pketerlambatan pemberitahuan kepada kppu atas pengambilalihan

advertisement
1 PKETERLAMBATAN PEMBERITAHUAN KEPADA KPPU ATAS
PENGAMBILALIHAN SAHAM PT. SUBAFOOD PANGAN JAYA OLEH PT.
BALARAJA BISCO PALOMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN
USAHA
(Studi Kasus: Putusan Mahkamah Agung Nomor 95 K/Pdt.Sus-KPPU/2015)
Penulis: Grace Intan Permatasari
NPM: 13100058
Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta
Email: [email protected]
Abstract
The Majoring of Economy on Certain gramp in the bussiness activity can be through
Accuisation. Accuisation is often chosen by the bussinessmen because there are still Both
Companies or more, with the different owner of shares. Accuisation has to pay attention the
asset value and the selling value of both companies, if there is more value, it must be
informed to the Bussines Competition Supervisory Commision (KPPU)not more than 30
days. The aim of the law experiment is to know accuisation process according to the law
Number 5 Chapter 29 in 1999-Juncto Chapter 5 Peraturan Pemerintah Number 57 in 2010
and to know the effort which is done by PT Balaraja Bisco Paloma on KPPU’s decision
Number 02/KPPU-M/2014. The kinds of the experiment is the normative experiment. The
experiment typical is descriptive. The data source of the experiment uses the secunder data.
The data Collection method uses the document study method, the data collection method is
got through the data examination scene, the data Classification and the data systematic. The
used data analysis tehnic is the Qualitative analysis. The accuisation process of PT Subafood
pangan Jaya by PT Balaraja Bisco Paloma has disobied chapter 29 law No 5 in 1999-Juncto
Chapter 5 Peraturan pemerintah Number 57 in 2010. The effort which is done by PT
Balaraja Bisco Paloma on the Commision decisation Number 02/KPPU-M/2014 is to apply
the weight to Tangerang City Court the Kasasi effort to the Comcil, But the weight effort and
the kasasi effort was refused by Judge, So PT Balaraja Bisco Paloma ust do the decision of
KPPU Number 02/KPPU-M/2014.
Keyword :Accuisation, Act Number 5 Year 1999 on Bons of Monopoly Practice and Unfair
Bussiness Competition, Bussines Competition Supervisory Commision (KPPU)
2 A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Era Globalisasi saat ini, persaingan usaha dalam pasar perdagangan
semakin ketat. Perusahaan dituntut untuk selalu mengembangkan strategi dan
menciptakan inovasi-inovasi baru untuk mempertahankan eksistensinya di dunia
pasar. Penguasaan sumber ekonomi dan pemusatan kekuatan ekonomi pada
suatu kelompok atau golongan tertentu dalam suatu kegiatan usaha dapat melalui
Pengambilalihan Saham (akusisi). Pengambilalihan Saham (akusisi) lebih sering
dipilih oleh pelaku usaha karena di dalam akusisi kedua perusahaan atau lebih
yang menyatukan diri tetap ada, hanya saja terjadi perubahan kepemilikan
saham, jadi dengan akuisisi, tidak ada perusahaan yang lenyap dan tidak ada
perusahaan yang terbentuk akibat dari setelah tindakan akuisisi tersebut. Dalam
Pengambilalihan Saham (akusisi) harus memperhatikan nilai aset dan nilai
penjualan gabungan kedua perusahaan tersebut, apabila nilai aset dan nilai
penjualan gabungan melebihi dari ketentuan yang berlaku maka harus segera
diberitahukan kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha paling lama 30 hari.
Salah satu perusahaan yang melakukan pengambilalihan saham (akuisisi)
adalah PT Balaraja Bisco Paloma, yang mengambil alih saham milik PT
Subafood Pangan Jaya. PT Subafood Pangan Jaya merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang perindustrian, dan perdagangan. PT Subafood Pangan Jaya
merupakan perusahaan yang berdiri tahun 2012 yang memiliki saham 99,375
persen saham PT Andalan Agro Makmur dan 0,625 persen saham Tn. Teddy
Tjokrosapoetro.
