Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu aktivitas yang penting bagi perusahaan, karena
setiap perusahaan bila ingin bertahan dan terus berkembang tidak dapat melepaskan diri
dari pemasaran. Pemasaran berusaha mengidentifikasikan kebutuhan dan keinginan
konsumen pasar sasarannya serta bagaimana memuaskan mereka secara lebih efektif dan
efisien dari pesaingnya.
Kebutuhan, keinginan, dan permintaan merupakan hal yang berbeda satu dan
yang lainnya. Kebutuhan manusia merupakan keadaan dimana manusia merasa
kekurangan akan sesuatu. Kebutuhan tidak diciptakan oleh pemasar atau masyarakat,
namun sudah ada dalam sifat dasar manusia sebagai makhluk hidup. Sedangkan yang
dimaksud keinginan merupakan suatu pemuasan dari kebutuhan yang ada. Keinginan
manusia biasanya dibentuk oleh lingkungan sosial dan pribadinya. Sedangkan permintaan
adalah keinginan akan sesuatu yang didukung oleh kemampuan serta kesediaan untuk
membelinya.
Perbedaan ini menjelaskan bahwa sebuah perusahaan tidak hanya menciptakan
kebutuhan, tetapi bahwa kebutuhan itu sudah ada sebelumnya. Perusahaan dapat
mempengaruhi keinginan dan permintaan, dengan membuat suatu produk yang menarik,
terjangkau, mudah didapatkan oleh pelanggan yang dituju.
Ketika adanya kebutuhan, keinginan dan permintaan itulah yang menyebabkan
perusahaan lain berusaha untuk memenuhi harapan tersebut. Oleh karena itu, untuk
mengatur kegiatan pemenuhan manusia tersebut, pemasaran merupakan kunci utama
yang harus dilaksanakan. Dimana pemasaran merupakan suatu proses sosial yang
dilakukan oleh individu maupun kelompok untuk mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan serta secara bebas
mempertukarkan produknya, baik berupa barang maupun jasa yang mempunyai nilai
dengan pihak lain.
Pengertian pemasaran oleh para ahli dikemukakan berbeda-beda dalam penyajian
dan penekananya, tetapi semua definisi itu sebenarnya mempunyai pengertian yang
hampir sama antara satu dengan yang lainnya.
Menurut Kotler (2005 ; 10) pemasaran adalah :
Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak
lain.
Sedangkan menurut Kotler dan Keller ( 2007 ; 6 ) pemasaran adalah :
Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang
bernilai dengan pihak lain.
Dari definisi-definisi tersebut terlihat bahwa penekanan para ahli pada prinsipnya
adalah sama, yaitu menekankan pada keinginan, kepuasan dan kebutuhan konsumen.
Perusahaan harus menyelidiki apa saja yang dibutuhkan dan diinginkan konsumen,
kemudian perusahaan menyediakannya dan menyampaikannya kepada konsumen.
2.2
Pengertian Manajemen Pemasaran
Suatu organisasi menginginkan suatu tingkat permintaan tertentu dari produk
yang dihasilkannya, tetapi pada suatu waktu tertentu mungkin akan tidak ada permintaan
atau terlalu banyak permintaan akan produk perusahaan.Oleh karena itu manajemen
pemasaran sangat dibutuhkan untuk menemukan cara-cara dalam mengatasi permintaan
yang berbeda-beda tersebut.
Pengertian manajemen pemasaran menurut Kotler (2005;11) adalah :
Manajemen pemasaran adalah seni dan ilmu untuk memilih pasar sasaran serta
mendapatkan , mempertahankan dan menambah jumlah pelanggan melalui penciptaan,
penyampaian dan pengkomunikasian nilai pelanggan yang unggul.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran tidak hanya
berfungsi untuk menentukan dan meningkatkan permintaan di pasar, tetapi juga dapat
mengubah dan mengurangi permintaan tersebut serta pengelolaan hubungan dengan
pelanggan.
Selain itu perusahaan juga perlu mengembangkan suatu bauran pemasaran
(marketing mix) untuk mendukung tercapainya target market dalam suatu pasar tertentu.
2.3
Pengertian Bauran Pemasaran
Dalam pemasaran terdapat strategi yang disebut marketing mix (bauran
pemasaran) yang mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi pelanggan untuk
membeli produk atau jasa yang ditawarkan di pasar. Kegiatan pemasaran ditentukan oleh
konsep yang disebut bauran pemasaran. Elemen-elemen bauran pemasaran terdiri dari
semua variabel yang dapat dikontrol perusahaan untuk memuaskan pelanggan sasaran.
Ada beberapa pendapat dari beberapa ahli mengenai bauran pemasaran
(Marketing Mix), yaitu sebagai berikut :
Definisi bauran pemasaran menurut Alma (2005 ; 205) adalah :
Bauran pemasaran merupakan Strategi mencampurkan kegiatan-kegiatan
marketing, agar dicari kombinasi maksimal sehingga mendatangkan hasil
paling memuaskan.
Menurut Kotler (2005 ; 17 ) bauran pemasaran adalah :
Bauran pemasaran adalah serangkaian alat pemasaran yang di gunakan
perusahaan untuk terus
menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar
sasaran.
Definisi bauran pemasaran menurut Rambat dan Hamdani ( 2006 ; 70 ) yaitu :
Bauran Pemasaran adalah alat
alat bagi pemasar yang terdiri atas
berbagai unsur suatu program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar
implementasi strategi pemasaran dan positioning yang ditetapkan dapat
berjalan sukses.
Sedangkan menurut Kotler Keller ( 2007 ; 23 ) Bauran Pemasaran adalah :
Bauran Pemasaran adalah Seperangkat alat pemasaran yang digunakan
perusahaan untuk mengejar tujuan pemasarannya.
Ada 4 faktor yang termasuk dalam bauran pemasaran yang dikenal dengan
The Four P s yaitu Product, Price, Place, Promotion. Keempat unsur dalam bauran
pemasaran saling berkaitan satu sama lain. Keputusan dalam satu bagian biasanya
mempengaruhi tindakan di bagian lain. Pada akhirnya dari berbagai variabel yang ada
manajemen harus memilih kombinasi yang paling sesuai dengan lingkuangannya. Untuk
lebih jelasnya berikut akan diungkapkan keempat variabel dalam pemasaran.
2.3.1 Product (Produk)
Produk merupakan elemen kunci dalam pemasaran pasar, perencanaan pemasaran
bermula dari perumusan suatu penewaran untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen.
Pengertian produk menurut Alma (2005 ; 139) adalah :
Segala sesuatu yang dapat ditawarkan perusahaan dan dapat memuaskan
kebutuhan serta keinginan pemakainnya.
