BAB II - Nawasis

advertisement
BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI
(POKJA SANITASI 2013)
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH
2.1. Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik
2.1.1. Geografis
Kabupaten
Wakatobi
merupakan
kabupaten
baru yang
terbentuk
berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 29 Tahun 2003, yang
merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Buton.
Kabupaten Wakatobi terletak dikepulauan Jazirah Tenggara Pulau
Sulawesi Tenggara, secara geografis terletak dibagian Selatan garis khatulistiwa,
memanjang dari Utara ke Selatan diantara 5.000-6.250 Lintang Selatan (sepanjang ±
160 km) dan membentang dari Barat ke Timur diantara 123.340-124,640 Bujur
Timur (sepanjang ± 120 km).
BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI
(POKJA SANITASI 2013)
BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI
(POKJA SANITASI 2013)
BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI
(POKJA SANITASI 2013)
Secara administratif batas wilayah kawasan kabupaten Wakatobi adalah sebagai
berikut :
a. Batas sebelah Utara
: Kabupaten Buton dan Muna
b. Batas sebelah Selatan
: Laut Flores
c. Batas sebelah Barat
: Kabupaten Buton
d. Batas sebelah Timur
: Laut Banda
Posisi Geostrategis, Kabupaten Wakatobi terletak pada posisi sangat strategis
karena: (1) Perairan laut Kabupaten Wakatobi dilalui oleh jalur pelayaran kawasan
Timur dan Barat Indonesia; (2) Ditinjau dari sisi bioregion, letak geografis Kabupaten
Wakatobi sangat penting karena berada pada kawasan yang sangat potensial yakni
diapit oleh Laut Banda dan Laut Flores yang memiliki potensi sumberdaya
keragamanhayati kelautan dan perikanan yang cukup besar; dan (3) Kabupaten
Wakatobi berada pada Pusat Kawasan Segi Tiga Karang Dunia (Coral Tri-angle Center)
yang meliputi 6 (enam) negara, yakni Indonesia, Malaysia, Philipines, Papua New
Guine, Solomon Island, dan Timor Leste. Posisi Kabupaten Wakatobi pada Pusat Segi
Tiga Karang Dunia, disajikan pada Gambar……
Gambar 2.3. Posisi Wakatobi Dalam Pusat Segi Tiga Karang Dunia
Kabupaten Wakatobi merupakan gugusan kepulauan yang berjumlah 39 pulau,
terdiri atas 4 (empat) pulau besar, yakni Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan
Binongko (WAKATOBI). Keempat pulau tersebut mudah terjangkau baik dalam
region Provinsi Sulawesi Tenggara, regional Kawasan Timur Indonesia, nasional
maupun internasional. Di Pulau Wangi-Wangi terdapat Bandara Udara Matahora,
Pelabuhan Laut Nasional Panggulu Belo, dan jalur angkutan ferry ASDP Kamaru-
BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI
(POKJA SANITASI 2013)
Wanci, dan di Pulau Tomia tersedia Bandara Udara Maranggo moda transportasi
khusus untuk wisatawan dari Bali Indonesia dan Singapura.
Transportasi laut antar pulau Kabupaten Wakatobi cukup lancar. Akses dari
ibukota kabupaten (Wangi-Wangi) ke Pulau Kaledupa dan Binongko tersedia setiap
hari dengan armada kapal cepat (speed boat). Satu-satunya wilayah pulau kecil yang
relatif sulit dijangkau namun telah berpenghuni ialah Pulau Runduma, termasuk ke
dalam administratif Kecamatan Tomia, terletak di bagian timur Pulau Tomia tepat di
tengah Laut Banda
2.1.2. Administrasi
Luas wilayah Kabupaten Wakatobi adalah sekitar 19.200 km², terdiri dari
daratan seluas ± 823 km² atau hanya sebesar 3,00 persen dan luas perairan
(laut) ± 18.377 km2 atau sebesar 97,00 persen dari luas Kabupaten Wakatobi. Atas
dasar kondisi tersebut, maka potensi sektor perikanan dan kelautan serta sektor
pariwisata berbasis wisata laut/bahari menjadi sektor andalan daerah Kabupaten
Wakatobi.
Kabupaten Wakatobi terdiri dari 8 (delapan) Kecamatan, yaitu Kecamatan
Wangi-Wangi, Wangi-Wangi Selatan, Kaledupa, Kaledupa Selatan, Tomia, Tomia
Timur, Binongko dan Kecamatan Togo Binongko. Wilayah kecamatan terluas
adalah kecamatan Wangi-Wangi dengan luas 241 km² atau 29,40 persen yang
sekaligus merupakan wilayah ibu kota kabupaten. Sedangkan kecamatan yang
wilayahnya paling kecil adalah Kecamatan Kaledupa, yaitu seluas 45,50 km² atau
5,53 persen dari total luas wilayah daratan Kabupaten Wakatobi. Luas Wilayah
Kebupaten Wakatobi menurut kecamatan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 2.1.
Luas Wilayah Kabupaten Wakatobi Menurut Kecamatan
No.
Kecamatan
Luas Daratan (km²)
Persentase (%)
1.
Wangi-Wangi
Wangi-Wangi
Selatan
Kaledupa
Kaledupa Selatan
241,98
29,40
206,02
25,03
45,50
58,50
5,53
7,11
2.
3.
4.
BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI
(POKJA SANITASI 2013)
5.
6.
7.
8.
Tomia
Tomia Timur
Binongko
Togo Binongko
Luas Total Darat
Luas Laut
Total
47.10
67,90
93,10
62,90
823,00
18.377,00
19.200,00
5,72
8,25
11,31
7,64
3,00
97,00
100,00
Sumber: Kabupaten Wakatobi Dalam Angka, 2012
2.1.3 Topografi
Topografi wilayah daratan Kabupaten Wakatobi sebagian besar atau
sekitar 40 persen adalah landai dengan ketinggian sekitar 3-20 m di atas
permukaan air laut (dpl). Topografi landai terutama terdapat dibagian selatan
Pulau Wangi-Wangi, bagian utara dan selatan Pulau Kaledupa, bagian barat
dan timur Pulau Tomia, serta wilayah bagian selatan Pulau Binongko.
Sedangkan bentuk topografi perbukitan, berada di tengah-tengah pulau
dengan ketinggian berkisar antara 20-350 m dpl.
Selain bentangan pulau-pulau kecil, relief dan topografi, di Wakatobi
juga membentang Gunung Tindoi di Pulau Wangi-Wangi, Gunung Pangilia di
Pulau Kaledupa, Gunung Patua di Pulau Tomia dan Gunung Watiu’a di Pulau
Binongko. Pada puncak gunung di empat pulau besar tersebut, terdapat situs
peninggalan sejarah berupa benteng dan makam yang sangat erat kaitannya
dengan penyebaran agama Islam di Wakatobi maupun sejarah perkembangan
kejayaan Kesultanan Buton, Tidore, dan Ternate. Situs sejarah dimaksud ialah
Benteng Liya, Benteng Tindoi, Benteng Patu’a, dan Benteng Suosuo serta
peninggalan benda-benda purbakala lainnya. Kesemuanya merupakan aset
daerah
yang
sangat
berharga,
terutama
dalam
pengembangan
ilmu
pengetahuan dan sebagai obyek wisata budaya, baik nasional maupun
internasional.
2.1.4 Hidrologi dan Geologi
BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI
