MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN

advertisement
MENTERI KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN
NOMOR : SK. 47/Menhut-II/2004
TENTANG
TATA CARA DAN PERSYARATAN PENGAMBILALIHAN SAHAM PADA
PERUSAHAAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA
HUTAN ALAM DAN ATAU HUTAN TANAMAN YANG BERBENTUK PERSEROAN TERBATAS
MENTERI KEHUTANAN,
Menimbang :
a.
b.
c.
d.
Mengingat :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 Pasal 34
ayat (1) telah ditetapkan bahwa izin pemanfaatan hutan pada hutan produksi
tidak dapat dipindahtangankan tanpa persetujuan tertulis dari pemberi izin;
bahwa salah satu pemegang izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu adalah
badan usaha milik swasta Indonesia yang berbentuk perseroan terbatas,
dimana modal dasar dari perseroan terbatas adalah terdiri dari nilai nominal
saham;
bahwa mengingat dalam perseroan terbatas, pemindahtanganan saham baik
sebagian besar maupun secara keseluruhan akan mengakibatkan beralihnya
pengendalian terhadap perseroan terbatas, sehingga pemindahtanganan
saham tersebut akan berakibat pemindahtanganan pengendalian izin kepada
pemegang saham baru;
bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka dipandang perlu untuk
menetapkan Tata Cara dan Persyaratan Pengambilalihan saham pada
perusahaan izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam dan
atau hutan tanaman yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dengan
Keputusan Menteri.
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas;
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1998 tentang Penggabungan,
Peleburan, dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas;
Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan
Penggunaan Kawasan Hutan;
Keputusan Presiden Nomor 102 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas,
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen;
Keputusan Presiden Nomor 228/M Tahun 2001 tentang Pembentukan Kabinet
Gotong Royong;
Keputusan Bersama Menteri Kehutanan dan Menteri Keuangan Nomor
446/Kpts-II/1994 dan Nomor 533/KMK.017/1994 tentang Ketentuan-ketentuan
Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia dan Pinjaman Yang Berasal Dari
Dana Reboisasi Dalam Pembangunan Hutan Tanaman Industri;
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 375/Kpts-II/1996 jo Nomor Nomor
098/Kpts-II/1998 tentang Tata Cara Penyaluran Dana Reboisasi Dalam Rangka
Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia dan Pinjaman Untuk
Pembangunan Hutan Tanaman Industri oleh Perusahaan Patungan;
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 123/kpts-II/1998 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Departemen Kehutanan;
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 4895/Kpts-II/2002 tentang Kriteria dan
Indikator Penilaian Kelangsungan Usaha Perusahaan HTI Patungan dan HTI
11.
12.
BUMN;
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 4896/Kpts-II/2002 tentang Penanganan
Perusahaan HTI Patungan dan HTI BUMN;
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 6887/Kpts-II/2002 tentang Tata Cara
Pengenaan Sanksi Administratif Atas Pelanggaran Izin Usaha Pemanfaatan
Hasil Hutan, Izin Pemungutan Hasil Hutan dan Izin Usaha Industri Primer Hasil
Hutan dan diubah dengan Keputusan Menteri Kehutanan No. 10031/KptsII/2002 dan No. 59/Kpts-II/2003.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
KEPUTUSAN
MENTERI
KEHUTANAN
TENTANG
TATA
CARA
DAN
PERSYARATAN PENGAMBILALIHAN SAHAM PADA PERUSAHAAN IZIN USAHA
PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN ALAM DAN ATAU HUTAN
TANAMAN YANG BERBENTUK PERSEROAN TERBATAS (PT).
Pasal 1
Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :
1.
Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) yang sebelumnya
disebut Hak Pengusahaan Hutan adalah izin usaha pemanfaatan hasil hutan
kayu baik pada hutan alam maupun pada hutan tanaman.
2.
Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum
yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan
modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan
yang ditetapkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 serta peraturan
pelaksanaannya.
3.
Pengambilalihan atau akuisisi saham adalah perbuatan hukum yang dilakukan
oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih baik seluruh
ataupun sebagian besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan
beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut.
4.
Pemindahtanganan IUPHHK pada perseroan terbatas pemegang IUPHHK
adalah pengambilalihan IUPHHK pada hutan alam dan atau hutan tanaman
melalui pengalihan saham dengan cara akuisisi atau pengambilalihan saham
baik sebagian besar/mayoritas atau secara keseluruhan yang mengakibatkan
beralihnya pengendalian IUPHHK kepada pemegang saham baru.
5.
Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang diserahi tugas dan
bertanggung jawab di bidang produksi kehutanan.
6.
Menteri adalah Menteri yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang
kehutanan.
Pasal 2
Perusahaan IUPHHK pada hutan alam dan atau hutan tanaman yang berbentuk
perseroan terbatas dapat melakukan pengambilalihan atau akuisisi saham.