Sedangkan menurut Kotler ( 2005 ; 69 ) definisi produk adalah :
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memenuhi
keinginan dan kebutuhan.
Dalam mengelola unsur produk termasuk perencanaan dan pengembangan produk
atau jasa yang tepat untuk dipasarkan oleh perusahaan. Strategi yang dibutuhkan untuk
mengubah produk yang ada, menambah yang baru dan mengambil tindakan-tindakan lain
yang dipengaruhi bermacam-macam produk.
2.3.2 Price (Harga)
Harga merupakan satu-satunya elemen bauran pemasaran yang menghasilkan
pendapatan bagi perusahaan. Di samping itu, harga juga bersifat fleksibel. Dalam
menentukan harga, perusahaan yang memproduksi jasa harus memperhatikan tingkat
harga pasar dengan melihat kompetisi dan target market.
Pengertian harga menurut Tjiptono (2007 ; 151) adalah :
Harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa
lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu
barang atau jasa.
Perencanaan harga yang tepat sangat penting bagi suksesnya penawaran suatu
produk. Harga dari produk yang ditawarkan kepada konsumen harus disesuaikan dengan
pandangan konsumen berkaitan dengan nilai dan manfaat yang dapat diperoleh dari
produk tersebut. Harga biasanya diterapkan oleh tawar-menawar antara penjual dan
pembeli.
Harga mempunyai penawaran yang penting bagi perusahaan, karena harga
mempunyai pengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam berkompetisi dengan
perusahaan lain dan juga dalam bagian pasar. Selain itu harga juga mempunyai pengaruh
terhadap pendapatan, laba dan volume penjualan perusahaan. Penetapan harga hanyalah
salah satu alat dari bauran pemasaran yang dapat dipergunakan perusahaan untuk
mencapai sasarannya, dan keputusan rancangan produk distribusi dan promosi. Semua
elemen ini harus secara cermat dikoordinasikan ketika merancang program sasaran.
2.3.3 Place (Saluran Distribusi)
Secara garis besar distribusi dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang
berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen
kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (jenis,
jumlah, harga, tempat dan saat yang dibutuhkan).
Pengertian saluran distribusi menurut Tjiptono ( 2007;220) adalah :
Saluran distribusi adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk
menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai ke konsumen atau
pemakai industri.
Sebagian dari tugas distribusi adalah memiliki perantara yang digunakan dalam
saluran distribusi serta menembangkan sistem distribusi fisik yang menangani dan
mengangkat produk melalui saluran distribusi tersebut, ini dikemukakan agar produk
dapat mencapai pasar yang dituju tepat pada waktunya.
Menurut Tjiptono (2007 ; 221) ada beberapa strategi distribusi, yaitu :
1. Strategi struktur saluran distribusi
2. Strategi cakupan distribusi
3. Strategi saluran distribusi berganda
4. Strategi modifikasi saluran distribusi
5. Strategi pengendalian saluran distribusi
6. Strategi manajemen konflik dalam saluran distribusi
Saluran distribusi bukan berarti memindahkan atau menyalurkan barang dan jasa,
tetapi juga bagaimana menyebarkan barang secara merata kepada konsumen sehingga
mudah diperoleh baik mengenai kualitas maupun kuantitasnya. Meskipun barang sudah
sesuai dengan selera tetapi bila kegiatan saluran distribusi tersebut kurang mampu
memenuhi keinginan konsumen maka usaha untuk menyalurkan barang akan mengalami
hambatan.
Oleh karena itu, pengaruh saluran distribusi sangat besar manfaatnya bagi
kelancaran penjualan.
2.3.4 Promotion (Promosi)
Setelah perusahaan menciptakan produk yang bermutu, menetapkan harga yang
sesuai dengan nilai produk dan menempatkan produk pada tempat yang mudah
duijangkau konsumen, lalu selanjutnya yang harus dilakukan oleh perusahaan adalah
melakukan promosi. Promosi ini merupakan suatu alat yang dipakai untuk
memberitahukan dan mempengaruhi pasar bagi produk perusahaan.
Definisi promosi menurut Kotler Keller ( 2007 ; 94 ) adalah :
Promosi adalah aktivitas yang mengkomunikasikan keunggulan produk dan
membujuk pelanggan sasaran untuk membelinya.
Promosi merupakan unsur kunci dalam pemasaran, yang berusaha menyebarkan
informasi, mempengaruhi atau membujuk dan mengingatkan pasar sasaran atas
perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang
ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Tjiptono (2007 ; 222) Ada beberapa tujuan dari promosi, yaitu :
1. Menginformasikan (Informing), dapat berupa :
-
Memperkenalkan cara pemakaian yang baru dari suatu produk
-
Menyampaikan perubahan harga kepada pasar
-
Menjelaskan cara kerja suatu produk
-
Menginformasikan jasa-jasa yang disediakan oleh perusahaan
-
Meluruskan kesan yang keliru
-
ketakutan atau kekhawatiran pembeli
-
Membangun citra perusahaan
2. Membujuk pelanggan sasaran (Persuading), untuk :
-
Membentuk pilihan merek
-
Mengalihkan pilihan ke merek tertentu
-
Mengubah persepsi pelanggan terhadap atribut produk
-
Mendorong pembeli untuk belanja saat itu juga
-
Mendorong pembeli untuk menerima kunjungan wiraniaga
3. Mengingatkan (reminding), dapat terdiri atas :
-
Mengingatkan pembeli bahwa produk yang bersangkutan dibutuhkan dalam
waktu dekat
-
Mengingatkan pembeli akan tempat-tempat yang menjual produk perusahaan
-
Membuat pembeli tetap ingat walaupun tidak ada kampanye iklan
-
Menjaga agar ingatan pertama pembeli jatuh pada produk perusahaan
Menurut Tjiptono (2007 ; 223) ada beberapa promotional mix yang dapat
digunakan oleh perusahaan, yaitu :
1. Personal selling
Personal selling adalah komunikasi langsung (tatap muka) antara penjual dan calon
pelanggan untuk memperkenalkan suatu produk kepada calon pelanggan dan
membentuk pemahaman pelanggan terhadap produk sehingga mereka kemudian akan
mencoba dan membelinya. Sifat-sifat Personal selling antara lain :
a. Personal confrontation, yaitu adanya hubungan yang hidup langsung dan
interaktif antara dua orang atau lebih.
b. Cultivation, yaitu sifat memungkinkan berkembangnya segala macam hubungan
mulai dari sekedar hubungan jual beli sampai dengan suatu hubungan yang lebih
akrab.
c. Response, yaitu situasi yang seolah-olah mengharuskan pelanggan untuk
mendengar, memperhatikan dan menanggapi.