(POKJA SANITASI 2013)
Secara umum tidak terdapat sungai yang mengalir sepanjang tahun di
Kabupaten Wakatobi. Sumber mata air di Kabupaten Wakatobi umumnya
berasal dari air tanah (ground water) dari wilayah perbukitan dan gua-gua karst
yang oleh penduduk setempat disebut “Tofa/Loba/Lia”. Dari sumber mata air
tersebut, air dialirkan ke rumah penduduk dengan menggunakan pipa.
Sebagian dari sumber air tanah dari perbukitan dan gua-gua karst tersebut
tidak layak minum sehinggga hanya bisa digunakan untuk mandi, cuci dan kakus
(MCK). Sumber air minum lainnya ialah air sumur tetapi jumlahnya tidak terlalu
banyak. Adapun data sumber air beserta kapasitas produksi air dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Sumber Air dan Kapasitas Produksi Air Kabupaten Wakatobi Tahun
2009
N
Sumber Air
Pulau
0
1
2
3
Sub Total
4
5
6
7
Kapasitas Air
(Liter/detik)
Daerah Pelayanan
Wa Gehe-Gehe
Wangi-Wangi
15
Wanci dan Mandati
Te'e Bete
Longa
Wangi-Wangi
Wangi-Wangi
Numana dan Mola
Longa
Te'e Liya
Hu'u
Wangi-Wangi
Wangi-Wangi
10
5
30
5
10
Kampa (Kapota)
Betambawi
(Kapota)
Wangi-Wangi
Wangi-Wangi
5
5
Sub Total
8
Lenteaoge
9
Palea
Sub Total
10
He'ulu
(Kahianga)
Sub Total
11
Popalia
Tomia
25
5
15
20
10
Binongko
10
10
Kaledupa
Kaledupa
Sub Total
10
Total
95
Liya
Bandara, Matahora dan
Melai One
Kampa
Kollowowa
Lenteaoge
Ambeua dan sekitarnya
Tomia dan sekitarnya
Binongko
sekitarnya
dan
Sumber: Dinas PU Pertambangan dan Energi Kabupaten Wakatobi.
Daerah Aliran Sungai (DAS) seperti DAS Posalu, Banduha-nduha, dan
Waginopo di Kecamatan Wangi-Wangi mempunyai peranan penting pada
ketersediaan air tanah. Dalam konteks ini, peranan vegetasi terutama hutan
BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI
(POKJA SANITASI 2013)
sangat penting dalam konservasi air tanah. Permukaan air terutama pada guagua karst dan sumur penduduk banyak dipengaruhi oleh naik turunnya muka
air laut, memberikan indikasi tentang pentingnya perlindungan daerah pantai
dari pengaruh abrasi.
Peta geologi Lembar Kepulauan Tukang Besi Sulawesi Tenggara skala 1
: 25.000 tahun 1994, menunjukkan secara umum formasi geologi batuan daratan
Kepulauan Wakatobi dikelompokkan kedalam formasi geologi Qpl dengan jenis
bahan induk batu gamping jenis koral. Jenis tanah yang tersebar pada beberapa
tempat di empat pulau Kabupaten Wakatobi ialah jenis organisol, alluvial, grumosol,
mediteran, latosol, serta didominasi oleh podsolik. Formasi geologi batuan daratan
dengan bahan induk batu gamping jenis koral dan dominasi tanah podsolik,
secara umum mengindikasikan kesuburan tanah yang rendah akibat pH dan
bahan organik rendah. Terkait hal tersebut, pemerintah daerah akan
mencanangkan program pertanian terpadu yang berbasis ekologi (integrated
ecofarming).
2.1.2 Demografi
2.1.2.1 Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Wakatobi tahun 2012 adalah 94.846 jiwa.
Kecamatan yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak yakni di Kecamatan WangiWangi Selatan berjumlah 25.032 jiwa. Dengan distribusi penduduk mencapai 26,4%
dari seluruh penduduk di Kabupaten Wakatobi.
Tabel …..Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Kab. Wakatobi
Kecamatan
Luas (Ha)
Jumlah Penduduk
Kepadatan
Tahun 2012
Penduduk
Binongko
9.310
8.543
0,92
Togo Binongko
6.290
4.798
0,76
Tomia
4.710
7.037
1,5
Tomia Timur
6.790
8.609
1,27
Kaledupa
4.550
10.179
2,23
Kaledupa Selatan
5.850
6.779
1,16
BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI
(POKJA SANITASI 2013)
Wangi-Wangi
24.198
23.869
0,98
Wangi-Wangi Selatan
20.602
25.032
1,22
Jumlah
82.300
94.846
1,15
Sumber : BPS Kabupaten Wakatobi 2012
2.1.2.2 Perkembangan dan Proyeksi Jumlah Penduduk
Perkiraan jumlah penduduk ini penting dalam suatu perencanaan, karena
kependudukan merupakan salah satu penentu dalam mengkondisikan perkembangan
suatu wilayah baik dari segi fisik maupun non fisik. Dengan mengetahui perkembangan
suatu penduduk di suatu wilayah maka akan dapat diketahui prediksi dari kebutuhan
akan fasilitas dan utilitas penunjang serta perkiraan kebutuhan ruangnya. Dengan
mengetahui prediksi akan kebutuhan fasilitas, utilitas dan ruangnya maka akan relatif
lebih mudah untuk memberikan arahan perkembangan sehingga akan didapat
keteraturan secara fisik dan non fisik.
Untuk menentukan proyeksi jumlah penduduk diperoleh dengan perhitungan sebagai
berikut :
Rumus Rasio Pertumbuhan Penduduk:
r=
Pt
Po
n
-1
Rumus Proyeksi Penduduk:
PP = r x Pt
Keterangan :
r= rasio pertumbuhan;
PP=Pertumbuhan Penduduk
Pt =Jumlah penduduk tahun n;
n = Tahun Berjalan
BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI
(POKJA SANITASI 2013)
Tabel……. Jumlah dan Tingkat Pertumbuhan Penduduk saat ini dan Proyeksi 5 Tahun
Nama
Kecamatan
Binongko
Jumlah Penduduk
Jumlah KK (Asumsi 1 KK = 4 Jiwa)
Tingkat Pertumbuhan
2010
2011
2012
Tahun
2013
2014
2015
2016
9.339
8.385
8.543
8.704
8.868
9.035
9.205
2.180
1.959
1.994
2.176
2.217
2.259
2.301
(10,22)
1,88
1,88
1,88
1,88
1,88
1,85
5.289
4.701
4.798
4.897
4.998
5.101
5.206
1.195
1.074
1.097
1.224
1.250
1.275
1.302
(11,12)
2,06
2,06
2,06
2,06
2,06
2,02
7.687
6.907
7.037
7.169
7.303
7.440
7.580
1.949
1.751
1.787
1.792
1.826
1.860
1.895
(10,15)
1,88
1,88
1,87
1,88
1,88
1,85
9.385
8.460
8.609
8.761
8.916
9.074
9.235
2.421
2.175
2.218
2.190
2.229
2.269
2.309
(9,86)
1,76
1,77
1,77
1,77
1,77
1,74
11.119
9.999
10.179
10.362
10.548
10.737
10.929
2.806
2.521
2.572
2.591
2.637
2.684
2.732
(10,07)
1,8
1,8
1,8
1,79
1,78
1,76
7.378
6.644
6.779
6.913
7.050
7.190
7.333
1.984
1.784
1.921
1.728
1.763
1.798
1.833
(9,95)
2,03
1,98
1,98
1,99
1,99
1,95
25.974
23.362
23.869
24.387
24.916
25.456
26.008
6.033
5.420
5.222
6.097
6.229
6.364
6.502
(10,06)
2,17
2,17
2,17
2,17
2,17
2,12
27.252
24.537
25.032
25.537
26.052
26.577
27.113
6.043
5.430
5.543
6.384
6.513
6.644
6.778
(9,96)
2,02
2,02
2,02
2,02
2,02
1,98
103.423
92.995
94,846
96.730
98.651
100.610
102.609
24.611
22.114
22.354
24.183
24.663
25.153
25.652
(81)
16
16
16
16
16
15
2014
2015
2016
2010
2011
Tahun
2012
2013
2014
2015
2016
2010
2011
2012
Tahun
2013
Togo
Binongko
Tomia
Tomia
Timur
Kaledupa
Kaledupa
Selatan
WangiWangi
WangiWangi
Selatan