Pengambilalihan saham (akuisisi) PT Balaraja Bisco Paloma oleh PT
Subafood pangan Jaya nilai aset telah melebihi ketentuan yang ditetapkan
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengenai kewajiban
pemberitahuan pengambilalihan saham, sehingga PT Balaraja Bisco Paloma
wajib melakukan pemberitahuan tentang adanya pengambilalihan saham
(akuisisi) kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) paling lambat 30
hari kerja sejak tanggal berlaku secara yuridis pengambilalihan saham (akuisisi)
tersebut.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang yang telah diuraikan, maka dirumuskan
masalah yang dikaji yaitu Bagaimana Proses Pengambilalihan Saham (akuisisi)
menurut Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999-Juncto Pasal 5
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010? dan Bagaimana upaya yang
dilakukan oleh PT Balaraja Bisco Paloma dengan adanya Putusan Komisi
Pengawas Persaingan Usaha Nomor: 02/KPPU-M/2014?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari Penelitian hukum ini adalah untuk mengetahui Proses
Pengambilalihan Saham (akuisisi) menurut Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5
3 Tahun 1999-Juncto Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 dan
mengetahui upaya yang dilakukan oleh PT Balaraja Bisco Paloma dengan
adanya Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor: 02/KPPU-M/2014.
4. Tinjauan Pustaka
a. Tinjauan umum tentang Hukum Persaingan Usaha
Hukum persaingan usaha adalah hukum yang mengatur tentang
interaksi perusahaan atau pelaku usaha di pasar, sementara tingkah laku
perusahaan ketika berinteraksi dilandasi atas motif-motif ekonomi.(Andi
Fahmi, 2010:21). Pengertian persaingan usaha secara yuridis selalu
dikaitkan dengan persaingan dalam ekonomi yang berbasis pada pasar,
dimana pelaku usaha baik perusahaan maupun penjual secara bebas
berupaya untuk mendapatkan konsumen guna mencapai tujuan usaha
atau perusahaan tertentu yang didirikannya.(Budi Kagramanto, 2010:57)
Dasar Hukum Persaingan Usaha Secara yuridis konstitusional,
kebijakan dan pengaturan hukum persaingan usaha didasarkan kepada
ketentuan dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar Tahun 1945, yang
mengamanatkan tidak pada tempatnya adanya monopoli yang merugikan
masyarakat dan persaingan usaha yang tidak sehat.(Rachmadi Usman,
2013:62). Secara tidak langsung pemikiran tentang demokrasi ekonomi
telah tercantum dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar Tahun 1945,
dimana demokrasi memiliki ciri khas yang proses perwujudannya
diwujudkan oleh semua anggota masyarakat untuk kepentingan seluruh
masyarakat, dan harus mengabdi kepada kesejahteraan seluruh rakyat.
Tujuan Hukum Persaingan Usaha adalah Memelihara kondisi
Kompetisi yang Bebas (maintenance of free competition),Mencegah
penyalahgunaan kekuatan ekonomi (prevention of abuse of economic
power). (Arie Siswanto, 2002:16)
b. Tinjauan umum tentang Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Status dan Keanggotaan Komisi Pengawas Persaingan Usaha
(KPPU)Pasal 30 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat, dinyatakan bahwa status KPPU adalah suatu lembaga independen
yang terlepas dari pengaruh dan kekuasaan Pemerintah serta pihak lain.
Dalam melaksanakan tugasnya, KPPU bertanggung jawab kepada
Presiden. Walaupun demikian, KPPU tetap bebas dari pengaruh dan
kekuasaan Pemerintah, sehingga kewajiban untuk memberikan laporan
adalah semata-mata merupakan pelaksanaan prinsip administrasi yang
baik.