2. Mass Selling
Mass selling merupakan pendekatan yang menggunakan media komunikasi untuk
menyampaikan informasi kepada khalayak ramai dalam satu waktu. Metode ini tidak
sefleksibel personal selling namun merupakan alternatif yang lebih murah untuk
menyampaikan informasi ke pasar sasaran yang jumlahnya sangat banyak dan
tersebar luas. Ada dua bentuk utama mass selling, yaitu :
a. Periklanan, iklan merupakan salah satu promosi yang paling banyak digunakan
perusahaan dalam mempromosikan produknya.
b. Publisitas, adalah bentuk penyajian dan penyebaran ide, barang dan jasa secara
non personal yang mana orang atau organisasi yang diuntungkan tidak membayar
untuk membayar itu. Publisitas merupakan pemanfaatan nilai-nilai berita yang
terkandung dalam suatu produk untuk membentuk citra produk yang
bersangkutan.
3. Promosi Penjualan
Promosi penjualan adalah bentuk persuasi langsung melalui penggunaan berbagai
alternatif yang dapat diatur untuk merangsang pembelian produk dengan segera dan
atau meningkatkan jumlah barang yang dibeli. Secara umum tujuan promosi
penjualan adalah :
a. Meningkatkan permintaan dari para pemakai industrial dan atau konsumen akhir.
b. Meningkatkan kinerja pemasaran perantara.
c. Mendukung dan mengkoordinasikan kegiatan personal selling dan iklan.
4. Direct Marketing
Bila personal selling berupa mendekati pembeli, iklan berupa membantu dan
mempengaruhi pelanggan, promosi penjualan berupaya mendorong pembelian, dan
public relation membangun dan memelihara citra perusahaan, maka direct marketing
memadatkan semua kegiatan tersebut dalam penjualan langsung tanpa perantara.
Direct marketing adalah sistem pemasaran yang bersifat interaktif, yang
memanfaatkan satu atau beberapa media iklan untuk menimbulkan respon yang
terukur dan atau transaksi di sembarang lokasi. Dalam direct marketing komunikasi
promosi ditujukan langsung kepada konsumen individual dengan tujuan agar pesanpesan tersebut ditanggapi konsumen yang bersangkutan, baik melalui telepon, pos,
atau dengan datang langsung ke tempat pemasar.
Semua pihak yang terlibat dalam proses promotional mix melakukan cara yang
sama, yaitu mendengarkan, beraksi sampai berbicara sampai terjadi hubungan pertukaran
yang memuaskan, inisiatif komunikasi dapat berasal dari penjual maupun pembeli.
2.4
Pengertian Harga
Keberhasilan suatu perusahaan dalam menghadapi persaingan yang ketat dapat
dilihat dari keberhasilan tersebut dalam memadukan keempat komponen bauran
pemasaran, yaitu product, price, place dan promotion. Salah satu elemen penting dalam
bauran pemasaran yang harus diperhatikan adalah harga.
Harga merupakan elemen bauran pemasaran yang dapat menghasilkan
pendapatann melalui penjualan.Karena itu, perusahaan harus dapat menetapkan harga
produknya dengan baik dan tepat sehingga konsumen tertarik dan mau membeli produk
yang ditawarkan agar perusahaan mendapatkan keuntungan.
Pengertian harga menurut Tjiptono (2007 ; 151) adalah :
Harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa
lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu
barang atau jasa.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa harga adalah seperangkat keputusan
atau tindakan yang dilakukan oleh perusahaan dalam menetapkan nilai suatu barang dan
jasa yang ditukarkan dengan sejumlah uang atau alat tukar dimana berdasarkan nilai
tersebut seseorang atau perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimiliki
oleh pihak lain.
2.4.1 Pengertian Kebijakan Harga dan Diskon
Pengertian kebijakan harga menurut Alma (2005 ; 170) adalah :
Kebijakan harga adalah keputusan mengenai harga-harga yang akan diikuti
untuk suatu jangka waktu tertentu.
Kebijakan harga harus disesuaikan dengan keadaan yang ada sehingga pada
periode tertentu perusahaan harus meninjau kembali keputusan dalam melaksanakan
kebijakan
2.4.2 Metode Penetapan Harga
2.4.2.1 Berdasarkan Biaya
Penetapan harga yang berorientasi pada biaya menurut Kotler and Keller
berdasarkan (2003:447), yang dialihbahasakan Sihombing terdiri dari:
1. Penetepan harga biaya plus adalah menambah suatu markup standar pada biaya
produk.
Perhitungan biaya per unit dengan rumus sebagai berikut:
Harga biaya per unit biaya variabel
Biaya tetap
Unit Terjual
Perhitungan harga markup dengan rumus sebagai berikut:
Harga Markup
Biaya per unit
(1 - Pendapatan Penjualan yang diharapkan)
2. Penetapan harga dengan analisis titik impas (penetapan harga dengan laba
sasaran)
Menetapkan harga untuk mencapai titik impas atas biaya pembuatan dan
pemasaran produk, atau menetapkan harga untuk meraih suatu laba sasaran.
3. Penetapan harga sasaran menggunakan konsep bagan titik impas (break even
chart), yang menggambarkan biaya total dan pendapatan total yang diperkirakan
pada berbagai tingkat volume penjualan.
Volume titik impas dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Volume titik impas
Biaya tetap
(Harga - biaya variabel)
2.4.2.2 Penetapan Harga Berdasarkan Nilai
Menetapkan harga berdasarkan nilai persepsi pembeli atas nilai bukannya atas
biaya yang ditanggung penjual. Penetapan harga nilai (value pricing) menawarkan
kombinasi yang tepat antara mutu dan pelayanan yang baik pada harga yang wajar.
Kepatuhan penetapan harga berdasarkan nilai tergantung pada persepsi terhadap nilai
tergantung pada persepsi konsumen.
2.4.2.3 Penetapan Harga Berdasarkan Persaingan
Konsumen akan menilai suatu produk berdasarkan harga yang dibebankan
pesaing terhadap produk yang serupa. Penetapan harga berdasarkan persaingan memiliki
dua variasi, yaitu:
1. Penetapan harga menurut keadaan (going rate pricing)
Menetapkan harga lebih tinggi yang berdasarkan pada harga-harga pesaing yang
ada dan bukan pada biaya perusahaan atau permintaan.
2. Penetapan harga penawaran tertutup (sealed-bid pricing)
Penetapan harga berdasarkan pada pendapat perusahaan mengenai bagaimana
penetapan harga pesaing dan bukan pada biaya perusahaan atau permintaan
digunakan ketika perusahaan mengajukan tender.
