pemerintah kabupaten mojokerto

advertisement
PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO
NOMOR 24 TAHUN 2006
TENTANG
PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI MOJOKERTO,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendayagunakan sumber daya alam untuk
memajukan kesejahteraan umum perlu dilaksanakan pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup ;
b. bahwa dalam rangka meningkatkan kelestarian lingkungan di
Kabupaten Mojokerto akibat pencemaran yang terjadi karena kegiatan
usaha manusia sehingga mengakibatkan kualitas lingkungan berubah
sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan kurang
dan/atau tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya ;
c. bahwa sehubungan dengan maksud tersebut pada huruf a dan b,
maka perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Pengendalian
Pencemaran Lingkungan ;
Mengingat
: 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur
Juncto Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 tentang Perubahan
Batas Wilayah Kotapraja Surabaya dan Daerah Tingkat II Surabaya
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730) ;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2043) ;
- 2 -
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1967 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2831) ;
4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3046) ;
5. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3209) ;
6. Undang-Undang
Nomor
5
Tahun
1984
tentang
Perindustrian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3474) ;
7. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3419) ;
8. Undang-Undang
Nomor
23
Tahun
1992
tentang
Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495);
9. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34
Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4048) ;
10. Undang-Undang
Nomor
23
Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3699) ;
11. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851) ;
- 3 -
12. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286) ;
13. Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377) ;
14. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004
Peraturan
Perundang-Undangan
tentang Pembentukan
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389) ;
15. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400) ;
16. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 38,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4493) yang
ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548) ;
17. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438) ;
18. Peraturan
Pemerintah
Nomor
22
Tahun
1982
tentang
Tata
Pengaturan Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982
Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3225) ;
19. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 44,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445) ;
- 4 -
20. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3838) ;
21. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5489) ;
22. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah Pusat dan Kewenangan Pemerintah Propinsi sebagai
Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3952) ;
23. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2001 tentang Irigasi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 143,
Tambahan Lembaran Negara Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4156) ;
24. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4161) ;
25. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593) ;
26. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2000 tentang
Pengendalian Pencemaran Air ;
27. Peraturan Daerah Kabupaten Mojokerto Nomor 1 Tahun 1988 tentang
Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten
Daerah Tingkat II Mojokerto (Lembaran Daerah Kabupaten Mojokerto
Tahun 1988 Nomor 2 Seri C) ;
28. Peraturan Daerah Kabupaten Mojokerto Nomor 18 Tahun 2001
tentang Tuntutan Ganti Rugi (Lembaran Daerah Kabupaten Mojokerto
Tahun 2001 Nomor 17 Seri C) ;
- 5 -
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO
dan
BUPATI MOJOKERTO
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN
LINGKUNGAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1.
Daerah adalah Kabupaten Mojokerto.
2.
Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Mojokerto.
3.
Bupati adalah Bupati Mojokerto.
4.
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah yang selanjutnya
disingkat BAPEDALDA adalah Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Daerah Kabupaten Mojokerto.
5.
Kepala Badan adalah Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Daerah Kabupaten Mojokerto.
6.
Dinas Instansi Terkait adalah Dinas/Instansi di Kabupaten Mojokerto
dan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Propinsi Jawa Timur
yang berwenang dalam pembinaan usaha/kegiatan pengendalian
pencemaran air.
7.
Pejabat yang ditunjuk adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di
bidang Retribusi sesuai dengan peraturan Perundang-undangan
yang berlaku.
8.
Pengusaha adalah orang/sekelompok orang/badan hukum yang
bertanggung jawab atas suatu kegiatan usaha yang membuang
limbah cair atau Udara ke dalam air, tanah atau udara Ambien.
- 6 -
9.
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
10. Pencemaran
lingkungan
hidup
adalah
masuknya
atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain
ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga
kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan
hidup
tidak
dapat
berfungsi
sesuai
dengan
peruntukannya.
11. Air adalah semua air yang terdapat didalam dan/ atau berasal dari
sumber-sumber air baik yang terdapat diatas maupun dibawah
permukaan tanah tidak termasuk dalam perairan air yang terdapat di
laut.
12. Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan
troposfir yang berada di dalam wilayah yuridis Republik Indonesia
yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk
hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya.
13. Baku Mutu Limbah Cair adalah batas baku mutu limbah cair yang
diperbolehkan dibuang ke lingkungan.
14. Baku Mutu Udara Ambien adalah ukuran batas atau kadar zat,
energi, dan/atau komponen yang ada atau seharusnya ada dan/atau
unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara
ambien
15. Beban Pencemaran adalah jumlah suatu parameter pencemaran
yang terkandung dalam sejumlah limbah.