Tugas Komisi Pengawas Persaingan Usaha terdapat dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yaitu Melakukan penilaian
terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat, Melakukan penilaian
4 terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha
tidak sehat, dan Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang Komisi.
Tahapan Tata Cara Penanganan Perkara di Komisi Pengawas
Persaingan Usaha adalahPemeriksaan atas laporan dan Pemeriksaan Atas
Dasar Inisiatif KPPU. Pemeriksaan atas laporan adalah pemeriksaan
yang dilakukan karena adanya laporan dari pelaku usaha yang merasa
dirugikan ataupun dari masyarakat/konsumen. Kemudian KPPU
menetapkan mejelis komisi yang bertugas memeriksa, menyelidiki
pelaku usaha yang dilaporkan.Pemeriksaan Atas Dasar Inisiatif KPPU.
Pemeriksaan atas dasar inisiatif KPPU adalah pemeriksaan yang
didasarkan atas adanya dugaan atau indikasi pelanggaran terhadap
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
c. Tinjauan umum tentang Pengambilalihan saham (akuisisi)
Pengertian Pengambilalihan saham (Akuisisi) adalah cara
mengembangkan perseroan yang sudah ada atau menyelamatkan
Perseroan yang sedang mengalami kekurangan atau kesulitan modal.
Akuisisi adalah serapan dari kata bahasa inggris acquistion artinya
mengambil alih, menguasai atau memperoleh. Seperti dalam Pasal 1
angka 3 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 tentang
Penggabungan,
Peleburan,
dan
Pengambilalihan
Perseroan
Terbatasditentukan bahwa Pengambilalihan adalah perbuatan hukum
yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk
mengambil alih, baik seluruh ataupun sebagian besar saham perseroan
yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan
tersebut. (Abdulkadir, 2002: 135)
Pemberitahuan Pengambialihan Saham (Akuisisi) kepada
KPPU Pelaku usaha wajib melakukan pemberitahuan penggabungan,
peleburan, dan pengambilalihan kepada Komisi Pengawas Persaiangan
yang diatur dalam Pasal 5 sampai dengan 8Peraturan Pemerintah
Nomor 57 tahun 2010 tentang Penggabungan atau Peleburan Badan
Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang dapat
mengakibatkan terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat, yaitu Penggabungan Badan Usaha, Peleburan Badan
Usaha, atau Pengambilalihan saham perusahaan lain yang berakibat
nilai aset dan/atau nilai penjualannya melebihi jumlah tertentu wajib
diberitahukan secara tertulis kepada Komisi paling lama 30 (tiga
puluh) hari kerja sejak tanggal telah berlaku efektif secara yuridis
Penggabungan Badan Usaha, Peleburan Badan Usaha, atau
Pengambilalihan saham perusahaan.Jumlah tertentu terdiri atas:
a) nilai aset sebesar Rp2.500.000.000.000,00 (dua triliun lima ratus
miliar rupiah); dan/atau
5 b) nilai penjualan sebesar Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun
rupiah.
Nilai aset dan/atau nilai penjualan dihitung berdasarkan
penjumlahan nilai aset dan/atau nilai penjualan dari:
a) Badan Usaha hasil Penggabungan, atau Badan Usaha hasil
Peleburan, atau Badan Usaha yang mengambilalih saham
perusahaan lain dan Badan Usaha yang diambilalih; dan
b) Badan Usaha yang secara langsung maupun tidak langsung
mengendalikan atau dikendalikan oleh Badan Usaha hasil
Penggabungan, atau Badan Usaha hasil Peleburan, atau Badan
Usaha yang mengambilalih saham perusahaan lain dan Badan
Usaha yang diambilalih.
Dalam hal Pelaku Usaha tidak menyampaikan pemberitahuan
tertulis, Pelaku Usaha dikenakan sanksi berupa denda administratif
sebesar Rp1.000.000.000,00(satu miliar rupiah) untuk setiap hari
keterlambatan, dengan ketentuan denda administratif secara
keseluruhan paling tinggi sebesar Rp25.000.000.000,00 (dua puluh
lima miliar rupiah).
