BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Keju merupakan salah satu produk fermentasi dari susu yang banyak dikonsumsi masyarakat. Keju diperoleh dari basil penggumpalan protein susu sapi oleh bakteri asam laktat atau enzim renin (Vedemuthu & Waseham, 1983). Selain itu susu sapi juga banyak digunakan sebagai bahan pembuatan makanan atau minuman lain seperti yoghurt, mentega, dan es krim. Kandungan asam lemak jenuh ("saturated fatty acid") yang tinggi pads susu sapi menyebabkan keju dari bahan baku tersebut tidak dapat dikonsumsi oleh orang yang memiliki penyakit hipertensi dan kadar kolesterol yang tinggi karena akan meningkatkan penimbunan menyebabkan lemak dalam "stroke" darah dan (Linder,1992). akibatnya Alasan bisa tersebut menyebabkan timbulnya pemikiran untuk mencari bahan alternatif lain sebagai pengganti susu untuk pembuatan keju. Penggunaan bahan alternatif ini juga bisa menjadi penambahan variasi makanan di Indonesia. Kedelai (Glycine max) dapat menjadi bahan pengganti susu karena memiliki faktor penting dalam proses pembuatan keju, yaitu kadar protein yang tinggi dan bersifat globular sehingga dapat mengalami penggumpalan pads tahap pembentukan dadih. Kadar protein pads kedelai seldtar 44,1% (De lieu, 1995), lebih besar daripada susu sapi yaitu 36% (Adriansyah, 1994). Selain itu kedelai tidak memiliki kandungan kolesterol yang 2 kedelai hampir seluruhnya merupakan asam lemak talc jenuh (" unsaturated fatty acid") yang memiliki rantai asam lemak lebih pendek dibandingkan lemak pada susu sapi, sehingga lebih mudah diuraikan dalam proses pembakaran energi (Linder, 1992). Pembuatan keju kedelai sudah cukup banyak dilakukan. Namun basil yang diperoleh kurang memuaakan karena munculnya rasa khas kedelai seperti langu, kelat dan pahit sehingga cita rasa keju kedelai kurang berkembang (Sparingga, 2000). Hal ini disebabkan pembuatan keju kedelai ini hanya menggunakan bakteri laktat seperti Streptococcus lactis, S. thermophilus, Lactobacillus plantarum, dan L. bulgaricus dalam pemeramannya. Bakteri laktat memiliki aktivitas proteolitik yang tinggi, tetapi aktivitas lipolitiknya rendah. Lipolisis merupakan faktor yang mempengaruhi reaksi biokimia untuk pengembangan rasa melalui penguraian asam lemak sehingga dapat menghilangkan bau langu dari kedelai (Sparingga, 2000), jika menggunakan kedelai sebagai bahan baku pembuatan keju. Aktivitas lipotitikk ini dimiliki oluh jamur Penicillium roqueforti yang digunakan dalam pembuatan keju "blue cheese" dengan bahan baku susu sapi (Marth, 1994). Setain itu keju yang beredar di pasaran saat ini lebih banyak mcrupakan keju yang dihasilkan hanya dari proses fermentasi oleh bakteri laktat. Keju yang dihasilkan dari basil fermentasi oleh bakteri laktat dan jamur jarang ditemukan dan harganya lebi, mahal dibandingkan dengan keju basil fermentasi asam laktat saja. Berdasarkan pemikiran tersebut maim dilakukan penelitian ini dengan harapan memperoleh keju yang memiliki kadar protein tinggi, kadar lemak rendah serta memiliki cita