2.4.3 Tujuan Penetapan Harga
Tujuan penetapan harga menurut Kotler Keller (2007 ;84) ada lima, yaitu :
1. Kelangsungan hidup
Perusahaan dapat mengejar kelangsungan hidup sebagai tujuan utamanya, jika
perusahaan mengalami kelebihan kapasitas, persaingan yang ketat ataupun keinginan
konsumen yang berubah-ubah. Maka salah satu langkah untuk menjaga agar
perusahaan tetap beroperasi dan persediaan terus berputar, mereka akan melakukan
kebijakan harga, yaitu menurunkan harga.
Dalam hal ini laba menjadi kurang penting dibandingkan dengan kelangsungan hidup,
selama harga dapat mencukupi biaya variabel dan sebagian biaya tetap. Perusahaan
dapat terus berjalan, tetapi kelangsungan hidup hanyalah tujuan jangka pendek.
Dalam jangka panjang perusahaan ini harus dapat meningkatkan nilai-nilai lainnya.
Jika tidak ingin tersisih dan kalah dalam persaingan.
2. Laba Sekarang Maksimum
Jika perusahaan menginginkan laba sekarang maksimum, maka perusahaan harus
memperkirakan permintaan dan biaya, lalu membuat alternatif harga dan memilih
harga yang akan menghasilkan laba sekarang untuk pengembalian investasi yang
maksimum.
Beberapa masalah yang dihadapi perusahaan akan timbul, karena strategi ini
mengasumsikan bahwa perusahaan mempunyai fungsi permintaan dan biaya, padahal
dalam kenyataanya keduannya sukar untuk diperkirakan.
3. Pangsa Pasar Maksimum
Perusahaan memaksimalkan pangsa pasar dengan menurunkan harga, dengan harapan
unit penjualan akan meningkat.Keadaan ini mungkin terjadi jika pangsa pasar pun
akan menjadi maksimum. Ini juga menyebabkan laba meningkat karena berkurangnya
laba perunit.
4. Skimming Pasar Maksimum
Perusahaan menetapkan harga yang tinggi untuk beberapa pasar yang dipilih secara
selektif. Beberapa perusahaan yang mempunyai keunggulan kompetitif, terutama
untuk produk-produk barunya yang sangat kompetitif dibandingkan barang substitusi
yang tersedia dan menetapkan harga tinggi bagi segmen pasar tertentu.
5. Kepemimpinan Mutu Produk
Perusahaan mengarahkan unit produksinya untuk menjadi pemimpin dalam kualitas
produk di pasar dengan membuat barang yang bermutu tinggi kemudian menetapkan
harga yang tinggi atau harga barang yang lebih tinggi dibandingkan pesaingnya.
2.4.4 Memulai dan Menanggapi Perubahan Harga
Beberapa kemungkinan menyebabkan perusahaan menurunkan harga. Salah
satunya adalah kapasitas pabrik yang berlebihan. Perubahan tersebut memerlukan bisnis
tambahan dan tidak dapat menghasilkannya melalui peningkatan upaya penjualan,
perbaikan produk atau tindakan
kemungkinan jebakan.:
tindakan lainnya .Strategi penurunan harga mengadung
Menurut Kotler Keller ( 2007 ; 110 ) jebakan- jebakan tersebut adalah :
1. Jebakan mutu rendah
Konsumen akan menganggap bahwa mutu tersebut rendah.
2. Jebakan pangsa pasar rapuh.
Harga rendah merebut pangsa pasar, tetapi bukan kesetiaan pasar. Pelanggan
yang sama akan beralih ke setiap perusahan yang memberikan harga yang
lebih rendah yang datang kemudian.
3. Jebakan dompet tipis
Pesaing dengan harga yang lebih tinggi mungkin akanmenurunkan harganya
dan mungkin memiliki daya tahan yang lebih lama karena memiliki cadangan
tunai yang lebih banyak.
2.4.5 Memulai Kenaikkan Harga
Keadaan utama yang menyebabkan kenaikkan harga adalah inflasi biaya.
Kenaikkan biaya yang tidak diimbangi dengan kenaikkan produktivitas akan menekan
margin laba dan mengakibatkan perusahaan menaikkan harga berkali
kali. Perusahaan
sering menaikkan harganya lebih besar daripada kenaikkan biaya, sebagai antisipasi
terhadap inflasi selanjutnya atau pengendalian harga oleh pemerintah, dalam praktik yang
disebut penetapan harga antisipatif.
Faktor
faktor lain yang menyebabkan kenaikkan harga adalah permintaan yang
berlebihan. Apabila perusahaan tidah dapat memasok seluruh pelanggannya,perusahaan
tersebut dapat menaikkan harganya, menjatah pasokan pelanggan, atau keduannya.
Menurut Kotler
Keller ( 2007 ; 110 ) harga dapat dinaikkan dengan cara
cara
berikut, yaitu
1. Penundaan pengumuman harga ( delayed quatation pricing )
Perusahaan tersebut menetapkan harga akhir hingga produksi selesai atau
dikirimkan.
2. Klausa eskalator ( escalator clause )
Perusahaan tersebut mengharuskan pelanggan membayar harga hari ini dan
semua atau sebagian kenaikkan inflasi yang terjadi sebelum pengiriman.
3. Pemisahan bagian ( unbundling )
Perusahaan tersebut mempertahankan harganya, tetapi melepas atau
menetapkan harga tersendiri untuk satu atau beberapa elemen yang tadinya
merupakan bagian dari tawaran sebelumnya, seperti pengiriman dan
pemasangan gratis
4. Pengurangan diskon
Perusahaan tersebut memerintahkan tenaga penjualnya untuk tidak lagi
menawarkan diskon tunai dan diskon kuantitas seperti biasanya.
2.4.6 Metode Penentuan Harga Jual
Ada 3 metode penetapan harga jual menurut Mulyadi (2005 ; 348),yaitu :
1. Penentuan Harga Jual Normal ( Normal Pricing )
Dalam keadaan normal, manajer penentu harga jual memerlukan informasi biaya
penuh masa yang akan datang sebagai dasar penentuan harga jual produk atau jasa.
Metode penentuan harga jual normal sering kali disebut dengan istilah cost plus pricing,
karena harga jual ditentukan dengan menambah biaya masa yang akan datang dengan
suatu persentase mark up ( tambahan di atas jumlah biaya ) yang dihitung dengan formula
tertentu.