16. Sumber pencemaran adalah setiap kegiatan yang membuang dan
memasukan makluk hidup, zat, energi dan komponen lain dalam
ukuran batas atau kadar tertentu kedalam lingkungan.
17. Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah
permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air,
sungai, danau, situ, waduk, dan muara.
18. Limbah adalah sisa suatu usaha dan/ atau kegiatan.
19. Limbah Cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh
suatu dan/ atau kegiatan yang dibuang kelingkungan dan diduga
dapat menurunkan kualitas lingkungan.
20. Limbah udara adalah limbah dalam bentuk gas dan debu.
- 7 -
21. IPAL adalah instalasi pengolahan air limbah.
22. Ijin adalah ijin pembuangan limbah cair dan udara oleh orang yang
menggunakan sumber air dan udara ambien sebagai tempat
pembuangan limbah cair dan udara atas usahanya.
23. Laboratorium adalah laboratorium yang ditunjuk dan mendapatkan
akreditas dari Gubernur Jawa Timur serta mampu melakukan
pengujian terhadap parameter air, limbah cai dan udara.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Pengendalian Pencemaran Lingkungan dimaksudkan untuk :
a. upaya pencegahan, penanggulangan pencemaran dari sumber
pencemaran dan/atau upaya pemulihan kualitas lingkungan ;
b. menjaga agar kualitas lingkungan tetap terkendali sesuai dengan
peruntukannya.
Pasal 3
Pengendalian Pencemaran Lingkungan bertujuan untuk mewujudkan
kelestarian
fungsi
lingkungan,
agar
dapat
dimanfaatkan
secara
berkelanjutan guna memenuhi berbagai kebutuhan manusia.
BAB III
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 4
(1)
Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup
yang baik dan sehat.
(2)
Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan
hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup.
- 8 -
Pasal 5
(1)
Masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk berperan
serta dalam upaya peningkatan mutu lingkungan hidup.
(2)
Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan cara memberikan saran pendapat dan/atau
menyampaikan informasi.
(3)
Tata cara pemberian saran, pendapat dan/ atau menyampaikan
informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut
oleh Bupati.
BAB IV
WEWENANG
Pasal 6
(1)
Bupati berwenang mengendalikan pencemaran lingkungan hidup
meliputi :
a. perlindungan,
penanggulangan
dan
pemulihan
kualitas
lingkungan ;
b. pencegahan pencemaran air, tanah dan udara pada sumber
pencemaran ;
c. penetapan perijinan pembuangan limbah cair dan udara ;
d. penetapan sanksi atas kerusakan yang telah ditimbulkan suatu
usaha dan/ atau kegiatan ;
e. pengawasan dan lain-lain.
(2)
Dalam
rangka
pengendalian
pencemaran
lingkungan
hidup
sebagaimana dimasud pada ayat (1) Bupati melaksanakan kegiatankegiatan antara lain :
a. inventarisasi dan identifikasi terhadap sumber-sumber air dan
sumber-sumber pencemaran ;
b. penetapan dan penggolongan air menurut peruntukannya ;
c. Penetapan
avour
dan
sungai
yang
diperbolehkan
untuk
pembuangan limbah cair dan wajib memiliki ijin ;
d. penetapan rencana peningkatan mutu air, udara ambien dan
tanah ;
- 9 -
e. penetapan perijinan pembuangan limbah cair ;
f. penetapan sangsi pencemaran lingkungan ;
g. penurunan beban pencemaran ;
h. mengadakan pungutan retribusi ijin pembuangan limbah cair dan
pemanfaatannya ;
i. pengawasan dan lain-lain.
(3)
Bupati dapat mendelegasikan kewenangannya kepada pejabat yang
ditunjuk dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Pasal 7
Penanganan pengendalian pencemaran lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud pada Pasal 6 ayat (1) dengan melibatkan Dinas teknis dan
Dinas/ Instansi terkait, dalam pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan
Keputusan Bupati.
BAB V
PERIJINAN
Pasal 8
(1)
Setiap usaha dan/ atau kegiatan yang melakukan pembuangan
limbah cair dan limbah udara harus mendapat ijin dari Bupati sesuai
dengan persyaratan yang telah ditentukan.
(2)
Ijin yang diberikan berlaku untuk jangka waktu 3 ( tiga ) tahun dan
harus diperbaharui selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum masa
berlakunya habis.
