komunikasi efektif dan mengenal serta mampu

advertisement
KOMUNIKASI EFEKTIF DAN MENGENAL SERTA MAMPU BERSIKAP ASERTIF
DALAM KOMUNIKASI
TUGAS PERSONALITY DEVELOPMENT
Oleh
Purna Asyanto
08201344
Dodin Ernawan
08201251
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER
ASIA MALANG
2012
KOMUNIKASI EFEKTIF
Komunikasi berasal dari perkataan “Communicare” yaitu yang di dalam
bahasa latin mempunyai arti “berpartisipasi atau memberitahukan”, sedangkan
perkataan “Comunis” berarti milik bersama ataupun “berlaku dimana-mana” atau
juga berarti sama, sama di sini maksudnya sama makna. Jadi jika dua orang
melakukan komunikasi misalnya dalam bentuk percakapan maka komunikasi akan
berjalan atau berlangsung dengan baik selama ada kesamaan makna mengenai apa
yang dipercakapkan. Collen McKenna mendifinisikan komunikasi sebagai proses
pengiriman pesan kepada penerima dengan saling pengertian. Proses ini melibatkan
beberapa komponen, yaitu pengirim pesan (sender), pesan yang dikirimkan
(message), bagaimana pesan tersebut dikirimkan (delivery channel atau media),
penerima pesan (receiver), dan unpan balik (feedback) yang diharapkan. WHO say
WHAT to WHOM in what CHANNEL, yang dapat diilistrasikan pada bagan berikut.
Elemen-elemen yang terdapat dalam komunikasi adalah:
- Komunikator / sender
: orang yang menyampaikan pesan
- Pesan / message
: ide atau informasi yang disampaikan
- Media
: sarana komunikasi
- Komunikan / receiver
: audience, pihak yang menerima pesan
- Umpan Balik / feedback
: respon dari komunikan terhadap pesan yang
Diterimanya
Keterampilan Terpenting dalam Kepemimpinan
Kemampuan mengembangkan komunikasi yang efektif merupakan salah satu
keterampilan yang amat diperlukan untuk pengembangan diri kita baik sebagai
pemimpin maupun sebagai anggota sebuah tim. Paling tidak kita harus menguasai
empat jenis keterampilan dasar dalam komunikasi, yaitu menulis, membaca (bahasa
tulisan), mendengar, dan berbicara (bahasa lisan). Perhatikan, hampir setiap saat
kita menghabiskan waktu untuk mengerjakan setidaknya salah satu dari keempat hal
itu. Oleh karena itu, kemampuan untuk menguasai keterampilan dasar komunikasi
dengan baik mutlak kita perlukan demi efektifitas dan keberhasilan kita.
Menurut Covey, komunikasi merupakan keterampilan terpenting dalam hidup
kita. Kita menghabiskan sebagian besar waktu kita untuk berkomunikasi. Namun,
sama seperti kita tidak pernah memperhatikan cara kita bernafas, komunikasi kita
anggap sebagai hal yang otomatis terjadi begitu saja. Kita tidak memiliki kesadaran
untuk melakukan komunikasi dengan efektif. Sebagai contoh, kita tidak pernah
mempelajari bagaimana menulis efektif, bagaimana membaca cepat dan efektif,
bagaiamana berbicara secara efektif, dan bagaimana menjadi pendengar yang baik.
Dalam kehidupan nyata mungkin ada yang menyampaikan pesan/ ide; ada
yang menerima atau mendengarkan pesan; ada pesan itu sendiri; ada media dan
tentu ada respon berupa tanggapan terhadap pesan. Secara ideal, tujuan
komunikasi bisa menghasilkan kesepakatan-kesepakatan bersama terhadap ide
atau pesan yang disampaikan.
Fungsi Komunikasi
- Membangun Konsep Diri (Establishing Self-Concept)
- Eksistensi Diri (Self Existence)
- Kelangsungan Hidup (Live Continuity)
- Memperoleh Kebahagiaan (Obtaining Happiness)
- Terhindar dari Tekanan dan Ketegangan (Free from Pressure and Stress)
(Sumber : William I. Gorden, Communication : Personal and Public,1978)
Persepsi : Inti Komunikasi
Kesan adalah nuansa rasa manusia kepada obyek tertentu; obyek itu bisa
barang bisa orang. Kita terkesan, karena ada sesuatu yang menarik dari obyek
tersebut. Kita bisa terkesan kepada orang karena bermacam-macam; bisa karena
wajah cantiknya, tampan, berkumis; bisa karena kata-katanya, karena janjinya, dan
sebagainya. Membuat kesan yang baik, berarti kita harus berbuat dan bersikap
tertentu yang membuat agar orang lain tertarik.