Harga jual produk atau jasa dalam keadaan normal ditentukan dengan formula
sebagai berikut :
Harga Jual = Taksiran biaya penuh + Laba yang diharapkan
Penentuan harga normal di bagi menjadi 2 bagian, yaitu :
a. Penentuan cost plus pricing
Cost
plus pricing adalah penentuan harga jual dengan cara menambahkan laba
yang diharapkan di atas biaya penuh masa yang akan datang untuk
memproduksi dan memasarkan produk.
b. Penentuan Harga Jual Waktu dan Bahan
Penentuan harga jual waktu dan bahan ini pada dasarnya merupakan cost
plus
pricing. Harga jual di tentukan sebesar biaya penuh ditambah dengan laba yang
diharapkan.
Volume jasa dihiting berdasarkan waktu yang diperlukan untuk melayani
customer, sehinga perlu dihitung harga jual per satuan waktu yang dinikmati oleh
customer.
Sedangkan volume bahan dan suku cadang yang diperlukan sebagai bahan
pelengkap penyerahan jasa dihitung berdasarkan kuantitas bahan dan suku cadang
yang diserahkan kepada customer, sehingga perlu dihitung harga jual per satuan
bahan dan suku cadang yang dijual kepada customer.
2. Penentuan harga jual dalam Cost-type Contract (Cost-type Contract Pricing )
Cost-type contract adalah kontrak pembuatan produk atau jasa yang pihak
pembeli setuju untuk membeli produk atau jasa pada harga yang didasarkan pada total
biaya yang sesungguhnya dikeluarkan oleh produsen ditambah dengan laba yang
dihitung sebesar persentase tertentu dari total biaya sesungguhnya tersebut.
Jika dalam keadaan normal, harga jual produk atau jasa yang akan di jual di masa
yang akan datang ditentukan dengan metode cost
plus pricing, berdasarkan biaya
taksiran biaya penuh sebagai dasar, dalam cost-type contract harga jual dibebankan
kepeda customer dihitung berdasarkan biaya penuh sesungguhnya yang telah
dikeluarkan untuk memproduksi dan memasarkan produk.
3. Penentuan harga jual pesanan khusus ( Special Order Pricing )
Pesanan khusus merupakan pesanan yang diterima oleh perusahaan di luar
pesanan reguler perusahaan. Biasanya customer melakukan pesanan ini meminta
harga di bawah harga jual normal, bahkan seringkali harga yang diminta oleh
customer berada di bawah biaya penuh, karena biasanya pesanan khusus mencakup
jumlah yang besar.
Dalam keadaan seperti ini, yang perlu dipertimbangkan oleh manajer penentu
harga jual adalah :
Pesanan reguler adalah pesanan yang dibebani tugas untuk menutup seluruh biaya
tetap yang akan terjadi dalam tahun anggaran. Dengan demikian jika manajer penentu
harga jual yakin bahwa seluruh biaya tetap dalam tahun anggaran akan dapat ditutup
oleh pesanan yang reguler, maka pesanan khusus dapat dibebaskan dari kewajiban
untuk memberikan kontribusi dalam menutup biaya tetap.
2.4.7 Metode Penetapan Harga
Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam penetapan harga menurut
Kotler Keller ( 2007 ; 93 ),yaitu :
2. Penetapan harga Mark up (Mark up Pricing)
Metode penetapan harga yang paling dasar adalah dengan menambahkan
mark up standar ke biaya produk perusahaan dan memberikan harga dengan
memperkirakan biaya total proyek serta menembahkan mark up standar sebagai laba
3. Penetapan harga berdasarkan sasaran pengembalian (Target-return Pricing)
Perusahaan menentukan harga yang akan menghasilkan tingkat pengembalian atas
investasi (ROI) yang diinginkan.
Harga sasaran pengembalian :
Biayaper unit
tingkatpengembalian yangdiinginkanx modalyangdiinvestasikan
Unit Penjualan
4. Penetapan harga berdasarkan nilai yang dipersepsikan (Perceived-value Pricing)
Semakin banyak perusahaan yang mendasarkan harga produk mereka nilai yang
dipersepsikan (Perceived-value). Mereka melihat persepsi nilai pembeli, bukan biaya
penjual sebagai biaya kunci untuk penetapan harga.
Mereka menginginkan beberapa variabel non harga dalam bauran pemasaran untuk
membentuk nilai yang dipersepsikan dalam pikiran pembeli. Kunci untuk penetapan
harga berdasarkan nilai yang dipersepsikan secara akurat menentukan persepsi pasar
atas nilai tawaran.
Penjual yang memandang nilai tawarannya terlalu tinggi akan menetapkan
harga yang terlalu tinggi bagi produknya. Sedangkan penjual dengan pandangan
terlalu rendah akan mengenakan harga yang lebih rendah daripada harga yang dapat
ditetapkan. Riset pasar dibutuhkan untuk membentuk persepsi pasar atas nilai sebagai
panduan dalam penetapan harga yang efektif.
5. Penetapan harga nilai (Value Pricing)
Perusahaan menetapkan harga yang cukup rendah untuk tawaran yang
bermutu tinggi. Penetapan harga nilai menyatakan bahwa harga harus
menggambarkan tawaran yang bernilai tinggi bagi konsumen.
6. Penetapan harga sesuai harga berlaku (Going-rate Pricing)
Dalam penetapan harga ini, perusahaan mendasarkan harganya terutama pada harga
pesaing. Perusahaan dapat mengenakan harga yang sama, lebih tinggi atau lebih
rendah daripada pesaing utamanya.
Penetapan harga sesuai harga berlaku cukup populer. Jika biaya sulit diukur
atau tanggapan pesaing tidak pasti, perusahaan berpendapat bahwa harga yang
berlaku merupakan pemecahan yang baik. Harga yang berlaku dianggap
mencerminkan kebijakan bersama industri sebagai harga yang akan menghasilkan
tingkat pengembalian investasi yang layak dan tidak membahayakan keselarasan
industri.
7. Penetapan harga penawaran tertutup (Sealed-bid Pricing)
Perusahaan menentukan harga berdasarkan perkiraannya tentang bagaimana pesaing
akan menetapkan harga dan bukan berdasarkan hubungan yang kaku dengan biaya
atau permintaan perusahaan.
2.4.8 Pedoman dalam Memilih Metode Penentuan Harga yang Tepat
Menurut Lupiyoadi dan Hamdani (2008 ; 107) metode atau taktik yang akan
dipilih perusahaan dalam penentuan harga sangat tergantung dari banyak hal, karena
memang tidak satu metode pun yang tepat untuk semua kondisi. Hal tersebut diantaranya
:
1. Besarnya anggaran iklan atau promosi yang diinginkan.
Jika anggaran promosi rendah mungkin karena harga barang atau jasa rendah. Untuk
meningkatkan promosi maka harga harus ditingkatkan.
2. Jenis Produk
Harga produk sebaiknya kompetitif.