(3)
Pemberian ijin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2)
dikenakan retribusi yang besarnya diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Daerah.
(4)
Ijin tidak berlaku dan dicabut apabila :
a. pengusaha
tidak
melakukan
usaha
dan/
atau
kegiatan
pembuangan limbah ;
b. pelaksanaan usaha dan/ atau kegiatan tidak sesuai dengan
ketentuan ijin yang diberikan ;
c. ijin dipindahtangankan pada orang lain tanpa persetujuan Bupati.
- 10 -
BAB VI
TATA CARA DAN SYARAT-SYARAT PERIJINAN
Pasal 9
(1)
Permohonan ijin pembuangan limbah cair diajukan kepada Bupati.
(2)
Pengajuan permohonan ijin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Mengisi daftar isian permohonan ijin ;
b. melampirkan surat keterangan tentang jenis usaha produksi,
kapasitas produksi dan kebutuhan air untuk produksi;
c. melampirkan surat keterangan tentang kuantitas limbah, kualitas
limbah dan sifat limbah yang dihasilkan atau akan dibuang;
d. keterangan kapasitas, jumlah sumber air dan debit air yang
digunakan dalam proses produksi;
e. sketsa intalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan cara kerjanya;
f. akta pendirian perusahaan dan ijin lain yang dimiliki;
g. salinan keputusan persetujuan dokumen AMDAL beserta foto
copy dokumen bagi kegiatan usaha yang diwajibkan menyusun
dokumen AMDAL;
h. foto copy dokumen UKL dan UPL bagi kegiatan yang tidak wajib
AMDAL.
BAB VII
KEWAJIBAN PENGUSAHA DAN PIHAK KETIGA PENGOLAH LIMBAH
Pasal 10
(1)
Setiap pengusaha yang kegiatannya menghasilkan limbah cair
diwajibkan mengolah hingga memenuhi baku mutu dan dilarang
membuang, menimbun limbah yang dihasilkan tanpa diolah.
(2)
Setiap pengusaha
yang kegiatan usahanya menghasilkan limbah
cair dan limbah udara diwajibkan untuk membuat dan/ atau
membangun instalasi pengolahan limbah yang representatif sesuai
standar teknis dan peraturan yang berlaku
- 11 -
(3)
Setiap pengusaha yang bertindak sebagai pihak ketiga mengolah
dan/ atau memanfaatkan limbah cair dan padat wajib mendapat ijin.
(4)
Dalam hal pengusaha tidak dapat mengolah limbah cair dan/ atau
padat dapat melakukan kerjasama pengelolaan dengan pihak ketiga
yang memiliki ijin pengelolaan limbah dan setiap pengiriman harus
disertai dengan manifest
(5)
Pencatatan volume atau kuantitas limbah cair sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaporkan setiap
bulan sekali kepada
Bupati.
Pasal 11
(1)
Setiap usaha dan/ atau kegiatan diwajibkan menguji kualitas limbah
cair dan limbah udara ke laboratorium lingkungan yang ditunjuk serta
mendapatkan akreditasi satu kali dalam 1 (satu) bulan untuk
pemantauan limbah cair, sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali
untuk pemantauan limbah udara.
(2)
Jasa pengujian limbah cair dan udara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikenakan ristribusi yang besarnya diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Daerah.
(3)
Dalam hal Laboratorium lingkungan belum mampu melakukan
pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bekerjasama
dengan Laboratorium Lingkungan yang telah ditunjuk Gubenur Jawa
Timur.
(4)
Setiap
usaha
dan/
atau
kegiatan
wajib
membuat
rencana
penanggulangan pencemaran air dan udara pada keadaan darurat
dan/ atau keadaan yang tidak terduga lainnya.
BAB VIII
PEMBINAAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Pasal 12
(1)
Pembinaan, pengawasan dan pengendalian pembuangan limbah
cair dan udara dilakukan oleh Bupati.
- 12 -
(2)
Bupati melalui pejabat yang ditunjuk dapat meminta laporan dalam
hal-hal yang dianggap perlu kepada pengusaha yang membuang
limbah cair dan udara hasil kegiatan dan/ atau usahanya kedalam
sumber-sumber air dan/ atau lingkungan.
(3)
Untuk melaksanakan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk berwenang
melakukan :
a. pemantauan;
b. meminta keterangan;
c. membuat salinan dan dokumen dan/ atau catatan yang
diperlukan;
d. memasuki tempat usaha atau kegiatan;
e. mengambil contoh atau sampel limbah;
f. memeriksa peralatan;
g. memeriksa instalasi dan/ atau alat transportasi;
h. meminta keterangan dari pihak yang bertanggung jawab atas
usaha dan/ atau kegiatan.