Kewajiban menyampaikan pemberitahuan secara tertulis tidak
berlaku bagi Pelaku Usaha yang melakukan Penggabungan Badan
Usaha, Peleburan Badan Usaha, atau Pengambilalihan saham
antarperusahaan yang terafiliasi.
B. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian hukum yang digunakan adalah penelitian hukum
normatif dimana penelitian ini berfokus pada norma hukum positif berupa
perundang-undangan
2. Sifat Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu
penelitian yang bertujuan memperoleh pemaparan secara lengkap, rinci, jelas
dan sistematis tentang beberapa aspek yang diteliti pada undang-undang,
peraturan pemerintah, atau objek kajian lainnya
3. Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
data yang diperoleh dari studi kepustakaan, yang meliputi bahan hukum
Primer adalah Undang-Undang, bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum
yang memberi penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti misalnya,
Rancangan Undang-Undang , hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan
hukum dan seterusnya. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan
petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder
4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Studi Kepustakaan atau Studi Dokumen.
6 5. Metode Pengolahan Data
Metode pengumpulan data diperoleh melalui tahapan pemeriksaan
data, klasifikasi data, sistematika data.
6. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis secara
kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan dengan cara mengkonstruksikan data
dalam bentuk uraian kalimat yang tersusun secara sistematis sesuai dengan
pokok bahasan dalam penelitian ini, sehingga memudahkan untuk dimengerti
guna menarik kesimpulan tentang masalah yang diteliti.
C. Hasil dan Pembahasan
1. Proses Pengambilalihan Saham (akuisisi) menurut Pasal 29 UndangUndang Nomor 5 Tahun 1999-Juncto Pasal 5 Peraturan Pemerintah
Nomor 57 Tahun 2010.
PT Balaraja Bisco Paloma sebagai badan Pengambilalih dan PT
Subafood Pangan Jaya sebagai Badan usaha yang diambilalih. Berdasarkan
dari kedua peraturan perundang-undangan dan Peraturan Pemerintah yaitu
Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999- Juncto Pasal 5 Peraturan
Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 tersebut pengambilalihan saham (akusisi)
yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat yang berakibat nilai aset gabungannya melebihi Rp.
2.500.000.000.000,-(dua triliun lima ratus miliar rupiah) dan nilai penjualan
gabungannya melebihiRp. 5.000.000.000.000,- (lima triliun rupiah) wajib
diberitahukan kepada Komisi selambat-lambatnya 30 hari kerja sejak secara
yuridis pengambilalihan saham (akuisisi).
Pengambilalihan Saham (Akuisisi) PT Balaraja Bisco Paloma
terhadap PT Subafood Pangan Jaya tidak terbukti berpotensi menimbulkan
Praktik Monopoli dan atau Persaingan Usaha Tidak Sehat berdasarkan
Pendapat
Komisi
Pengawas
Persaingan
Usaha
Nomor
30/KPPU/PDPT/XI/2013, namun PT Balaraja Bisco Paloma wajib
menyampaikan Pemberitahuan kepada KPPU karena Nilai Aset Gabungan
melebihi batas Rp. 2.500.000.000.000,-(dua triliun lima ratus miliar rupiah).
Berdasarkan Laporan keterlambatan Pemberitahuan nilai aset
gabungan hasil Pengambilalihan Saham dihitung hingga BUIT adalah
sebesar Rp. 4.403.235.992.422 (Empat Triliun Empat Ratus Tiga Miliar Dua
Ratus Tiga Puluh Lima Juta Sembilan Ratus Sembilan Puluh Dua Ribu
Empat Ratus Dua Puluh Dua Rupiah) dan nilai penjualan gabungan hasil
Pengambilalihan Saham dihitung hingga BUIT adalah sebesar Rp.