3. Sasaran pangsa pasar
Pangsa pasar dan harga biasanya berbanding terbalik. Jika ingin pangsa pasar yang
tinggi maka harga harus rendah, begitu juga sebaliknnya.
4. Saluran pemasaran (Distribusi)
Semakin banyak tingkatan saluran pemasaran, maka harga yang ditetapkan semakin
tinggi.
5. Pandangan tentang laba
Jika perusahaan ingin menutupi biaya, maka harga awal hendaknya tinggi. Sementara
untuk memelihara penjualan jangka panjang maka harga hendaknya ditetapkan
rendah.
6. Keragaman atau keunikan produk
Produk yang mempunyai banyak fungsi dapat dikenakan harga yang tinggi dari pada
dengan produk satu fungsi.
8. Ada atau tidaknya jasa tambahan
Dalam produk ada kalanya kita menemukan jasa tambahan. Contoh instalasi dan
pelatihan.
9. Siklus hidup penggunaan produk
Produk yang tahan lama dapat dikenakan harga yang lebih tinggi dari pada produk
yang sekali pakai.
10. Amortisasi investasi
Penutupan investasi dapat dilakukan secara cepat dengan menetapkan harga yang
tinggi dari pada harga yang rendah.
11. Ancaman pesaing baru
Jika ancaman persaingan muncul, sebaiknya menetapkan harga yang rendah. Jika
tidak ada ancaman gunakan penentuan harga skimming.
2.4.9 Mengadaptasi Harga
Perusahaan biasanya tidak menetapkan harga tunggal, melainkan struktur
penetapan harga yang mencerminkan perbedaan berdasarkan permintaan dan biaya. Ada
beberapa strategi yang digunakan untuk dapat mengadaptasi harga menurut Alma ( 2005
; 179), yaitu :
1. Penetapan Harga per Wilayah Geografis (Geographical Pricing)
Yaitu melibatkan perusahaan dalam mengambil keputusan mengenai harga produk
bagi konsumen yang berada di berbagi tempat di seluruh negeri.
Lima strategi dalam penetapan harga per wilayah geografis :
a. Penetapan harga FOB
Penetapan harga dengan memperhitungkan biaya (FOB Origin Pricing) angkutan
sampai ke geladak kapal, dari geladak kapal sampai ke konsumen ditambah
dengan ongkos angkutnya.
b. Penetapan harga seragam (uniform deliverd pricing)
Perusahaan menjual barang ke pada konsumen di mana pun berada
dengan harga plus biaya angkutan yang sama besarnya.
c. Penetapan harga per wilayah (zone pricing)
Perusahaan menjual barang ke konsumen berdasarkan harga yang ditetapkan oleh
wilayah bersangkutan
d. Harga bertitik patokan (basing-point pricing)
Penetapan harga dimana penjual menunjuk suatu kota atau tempat sebagai
titik patokan, kemudian menambahkan kepada semua pembeli dengan biaya
angkutan dari kota tersebut ke tujuan masing-masing tanpa melihat apakah barang
dibeli benar-benar dikirimkan dari kota tadi.
e. Penetapan harga termasuk angkutan (freight absorption pricing)
Kesediaan penjual untuk dibebani seluruh atau sebagian dari biaya angkutan,
dengan maksud dapat memasarkan barangnya pada pelanggan khusus atau pada
daerah tertentu yang inginkan penjual.
2. Potongan Harga dan Imbalan Khusus (Price Discounts Allowances)
a. Potongan Tunai (cash discount)
Pengurangan harga jual bagi pembeli yang membayar barangnya tepat atau
mendahului waktu yang telah ditentukan.
b. Potongan Kuantitas (quantity discounts)
Pengurangan harga jual bagi pembeli yang telah membeli dalam jumlah besar dan
melebihi jumlah yang ditetapkan untuk potongan.
c. Potongan Fungsional (functional discounts)
Potongan yang diberikan karena perantara menjalankan fungsi perusahaan.
d. Potongan Musiman (seasional discounts)
Merupakan pengurangan bagi siapa saja yang membeli barang pada musimmusim sepi. Potongan ini memungkinkan penjual menjaga stabilitas produksinya
selama periode tertentu.
e. Imbalan Khusus (allowances)
Imbalan yang diberikan kepada siapa saja yang membeli barang baru dengan
membawa barang yang lama.
3. Harga Promosi (Promotional Pricing)
a. Penetapan Harga Tumbal (loss-leader pricing)
Penetapan harga yang dilakukan dengan membanting harga produk bermerek
dengan tujuan menarik pengunjung. Tetapi, tetap menggunakan merek produsen.
b. Penetapan Harga Khusus (special event pricing)
Penjual menetapkan harga khusus dalam musim-musim tertentu untuk menarik
konsumen.
c. Potongan Tunai (cash discounts)
Potongan harga yang ditawarkan kepada konsumen yang ingin membeli barang
kepada dealer selama jangka waktu tertentu secara tunai.
d. Harga dengan Suku Bunga yang Rendah (low-interest financing)
Penawaran kepada konsumen (pembelian secara kredit atau cicilan) dengan
tingkat suku bunga yang rendah. Biasanya konsumen atau pembeli mobil.
e. Penetapan Harga Promosi dengan Pelayanan dan Jaminan (warranties and service
contract)
Penjualan dengan memberikan jaminan pelayanan atau garansi.
f. Potongan Psikologis (phychological discounting)
Merupakan teknik harga promosi, dimana penjual memasang harga semu yang
tinggi dan menawarkan harga lain yang lebih rendah.
4. Penetapan Harga Diskriminasi (Discriminatory Pricing)
Penetapan harga ini terjadi bila perusahaan menjual barang atau jasa yang berbedabeda,
Berbagai bentuk penetapan harga diskriminasi, yaitu
a. Berdasarkan Segmen Konsumen (customer-segment pricing)
Produk atau jasa yang sama diberi harga berbeda-beda untuk kelompok konsumen
yang berbeda-beda pula.
b. Bentuk Produk (product-form pricing)
Produk yang sama diberi sedikit perbedaan harga karena dihargai berlainan dan
tidak proporsional dengan perbedaan biayannya.
c. Berdasarkan Citra (image pricing)
Memberikan harga yang berbeda karena perbedaan dalam citra produk tersebut
terhadap konsumen.
d. Berdasarkan Tempat (location pricing)
Produk atau jasa ditempat berbeda akan ditawarkan dengan harga berbeda pula,
walaupun biaya untuk pemasaran di tempat-tempat tersebut tidak berbeda sebesar
perbedaan harga jual.
e. Berdasarkan Waktu (time pricing)
Penetapan harga menurut musim, waktu, atau jam.