Persepsi didefinisikan sebagai interpretasi bermakna atas sensasi sebagai
representatif obyek eksternal. Proses menafsirkan informasi indrawi. Jika persepsi
kita tidak akurat kita tidak munglkin bisa berkomunikasi secara efektif.Rudolp
F.Verdeber, Communicate, 1978
Proses mencapai kesepakatan (Sharing of meaning), lazimnya berlangsung
secara bertahap. Karena itu, lebih awal kita perlu memperhatikan 5 (lima) sasaran
pokok dalam proses komunikasi, yaitu:

Membuat pendengar mendengarkan apa yang kita katakan (atau melihat apa
yang kita tunjukkan kepada mereka)

Membuat pendengar memahami apa yang mereka dengar atau lihat

Membuat pendengar menyetujui apa yang telah mereka dengar (atau tidak
menyetujui apa yang kita katakan, tetapi dengan pemahaman yang benar)

Membuat pendengar mengambil tindakan yang sesuai dengan maksud kita
dan maksud kita bisa mereka terima

Memperoleh umpan balik dari pendengar
Tentu tidaklah mudah untuk membuat sebuah komunikasi berjalan dengan
menghasilkan kesepakatan secara utuh sesuai tujuannya. Karena, salah satu prinsip
dalam berkomunikasi, yakni terdapatnya kesulitan-kesulitan pokok dalam mencapai
tujuan.
Berikut matrik tujuan dan kesulitan dalam proses komunikasi.
TUJUAN
MENDENGAR
MEMAHAMI
KESULITAN
 Orang sulit memusatkan perhatian baik pada kata yang tertulis
maupun terucap untuk waktu yang lama
 Orang kurang memiliki perhatian pada apa yang bagi mereka
tampak kurang penting
 Orang memiliki asumsi berdasarkan pengalaman masa lalunya
 Orang sering tidak memahami jenis bahasa yang dipakai
pembicara
 Orang lebih mudah salah mengerti saat mereka mendengar
tanpa melihat
 Orang sering sudah menarik kesimpulan padahal kita belum
selesai bicara.
MENYETUJUI
 Orang sering merasa curiga terhadap orang lain yang sedang
sedang membujuk mereka
 Orang tidak suka jika dibuktikan bersalah
BERTINDAK
 Tidak mudah bagi banyak orang untuk mengubah kebiasaan
mereka
 Orang merasa takut akan akibat dari pengambilan tindakan
yang keliru
 Banyak orang tidak suka mengambil keputusan
UMPAN BALIK
 Beberapa orang sering dengan sengaja menyembunyikan
reaksi dan apa yang sesungguhnya mereka pikirkan
 Penampilan dapat bersifat memperdaya -anggukan kepala,
mungkin tidak selalu tanda setuju dan mengerti, karena bisa
digunakan untuk menutupi ketidak tahuan atau keragu-raguan.
Jika menyimak matrik di atas, sebetulnya kesulitan itu biasa dialami dialami
oleh penyampai ide maupun penerimanya. Persoalannya bagaimana kita mengatasi
kesulitan itu. Komunikasi Efektif Joseph de Vito, pakar komunikasi menyebut ada 5
kualitas umum yang dipertimbangkan untuk efektifitas sebuah komunikasi. Kualitas
ini antara lain:
KUALITAS KOMUNIKASI
Openess
Supportiveness
Positiviness
Emphaty
Equality
DESKRIPSI
Adanya keterbukaan
Saling mendukung
Bersikap positif
Memahami perasaan orang lain
Kesetaraan
Namun demikian, yang paling mendasar dalam sebuah kegiatan komunikasi
adalah adanya rasa saling percaya. Kalau sudah percaya, biasanya apapun yang
dikatakan pastilah diterima! Satu hal lagi, efisiensi. Komunikasi yang efisien adalah
komunikasi yang tidak membutuhkan upaya besar agar mencapai tujuannya.
Kualitas komunikator
Partisipasi merupakan modal dasar untuk menyelenggarakan komunikasi
yang efektif. Karenanya dibutuhkan kemampuan komunikasi efektif. Kemampuan ini
meliputi kemampuan untuk berbagi ide, mengkritik dari semua aspek, mendorong
dan merangsang imajinasi, menolak buah pikiran yang kurang tepat, dan mengenal
sejak dini solusi yang mungkin bisa diambil.