Jumlah
Sumber :Hasil Pengolahan Data Kabupaten Wakatobi dalam angka 2011 , BPS
BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI
(POKJA SANITASI 2013)
1.1.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah
Belanja modal sanitasi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Wakatobi, terdapat pada tabel berikut:
Tabel ……Rekapitulasi Realisasi APBD tahun 2009 - 2013
No
TAHUN
Realiasai Anggaran
2009
Ratarata
Pertumbuhan
2010
2011
2012
2013
348.130.993.768
284.653.977.513
387.305.861.758
415.190.578.794
482.495.683.175
1.680.724.618.552
12.011.618.000
12.881.471.745
14.670.772.131
13.292.871.904
19.082.344.500
56.673.202.680
A.
Pendapatan (a.1+a.2+a3)
a.1
Pandapatan Asli Daerah (PAD)
a.1.1
pajak Daerah
1.777.600.000
2.147.453.745
2.369.559.152
1.969.659.125
2.086.486.500
8.681.569.322
a.1.2
2.734.018.000
3.396.018.000
1.403.618.000
1.503.618.000
2.789.408.000
9.595.153.600
102.000.000
5.611.594.979
5.651.594.779
9.500.000.000
13.265.189.758
a.1.4
Retribusi Daerah
Hasil Pengolahan Kekayaan
Daerah yang di Pisahkan
Lain-Lain Pendapatan Daerah
yang Sah
7.500.000.000
7.236.000.000
5.286.000.000
4.168.000.000
4.706.450.000
25.131.290.000
a.2
Dana Perimbangan (Transfer)
277.233.251.070
265.915.451.070
321.607.707.970
369.977.641.215
434.744.273.000
1.447.691.723.469
a.2.1
Dana Bagi Hasil
20.981.193.070
24.608.593.070
19.436.295.010
16.449.396.215
19.606.285.000
84.296.807.909
a.2.2
Dana Alokasi Umum
203.249.058.000
209.835.658.000
271.440.812.960
308.676.985.000
353.873.348.000
1.184.476.615.560
a.2.3
53.003.000.000
31.471.200.000
30.730.600.000
44.851.260.000
61.264.640.000
178.918.300.000
a.3
Dana Alokasi Khusu
Lain-Lain Pendapatan Daerah
yang Sah
58.886.124.698
5.857.054.698
51.027.381.657
31.920.065.675
28.669.065.675
176.359.692.403
a.3.1
Hibah
a.3.2
Dana Darurat
Dana bagi hasil pajak dari
provinsi kepada kab./Kota
a.1.3
a.3.3
35.000.000
35.000.000
-
2.866.710.698
2.866.710.698
3.383.037.657
3.059.065.675
3.059.065.675
15.234.590.403
BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI
(POKJA SANITASI 2013)
a.3.5
Dana Penyesuaian dan dana
otonomi khusu
Bantuan
Keuangan
dari
privinsi/pemerintah
daerah
lainnya
B
a.3.4
52.744.070.000
44.689.000.000
23.465.000.000
23.485.000.000
144.383.070.000
3.275.344.000
2.955.344.000
2.955.344.000
5.396.000.000
2.125.000.000
16.707.032.000
Belanja (b1+b2)
297.927.629.380
256.472.693.076
211.416.994.322
241.177.907.824
285.470.206.890
1.292.465.431.492
b.1
Belanja Tidak Langsung
113.993.138.905
121.583.086.155
177.863.867.436
187.505.027.544
209.503.855.732
810.448.975.772
b.1.1
Belanja Pegawai
95.967.707.405
106.822.386.155
150.903.447.436
173.749.134.229
188.227.157.417
715.669.832.642
b.1.2
Bunga
b.1.3
Subsidi
5.500.000.000
4.000.000.000
3.000.000.000
4.000.000.000
4.000.000.000
20.500.000.000
b.1.4
Hibah
2.167.231.500
3.650.000.000
14.850.000.000
250.725.000
4.751.000.000
25.668.956.500
b.1.5
Bantuan Sosial
4.360.000.000
300.000.000
980.000.000
1.518.500.000
2.640.000.000
9.798.500.000
b.1.6
Belanja Bagi Hasil
b.1.7
Bantuan Keuangan
b.1.8
Belanja Tidak Terduga
b.2
Belanja Langusng
b.2.1
Belanja Pegawai
b.2.2
-
5.648.200.000
6.310.700.000
7.630.420.000
7.686.668.315
8.174.148.315
35.450.136.630
350.000.000
500.000.000
500.000.000
300.000.000
1.711.550.000
3.361.550.000
-
24.573.964.500
25.261.185.100
26.693.182.300
23.205.640.215
29.055.707.458
128.789.679.573
Belanja Barang dan Jasa
102.680.123.109
95.627.340.224
81.987.781.122
90.056.198.099
110.248.558.121
480.600.000.675
b.2.3
Belanja Modal
170.673.541.771
135.584.167.752
102.736.030.900
127.916.069.510
146.165.941.311
683.075.751.244
c
Pembiayaan
50.203.364.388
28.181.284.437
175.888.867.436
174.012.670.970
197.025.476.285
388.259.187.060
Surplus/Defisit Anggaran
BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI
(POKJA SANITASI 2013)
Sumber : Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Kab. Wakatobi 2013
Pada kurun waktu 2009-2013 APBD Kabupaten Wakatobi mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Struktur pendapatan
Kabupaten Wakatobi sekitar 86,13 % bersumber dari dana perimbangan, sedangkan selebihnya sekitar 13,87 % berasal dari lain-lain
pendapatan yang sah dan dari pendapatan asli daerah. Dari struktur pendapatan tersebut dapat diketahui bahwa pembangunan di
Kabupaten Wakatobi masih sangat tergantung dari dana perimbangan.
Table. 2.7 Rekapitulasi Belanja Sanitasi SKPD Kab. Wakatobi Tahun 2009 s/d 2013
No
SUB SEKTOR
1
Air Limbah
2
Sampah
3
Drainase
4
PHBS
5
Belanja Sanitasi (1+2+3................n)
6
Total Belanja APBD
Proporsi Belanja Modal Sanitasi
Terhadap Total Belanja APBD (%)
7
TAHUN
2009
2010
2011
2012
Rata2 Pertumbuhan
2013
100.000.000
130.112.500
119.575.000
55.000.000
404.687.500
565.975.500
330.400.000
376.650.000
774.985.000
401.800.000
2.449.810.500
591.327.950
100.000.000
340.000.000
2.447.975.000
375.074.500
3.854.377.450
61.909.000
24.500.000
75.000.000
161.409.000
1.157.303.450
530.400.000
908.671.500
3.367.035.000
906.874.500
6.870.284.450
297.927.629.380
256.472.693.076
211.416.994.322
241.177.907.824
285.470.206.890
1.292.465.431.492
0,39
0,21
0,43
1,40
0,32
0,53
Sumber : Dinas PPKAD Kaupaten Wakatobi Tahun 2013
BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI
(POKJA SANITASI 2013)
2.1.4. TATA RUANG WILAYAH
2.1.4.1. Tujuan Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang
Tujuan Penataan Ruang
Mengacu pada UU No.26/2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3, maka
tujuan penataan ruang adalah untuk mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman,
produktif, dan berkelanjutan berdasarkan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.
Tujuan pengembangan dan fungsi Wilayah Kabupaten Wakatobi pada masa mendatang
pada dasarnya mengacu pada potensi dan permasalahan yang ada serta tujuan
pengembangan wilayah sesuai dengan kebijakan pengembangan wilayah pada tata ruang
Propinsi Sulawesi Tenggara maupun kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten
Wakatobi yang telah dirumuskan. Atas dasar tersebut rumusan tujuan penataan ruang
Kabupaten Wakatobi adalah sebagai berikut :

Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;

Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alamdan sumber daya
buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia;

Terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap
lingkungan akibat pemanfaatan ruang;

Terwujudnya pelayanan prasarana dan sarana wilayah yang berkualitas, dalam
jumlah yang layak, berkesinambungan dan dapat diakses oleh seluruh masyarakat;

Terwujudnya keterpaduan pemanfaatan dan pengendalian ruang darat, ruang laut,
dan ruang udara, termasuk ruang di bawah permukaan tanah dan di bawah
permukaan air harus mempertimbangkan kondisi wilayah sebagai Taman Nasional
LautWakatobi dan daya dukung sumber daya alam serta daya tamping lingkungan
secara berkelanjutan;

Terwujudnya penataan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang
berkelanjutan di Kabupaten Wakatobi;

Terwujudnya kerangka kerja pembangunan wilayah yang berkelanjutan dan
membangun kerjasama internasional dalam berbagai program pembangunan
wilayah; dan

Terwujudnya penataan ruang wilayah yang memperhatikan aspek kebencanaan.
BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI
(POKJA SANITASI 2013)
Dengan memperhatikan visi pembangunan Kabupaten Wakatobi Tahun 2006 - 2011,
yaitu “Terwujudnya Surga Nyata Bawah Laut di Jantung Segitiga Karang Dunia”, maka
tujuan penataan ruang Kabupaten Wakatobi adalah sebagai berikut :
“Mewujudkan tatanan ruang wilayah Kabupaten dalam rangka optimalisasi potensi sumber
daya alam berbasis kelautanperikanan dan pariwisata secara berkelanjutan untuk
meningkatkan daya saing kabupaten dengan tetap mempertimbangkan daya dukung, daya
tampung, karakteristik fisik wilayah dan kelestarian sumberdaya alam”. Tujuan tersebut
mengandung nilai-nilai atau makna sebagai berikut : Mewujudkan Ruang Wilayah
Kabupaten
Wakatobi
Sebagai
Kawasan
Pariwisata
dan
Perikanan-Kelautan,
menunjukkan bahwa pengembangan wilayah Kabupaten Wakatobi akan berorientasi pada
leading sektor atau sektor unggulannya yaitu pariwisata dan perikanan-kelautan.
Meningkatkan
daya
saing
Kabupaten,
menunjukkan
arti
yang
bermakna
kesejahteraan dan kemakmuran secara ekonomi dengan tetap memperhatikan kelestarian
lingkungan hidup.
Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang
Terdapat beberapa pertimbangan (Pokok-pokok pertimbangan) dalam penyusunan
Rencana Tata Ruang Wilayah Wakatobi (pengembangan wilayah kepulauan) :
1. Sistem keruangan (spatial system) dan tipologi, perlu memperhatikan secara
proporsional konfigurasi ruang daerah kepulauan, karena setiap tipologi pada
dasarnya menuntut kebijaksanaan pengembangan tersendiri.
2. Daya dukung wilayah, penataan ruang kepulauan perlu memperhatikan secara
bijaksana ekosistem daerah kepulauan, dan kelestarian daya dukungnya.
3. Pendayagunaan potensi sumber daya kelautan, (marine resource based development)
dengan tetap memperhatikan keselarasan pemanfaatan sumber daya yang dilakukan
oleh masing-masing sektor.
4. Struktur tata ruang, perlu diidentifikasi sistem pusat permukiman dan "titik-titik
tumbuh" di daerah kepulauan yg berfungsi sebagai pusat pelayanan dan industri
pengolahan, serta pusat pemasaran yang dapat mengefisienkan proses produksi,
koleksi dan distribusi barang serta efisiensi dan efektifitas dalam investasi prasarana.
5. Pengembangan prasarana wilayah, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi fisik
geografis daerah. Pengembangan prasarana transportasi darat dilakukan untuk
BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI
(POKJA SANITASI 2013)
mendukung interaksi intra wilayah (daratan) kepulauan, dan pengembangan
transportasi laut untuk mendukung interaksi antar wilayah.
6. Kawasan sektor strategis/prioritas, guna mengurangi disparitas dan meningkatkan
keselarasan pertumbuhan antarwilayah, perlu diidentifikasi kawasan dan sektor
strategis, serta prioritas pengembangan sektor.
7. Alokasi pemanfaatan ruang, penetapan kawasan lindung di daerah kepulauan
memperhatikan ekosistem dan daya dukung daerah. Alokasi kawasan budidaya
memperhatikan tujuan mendayagunakan SDA kelautan secara optimal. Kawasan
budidaya non kelautan diperhatikan, terutama pada pulaupulau yang penduduknya
tidak dapat memanfaatkan sumberdaya kelautan sepanjang tahun.
8. Pemenuhan kebutuhan dasar, perlu digiatkan (pendidikan, kesehatan, dan
sebagainya) yang mendesak dan perlu ditempuh dalam jangka pendek, jangka
panjang, pengembangan sektorsektot produktif (budidaya) tetap harus ditempuh
secara terencana.
9. Dalam jangka panjang peran serta swasta, mampu merangsang peningkatan
kuantitas dan kualitas SDM, terutama pada pulau-pulau yang kekurangan
penduduk dan kualitas penduduk relatif rendah.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas maka kebijakan dan strategi
penataan ruang Kabupaten Wakatobi terjabarkan sebagai berikut :
1. Pengembangan kegiatan utama berbasis kelautan-perikanan dan pariwisata serta
pemanfaatan ruang secara optimal pada setiap kawasan budidaya lainnya. Strategi :
a. menetapkan zona-zona dengan fungsi-fungsi utamanya pada setiap kawasan
budidaya;
b. meningkatkan
nilai
tambah
hasil-hasil
produksi
kawasan
pengembangan pariwisata, agrobisnis, kelautanperikanan baik
melalui
secara
intensifikasi maupun ektensifikasi;
c. meningkatkan perlindungan terhadap sumber-sumber air dan sumber
plasma nutfah serta melestarikan kearifan lokal dalam pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungan hidup;
BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI
(POKJA SANITASI 2013)
d. mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan
keanekaragaman hayati, mempertahankan keunikan rona alam dan keaslian
fisik sumber daya alam dan lingkungan hidup;
e. mengurangi perizinan pemanfaatan ruang yang dapat mengakibatkan
terjadinya konflik pemanfaatan ruang;
f.
mengendalikan, mengarahkan, memantau, dan menegakan hukum di
kawasan lindung;
g. mengembangkan
kebijakan
pengembangan
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat dan pelestarian lingkungan yang berkesinambungan yang