(4)
Setiap pengawas wajib membawa dan memperlihatkan surat tugas
dan/ atau tanda pengenal dengan wajib memperhatikan situasi dan
kondisi pengawasan.
BAB IX
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 13
(1)
Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melanggar
ketentuan Pasal 8 pada ayat (2) dan Pasal 10 dikenakan sanksi
administrasi berupa :
a. penutupan saluran dan tempat pembuangan limbah;
b. pencabutan ijin.
(2)
Sebelum mengenakan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk memberikan teguran
secara tertulis kepada yang bersangkutan.
(3)
Terhadap
pelanggaran
tertentu,
Bupati
dapat
memberikan
rekomendasi dan pertimbangan kepada Gubernur serta Pemerintah
Pusat yang berwenang selaku pembina untuk mengambil langkahlangkah lebih lanjut.
- 13 -
BAB X
GANTI KERUGIAN
Pasal 14
(1)
Setiap perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada
orang lain atau lingkungan hidup, mewajibkan penanggung jawab
usaha kegiatan untuk membayar ganti kerugian dan/atau melakukan
tindakan tertentu.
(2)
Selain
pembebanan
untuk
melakukan
tindakan
tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hakim dapat menetapkan
pembayaran
uang
paksa
atas
setiap
hari
keterlambatan
penyelesaian tindakan tertentu tersebut.
BAB XI
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 15
(1)
Selain oleh Pejabat Penyidik Umum, Penyidik atas tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dapat juga dilakukan oleh
Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di Lingkungan
Pemerintah Kabupaten Mojokerto yang pengangkatannya ditetapkan
sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
(2)
Dalam melaksanakan penyidikan, sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah :
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang adanya tindak
pidana;
b. melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan
melakukan pemeriksaan;
c. menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda
pengenal diri tersangka;
d. melakukan penyitaan benda atau surat;
e. mengambil sidik jari dan memotret tersangka;
f. memanggil
orang
untuk
didengar
dan
diperiksa
sebagai
tersangka dan saksi;
g. mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam hubungannya
dengan pemeriksaan perkara;
- 14 -
h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk
dari penyidik POLRI bahwa tidak terdapat cukup bukti atau
peristiwa
tersebut
bukan
merupakan
tindak
pidana
dan
selanjutnya melalui penyidik POLRI memberitahukan hal tersebut
kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya;
i. mengadakan
tindakan
lain
menurut
hukum
yang
dapat
dipertanggungjawabkan.
BAB XII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 16
Pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 ayat (1),
diancam Pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau
denda sebanyak-banyaknya Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah).
Pasal 17
Pelanggaran yang mengakibatkan pencemaran lingkungan hidup
dapat diancam pidana sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 18
Selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah berlakunya Peraturan
Daerah ini, setiap orang dan/ atau badan usaha yang membuang
limbah hasil usaha dan/atau kegiatannya pada sumber-sumber air
atau lingkungan harus menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan
Daerah ini.
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 19
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang
mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati.
Pasal 20
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
- 15 -
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Daerah Kabupaten Mojokerto.
Ditetapkan di Mojokerto
pada tanggal 20 - 12 - 2006
BUPATI MOJOKERTO,
ttd
ACHMADY
Diundangkan di Mojokerto
pada tanggal 28 - 12 - 2006
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO,
ttd
R. SOEPRAPTO
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN 2007 NOMOR 16
- 16 -
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO
NOMOR
TAHUN 2006
TENTANG
PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN
I. UMUM
Air memiliki arti yang penting bagi kehidupan makhluk hidup dan bendabenda lainnya, sehingga air merupakan sumber daya alam yang harus dilindungi,
untuk hidup dan kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya. Untuk
mendapatkan air sesuai dengan tingkat kualitas yang diinginkan maka pengendalian
pencemaran air sangat penting untuk dilakukan.
Pencemaran air diartikan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi atau komponen lain kedalam air, oleh kegiatan manusia sehingga
kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang mengakibatkan air tidak dapat
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.
Dalam pencemaran air selalu terkait dengan sumber yang menghasilkan
pencemaran yaitu sumber yang umumnya berasal dari kegiatan usaha manusia atau
kegiatan industri dan/ atau untuk mengetahui apakah suatu lingkungan sudah
tercemar atau belum adalah dengan menggunakan baku mutu lingkungan, baku mutu
lingkungan untuk air dikenal sebagai baku mutu air yaitu batas atau kadar makhluk
hidup, zat, energi atau komponen lain yang ada dalam air sesuai dengan
peruntukannya.