Kualitas komunikator efektif
1. Menilai Orang (Tahu mana yang penting dan menghargai kontribusi orang
lain)
2. Mendengarkan secara Aktif (Berusaha keras memahami keinginan dan
masalah orang lain)
3. Bijaksana (Memberikan kritik secara halus. konstruktif dan hormat)
4. Memberikan pujian (Menghargai orang lain dan kontribusi mereka di depan
umum
5. Konsisten (Mengendalikan suasana riang; memperlakukan sama bagi
semuanya: tidak favorit)
6. Mengakui kesalahan (Kemauan untuk mengakui kesalahan)
7. Memiliki rasa humor (Mempertahankan
posisi yang menyenangkan dan
pendekatan yang enak)
8. Memberi contoh yang baik (Melakukan apa yang diharapkan orang lain)
9. Menggunakan bahasa Jelas, Lugas, dan Tepat Kata-kata yang lazim, konkret,
pemberian petunjuk, yang menyentuh perasaan penyimak. Hindari kata-kata
bercita rasa buruk, kata-kata langsung
10. Ketika berkomunikasi, kita pasti memiliki persepsi tertentu pada pendengar
begitu pula sebaliknya. Kekeliruan yang sering terjadi dalam berkomunikasi
adalah ketika seseorang menyampaikan informasi dengan ukurannya sendiri.
Ini harus dihindarkan karena komunikasi senantiasa melibatkan orang lain.
Ahli komunikasi berpesan jika akan berhasil, maka rumusan kunci yang harus
dipegang adalah “Know your audience!” – ketahuilah siapa yang Anda ajak bicara.
”Seorang komunikator yang dialogis harus mencoba mengenali dan memperkecil
kecenderungannya
terhadap
manipulasi,
keegoisan,
dan
obyektivasi
orang
lain”.Johannessen, R.L., Ethics in Human Communications, 1983
Meningkatkan kemampuan menyimak secara efektif :
1. Memberikan perhatian
2. Memahami komunikasi verbal dan non verbal
3. Meningkatkan kemampuan dalam memahami symbol verbal dan non verbal
dengan menambah referensi pemahaman
4. Menyimak untuk menganalisa dan mengevaluasi
5. Meningkatkan keahlian menyimak antarpersonal
Hambatan-hambatan komunikasi yang sering terjadi adalah:
JENIS HAMBATAN
DESKRIPSI
Fisik
Hal menyangkut ruang fisik, lingkungan
Biologis
Hambatan karena ketidaksempurnaan anggota tubuh
Intelektual
Hambatan yang berhubungan dengan kemampuan
pengetahuan
Psikis
Hambatan yang menyangkut faktor kejiwaan, emosional,
tidak saling percaya, penilaian menghakimi
Kultural
Hambatan yang berkaitan dengan nilai budaya, bahasa,
Sebetulnya, kesulitan berkomunikasi yang paling besar berada dalam diri kita
sendiri. Kurang yakin, kurang percaya diri, memandang orang lain kurang, lebih
mendominasi, apalagi tinggi hati adalah sesuatu yang harus di swicth dan melatih
kebalikannya.
“Anda akan mampu menyusun pikiran anda dengan lebih mudah dan lebih
efektif jika Anda mengingat-ngingat struktur pembicaraan : Apa yang akan
dibicarakan, isi pembicaraan dan Apa yang telah anda bicarakan”.Larry King, Seni
Berbicara, 2003
Integritas : Fondasi Utama Komunikasi Efektif
Covey
menekankan
konsep
kesalingtergantungan
untuk
menjelaskan
hubungan antarmanusia. Menurut Covey, unsur terpenting pada komunikasi bukan
sekedar pada apa yang kita tulis atau kita katakan, tetapi lebih pada karakter kita
dan bagaimana kita menyampaikan pesan itu. Jika pesan yang kita sampaikan di
bangun dari hubungan manusia yang dangkal, bukan dari diri kita yang paling
dalam, orang lain akan melihat dan membaca sikap kita. Jadi syarat utama dalam
komunikasi efektif adalah karakter yang kokoh yang dibangun dari fondasi integritas
pribadi yang kuat.
Untuk memperjelas konsep ini, kita bisa menggunakan analogi sistem
bekerjanya sebuah bank. Jika kita memdepositokan integritas kita di dalam rekening
bank emosi orang lain melalui sopan santun, kebaikan hati, kejujuran, dan
memenuhi setiap komitmen kita, berarti kita menambah cadangan kepercayaan
orang itu terhadap kita. Kepercayaan orang itu menjadi lebih tinggi. Ketika
kepercayaan semakin tinggi, komunikasi pun mudah, cepat, dan efektif.