5. Penetapan Harga Bauran Produk (Product-Mix Pricing)
a. Penetapan Harga Line Produk (product line pricing)
Perusahaan mengembangkan line produk lebih dari satu mata produk secara
tersendiri,harga line produk tersebut bervariasi.
b. Penetapan Harga Produk Opsional (optional-feature pricing)
Perusahaan yang menawarkan produk atau ciri opsional di samping produk
pokoknya.
c. Penetapan Harga Produk Yang Saling Menarik (captive-product pricing)
Penetapan harga terhadap barang-barang yang penggunaannya bersama-sama
dengan barang lain.
d. Penetapan Harga Dua Bagian (two part pricing)
Penetapan harga yang sering digunakan oleh penjual jasa dengan dua macam tarif.
e. Penetapan Harga Produk Sampingan (by product pricing)
Harga yang ditetapkan terhadap produk sampingan selain produk pokok, yang
nilainya hanya sekedar penutup biaya atau sedikit menambah keuntungan.
f. Penetapan Harga Sebundel Produk (product-bunding pricing)
Seperangkat produk atau jasa yang ditawarkan dengan harga labih rendah
daripada ditawarkan secara terpisah-pisah.
2.5
Pengertian Diskon
Ada beberapa pengertian mengenai diskon dan potongan harga yang diungkap
oleh beberapa ahli, diantaranya adalah Kotler yang dikutip oleh Molan (2005:299)
bahwa pengertian diskon yaitu :
Pengurangan langsung dari harga barang pada pembelian selama suatu
periode waktu yang dinyatakan.
Sedangkan menurut Tjiptono (2007 ; 166) adalah :
Diskon merupakan potongan harga yang diberikan oleh penjual kepada
pembeli sebagai penghargaan atas aktivitas tertentu dari pembeli yang
menyenangkan bagi penjual.
2.5.1 Alasan Perusahaan Memprakarsai diskon
Perusahaan mengadakan pemotongan harga karena:
1. Kelebihan kapasitas
2. Merosotnya bagian pasar akibat makin ketatnya persaingan
3. Untuk mengunggulkan pasar melalui struktur biaya yang lebih rendah
Perusahaan pemimpin pasar (market leader) sering diserang secara gencar oleh
perusahaan kecil dengan mengadakan pemotongan harga yang cukup merepotkan
perusahaan pemimpin pasar tersebut.
2.5.2 Jenis-Jenis Kebijakan Diskon
Jenis-jenis kebijakan diskon menurut Kotler yang dialihbahasakan oleh Hendra
Teguh (2003:53), ada empat bentuk diskon, yaitu:
1. Diskon Kuantitas
Merupakan potongan harga yang diberikan guna mendorong konsumen agar membeli
dalam jumlah yang lebih banyak, sehingga meningkatkan volume penjualan secara
keseluruhan. Selain itu, diskon kuantitas juga dapat memberikan manfaat berupa
penurunan unit cost sebagai akibat pesanan dan produk dalam jumlah besar.
Diskon kuantitas terdiri atas dua jenis, yaitu
a. Diskon Kuantitas Kumulatif
Diskon kuantitas kumulatif diberikan kepada konsuman yang membeli barang
selama periode tertentu, misalnya terus-menerus selama satu tahun. Adanya
diskon ini menyebabkan konsumen akan terikat pada penjual selama periode
tersebut apabila mengharapkan potongan.
b. Diskon Kuantitas Non Kumulatif
Diskon kuantitas non kumulatif didasarkan pada pesanan pembelian secara
individual. Potongan ini lebih menekankan usaha merangsang pembelian dalam
jumlah besar pada satu kali pembelian daripada serangkaian pembelian.
2. Diskon Musiman
Adalah potongan harga yang diberikan hanya pada masa-masa tertentu saja. Diskon
musiman digunakan untuk mendorong konsumen agar membeli barang-barang yang
sebenarnya baru akan dibutuhkan beberapa waktu mendatang. Dengan demikian,
diskon musiman berpengaruh pada pola pembelian konsumen, sehingga fungsi
persediaan atau penyimpanan bergeser ke tangan konsumen.
Bagi konsumen, diskon musiman memberikan beberapa manfaat, yaitu
a. Harga produknya murah.
b. Mereka bisa belanja dengan lebih leluasa dan terhindar dari antri panjang yang
biasa terjadi bila mereka berbelanja pada musim ramai .
c. Biasanya pada hari-hari menjelang hari H konsumen telah berbelanja jauh-jauh
hari sebelumnya, maka ia akan terhindar dari situasi itu.
3. Diskon Kas (Cash Discount)
Melalui cara ini pembeli memperoleh manfaat berupa lebih singkatnya jangka waktu
perputaran dana. Akan tetapi, ini memberatkan para penjual karena dananya terikat
pada piutang dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena itu, penjual akan berusaha
mengurangi jumlah kredit. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan jalan
menawarkan cash discount, yang merupakan potongan yang diberikan apabila
pembeli membayar tunai barang-barang yang dibelinya atau membayarnya dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian transaksi (termin penjualan / sales
term).
4. Trade (functional) Discount
Trade discount diberikan oleh produsen kepada penyalur (wholesaler and retailer)
yang terlibat dalam pendistribusian barang dan pelaksanaan fungsi-fungsi tertentu,
seperti penjualan, penyimpanan, dan record keeping.
Ada bentuk jenis-jenis allowance yang biasa digunakan, yaitu:
a. Trade-in Allowance
Merupakan potongan harga yang diberikan dalam sistem tukar-tambah.
b. Promotional Allowance
Diberikan kepada setiap penjual dalam jaringan distribusi perusahaan yang
melakukan
aktivitas
periklanan
atau
penjualan
tertentu
yang
dapat
mempromosikan produk produsen.
c. Product Allowance
Adalah potongan harga yang diberikan kepada para pembeli yang bersedia
membeli barang dalam kondisi tidak normal.
2.6
Penjualan
Penjualan merupakan suatu kegiatan yang penting dalam suatu perusahaan,
karena kegiatan penjualan merupakan suatu kunci keberhasilan.
Menurut Swastha (2001:8) pengertian penjualan adalah sebagai berikut :
Menjual adalah sebagai ilmu dan beberapa yang lain menyebutnya sebagai
seni dan masalah etik dalam penjualan atau ilmu dan seni mempengaruhi
pribadi yang dilakukan oleh penjual untuk mengajak orang lain agar
bersedia membeli barang atau jasa yang ditawarkannya, atau suatu
pertukaran barang dan jasa antara penjual dan pembeli dengan alat tukar
berupa uang .
Definisi kegiatan penjualan menurut Arrens dan Loebbecke (2003:398)
sebagai berikut:
The sales and collection involves the decisions and processes necessary for the
transfer of the ownership of goods and service to costumer and ends with the
conversation of material service into an account receivable and ultimatelyinto
cash.