didasarkan pada karakteristik pesisir dan pulau-pulau kecil; dan
h. pengembangan fungsi-fungsi kawasan budidaya lainnya.
2. Pengembangan prasarana dan sarana guna mendukung kegiatan utama berbasis
kelautan-perikanan dan pariwisata serta pengembangan prasarana dan sarana guna
mendukung setiap kawasan budidaya lainnya. Strategi :
a.
meningkatkan penyebaran prasarana dan sarana pada setiap kawasan
pariwisata, agrobinis, kelautan-perikanan yang didasarkan pada karakteristik
pesisir dan pulau-pulau kecil;
b.
mengembangkan akses prasarana dan sarana pada setiap kawasan pariwisata,
agrobinis dan kelautan-perikanan untuk mendukung pengembangan pelayanan
jasa kemaritiman dan pariwisata bahari, pengembangan perikanan rakyat
(artisanal fishery) dan pengembangan marikultur (marine culture);
c. meningkatkan aksesibilitas antar kota di dalam kawasan dan ke tujuan-tujuan
pemasaran melalui keterpaduan pengembangan sistem transportasi antar moda
untuk mendukung jaringan distribusi dan pemasaran dari dan keluar Kabupaten
yang efisien dan efektif;
d. meningkatkan fungsi dan kualitas pelayanan prasarana dan sarana pada setiap
kawasan budidaya untuk mendukung pengembangan kegiatan kelautan-perikanan
dan pariwisata yang handal dan menghasilkan komoditas yang berdaya saing tinggi;
e. mengembangkan sistem informasi tata ruang berbasis digital spasial yang mudah
diakses, mudah diupgrade dan aplicable; dan
BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI
(POKJA SANITASI 2013)
f.
optimalisasi pengembangan sistem kelautan-perikanan dan pariwisata, untuk tujuan
pelestarian sumberdaya, pendidikan dan penelitian, peningkatan produksi dengan
mengembangkan sistem pengelolaan yang terintegrasi dan berkelanjutan.
3.
Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi
wilayah kabupaten. Strategi :
a. menetapkan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
kabupaten atau beberapa kecamatan sebagai Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp);
b. menetapkan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan beberapa
kecamatan sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK);
c. menetapkan kawasan perkotaan sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yang
berfungsi untuk mendukung PPK dengan melayani kegiatan beberapa kecamatan
yang lebih kecil; meningkatkan interkoneksi antara kawasan perkotaan baik kota
yang diarahkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) dan pusat-pusat
pelayanan kawasan (PPK), pusat-pusat pelayanan lingkungan (PPL) maupun pusatpusat kawasan strategis sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah
kabupaten;
d. mengembangkan akses pada pusat-pusat pertumbuhan baru di kawasan yang
potensial dan belum terlayani oleh pusat pertumbuhan eksisting; dan f.
meningkatkan akses terhadap kota-kota pantai, sentra pertanian tanaman pangan,
peternakan, dan perikanan.
4.
Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana dan sarana serta
jaringan pelayanan sosial ekonomi. Strategi :
a. mengembangkan jalan kolektor primer dari Wangi-Wangi menuju Bandara
Matahora dan dari Usuku - Lapter Maranggo – Onemai;
b. mengembangkan jaringan transportasi darat; yaitu jalan local primer sebagai bagian
dari jalan lingkar pulau (yaitu; pulau Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko) yang
menghubungkan antar kecamatan di dalam satu pulau;
c. membangun dan meningkatkan ruas jalan lokal primer (yang termasuk dalam jalan
lingkar pulau) antara Wanci - Liya (Pulau Wangi-Wangi), Ambeua - Sandi (Pulau
Kaledupa), Waha - Usuku (Pulau Tomia) Rukuwa - Popalia (Pulau Binongko);
BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI
(POKJA SANITASI 2013)
d. membangun jaringan jalan lokal sekunder yang menghubungkan pusat Kota WangiWangi, kawasan permukiman dan sentra-sentra produksi dengan wilayah
pengembangan;
e. mendorong pengembangan jaringan telekomunikasi terutama di kawasan terisolasi;
f.
meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energy secara optimal serta
mewujudkan keterpaduan system penyediaan tenaga listrik; dan
g. meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan sistem
jaringan sumberdaya air.
5.
Perlindungan terhadap kawasan lindung laut. Strategi :
a. mendukung penetapan kawasan Taman Nasional Wakatobi;
b. menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi sistem ekologi
wilayah; dan
c. mempertahankan dan merehabilitasi kawasan mangrove dan terumbu karang
sebagai ekosistem esensial pada kawasan pesisir dan laut untuk menjamin terus
berlangsungnya reproduksi biota laut.
6. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara. Strategi :
a. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan
pertahanan dan keamanan untuk menjaga fungsi dan peruntukannya;
b. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di
sekitar kawasan pertahanan, sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan
tersebut dengan kawasan budidaya terbangun; dan
c. turut serta memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan dan keamanan.
BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI
(POKJA SANITASI 2013)
BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI
(POKJA SANITASI 2013)
BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI
(POKJA SANITASI 2013)
2.1.4.2. Tujuan Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Potensi Bencana Alam
Bencana alam menjadi salah satu perhatian serius dalam penataan ruang. Daerah atau
kawasan yang nantinya diidentifikasi berpotensi terjadinya bencana alam agar diarahkan
menjadi
kawasan
lindung
atau
kawasan
budidaya
bersyarat.
Pengenalan
akan
kemungkinan bencana alam sangat diperlukan dalam perencanaan suatu wilayah, sehingga
bencana alam yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda dapat dihindari atau
diminimalisir.
A. Gelombang Pasang Air Laut (Tsunami)
Kabupaten Wakatobi sebagai wilayah kepulauan memiliki potensi bencana alam terutama
bencana alam terkait wilayahnya yang sebagian besar merupakan laut dan pesisir. Potensi