Dalam hubungan komunikasi yang efektif, kepercayaan merupakan dasar
terciptanya teamwork. Kepercayaan ini hanya bisa muncul kalau kita mempunyai
integritas, yang mencakup hal hal yang lebih dari sekedar kejujuran. Kalau kejujuran
mengatakan kebenaran atau menyesuaikan kata kata kita dengan realitas, integritas
menyesuaikan realitas dengan kata kata kita. Integritas bersifat aktif, sedangkan
kejujuran bersifat pasif.
5 Hukum Komunikasi Yang Efektif
Banyak ahli komunikasi yang memiliki kesamaan pandangan mengenai
hubungan antara proses ko-munikasi dan kinerja perkantoran. Mereka bersepakat
bahwa komunikasi efektif dan tingkat kinerja perkantoran berhubungan secara
signifikan. Memperbaiki komunikasi perkantoran berarti memperbaiki kinerja
perkantoran perkantoran. Perkantoran yang berfungsi baik, ditandai oleh adanya
kerjasama secara sinergis dan harmonis dari berbagai komponen. Senantiasa terjadi
komunikasi, kerjasama, saling koreksi, dan terdapat sistem pembagian tugas
antarkomponen tersebut.
Suatu perkantoran dikonstruksi dan dipelihara dengan komunikasi. Artinya,
ketika proses komunikasi antarkomponen tersebut dapat dise-lenggarakan secara
harmonis, maka perkantoran tersebut semakin kokoh dan kinerja perkantoran akan
meningkat.
Tulisan berikut saya kutip dari Sdr. Bobby Galih, yakni tentang pentingnya kita
memiliki fondasi utama dalam membangun komunikasi yang efektif. Untuk itu kita
perlu memperhatikan 5 Hukum Komunikasi Yang Efektif (The 5 Inevitable Laws of
Efffective Communication) yang kami kembangkan dan rangkum dalam satu kata
yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH, yang berarti
merengkuh atau meraih. Karena sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya
adalah upaya bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian,
simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain.
Hukum # 1: Respect
Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah
sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan.
Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita
berkomunikasi dengan orang lain. Ingatlah bahwa pada prinsipnya manusia ingin
dihargai dan dianggap penting. Jika kita bahkan harus mengkritik atau memarahi
seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaaan
seseorang. Jika kita membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling
menghargai dan menghormati, maka kita dapat membangun kerjasama yang
menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektifitas kinerja kita baik sebagai
individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah tim.
Bahkan menurut mahaguru komunikasi Dale Carnegie dalam bukunya How to
Win Friends and Influence People, rahasia terbesar yang merupakan salah satu
prinsip dasar dalam berurusan dengan manusia adalah dengan memberikan
penghargaan yang jujur dan tulus. Seorang ahli psikologi yang sangat terkenal
William James juga mengatakan bahwa "Prinsip paling dalam pada sifat dasar
manusia adalah kebutuhan untuk dihargai." Dia mengatakan ini sebagai suatu
kebutuhan (bukan harapan ataupun keinginan yang bisa ditunda atau tidak harus
dipenuhi), yang harus dipenuhi. Ini adalah suatu rasa lapar manusia yang tak
terperikan dan tak tergoyahkan. Lebih jauh Carnegie mengatakan bahwa setiap
individu yang dapat memuaskan kelaparan hati ini akan menggenggam orang dalam
telapak tangannya.
Charles Schwabb, salah satu orang pertama dalam sejarah perusahaan
Amerika yang mendapat gaji lebih dari satu juta dolar setahun, mengatakan bahwa
aset paling besar yang dia miliki adalah kemampuannya dalam membangkitkan
antusiasme pada orang lain. Dan cara untuk membangkitkan antusiasme dan
mendorong orang lain melakukan hal-hal terbaik adalah dengan memberi
penghargaan yang tulus. Hal ini pula yang menjadi satu dari tiga rahasia manajer
satu menit dalam buku Ken Blanchard dan Spencer Johnson, The One Minute
Manager.
Hukum # 2: Empathy
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi
atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam
memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti
terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Secara khusus
Covey menaruh kemampuan untuk mendengarkan sebagai salah satu dari 7
kebiasaan manusia yang sangat efektif, yaitu kebiasaan untuk mengerti terlebih
dahulu, baru dimengerti (Seek First to Understand – understand then be understood
to build the skills of empathetic listening that inspires openness and trust). Inilah
yang disebutnya dengan Komunikasi Empatik.