2.039.941.865.162 (Dua Triliun Tiga Puluh Sembilan Miliar Sembilan Ratus
Empat Puluh Satu Juta Delapan Ratus Enam Puluh Lima Ribu Seratus Enam
Puluh Dua Rupiah). Nilai aset gabungan PT Balaraja Bisco Paloma melebihi
batasan tertentu.
Berdasarkan Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010
diatur bahwa kewajiban menyampaikan pemberitahuan secara tertulis tidak
berlaku bagi Pelaku Usaha yang melakukan Penggabungan Badan Usaha,
7 Peleburan Badan Usaha, atau Pengambilalihan saham antar perusahaan yang
terafiliasi.PT Balaraja Bisco Paloma tidak terafiliasi dengan PT Subafood
Pangan Jaya karena PT Balaraja Bisco Paloma dimiliki oleh PT Tiga Pilar
Sejahtera Food, Tbk, dan PT Subafood Pangan Jaya dimiliki oleh PT
Andalan Agro Makmur dan Sdr. Teddy Tjokrosapoetro, jadi tidak ada
hubungan antara perusahaan baik langsung maupun tidak langsung,
mengendalikan atau dikendalikan oleh perusahaan tersebut. Karena tidak
terafiliasi, maka PT Balaraja Bisco Paloma wajib menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis kepada KPPU.
Nilai Aset gabungan PT Balaraja Bisco Paloma melebihi batasan
tertentu serta PT Balaraja Bisco Paloma terbukti tidak terafiliasi dengan PT
Subafood Pangan Jaya maka PT Balaraja Bisco Paloma telah sah melanggar
Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999-Juncto Pasal 5 Peraturan
Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 dan wajib menyampaikan Pemberitahuan
kepada KPPU.
2. Upaya yang dilakukan oleh PT Balaraja Bisco Paloma dengan adanya
Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor: 02/KPPU-M/2014.
Upaya yang dilakukan adalah Upaya Keberatan ke Pengadilan Negeri
Tangerang dan Upaya Kasasi ke Mahkamah Agung.
Upaya keberatan diajukan oleh PT Balaraja Bisco Paloma dengan alasan:
a. PT Tiga Pilar Corpora Bukan Badan Usaha Induk Tertinggi (BUIT)
Pengendali dari PT Balaraja Bisco Paloma, sehingga KPPU telah keliru
dengan mengikutsertakan nilai aset PT Tiga Pilar Corpora dalam
perhitungan nilai aset gabungan.
b. KPPU telah Keliru dalam memperhitungkan nilai aset PT Tiga Pilar
Sejahtera Food,Tbk (Badan Pengendali menurut anggapan PT Balaraja
Bisco Paloma)
c. Pengambilalihan Saham PT Subafood Pangan Jaya oleh PT Balaraja
Bisco Paloma tidak mengakibatkan nilai aset gabungan melebihi
Rp.2.500.000.000.000,00 (Dua triliun lima ratus milliar rupiah) sehingga
tidak ada kewajiban bagi PT Balaraja Bisco Paloma untuk
memberitahukan pengambilalihan saham kepada KPPU.
d. PT Balaraja Bisco Paloma tidak melanggar ketentuan Pasal 29 UndangUndang Nomor 5 Tahun 1999 Juncto Pasal 5 Peraturan Pemerintah
Nomor 57 Tahun 2010 karena pengambilalihan saham PT Subafood
Pangan Jaya oleh PT Balaraja Bisco Paloma bukanlah pengambilalihan
saham yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli.