Pencemaran lingkungan hidup dan/ atau pencemaran air akan merupakan
beban sosial yang pada akhirnya masyarakat atau pemerintah harus menanggung
kerugian. Kondisi ini akan mendorong adanya upaya pengendalian pencemaran air
sehingga resiko yang terjadi dapat ditekan sekecil-kecilnya. Upaya pengendalian
pencemaran air tidak dapat dilepaskan dari tindakan pengawasan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait. Untuk itu diperlukan suatu
perangkat hukum yang berupa ijin pembuangan limbah cair dengan mencantumkan
secara tegas tentang kewajiban yang harus dilaksanakan dan dipenuhi oleh
penanggung jawab usaha atau kegiatan.
Mengacu pada undang-undang pengelolaan lingkungan hidup ditetapkan
bahwa sasaran pengelolaan lingkungan hidup adalah tercapainya hidup keselarasan,
keserasian dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup dengan
- 2 -
mempertimbangkan generasi masa kini dan yang akan datang serta terkendalinya
pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana.
Untuk mencegah adanya dampak pencemaran pada sumber-sumber air
yang disebabkan oleh kegiatan usaha manusia/industri, maka perlu adanya
bimbingan dan pengawasan dengan Peraturan Daerah.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Kewajiban tersebut mengandung makna bahwa setiap orang turut
berperan serta dalam upaya memelihara fungsi air misalnya peran serta
dalam pengembangan budaya air bukan sebagai pembuangan limbah
(bak sampah).
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Ayat (1)
Huruf a
- Yang dimaksud dengan “perlindungan” adalah upaya penanganan
air
dan/
atau
sumber-sumber
air
terhadap
kerusakan
dan
pencemaran yang disebabkan oleh tindakan manusia dan alam ;
- Yang dimaksud “penanggulangan mutu air pada sumber-sumber air”
adalah upaya mencegah meluasnya pencemaran air pada sumbersumber air, melokalisasi sumber pencemaran pada sumber-sumber
air;
- Yang dimaksud dengan “pemulihan mutu air” adalah upaya melalui
kegiatan mengembalikan atau meningkatkan fungsi air yang
tercemar misalnya melalui pelontaran pengerukan, penghijauan dll.
- 3 -
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “inventarisasi dan identifikasi” adalah untuk
mendapatkan data dan informasi yang jelas mengenai mutu, kapasitas
dan tingkat pencemaran air.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “penggolongan air” adalah untuk mengatur
penggunaan air agar sesuai dengan kebutuhan serta sebagai acuan
bagi upaya peningkatan mutu air sesuai dengan peruntukannya.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “penetapan baku mutu limbah” adalah
pengaturan pembuangan limbah cair yang ditetapkan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “penentuan daya tampung sumber-sumber
air” adalah daya tampung beban pencemaran perlu diketahui dalam
rangka
upaya
pengendalian
pencemaran
air,
terutama
untuk
mencegah masuknya beban pencemaran yang melebihi batas
kemampuan sumber-sumber air sebagai penerimanya.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “peningkatan mutu air” adalah untuk
mempertahankan dan/ atau mencapai mutu yang lebih baik.
Huruf f
Cukup jelas.
- 4 -
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 7
Dalam penanganan pengendalian pencemaran lingkungan hidup selain
melibatkan instansi terkait, dapat pula melibatkan masyarakat yang tergabung
dalam Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “Pihak Ketiga” adalah orang atau badan yang
telah memiliki ijin pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan serta
memiliki fasilitas pengolahan limbah.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “manifest” adalah surat keterangan bukti
pengiriman.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 11
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Bahwa pengambilan sampel untuk kepentingan pengusaha biaya
dibebankan pada pengusaha yang bersangkutan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
- 5 -
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “Pelanggaran Tertentu” adalah pelanggaran oleh
usaha dan/atau kegiatan yang dianggap berbobot untuk dihentikan
kegiatan usahanya, misalnya telah ada warga masyarakat yang
terganggu kesehatannya akibat pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup.
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “Penarikan uang Paksa” adalah uang yang harus
dibayar oleh pengusaha sebagai akibat dari paksaan pemerintah.
Adapun Paksaan Pemerintah adalah penarikan sejumlah uang kepada
pengusaha karena tidak segera memenuhi kewajibannya memeriksa air
ke laboratorium.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR
Download