Dengan memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu, kita dapat
membangun keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun
kerjasama atau sinergi dengan orang lain. Rasa empati akan memampukan kita
untuk dapat menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan
memudahkan penerima pesan (receiver) menerimanya. Oleh karena itu dalam ilmu
pemasaran (marketing) memahami perilaku konsumen (consumer's behavior)
merupakan keharusan.
Dengan memahami perilaku konsumen, maka kita dapat empati dengan apa
yang menjadi kebutuhan, keinginan, minat,harapan dan kesenangan dari konsumen.
Demikian halnya dengan bentuk komunikasi lainnya, misalnya komunikasi dalam
membangun kerjasama tim. Kita perlu saling memahami dan mengerti keberadaan
orang lain dalam tim kita. Rasa empati akan menimbulkan respek atau
penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang merupakan
unsur utama dalam membangun teamwork.
Jadi sebelum kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita
perlu mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan kita. Sehingga
nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologis atau
penolakan dari penerima.
Empati bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan bersikap perseptif
atau siap menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan sikap yang
positif. Banyak sekali dari kita yang tidak mau mendengarkan saran, masukan
apalagi kritik dari orang lain. Padahal esensi dari komunikasi adalah aliran dua arah.
Komunikasi satu arah tidak akan efektif manakala tidak ada umpan balik (feedback)
yang merupakan arus balik dari penerima pesan. Oleh karena itu dalam kegiatan
komunikasi pemasaran above the lines (mass media advertising) diperlukan
kemampuan untuk mendengar dan menangkap umpan balik dari audiensi atau
penerima pesan.
Hukum # 3: Audible
Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan
baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu
menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita
sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan. Hukum ini mengatakan bahwa
pesan harus disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian hingga
dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada
kemampuan kita untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau
alat bantu audio visual yang akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan
dapat diterima dengan baik. Dalam komunikasi personal hal ini berarti bahwa pesan
disampaikan dengan cara atau sikap yang dapat diterima oleh penerima pesan.
Dari
sisi
delivery
channel,
penggunaan
teknologi
bisa
membantu
melipatgandakan pancaran sinyal pesan yang ingin disampaikan sehingga bisa
diterima oleh jauh lebih banyak orang. Ini yang disebut sebagai kerjacerdas.
Misalnya saja, dengan menggunakan media Internet, kita bisa berkomunikasi
dengan sangat mudah dan murah kepada banyak orang. Pendeknya High Tech
namun tetap High Touch.
Hukum # 4: Clarity
Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum
keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga
tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Ketika
saya bekerja di Sekretariat Negara, hal ini merupakan hukum yang paling utama
dalam menyiapkan korespondensi tingkat tinggi. Karena kesalahan penafsiran atau
pesan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan menimbulkan dampak
yang tidak sederhana.
Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi
kita
perlu mengembangkan
sikap
terbuka
(tidak ada yang ditutupi atau
disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima
pesan atau anggota tim kita. Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling
curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme kelompok
atau tim kita.
Hukum # 5: Humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap
rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk
membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati
yang kita miliki. Sikap Rendah Hati pada intinya antara lain: sikap yang penuh
melayani (dalam bahasa pemasaran Customer First Attitude), sikap menghargai,
mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang
lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh
pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar.
Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum pokok
komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat menjadi seorang komunikator yang
handal dan pada gilirannya dapat membangun jaringan hubungan dengan orang lain
yang penuh dengan penghargaan (respect), karena inilah yang dapat membangun
hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dan saling menguatkan.
PERILAKU ASERTIF
Perilaku asertif adalah menyatakan secara langsung suatu ide, opini, dan
keinginan. Tujuan perilaku asertif adalah untuk mengkomunikasikan sesuatu pada
suasana saling percaya. Konflik yang muncul dihadapi dan solusi dicari yang
menguntungkan semua pihak. Individu yang asertif memulai komunikasi dengan
cara sedemikian rupa sehingga dapat menyampaikan kepedulian dan rasa
penghargaan mereka terhadap orang lain. Tujuan komunikasi ini adalah untuk
mengungkapkanpendapat
diri
sendiri
dan
untuk
menyelesaikan
masalah
interpersonal tanpa merusak suatu hubungan. Perilaku asertif mengharuskan kita
untuk menghormati orang lain sebagaimana kita menghormati diri sendiri.
Konflik tidak dapat dihindari dalam hubungan dengan sesama manusia.