Dengan demikian penjualan merupakan suatu kegiatan transaksi yang
melibatkan kegiatan pengiriman barang dan jasa untuk ditukar dengan uang atau senilai
dengan uang, yang dicatat dan dilaporkan secara kuantitatif.
2.7
Volume Penjualan
Tujuan utama setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya
adalah meningkatkan volume penjualan yang dihasilkan oleh perusahaan. Beberapa
definisi volume penjualan menurut para ahli adalah sebagai berikut.
Menurut Hartson dan Stapelton (2005:185) memaparkan tentang definisi volume
penjualan, bahwa :
Volume penjualan adalah pencapaian penjualan yang dinyatakan dalam bentuk
kuantitatif, dari segi fisik atau volume.
Volume penjualan menurut Winardi (2003:350) mengemukakan bahwa :
Volume penjualan adalah hasil penjualan yang dinyatakan dalam bentuk
kualitatif, inditora atau volume.
Pengertian volume penjualan menurut Horngren, Foster dan Datar yang dikutip
oleh Basu Swastha (2004:58) yaitu :
Volume penjualan merupakan ukuran aktivitas perusahaan yang berhubungan
dengan kapasitas dalam satuan uang atau unit produk dimana manajemen akan
berusaha untuk mempertahankan volume yang menggunakan kapasitas yang ada
dengan sebaik mungkin.
Sedangkan menurut Basu Swastha (2004 : 65) mengemukakan tentang volume
penjualan sebagai berikut :
Volume penjualan merupakan penjualan bersih dari laporan laba perusahaan.
Penjualan bersih diperoleh melalui hasil penjualan seluruh produk (produk lini)
selama jangka waktu tertentu, dan hasil penjualan
yang dicapai dari market
share (pangsa pasar) yang merupakan penjualan potensial, yang dapat terdiri
dari kelompok teritorial dan kelompok pembeli selama jangka waktu tertentu.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa volume penjualan
merupakan hasil total penjualan dan salah satu tugas pokok bagi perusahaan yang
bergerak dalam bidang penyediaan kebutuhan konsumen
barang atau jasa yang diterima atau akan diterima
baik produk berupa
oleh perusahaan dalam
periode tertentu, sehingga perusahaan perlu merencanakan tindakan-tindakan yang
sistematik untuk memperlancar bauran produk yang ditawarkan kepada konsumen
yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan
volume penjualan.
Pengertian volume penjualan pun dikemukakan oleh B. N. Marbun dalam
bukunya Kamus Manajemen (2003:225) menyatakan bahwa:
Volume penjualan adalah jumlah total barang yang terjual oleh perusahaan dalam
jangka waktu tertentu.
Disini pihak manajemen akan membutuhkan informasi yang berkaitan dengan
tingkat penjualan produk, yaitu dimana produk yang terjual dengan baik dan produk
mana yang memerlukan tambahan promosi.
2.7.1 Komponen Volume Penjualan
Volume penjualan merupakan faktor terpenting yang dapat mempengaruhi besar
atau kecilnya komponen modal kerja. Suatu perusahaan menanamkan sebagian
dananya dalam bentuk modal kerja maka dari itu hasil penjualan diperlukan untuk
menunjang kegiatan operasional yang bertumpu pada kegiatan penjualan.
Basu Swastha (2004:141). mengatakan bahwa dalam menganalisa volume
penjualan, manajer dapat membandingkan :
-
Hasil penjualan
-
Sasaran atau target penjualan.
Menurut
Philip
Kotler
yang
dikutip
oleh
Basu
Swastha
(2004:182),
menyimpulkan bahwa :
Ada beberapa indikator dari volume penjualan yaitu tercapainya target dan
peningkatan jumlah keuntungan.
Volume penjualan yang diperoleh suatu perusahaan didasarkan pada
hasil penjualan dan target penjualan yang setiap waktu akan
realisasi
cenderung
mengalami perubahan sesuai dengan kondisi dari perusahaan itu
sendiri. Setiap
perusahaan dalam kegiatan penjualannya akan dipengaruhi
oleh beberapa
faktor, antara lain seperti kemampuan perusahaan, kondisi pasar, modal dan lain
sebagainya.
2.8
Pengaruh Penetapan Harga Diskon Terhadap Volume Penjualan
Volume penjualan sangat bermanfaat dalam evaluasi dan pengendalian kegiatan
pemasaran suatu perusahaan. Dimana dalam mengevaluasi dan mengendalikan
kegiatan suatu perusahaan, pihak manajemen membutuhkan informasi yang berkaitan
dengan tingkat penjualan produk suatu perusahaan, sehingga dengan mengetahui
volume penjualan maka pihak manajemen perusahaan tersebut akan dapat mengetahui
produk mana yang terjual dengan baik dan produk mana yang memerlukan tambahan
promosi.
(Olson 2000 ; 220) menjelaskan bahwa dari sudut pandang konsumen, harga
biasanya didefinisikan sebagai apa yang harus diserahkan konsumen untuk membeli
suatu produk atau jasa. Selain itu, harga seringkali digunakan sebagai indikator nilai
bilamana harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu barang
atau jasa. Karenanya kita dapat dikatakan bahwa harga merupakan elemen yang sangat
penting dalam proses pertukaran.
Tercapainya target penjualan dalam suatu perusahaan akan memberikan
kontribusi terhadap perolehan keuntungan atau laba, sehingga kelangsungan
hidup
perusahaan dapat terus berjalan. Oleh sebab itu dalam setiap perusahaan diperlukan
kemampuan manajemen yang baik agar dapat mempertahankan
bahkan meningkatkan
tingkat volume penjualan produk
Pemberian harga diskon biasanya diikuti oleh peningkatan penjualan dan kecil
kemungkinan apabila pemberian harga diskon dapat menurunkan penjualan dengan
ketentuan waktu yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Seperti pada hari
raya Idul Fitri dimana banyak masyarakat membutuhkan berbagai macam barang, begitu
pula yang dirasakan oleh PT. Serasi Auto Raya dalam menyewakan kendaraan yang
mengalami kenaikan rata-rata hingga 35% (wawancara dengan sales manager) karena
permintaan masyarakat untuk mudik. Oleh karena itu apabila ingin meningkatkan dan
mencapai penjualan yang menguntungkan, salah satu cara yang dapat dilaksanakan
adalah memberikan harga diskon, jadi bahwa harga diskon mempunyai pengaruh dalam
peningkatan volume penjualan.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa harga diskon pada dasarnya
bertujuan untuk meningkatkan volume penjualan dengan kegiatan-kegiatan yang tepat
menurut perusahaan.
Download