PT Tiga Pilar Corpora adalah Badan Usaha Induk Tertinggi karena
walaupun 27,86% kurang dari 50% namun PT Tiga Pilar Corpora dapat
mempengaruhi dan menentukan kebijakan pengelolaan Badan Usaha. PT Tiga
Pilar Corpora merupakan Badan Usaha Induk Tertinggi. KPPU tidak salah
dalam memperhitungkan nilai PT Tiga Pilar Sejahtera, karena KPPU benar
dalam perhitungan nilai aset gabungan yaitu dengan menjumlahkan nilai aset
dan atau nilai penjualan tahun terakhir. Pengambilalihan PT Subafood Pangan
8 Jaya oleh PT Balaraja Bisco Paloma yang mengakibatkan nilai aset gabungan
melebihi batas tertentu karena Badan Usaha Induk Tertinggi adalah benar
menurut KPPU yaitu PT Tiga Pilar Corpora dan Perhitungan nilai aset
gabungan adalah benar menurut KPPU yaitu dengan cara menjumlahkan nilai
aset dan atau nilai penjualan tahun terakhir maka PT Balaraja Bisco Paloma
wajib memberitahukan Pengambilalihan kepada KPPU.
Pengambilalihan Saham (Akuisisi) PT Balaraja Bisco Paloma terhadap
PT Subafood Pangan Jaya tidak terbukti berpotensi menimbulkan Praktik
Monopoli dan atau Persaingan Usaha Tidak Sehat namun nilai aset
gabungannya melebihi batasan tertentu maka PT Balaraja Bisco Paloma wajib
memberitahukan pemberitahuan kepada KPPU
PT Balaraja Bisco Paloma telah sah melanggar Pasal 29 UndangUndang Nomor 5 Tahun 1999-Juncto Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 57
Tahun 2010 dan wajib menyampaikan Pemberitahuan kepada KPPU.
Upaya keberatan yang diajukan ke Pengadilan Negeri Tangerang juga
Ditolak oleh Hakim, maka PT Balaraja Bisco Paloma harus melaksanakan
Putusan KPPU
Upaya Kasasi diajukan oleh PT Balaraja Bisco Paloma dengan alasan:
a. Judex Facti Pengadilan Negeri Tangerang telah salah dalam menerapkan
hukum karena tidak mempertimbangkan “Tambahan Keberatan” yang
diajukan oleh PT balaraja Bisco Paloma padahal “Tambahan Keberatan”
telah diajukan sesuai dengan hukum yang berlaku.
b. Putusan Pengadilan Negeri Tangerang Nomor 01 Tahun 2014 telah
diputus dengan lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan peraturan
perundang-undangan, melanggar hukum, serta kurang pertimbangan
hukum karena tidak mempertimbangkan bagian atau dalil-dalil keberatan
pemohon kasasi mengenai kekeliruan metode perhitungan jumlah aset
gabungan termohon kasasi yang menggunakan laporan keuangan
konsolidasian dan tidak menerapkan nilai rata-rata 3 tahun terakhir
c. Putusan Pengadilan Negeri Tangerang Nomor 01 Tahun 2014 Junto
Putusan KPPU Nomor 02 Tahun 2014 mengandung kesalahan dalam
penerapan hukumnya karena diputus berdasarkan pemahaman, penafsiran,
dan penerapan ketentuan pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
yang keliru.
d. Putusan Pengadilan Negeri Tangerang No 01 Tahun 2014 juncto Putusan
KPPU Nomor 02 Tahun 2014 Mengandung Kesalahan Penerapan Hukum
karena Menguatkan Putusan KPPU Nomor 02 Tahun 2014 yang
menggunakan Laporan Konsolidasian dalam menghitung jumlah nilai aset
gabungan akibat pengambilalihan saham PT Subafood Pangan Jaya.
e. Penggunaan Single Economic Entity Doctrine/Doktrin Entitas Ekonomi
Tunggal oleh KPPU bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku
di Indonesia, yakni Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 dan
Lampiran Peraturan Komisi Nomor 03 Tahun 2012 yang telah mengatur
secara khusus tata cara perhitungan aset perusahaan secara “vertikal”
9 Berdasarkan alasan-alasan kasasi tersebut dapat di simpulkan bahwa
Pengadilan Negeri Tangerang sudah menerapkan hukum secara tepat dan
benar, tetapi PT Balaraja Bisco Paloma tidak dapat membuktikan alasan
keberatannya.Perhitungan jumlah aset gabungan PT Balaraja Bisco Paloma
telah benar menurut KPPU yaitu dengan menjumlahkan nilai aset dan atau
nilai penjualan tahun terakhir.