Walaupun konflik biasanya dipandang sebagai sesuatu yang tidak diinginkan, tetapi
proses penyelesaian konflik tersebut dapat membuat seseorang berkembang,
meningkatkan pemahaman dan rasa hormat kepada orang lain, kendati terdapat
perbedaan-perbedaan. Masalah timbul ketika konflik membuat kita memandang
orang lain sebagai “musuh”, ketika perbedaan kekuasaan dieksploitasi, atau ketika
diskusi untuk penyelesaian masalah menjadi tidak fokus dengan membawa
persoalan lain untuk mengalihkan percakapan.
Faktor penting untuk menjadi individu asertif adalah kemampuan untuk
bertindak secara konsisten sesuai standar yang kita miliki untuk perilaku kita sendiri.
Ketika kita mengatakan kepada diri kita sendiri bahwa orang lain “membuat” kita
merasa atau bertindak dengan cara tertentu, kita tidak bertanggung jawab terhadap
perilaku kita sendiri. Bukannya mengubah dirisendiri, kita mencoba (tanpa
kekuasaan) membuat orang lain untuk berubah. Kita percaya bahwa, seperti yang
Mark Twain Beardsley et al. 2008; terj. Mohamad Rusdi Hidayat, D Lyrawati, 2008
katakan, “tidak ada yang perlu diubah kecuali kebiasaan orang lain”. Namun, satusatunya kekuasaan yang kita miliki untuk menghasilkan suatu perubahan pada
hubungan apapun adalah mengubah perilaku diri kita sendiri. Sebagai contoh, Anda
mungkin berharap bahwa bos Anda, yang cenderung menjadi sangat negatif selama
pelaksanaan evaluasi tahunan para staf, lebih mendukung kerjaan Anda. Tetapi,
hanya dengan berharap bahwa dia akan lebih positif dalam evaluasinya tidak akan
menyelesaikan persoalan ini. Anda harus mengambil langkah aktif untuk mengubah
cara Anda merespon kritiknya dan bukannya menunggu bos Anda untuk mengubah
strateginya.
Jika tujuan kita berfokus pada apa yang akan kita lakukan, kita memiliki
kontrol terhadap kemampuan kita untuk mencapai tujuan tersebut. Penelitian
membuktikan bahwa dibutuhkan beberapa keterampilan untuk dapat berkomunikasi
secara asertif. Termasuk untuk memulai dan memelihara percakapan, mendorong
perilaku asertif pada orang lain, merespon kritik dengan tepat, menyampaikan
umpan balik negatif yang dapat diterima, mengungkapkan penghargaan atau
kegembiraan, membuat permintaan, memberi batasan atau menolak permintaan,
menyampaikan kepercayaan/keyakinan diri secara verbal dan non-verbal, dan
mengungkapkan pendapat dan perasaan dengan tepat.
Teknik-Teknik Bertindak Asertif
Terdapat
beberapa teknik komunikasi atau
strategi yang berguna dalam
menanggapi situasi yang cenderung menjadi konflik.
Memberikan Umpan Balik
Membiarkan orang lain tahu bagaimana Anda merespon perilaku mereka dapat
membantu menghindari kesalahpahaman dan membantu menyelesaikan konflik
yang tidak dapat dihindari dalam suatu hubungan. Bagaimanapun, memberikan
umpan balik yang jujur ketika Anda mendapat reaksi negatif karena perilaku orang
lain memang sulit dilakukan tanpa menyakiti perasaan. Sering kali, untuk
memperbaiki hubungan Anda dalam jangka panjang, Anda harus menyatakan
bahwa Anda kecewa pada apa yang mereka telah lakukan. Ketika Anda memilih
untuk menyampaikan umpan balik negatif kepada orang lain, gunakan teknik
komunikasi yang tidak berkesan mengancam.
Kriteria untuk umpan balik yang bermanfaat termasuk:
• Umpan balik difokuskan pada perilaku seseorang bukan kepribadiannya. Dengan
memfokuskan pada perilaku, Anda mengarahkan umpan balik kepada sesuatu yang
dapat diubah oleh seorang individu.
•
Umpan balik bersifat deskriptif bukan evaluatif. Menjelaskan apa yang telah
dikatakan atau dilakukan berkesan lebih tidak mengancam dibandingkan dengan
menghakimi mengapa sesuatu dilakukan (yang hanya berdasarkan asumsi Anda).
•
Umpan balik berfokus pada reaksi Anda sendiri bukan maksud orang lain.
Menyalahkan atau menganggap ada maksud buruk dibalik perilaku orang lain bukan
merupakan umpan balik yang konstruktif.