bencana gelombang air laut (tsunami) atau gelombang besar dimungkinkan terjadi jika
adanya gempa besar akibat patahan di bawah laut dengan kedalaman yang disyaratkan
terjadinya gelombang laut besar/tsunami. Hal ini juga terkait dengan kerentanan wilayah
Indonesia yang merupakan ring of fire, wilayah yang dikelilingi jalur gunung api. Posisi
wilayah Kabupaten Wakatobi secara langsung tidak berada jalur patahan akan tetapi
berpotensi terkena limpahan/rembesan gelombang besar dari wilayah lain disekitar
wilayah Kabupaten Wakatobi.
B. Erosi
Wilayah daratan Kabupaten Wakatobi mempunyai ketinggian umumnya di bawah 500
meter dari permukaan laut (mdpl). Daerah yang paling tinggi tersebut masuk kategori
perbukitan, karena suatu ketinggian disebut gunung hanya ditujukan untuk daerah yang
memiliki ketinggian di atas 500 mdpl. Selain hal tersebut sebagian besar perbukitan terdiri
dari formasi batu karang. Berdasarkan fakta tersebut maka untuk potensi rawan bencana
longsor dan erosi relatif rendah.
C. Rawan Bencana Geologi
Rawan bencana geologi karena umunya wilayah pulau-pulau utama di Kabupaten
Wakatobi dominan struktur batuan gamping yang berada pada elevasi ketinggian yang
cukup beragam. Potensi rawan runtuhan batuan (rawan geologi) karena di beberapa lokasi
terutama di bagian tengah pulau seperti di Pulau Wangi-Wangi, Tomia dan Binongko
dimana struktur batuan gamping yang merupakan strukutr batuan utama pembentuk
daratan pulau, tersebar pada semua wilayah, terutama pada daerah perbukitan, posisi
sebaran batuan pada daerah dataran tinggi tersebut jika tidak diantisipasi, cukup
BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI
(POKJA SANITASI 2013)
memberikan dampak berupa reruntuhan batuan yang akan membahayakan wilayah
sekitarnya. Saat ini peristiwa longsoran batuan masih relatif kecil.
D. Banjir
Potensi bencana banjir setempat biasa terjadi pada saat musim penghujan dengan curah
hujan relatif tinggi dan aliran air permukaan (run off) tinggi. Banjir yang terjadi umumnya
bersifat setempat dan sementara serta dampaknya relatif tidak besar. Genangan wilayah
banjir umumnya terjadi terutama pada lokasi/ kawasan perkotaan yang system drainase
perkotaanya
belum optimal
seperti
yang
sering
terjadi
di
Ibukota
Kabupaten
(Wanci/Wangi-wangi). Sehingga perlu adanya langkah antisipasi dengan perbaikan sistem
drainase perkotaan.
E. Pemanasan Global (Global Warming)
Isue pemanasan global (global warming) terkait dengan peningkatan temperatur rata -rata
permukaan bumi dari tahun ke tahun sehingga menyebabkan dampak pada mencairnya es
di kutub Utara dan Selatan bumi sehingga terjadilah kenaikan muka laut (sea level rise).
Pemanasan global diyakini disebabkan oleh berbagai macam aktivitas manusia. Hasil
pembakaran jenis ini antara lain gas karbondioksida (CO2) yang dalam skala global
berjumlah miliaran ton setiap tahun disemburkan ke atmosfir bumi. Akibatnya, sinar
matahari yang tiba di permukaan bumi tak leluasa dipancarkan kembali ke ruang angkasa.
Panas tersebut terperangkap dekat permukaan bumi, menghasilkan gejala seperti di rumah
kaca yang digunakan untuk menyemaikan tanaman (efek rumah kaca). Peningkatan gas-gas
rumah kaca di atmosfer secara terus menerus akan meningkatkan suhu di bumi. Dampak
awal yang dapat dikenali akibat peningkatan gas rumah kaca adalah perubahan iklim.
Akibat yang merugikan dari perubahan iklim adalah perubahan terhadap lingkungan fisik
dan biota. Dampaknya, terjadi kerusakan terhadap komposisi ketahanan atau produktivitas
ekosistem alam. Proses perubahan iklim terjadinya peningkatan suhu permukaan bumi
yang diikuti naiknya suhu permukaan laut, perubahan curah hujan, perubahan frekuensi
dan intensitas badai, dan naiknya tinggi permukaan laut akibat mencairnya es di kutub.
Selanjutnya akan menyebabkan perubahan terhadap berbagai sektor antara lain industry
pertanian, perikanan, pariwisata, terjadinya krisis air bersih dan meningkatnya penyakit
tertentu. Diperkirakan dampak perubahan iklim diantaranya naiknya permukaan laut,
krisis air bersih di perkotaan, rusaknya infrastruktur wilayah pantai, menurunnya
produktivitas pertanian, meningkatnya wabah berbagai macam penyakit dan lainnya.
BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI
(POKJA SANITASI 2013)
Secara umum, kenaikan muka air laut merupakan dampak dari pemanasan global
(global warming) yang melanda seluruh belahan bumi ini. Pemanasan global pada dasarnya
merupakan suatu perubahan fenomena iklim global yaitu dengan peningkatan temperatur
rata –rata permukaan bumi dari tahun ke tahun. Berdasarkan laporan IPCC (International
Panel On Climate Change) bahwa rata - rata suhu permukaan global meningkat 0,3 - 0,6
sejak akhir abad 19 dan sampai tahun 2100 suhu bumi diperkirakan akan naik sekitar 1,4 5,80 (Dahuri,2002). Menurut Mustain (2002) pemanasan global tersebut disebabkan oleh
adanya efek rumah kaca dan menipisnya lapisan ozon di atmosfer bumi.
Naiknya suhu permukaan global menyebabkan mencairnya es di kutub utara dan
selatan bumi sehingga terjadilah kenaikan muka laut (Sea Level Rise). Diperkirakan dari
tahun 1999-2100 mendatang kenaikan muka air laut sekitar 1,4-5,8 m (IPCC dalam Dahuri,
2002).
Penyebab Kenaikan Muka Air Laut
Penyebab kenaikan muka laut antara lain disebabkan oleh perubahan iklim dan land
subsidence. Perubahan iklim yang dimaksud disini adalah pemanasan global (global
warming). Pemanasan global berpengaruh terhadap cyclone, perubahan suhu udara, dan
kenaikan muka laut tentunya. Peningkatan suhu udara akan mempercepat melelehnya es di
kutub yang akan menambah volume air di lautan.
Dampak Kenaikan Muka Air Laut
Kenaikan muka air laut secara global tentu saja akan banyak pengaruhnya di seluruh
wilayah pesisir baik di Indonesia maupun di dunia. Indonesia sebagai negara kepulauan
dan maritim tentu saja akan mengalami dampak yang luar biasa besarnya, tergantung
kepada seberapa besar kenaikan tersebut. Berikut ini beberapa butir dampak yang mungkin
terjadi akibat kenaikan muka laut :