Pasal 3
(1)
(2)
Permohonan pengambilalihan atau akuisisi saham, diajukan oleh Direksi
perusahaan IUPHHK kepada Menteri dengan tembusan Direktur Jenderal dan
perusahaan/perorangan yang akan mengambil alih atau mengakuisisi saham.
Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi persyaratan
sebagai berikut:
a.
Keputusan RUPS perusahaan pemegang IUPHHK.
b.
Surat pernyataan dari pemegang IUPHHK yang dibuat di hadapan
Notaris yang berisi bahwa telah melaksanakan kewajiban-kewajiban yang
belum terpenuhi kepada Departemen Kehutanan khususnya yang
berkaitan dengan finansial.
c.
Dalam hal pengambilalihan atau akuisisi saham yang berasal dari
perusahaan patungan, maka surat pernyataan dari pemegang IUPHHK
pada hutan tanaman yang dibuat di hadapan Notaris berisi telah
membayar kewajiban pinjaman Dana Reboisasi sesuai perjanjian kredit
yang berlaku.
d.
Dalam hal pengambilalihan atau akuisisi saham yang berasal dari
perusahaan patungan menjadi swasta murni atau komposisi saham
berubah dari patungan menjadi 100% swasta murni, maka surat
pernyataan dari pemegang IUPHHK pada hutan tanaman yang dibuat di
hadapan Notaris berisi telah membayar lunas pinjaman Dana Reboisasi
(3)
dengan dilampiri bukti setor.
Permohonan sebagaimana dimaksud pad ayat (1), selain dilengkapi
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), juga harus dilengkapi
dengan surat pernyataan dari perseroan terbatas/perorangan yang akan
mengambilalih atau mengakuisisi saham yang dibuat di hadapan Notaris yang
berisi:
a.
Fotocopy KTP untuk perorangan dan atau akte pendirian beserta
perubahannya untuk koperasi, BUMS, BUMN dan BUMD.
b.
Pengambilalihan atau akuisisi saham tersebut tidak akan merugikan
perseroan terbatas pemegang IUPHHK, pemegang saham minoritas
perseroan terbatas pemegang IUPHHK dan karyawan perseroan terbatas
pemegang IUPHHK.
c.
Pengambilalihan atau akuisisi saham tersebut tidak akan mengakibatkan
terjadinya monopoli atau monopsoni dalam berbagai bentuk yang
merugikan masyarakat.
d.
Memiliki visi dan misi terhadap pemanfaatan hutan secara lestari.
e.
Dalam hal mengangkat pengurus perusahaan harus profesional.
f.
Sanggup mentatati peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 4
(1)
(2)
(3)
Berdasarkan tembusan permohonan pengambilalihan atau akuisisi saham
sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (1), Direktur Jenderal melakukan
telaahan atau kajian atas permohonan tersebut.
Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (1) tidak
memenuhi atau tidak dilengkapi salah satu atau seluruh persyaratan
sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (2) dan ayat (3), Direktur Jenderal
memberitahukan kepada pemohon untuk melengkapi persyaratan yang belum
dipenuhi dalam tenggang waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari
kerja sejak diterimanya surat pemberitahuan.
Apabila pemohon tidak memenuhi atau tidak melangkapi persyaratan setelah
mendapat surat pemberitahuan dari Direktur Jenderal sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), maka dianggap pemohon membatalkan permohonan
pengambilalihan atau akuisisi saham.
Pasal 5
Dalam hal permohonan pengambilalihan atau akuisisi saham sebagaimana dimaksud
pada pasal 3 ayat (1) telah memenuhi/dilengkapi semua persyaratan sebagaimana
dimaksud pada Pasal 3 ayat (2) dan ayat (3), Direktur Jenderal meneruskan
permohonan tersebut disertai rekomendasi kepada Menteri untuk mendapatkan
persetujuan atau penolakan.
Pasal 6
Berdasarkan Pasal 5, Menteri menerima atau menolak permohonan pengambilalihan
atau akuisisi saham.
Pasal 7
Dalam hal Menteri menerima atau menolak permohonan pengambilalihan atau
akuisisi saham sebagaimana dimaksud pada Pasal 6, Direktur Jenderal menyiapkan
konsep surat persetujuan atau penolakan permohonan pengambilalihan atau akuisisi
saham untuk selanjutnya ditandatangani Menteri.
Pasal 8
Permohonan pengambilalihan atau akuisisi saham yang diajukan dan belum
dilengkapi persyaratan sebelum terbitnya keputusan ini, agar melengkapi untuk
disesuaikan dengan persyaratan sesuai keputusan ini.
Pasal 9
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : J A K A R T A
Pada tanggal : 23 Januari 2004
MENTERI KEHUTANAN,
ttd.
MUHAMMAD PRAKOSA
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Hukum dan Organisasi
ttd.
Ir. SUYONO
NIP. 080035380
Salinan Keputusan ini disampaikan Kepada Yth. :
1. Menteri Keuangan;
2. Menteri Negara BUMN;
3. Menteri Kehakiman dan HAM;
4. Para pejabat Eselon I Lingkup Departemen Kehutanan.
Download