•
Umpan balik menggunakan kata “saya” dengan bentuk kalimat “Ketika kamu
[lakukan atau katakan]___saya merasa___.” Sebagai contoh, “Ketika kamu
terlambat datang kerja, saya merasa frustasi dan marah” adalah lebih baik daripada
“Kamu tidak bertanggung jawab. Kamu tidak peduli pada pasien yang menunggu
dan pekerja lain yang menggantikanmu ketika kau telat”.
• Umpan balik bersifat spesifik bukan umum. Umpan balik fokus pada perilaku yang
baru saja terjadi dan menghindari mengungkit perilaku di masa lalu. Umpan balik
juga tidak boleh menyamaratakan atau terlalu jauh dari peristiwa spesifik yang telah
membuat Anda kesal (misalnya “Kamu selalumelakukan___)
•
Umpan balik difokuskan pada penyelesaian masalah. Bukan bertujuan untuk
melampiaskan kemarahan. Tujuannya adalah untuk menyelesaikan suatu masalah
yang timbul pada suatu hubungan sehingga hubungan tersebut dapat berkembang
lebih baik.
• Umpan balik disampaikan secara pribadi.
Meminta Umpan Balik Dari Orang Lain
Seperti telah dijelaskan di atas, kita perlu berlatih memberikan umpan balik
dengan cara yang tepat. Pada saat yang bersamaan, kita juga perlu mengundang
umpan balik dari orang lain untuk meningkatkan keterampilan komunikasi
interpersonal kita.
harus membiarkan para pekerja tahu bahwa Anda menerima saran dari
mereka mengenai bagaimana mengembangkan operasional apotek. Kemampuan
Anda untuk mendengar kritik atau saran tanpa sikap defensif atau marah, mengakui
ketika Anda berbuat kesalahan, dan mendorong orang lain untuk memberikan
umpan balik (meskipun hal itu negatif) akan membuat orang lain jujur saat
berkomunikasi dengan Anda. Mereka juga membantu Anda untuk mengidentifikasi
bidang-bidang pada praktek profesional Anda yang mungkin perlu perbaikan dan
membantu meningkatkan hubungan yang lebih baik dengan orang lain.
Menentukan Batasan
Bagi sebagian dari kita, menentukan bagaimana kita akan menghabiskan
waktu pribadi dan uang kita adalah sumber frustasi. Kita merasa sulit untuk berkata
“tidak” terhadap permintaan apapun. Dan akibatnya, kita merasa kewalahan dan,
sering, marah kepada orang lain karena “telah mengambil keuntungan” dari kita.
Bertindak asertif dalam menentukan batasan berarti Anda mengambil tanggung
jawab untuk keputusan yang Anda ambil mengenai bagaimana menghabiskan
sumber daya pribadi Anda tanpa merasa marah kepada orang lain yang
memohon/mengajukan permintaan tertentu kepada Anda. Bertindak asertif dengan
menentukan batasan tidak berarti bahwa Anda berhenti berkata “ya” terhadap
semua permintaan. Anda akan tetap membantu orang lain, karena adanya nilai-nilai
yang Anda pegang dan keinginan Anda untuk membantu orang lain ketika mereka
membutuhkan bantuan, meskipun ketika melakukannya Anda mungkin merasa tidak
nyaman.
Ketika menghadapi sebuah permintaan, langkah pertama adalah menentukan
seberapa jauh Anda mau memenuhi permintaan tersebut. Jika Anda perlu waktu
untuk mengambil keputusan, menunda keputusan adalah tindakan yang tepat
asalkan Anda kembali ke orang tersebut dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
Seringkali respon tidak selalu berarti “ya” atau “tidak” tetapi bisa juga berupa
tawaran untuk memenuhi sebagian dari permintaan. Berkata “tidak” atau
menentukan batasan mungkin sulit jika Anda yakin bahwa orang tersebut harusnya
tahu bahwa Anda memiliki alasan yang tepat untuk berkata “tidak”. Jika persaan
bersalah menjbak anda, anda mungkin tidak ingin menjelaskan alasan khusus
mengenai keputusan anda. Bagaimanapun, apakah Anda memberikan alasan atau
tidak, tidak akan mengubah fakta bahwa anda memiliki hak untuk membuat
keputusan mengenai bagaimana Anda akan menggunakan waktu dan keuangan
pribadi Anda.
Membuat Permintaan
Meminta sesuatu yang anda inginkan dari orang lain secara langsung juga
diperlukan pada hubungan yang sehat. Jika anda berada pada posisi manajemen,
menyatakan dengan jelas apa yang anda harapkan dari orang lain adalah suatu
bagian penting untuk mencapai tujuan organisasi. Pada hubungan yang sederajat,
membuat permintaan, termasuk meminta pertolongan, adalah suatu bagian penting
dari komunikasi yang jujur. Kita harus percaya bahwa orang lain akan dapat
merespon permintaan kita secara asertif, termasuk berkata “tidak”. Jadi, kita tidak
perlu bereaksi berlebihan ketika seseorang menolak permintaan kita dengan cara
yang asertif.
