 1) persyaratan uji meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara harga diri (self esteem) dengan perilaku asertif, hal ini telah ditunjukan dari hasil perhitungan analisis data dengan menggunakan rumus data Product moment diperoleh diperoleh rhitung sebesar 0,85 dan rtabel sebesar 0,367 dengan n-2=29 pada taraf signifikansi 5%. Karena rhitung>rtabelatau 0,96 > 0,367 yang termasuk dalam katagori kuat dan tidak bertanda negatif. Maka nilai koefisien yang positif menunjukan bahwa hubunganhargadiri (self esteem) denganperilakuasertifpeserta didik searah dan signifikan. Kata Kunci: Harga Diri (Self Esteem), Perilaku Asertif Abstract Basically, assertive behavior is a way to express what they see and what they want and express feelings of integrity, direct, and honest while maintaining the privacy and respect for others. Not being able to behave assertively and confident learners also affect the ability to make adjustments to the environment, people who have high specificity had low social anxiety so that they can express their opinions and their feelings without harming others and themselves. Therefore, people who are able to behave assertively, can also improve self-esteem. From some facts: This study aims to find out is there a relationship between self-esteem with assertive behavior of learners SMK Negeri 3 Metro. Its main subject is determined using cluster random sampling technique is the learners' x dressmaking classes totaling 31 students. The object of this study is the esteem (self esteem) and assertive behavior. The data collection is done by using two questionnaires, namely questionnaire self esteem and assertive behavior. The research design used in this study was correlational, how quantitative data analysis in this study, are: 1) the test requirements including normality test, 339 Seminar Nasional Pendidikan 2017 ISBN : 978-602-70313-2-6 - PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN Membangun Generasi Berpendidikan dan Religius Menuju Indonesia Berkemajuan homogeneity test, and hypothesis testing.The results showed that there is a positive and significant correlation between self-esteem with assertive behavior, it has been shown from the calculation results of data analysis using product moment formula obtained the data obtained rhitung0.96 andrtabelof 0,367 with n- 2 = 29 at the 5% significance level. Becauserhitung>rtabel or 0.96> 0,367 were included in the category of strong and not a negative sign. Then the value of a positive coefficient indicates that the relationship of self-esteem with assertive behavior of learners in the same direction and significant. Keywords: Self-Esteem, Assertive Behavior 1. PENDAHULUAN Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik baik individu atau kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal dalam hubungan pribadi, sosial, belajar, karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung atas dasar norma-norma yang belaku. Layanan bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan dikalangan masyarakat. Hal ini dikarenakan bimbingan dan konseling mempunyai tujuan untuk membantu individu agar dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan optimal. Setiap peserta didik memiliki karakteistik berbeda-beda dan memiliki kepribadian yang berbeda-beda pula, ada perilaku-perilaku yang diperlihatkan untuk mempertahankan harga dirinya contohnya perilaku asertif. Perilaku asertif merupakan hal yang sangat penting dalam membina hubungan interpersonal, hal ini juga terkait dengan ekspresi pikiran dan perasaan yang positif serta berhubungan juga dengan ekspresi perasaan negatif. Asertivitas merupakan kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan secara jujur, tidak menyakiti orang lain dan menyakiti diri sendiri serta kita mendapatkan apa yang kita inginkan [1]. Dalam berperilaku asertif kita harus memiliki sikap jujur untuk mengutarakan apa yang kita inginkan, tanpa melupakan untuk tidak menyakiti perasaan diri sendiri dan orang lain serta kita mendapatkan apa yang kita inginkan. Sedangkan menurut Alberti dan Emmons perilaku asertif adalah perilaku dimana seorang individu berani menuntut hakhaknya tanpa mengalami rasa takut atau bersalah dan tanpa melanggar hak-hak orang lain [2]. Contoh dari perilaku asertif antara lain memberikan dan menerima afeksi, memberi pujian, mampu memberi dan menerima kritik, memberi atau menolak permintaan, kemampuan mendiskusikan masalah, berargumentasi serta bernegosiasi. Atkinson menjelaskan tentang konsep perilaku asertif di nyatakan bahwamenjadi asertif mensyaratkan