Berkurangnya luas tanah dataran sebagai akibat dari invasi air laut terhadap
daratan. Hal ini akibat kenaikan muka laut rata-rata, dan sebagian besar dijumpai
pada daerah yang mempunyai elevasi topografi rendah, seperti di sebagian wilayah
Kabupaten Wakatobi;

Invasi air laut ke daratan menyebabkan terjadinya abrasi sepanjang tepi pantai.
Abrasi juga saat ini melanda sebagian besar pantai di wilayah Kabupaten Wakatobi;

Banyak terumbu karang di pantai yang menjadi tenggelam lebih dalam di bawah
muka laut;
BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI
(POKJA SANITASI 2013)

Ekosistem yang dapat terpengaruh langsung akibat dampak dari global warming
adalah terumbu karang, dimana terutama pada daerah pulaupulau kecil yang
terancam keberadaannya akibat kenaikan muka laut;

Invasi muka laut ke arah daratan akan memperpendek aliran sungai dan
mengakibatkan gradien sungai menjadi lebih besar, karena sungai menjadi lebih
pendek, hal tersebut akan mengakibatkan sedimentasi yang besar di muara sungai
masing-masing;

Secara keseluruhan kenaikan muka air laut sebagai akibat dari pemanasan global
akan mengakibatkan perubahan terhadap peta daratan dunia serta kondisi geologi
dan hidrogeologi wilayah pantai dan terancamnya keberadaan pulau-pulau kecil.
Dari hasil studi dan kajian tentang perubahan iklim (Kajian Intergovernmental Panel on
Climate Change (IPCC) 2008, Dehidros 2009, DKP 2009.), terdapat beberapa faktor yang
dipertimbangkan dalam memantau kondisi saat ini yang terjadi dan mempersiapkan
berbagai langkah antisipasi (mitigasi) terhadap dampak yang akan timbul khususnya di
wilayah Kabupaten Wakatobi yang notabene merupakan kawasan kepulauan.
Kenaikan muka air laut adalah salah satu fenomena perubahan iklim, yang
berhubungan dengan bagaimana kenaikan muka air laut global mempengaruhi suatu
bagian dari garis pantai. Kenaikan muka air laut relatif diukur tanpa memperhatikan
perubahan vertikal dari permukaan tanah seperti penurunan (subsidence) dan penaikan (up
lift) muka tanah. Hasil model memperlihatkan bahwa laju kenaikan muka air laut
rata-rata di pesisir dan perairan Indonesia khususnya wilayah Kabupaten Wakatobi hasil
pemodelan menunjukan bahwa laju kenaikan muka air laut pesisir dan perairan Kepulauan
Wakatobi mengalami kenaikan berkisar antara 0.75-0.76 cm/tahun yang masuk dalam
kategori tinggi, sehingga perlu adanya langkah-langkah antisipasi dalam arahan
perencanaan pola ruang.
BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI
(POKJA SANITASI 2013)
BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI
(POKJA SANITASI 2013)
2.1.5. SOSIAL BUDAYA
Pemerintah
Kabupaten
Wakatobi
telah
berupaya
maksimal
dalam
mewujudkan
kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan di bidang pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari
terpenuhinya sarana pendidikan di masing-masing pulau, Pulau Wangi-wangi, Pulau
Kaledupa, Pulau Tomia dan pulau binongko. Tabel berikut, fasilitas pendidikan tersebar
diseluruh kecamatan di Kabupaten Wakatobi.
JUMLAH SARANA PENDIDIKAN
UMUM
KECAMATAN
AGAMA
KB
TK
SD
SLTP
SMA
SMK
MI
MTs
MA
Kec. Binongko
0
8
13
3
3
0
0
1
1
Kec. Togo Binongko
0
4
7
2
1
0
0
0
0
Kec. Tomia
11
10
10
4
1
0
0
1
0
Kec. Tomia Timur
9
11
13
5
1
0
0
0
0
Kec. Kaledupa
16
16
13
5
1
1
0
1
0
Kec. Kaledupa Selatan
13
9
10
5
2
0
0
0
0
Kec. Wangi-Wangi
10
12
22
8
2
2
0
1
0
Kec. Wangi-Wangi
Selatan
JUMLAH
16
10
22
7
4
0
1
0
1
75
80
110
39
15
3
1
4
2
Sumber : BPS Kab. Wakatobi Tahun 2012
Sumber data jumlah penduduk miskin Kabupaten Wakatobi diambil dari data Kecamatan se
Kabupaten Wakatobi. Sumber data kemiskinan lainnya hanya menyajikan data penduduk
miskin tingkat rekapan Kecamatan dan tingkat kabupaten, sehingga sumber data tersebut
tidak dapat digunakan pada penyusunan buku putih sanitasi Kabupaten Wakatobi.
Tabel……Kemiskinan Kabupaten Wakatobi menurut kecamatan
BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI
(POKJA SANITASI 2013)
Nama Kecamatan
Kec. Binongko
Jumlah
keluarga miskin
(KK)
767
Kec. Togo Binongko
1.389
Kec. Tomia
1.101
Kec. Tomia Timur
1.582
Kec. Kaledupa
742
Kec. Kaledupa Selatan
727
Kec. Wangi-Wangi
1344
Kec. Wangi-Wangi Selatan
1605
Sumber : Kecamatan se Kab. Wakatobi 2013
Persentase penduduk Kabupaten Wakatobi yang terus meningkat dari tahun ke tahun
menghasilkan kepadatan bangunan dan hunian yang semakin tinggi pula.Tingkat
kepadatan permukiman tersebut akan menimbulkan kerawanan kesehatan. Adapun tingkat