Berlaku Persisten
Salah satu aspek penting dalam perilaku asertif adalah persisten untuk
menjamin bahwa hak-hak Anda dihargai. Sering ketika kita telah menentukan
batasan atau telah berkata “tidak’, kemudian orang-orang tersebut akan membujuk
untuk mengubah pikiran. Jika kita mengulangi lagi menyatakan keputusan kita
dengan santai, kita telah bertindak asertif tanpa menjadi agresif dan tanpa
menyerah. Respon ini, mengulangi menyatakan keputusan tadi dengan santai,
sering disebut sebagai respon “kaset rusak” (Smith, 1975). Respon seperti ini akan
menghentikan, bahkan orang yang paling manipulatif, tanpa menimbulkan rasa
bersalah atau meningkatkan konflik.
Membingkai Kembali
Bingkai adalah “jalan pintas kognitif yang digunakan orang untuk membuat
suatu informasi yang kompleks menjadi masuk akal” (Kaufman et al, 2003).
Teknik pembingkaian kembali (reframing) yang dijelaskan oleh Kaufman dkk
termasuk:
• Fokus pada membangun komunikasi yang efektif untuk suatu kelompok/set tujuan
yang terbatas.
• Menguji validitas/keabsahan perspektif orang lain.
• Menentukan di mana kesamaan pandangan/tujuan. Mencari hal-hal yang samasama disetujui dan fokus pada hasil yang diinginkan dengan perspektif jangka
panjang.
•
Mengenali kesempatan untuk mencari solusi-solusi yang belum dieksplorasi/
dipikirkan lebih mendalam dan kesempatan-kesempatan yang dapat saling
ditawarkan (trade-off) atau kompromi-kompromi.
• Terakhir, mengenali perbedaaan yang tidak bisa dijembatani dan pada saat yang
bersamaan mencari tindakan yang masih bisa diambil untuk mengurangi konflik.
Mengabaikan Provokasi
Konflik interpersonal dapat memunculkan berbagai metode untuk “menang”
dengan cara menghina atau mengintimidasi orang lain. Sebagai contoh, pasien yang
marah atau merasa putus asa mungkin menyerang dengan serangan personal yang
merasa dikritik secara tidak adil mungkin merespon dengan sikap agresif atau
sarkastik.
Konflik interpersonal antara profesional-profesional di bidang kesehatan
sering ditandai dengan perebutan kekuasaan dan otonomi (sering disebut “perang
kartu kunci/turf battle”). Mengabaikan komentar yang bersifat mencela dari orang
lain dan tetap fokus pada penyelesaian masalah dapat menjaga konflik agar tidak
meningkat ke arah yang dapat merusak hubungan.
Merespon Kritik
Bagi sebagian orang, kritik benar-benar dapat membuat diri hancur karena
kita biasanya memegang dua keyakinan irasional yang umum: (1) bahwa kita harus
disayangi atau diakui oleh semua orang yang kita kenal, dan (2) bahwa kita harus
benar-benar kompeten/mampu dalam segala hal yang kita lakukan tanpa pernah
melakukan kesalahan. Karena standar perfeksionis seperti itu tidak mungkin dicapai,
kita secara terus menerus menghadapi perasaan gagal atau tidak berguna. Pada
beberapa kasus, kita mungkin mempunyai keinginan untuk “membalas dendam”
dengan melakukan serangan balik terhadap orang yang memberikan kritik.
Cara satu-satunya untuk meniadakan perasaan seperti itu dan untuk mulai
mengatasi kritik dengan layak adalah dengan menantang kepercayaan irasional
yang mendasarinya yang mengakibatkan kita takut tidak diakui oleh orang lain.
Daftar Pustaka
http://wanvisioner.blogspot.com/2010/01/komunikasi-efektif.html Diakses tanggal 26
Juli 2012
http://rumakom.wordpress.com/2007/08/07/komunikasi-efektif.html Diakses tanggal
26 Juli 2012
http://paknewulan.blogspot.com/2007/03/5-hukum-komunikasi-yang-efektif.html
Diakses tanggal 26 Juli 2012
http://lyrawati.files.wordpress.com/2008/keterampilan-komunikasi-pada-praktekfarmasi4.pdf Diakses tanggal 26 Juli 2012
Download