apa hak-hak anda, atau apa yang diinginkan dari suatu situasi dan mempertahankannya sekaligus tidak melanggar hak orang lain. Keasertifan adalah keadaan pikiran-pikiran juga mempunyai keterampilan komunikasi verbal dan non verbal tertentu. Keasertifan juga tentang mempunyai pikiran, dan menjalankan pikiran itu. Keasertifan adalah mampu menyatakan bahwa anda tidak memilih untuk mengklaim hak anda di dalam semua situasi, karena anda tahu jika anda mau atau perlu melakukannya, anda dapat melakukannya [3]. Perilaku asertif merupakan ungkapan yang secara tegas dan tidak dibuat buat serta tetap menghargai kepentingan orang lain. Perilaku ini mampu mengkomunikasikan kesan respek kepada diri sendiri dan orang lain sehingga dapat memandang keinginan, kebutuhan, dan hak kita sama dengan keinginan, kebutuhan, dan hak orang lain atau bisa diartikan juga sebagai gaya wajar yang tidak lebih dari sikap langsung, jujur, dan penuh dengan respek saat berinteraksi dengan orang lain.Fenomena yang ada dalam kehidupan sehari-hari contohnya saja dilingkungan sekolah banyak ditemukan peserta didik yang berperilaku kurang asertif atau belum dapat bersikap asertif, misalnya peserta didik belum berani mengungkapkan pendapat, 340 Seminar Nasional Pendidikan 2017 ISBN : 978-602-70313-2-6 - PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN Membangun Generasi Berpendidikan dan Religius Menuju Indonesia Berkemajuan belum mampu menghargai kritikan orang lain, belum mampu memberikan respon yang tepat, belum mampu berkata jujur, dan belum dapat memberi dan menerima umpan balik secara tepat. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi per-kembangan asertivitas yaitu: jenis kelamin, harga diri, kebudayaan, tingkat pendidikan, tipe kepribadian dan situasi tertentu lingkungan sekitar [4]. Perilaku asertif yang rendah atau kurang asertif banyak dipengaruhi oleh berbagai hal, hal-hal yang bersikap internal maupun eksternal. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku asertif yang pertama jenis kelamin karena dari masa kanak-kanak peran dan pendidikan anak perempuan dan anak laki-laki sudah dibedakan oleh masyarakat, sejak masa kanakkanak anak laki-laki sudah dibiasakan tegas, sedangkan anak perempuan harus bersikap pasif dan sensitif, serta anak perempuan lebih sulit mengungkapkan perasaan dan pikiran dibandingkan anak laki-laki. Faktor kedua yang mempengaruhi perilaku asertif adalah harga diri (self esteem) karena keyakinan seseorang ikut serta mempengaruhi kemampuan untuk melakukan penyesuaian diri dengan lingkungannya. Orang yang memiliki keyakinan diri yang tinggi memiliki kekuatiran sosial yang rendah, sehingga mampu mengungkapkan pendapat dan perasaan tanpa merugikan orang lain dan diri sendiri. Faktor ketiga yaitu kebudayaan karena kebudayaan tuntutan lingkungan menentukan batas-batas perilaku, dimana batas-batas perilaku itu sesuai dengan usia, jenis kelamin, dan status sosial seseorang. Faktor keempat adalah tingkat pendidikan karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin luas wawasan berpikir sehingga memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri dengan lebih terbuka. Faktor kelima yaitu tipe kepribadian karena dalam situasi yang sama tidak semua individu memberikan respon yang sama. Hal ini dipengaruhi oleh tipe kepribadian seseorang. Dengan tipe kepribadian tertentu seseorang akan bertingkah laku berbeda dengan individu dengan tipe kepribadian lain. Faktor terakhir adalah lingkungan sekitarnya karena dalam berperilaku seseorang akan melihat kondisi dan situasi dalam arti luas, misalnya posisi kerja antara atasan dan bawahan. Situasi dalam kehidupan tertentu yang tidak sesuai dengan situasi dan kondisi seseorang akan dikawatirkan menggangu dan membuat seseorang tidak nyaman berada dalam sebuah lingkungan. Hasil dari penelitian pendahuluan yang dilakukan penulis, pada tanggal 31 Juli hingga 11 September 2015, diperoleh data tentang perilaku asertif antara lain sebagai berikut: 1. Peserta didik tidak mampu berkata “tidak” atau kurang berani menolak permintaan orang lain. Contoh: seorang teman meminta contekan pekerjaan rumah (PR) pada seorang peserta didik lain, padahal didalam hati ia tidak rela kalau pekerjaan rumahnya dicontek tetapi ia tidak berani berkata tidak. 2. Peserta didik kurang percaya diri dalam menyampaikan pendapat pada guru dan teman-temannya. Contoh: peserta didik tidak berani mengungkapkan pendapatnya pada saat guru menanyakan kesimpulan materi dari pelajaran yang telah guru sampaikan, karena takut. 