Pengambialihan saham PT Balaraja Bisco Paloma tidak
mengakibatkan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat namun
nilai aset gabungan melebihi batasan yang telah ditentukan, maka PT Balaraja
Bisco Paloma tetap harus menyampaikan pemberitahuan ke KPPU.
PT Balaraja Bisco Paloma tidak dapat membuktikan alasan
keberatannya bahwa benar dalam perhitungan KPPU menggunakan Single
Economic Entity Doctrine/Doktrin Entitas Ekonomi Tunggal oleh KPPU
bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia.
PT Balaraja Bisco Paloma telah sah melanggar Pasal 29 UndangUndang Nomor 5 Tahun 1999-Juncto Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 57
Tahun 2010 dan wajib menyampaikan Pemberitahuan kepada KPPU.
Upaya Kasasi yang diajukan ke Mahkamah Agung juga Ditolak oleh
Hakim, maka PT Balaraja Bisco Paloma harus melaksanakan Putusan KPPU
D. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Proses Pengambilalihan saham PT Subafood Pangan Jaya oleh PT
Balaraja Bisco Paloma telah melanggar Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 dan Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010.
Dengan nilai aset gabungan yang melebihi batasan nilai yang telah
ditetapkan Undang-Undang Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun
2010 serta PT Balaraja Bisco Paloma tidak terafiliasi dengan PT Subafood
Pangan Jaya.Untuk itu, PT Balaraja Bisco Paloma berkewajiban untuk
melakukan pemberitahuan kepada KPPU melalui prosedur yang ditetapkan
yaitu melakukan pemberitahuan secara tertulis paling lama 30 (tiga puluh)
hari sejak berlaku secara yuridis pengambilalihan.
Upaya yang Dilakukan PT Balaraja Bisco Paloma dengan adanya
Putusan Komisi Nomor 02/KPPU-M/2014 adalah Mengajukan Keberatan ke
Pengadilan Negeri Tangerang dan Mengajukan Kasasi ke Mahkamah Agung.
Namun baik upaya keberatan maupun upaya Kasasi ditolak oleh hakim,
maka PT Balaraja Bisco Paloma harus tetap melaksanakan Putusan KPPU.
2. Saran
Penulis sangat menyarankan untuk Perusahaan-perusahaan bahwa
Pemberitahuan Kepada KPPU atas Pengambialaihan Saham suatu PT harus
disampaikan tidak boleh lebih dari 30(hari) bila nilai aset dan nilai
penjualannya melebihi dari jumlah yang telah ditentukan, untuk mengurangi
resiko Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
10 DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Abdulkadir Muhammad, 2002. Pengantar Hukum Perusahaan Indonesia. Bandung:
PT Citra Aditya Bakti
Andi Fahmi Lubis, dkk, 2010. HukumPersaingan Usaha:Antara Teks dan Konteks.
Jakarta: Creative Media
Arie Siswanto, 2002. Hukum Persaingan Usaha. Jakarta: Ghalia Indonesia
Budi Kagramanto, 2010. Mengenal Hukum Persaingan Usaha. Sidoharjo: Laras
Rachmadi Usman, 2013. Hukum Persaingan Usaha di Indonesia. Jakarta: Sinar
Grafika
Sumber Undang-Undang
Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2010 tentang Pengabungan atau Peleburan Badan
Usaha dan Pengambilahlian Saham Perusahaan yang dapat mengakibatkan
Terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
Putusan Mahkamah Agung No. 95 K/ Pdt. Sus-KPPU/2015
Putusan KPPU No. 02/KPPU-L/2014 tentang Pelanggaran Pasal 29 Undang-undang
No.5 Tahun 1999 juncto Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 57 tahun 2010
terkait Pengambilalihan saham PT Subafood Pangan Jaya oleh PT Balaraja
Bisco Paloma
Download