kepadatan perumahan permukiman di Kabupaten Wakatobi dapat di lihat dari tabel di
bawah ini.
Jumlah Bangunan Rumah Tempat Tinggal
No
Kecamatan
Tempat Tinggal
Campuran*)
Jumlah
1.
Wang-Wangi
5.936
314
6.250
2.
Wangi-Wangi Selatan
5.744
455
6.199
3.
Kaledupa
2.106
103
2.209
4.
Kaledupa Selatan
1.829
106
1.935
5.
Tomia
1.758
100
1.858
6.
Tomia Timur
2.568
138
2.706
7.
Binongko
2.148
136
2.284
8.
Togo Binongko
1.132
75
1.207
23.221
1.427
24.648
Jumlah
Sumber : Dinas PU Pertamben Tahun 2012
Keterangan
*) Adalah Bangunan
Tempat Tinggal dan
sebagian ruangannya
digunakan untuk tempat
usaha, seperti Toko, Kios
dan lain-lain.
BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI
(POKJA SANITASI 2013)
2.1.6. KELEMBAGAAN DAN PEMERINTAH DAERAH
Peraturan daerah kabupaten wakatobi
Nomor
: 23 tahun 2010
Tanggal
: 24 november 2010
Tentang
: Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Susunan
Organisasi Dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Dan Sekretariat Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabuapten Wakatobi
BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI
(POKJA SANITASI 2013)
BUPATI
WAKIL BUPATI
SEKRETARIS DAERAH
STAF AHLI. BIDANG
HUKUM DAN
POLITIK
STAF AHLI. BIDANG
KEMASYARAKATA
N PEMERINTAAN
DAN SDM
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
ASISTEN PEMERINTAHAN DAN
KESEJAHTERAAN RAKYAT
ASISTEN PEREKONOMIAN DAN
PEMBANGUNAN
STAF AHLI. BIDANG
PEMBANGUNAN
PEREKONOMIAN DAN
KEUANGAN
ASISTEN PEREKONOMIAN DAN
PEMBANGUNAN
BAGIAN
ADMINISTRASI
PEMERINTA
HAN UMUM
BAGIAN
ADMINISTRASI
KESEJATERA
AN RAKYAT
BAGIAN
ADMINISTRASI
KEMASYARA
KATAN
BAGIAN
ADMINISTRASI
PEMBANGU
NAN
BAGIAN
ADMINISTRASI
SUMBER
DAYA ALAM
BAGIAN
ADMINISTRASI
PEREKONO
MIAN
BAGIAN
HUKUM DAN
PERUNDAN
G
UNDANGAN
BAGIAN
ADMINISTRASI
TATALAKSA
NA DAN
KEPEGAWAI
BAGIAN
UMUM DAN
RUMAH
TANGGA
SUB BAGIAN
PERANGKAT
DAERAH
SUB BAGIAN
PELAYANAN
BANTUAN
SOSIAL
SUB BAGIAN
KESATUAN
BANGSA
DAN POLITIK
SUB BAGIAN
PERENCANAAN
PROGRAM,
PENANAMA
N MODAL
SUB BAGIAN
PERTANIAN,
PETERNAKA
N,
PERKEBUNA
SUB BAGIAN
PERINDUSTRIAN
DAN
PERDAGANG
AN
SUB BAGIAN
TATA HUKUM
DAN
PERUNDAN
G
SUB BAGIAN
KELEMBAGAAN
DAN
ANALISIS
JABATAN
SUB BAGIAN
UMUM
KEUANGAN
DAN
PERJALANA
SUB BAGIAN
OTONOMI DAERA
DAN
HUBUNGAN
ANTAR
SUB BAGIAN
PENDIDIKAN,
KEBUDAYAA
N,
KESEHATAN
SUB BAGIAN
PEMUDA DAN
OLAHRAGA
SUB BAGIAN
PENGENDALIAN
DAN
EVAPOR
SUB BAGIAN
PERTAMBANGAN
DAN ENERGI
DAN
LINGKUNGA
SUB BAGIAN
KOPERASI DAN
UMKM
SUB BAGIAN
BANTUAN
HUKUM
SUB BAGIAN
KETATALAKSANA
AN DAN
PENGOLAHA
N DATA
SUB BAGIAN
HUMAS,
PROTOKOLE
R SANDI
TELEKOMUN
SUB BAGIAN
PENGEMBANGAN
WILAYA DAN
KERJA SAMA
SUB BAGIAN
PEMBERDAYAAN
PEREMPUA
N KB DAN
AGAMA
SUB BAGIAN
PEMBERDAYAAN
MASYARAKA
T
SUB BAGIAN
KERJASAMA DAN
BANTUAN
PEMBANGU
NAN
SUB BAGIAN
PARIWISATA
KELAUTAN
DAN
PERIKANAN
SUB BAGIAN
PENGEMBANGAN
BUMD
SUB BAGIAN
DOKUMENTASI
DAN
PERPUSTAK
AAN
SUB BAGIAN
KEPEGAWAIAN
SUB BAGIAN
RUMAH TANGGA
PERLENGKA
PAN
PERPUSTAK
BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI
(POKJA SANITASI 2013)
Satuan Kerja Pemerintahan Daerah (SKPD) yang memiiki keterkaitan tugas pokok dan
fungsi (tupoksi) langsung atau tidak langsung dalam pembangunan sanitasi di Kabupaten
Wakatobi :
BUPATI
Dinas Pekerjaan
Umum dan
Pertamben
Dinas
Kesehatan
Badan Perencanaan
Dinas
Pembangunan dan
Tata Ruang
KP3K
PM
Badan
Dinas
Lingkungan
Hidup
Perhubungan
dan Kominfo
Badan KB, Pmberdayaan
Masyarakat dan PMD
Dinas
PPKAD
Dari struktur di atas dapat dijabarkan tentang bidang-bidang yang memiliki keterkaitan
baik langsung maupun tidak langsung :
1. Dinas Perkerjaan Umum dan Pertamben
 Bidang Cipta Karya
 Seksi Cipta Karya
 Seksi Perumahan, Penyehatan Lingkungan dan Air Bersih
2. Dinas Kesehatan
 Bidang Upaya Kesehatan Masyarakat
 Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit dan Promosi Kesehatan
3. Badan Perencanaan Pembangunan dan PM
 Bidang Pengembangan Wilayah
 Sub. Bidang Penataan Ruang, Sarana dan Prasarana Wilayah
 Sub. Bidang Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, Pertambangan dan
Energi
4. Dinas Tata Ruang KP3K
 Bidang Kebersihan dan Pertamanan
 Seksi Kebersihan
5. Badan Lingkungan Hidup
 Bidang Pengelolaan dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan
 Sub. Bidang Pengelolaan dan Pengendalian Pencemaaran Air, Tanah, Lahan
dan Udara
 Sub. Bidang Pengelolaan dan Pengendalian Pencemaran Pesisir dan Laut
6. Badan KB, Pemberdayaan Masyarakat dan PMD
7. Dinas Perhubungan dan Kominfo
 Bidang Informasi dan Kominikasi
 Seksi Pos dan Telekomunikasi
 Seksi Penyiaran dan Periklanan
8. Dinas PPKAD
Download