3. Peserta didik belum mampu menghargai kritikan orang lain. Contohnya: seorang peserta didik merasa tersinggung jika temannya memberi kritikan terhadap apa yang ia lakukan, ia tidak suka ada temannya yang berkomentar atau memberikan masukan untuk dirinya. 341 Seminar Nasional Pendidikan 2017 ISBN : 978-602-70313-2-6 - PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN Membangun Generasi Berpendidikan dan Religius Menuju Indonesia Berkemajuan Memperhatikan uraian di atas, perlu kiranya untuk ditelaah lebih lanjut tentang hubungan antara harga diri (self esteem) dengan perilaku asertif peserta didik SMK Negeri 3 Metro tahun pelajaran 2016/ 2017”. 2. METODE Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu menetapkan populasi yang dijadikan objek penelitian, yaitu peserta didik kelas X, XI, dan XII SMK Negeri 3 Metro Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 940 peserta didik. Penentuan sampel dalam penelitian ini diambil dari peringkat skor yang paling rendah pada populasi, sehingga sampel yang diambil dari populasinnya secara area sampling. Untuk mengambil sampel dari masing-masing kelas menggunakan teknik cluster random sampling atau secara area sampling. Teknik cluster random sampling ini digunakan jika obyek yang akan diteliti sangat luas. Untuk menentukan mana yang akan menjadi sampel digunakan dua langkah yaitu langkah pertama menentukan sampel yang akan diteliti, tahap yang kedua menentukan peserta didik yang ada pada sampel yang akan diteliti itu secara sampling juga. misalnya terdapat 40 peserta didik dan sampelnya akan menggunakan 30 peserta didik, maka pengambilan 30 peserta didik itu dilakukan secara random. Pada penelitian ini jumlah responden 35 peserta didik dan yang akan menjadi sampel 31 peserta didik. Adapun langkah-langkah pengambilan sampel sebagai berikut: a. Peneliti membuat kertas sendiri berisikan nama-nama peserta didik yang diberikan skala harga diri (self esteem) dan perilaku asertif, kemudian digulung. b. Setelah itu peneliti mengacak kertas yang telah digulung. c. Setelah itu peneliti mencatat hasil gulungan kertas yang keluar dan terpilih Pada penelitian mencari hubungan antara harga diri (self esteem) denganperilaku asertif,peneliti membagikan dua angket, angket yang pertama yaitu angket harga diri (self esteem)danangket yang kedua yaitu angket perilaku asertif. Teknik analisis data penelitian kuantitatifmenggunakan metode statistik.Penelitian ini untuk membuktikan adanya hubungan harga diri (self esteem) dengan perilaku asertif peserta didik yaitu setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis data yang bersifat kuantitatif menggunakan 3 pengujian yaitu, 1)Uji normalitas, digunakan untuk mengetahui apakah dalam variabel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak, maka data yang diperoleh dari hasil rata-rata dari setiap sampel akan diuji normalitasnya. dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan menggunakan rumus Chi-Kuadrat X2.2)Uji Homogenitasdilakukan untuk mempermudah maka peneliti menggunakan rumus Uji F. Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui varian dari beberapa populasi sama atau tidak. Penelitian ini dasar pengambilan keputusan antara lain jika signifikansi probabilitas < 0.5 maka dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok populasi data tidak sama, tetapi jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0.5, maka dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok populasi data adalah sama.3). Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi product moment. Analisis ini dipakai untuk mengukur koefisien korelasi antara dua variabel. Analisis ini bertujuan untuk mengungkap korelasi atau hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain. 342 Seminar Nasional Pendidikan 2017 ISBN : 978-602-70313-2-6 - PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN Membangun Generasi Berpendidikan dan Religius Menuju Indonesia Berkemajuan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penghitungan analisis penelitian korelasi antara hubungan harga diri (self esteem) dengan perilaku asertif yang telah dilakukan menggunakan rumus Product moment diperoleh rhitung sebesar 0,85> rtabel sebesar 0,367 dengan n2=29 pada taraf signifikansi 5%. Maka nilai koefisien yang positif menunjukan bhwa hubungan antara harga diri (self esteem) dengn perilaku asertif searah. Hal ini berarti hipotesis yang diajukan yaitu adalah ada hubungan yang signifikan antara harga diri (self esteem) dengn perilaku asertif peserta didik SMK Negeri 3 Metro tahun pelajaran 2016/ 2017 diterima. Artinya, jika perilaku asertif itu tinggi maka harga diri (self esteem) juga harus baik. Selain itu analisis dari hasil penghitungan yang telah dilakukan sebesar angka koefisien penentu (coefficient of determination) yang diperoleh yaitu sebesar 64% menunjukan bahwa perilaku asertif dipengaruhi oleh harga diri (self esteem). Sisannya 36% perilaku asertif dipengaruhi oleh faktor lain. Sehubungan dengan perilaku asertif maka dalam penelitian Rathus membuktikan bahwa munculnya asertivitas pada remaja karena adanya penghargaan diri (self esteem) yang positif terhadap dirinya yang dapat menumbuhkan keyakinan bahwa apa yang dilakukan itu sangat berharga dan apa yang diharapkan oleh remaja dapat dipenuhi dengan cara mengoptimalkan kemampuan yang dimilikinya apabila remaja tidak asertif justru tidak mampu mengungkapkan pikiran, perasaan dan keyakinan akan dirinya karena mereka cenderung tidak mampu keluar dari masalah mereka dan didalam dunia pendidikan agar semua tujuan dapat tercapai maka salah satu hal yang sangat perlu dikembangkan terkait dengan self esteem yang tinggi adalah asertivitas, karena asertivitas selain merupakan salah satu yang dapat mempengaruhi self esteem individu juga merupakan karakteristik penting yang dimiliki individu dengan self esteem yang tinggi [4]. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Trumbull bahwa “self esteem berpengaruh terhadap munculnya asertivitas pada diri individu karena samakin tinggi self esteem pada individu maka perilaku asertif akan muncul dan sebaliknya apabila self esteem pada individu rendah maka individu tersebut cenderung tidak asertif [5]. 4. SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubunganhargadiri (self esteem) denganperilakuasertifpesertadidiksmknegeri 3 metroTahun pelajaran 2016/2017 dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara hargadiri (self esteem) denganperilakuasertifpesertadidikSMKNegeri 3 Metro Tahun pelajaran 2016/2017. Hal ini telah ditunjukan dari hasil perhitungan analisis data dengan menggunakan rumus data Product moment diperoleh diperoleh rhitung sebesar 0,96 dan rtabel sebesar 0,367 dengan n-2=29 pada taraf signifikansi 5%. Karena rhitung>rtabelatau 0,96 > 0,367 maka ho ditolak dan ha diterima. Artinya ada hubungan yang positif dan signifikan antara harga diri (self esteem) dengan perilaku asertif peserta didik SMK Negeri 3 Metro. Hasil penelitian ini termasuk dalam katagori kuat dan tidak bertanda negatif. Maka nilai koefisien yang positif menunjukan bahwa hubunganhargadiri (self esteem) dengan perilaku asertif siswa searah dan signifikan. 4.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas maka dapat diajukan beberapa saran yang dapat bermanfaat, diantarannya: 343 Seminar Nasional Pendidikan 2017 ISBN : 978-602-70313-2-6 - PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN Membangun Generasi Berpendidikan dan Religius Menuju Indonesia Berkemajuan 1. Bagi Guru Bimbingan Konseling Bagi guru bimbingan konseling hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pembuatan program bimbingan konseling untuk dapat perilaku asertif peserta didik disekolah sehingga tugas perkembangannya dapat tercapai dengan optimal 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Memberikan gambaran layanan yang dapat diberikan kepada peserta didik, sehingga layanan yang diberikan kedepannya tidak salah sasaran dan lebih tepat guna dalam konteks pengoptimalan tugas perkembangan. DAFTAR PUSTAKA [1] Jay, Ross. 2007. How To Manage Your Boss (Bagaimana Menyikapi Bos Anda)Membangun Kerja Yang Sempurna. Alih bahasa: Sigit Purwanto. Jakarta: Erlangga. [2] Setiono, V., Pramadi, A. 2005. Pelatihan Asertivitas dan peningkatan perilaku Asertif pada Siswa-siswi SMP. Anima. Surabaya : Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Vol. 20. No. 2 (149-168). [3] Novalia, dan Tri Dayakisni. 2013. Perilaku asertif dan kecenderungan menjadi korban bullying. Malang : Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Vol. 01, No. 01. (http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jipt/article/ view/1366/1461 diakses 15 februari 2015) [4] Rosita, H. 2007. Hubungan antara perilaku asertif dengan kepercayaan diri. Jurnal fakultas psikologi universitas gunadarma. Diakses pada tanggal 7 Januari2012. http://www.gunadarma.ac.id/library/j urnalgraduate/psychology/2007/6- 37/pdf. [5] Sert, Adile Guslah. 2003. the effect of an assertiveness training on the assertiveness and self esteem level of 5th grade children.a thesis submitted to the graduate school of social sciences of middle east technical university. Department of Educa- tional Sciences. 344 Seminar Nasional Pendidikan 2017