BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Investasi Menurut Salim (2010) investasi sebetulnya adalah suatu cara atau strategi untuk memutar kelebihan dana yang kita miliki agar menghasilkan dana yang lebih besar, baik dengan campur tangan kita maupun tidak. Investasi ini ada yang berwujud dan ada yang tidak berwujud. Investasi yang berwujud, misalnya kita membeli emas batangan, valuta asing, property, atau membangun sebuah bisnis. Investasi yang tidak berwujud, misalnya kita membeli saham, opsi saham, atau instrument derivative. Ketika kita melakukan investasi pada instrument investasi yang berwujud, kita dapat melihat atau memegang barang investasi yang kita beli tersebut. Sebagai contoh kita membeli sebuah mesin, kita dapat memegang mesin tersebut, mengoperasikan, serta mendayagunakannya sehingga menghasilkan uang bagi kita. Investasi, dalam arti luas, berarti mengorbankan sejumlah uang sekarang untuk sejumlah uang di masa depan. Ada 2 (dua) atribut berbeda yang melekat: risiko dan waktu. Pengorbanan terjadi saat sekarang ini dan memiliki kepastian. Hasil baru akan diperoleh kemudian dan besarnya tidak pasti (Sharpe, Alexander, Bailey, 1997). Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan 8 9 datang (Sunariyah, 1997). Keputusan penanaman modal tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai kelebihan dana. 2.1.1 Tujuan Investasi Ada beberapa tujuan seseorang atau pihak tertentu melakukan investasi, antara lain (Ahmad, 2004) : 1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang. Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana cara meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidak-tidaknya bagaimana berusaha untuk mempertahankan tingkat pendapatanya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang. 2. Mengurangi tekanan inflasi yang mengakibatkan nilai uang menurun. Dengan melakukan investasi dalam memilih perusahaan atau objek lain, seseorang dapat menghindarkan diri agar kekayaan atau harta miliknya tidak merosot nilainya karena digerogoti oleh inflasi. 3. Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang sifatnya mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui fasilitas perpajakan yang diberikan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu. Menurut Statman (2010) tujuan dan harapan dari seorang investor melakukan investasi seperti yang diuraikan dibawah ini “ We want more from 10 our investments than a reasonable balance between risk and return. We want to nurture hope for riches and banish fear of poverty. We want to win, be number one, and beat when they inflict losses. We want the status conveyed by hedge funds, the virtue conveyed by socially responsible funds, the patriotism conveyed by investing in our own country, and the loyalty conveyed by investing in the companies that employ us. We want financial markets to be fair, but we search for an edge that would let us win. We want to leave a legacy for our children when we are gone. And we want to leave nothing for the tax man.” Tujuan investasi menurut Tim Studi Tipologi Investor Reksa Dana di Pasar Modal Indonesia, yang dipublikasikan oleh BAPEPAM (2007) terkait dengan aspek-aspek berikuti berikut: a. Risiko Elemen pertama yang terkait dengan tujuan investasi adalah aspek risiko karena sangat menentukan tujuan lain berupa return. Portofolio yang disusun untuk mencapai tujuan, hambatan investasi risiko dan return harus selaras dengan yang tercantum dalam pernyataan kebijakan investasi. Dalam merumuskan tujuan yang terkait dengan aspek risiko, investor harus memperhatikan pertanyaan-pertanyaan berikut: 1. Bagaimana cara mengukur risiko? Pengukuran risiko merupakan isu kunci dalam investasi yang terus berubah dari waktu ke waktu. Salah satu paradigm dalam teori portofolio modern menggunakan varian (atau 11 standar deviasi) return sebagai ukuran risiko. Faktor-faktor risiko yang lain mungkin juga relevan digunakan. 2. Bagaimana kemauan investor untuk mengambil risiko? Kemauan mengambil risiko seringkali sangat berbeda antara investor individual dan investor institusional. Kita dapat mencoba memahami faktor perilaku dan kepribadian di balik kemauan untuk mengambil risiko. 3. Bagaimana kemampuan investor untuk mengambil risiko? Meskipun investor memiliki kemauan mengambil risiko tertentu, seringkali terdapat batasan-batasan dalam tataran praktis ataupun financial untuk mencapai risiko dimaksud. 4. Berapa tingkat risiko di mana investor mau dan mampu untuk mengambilnya? Dalam hal ini terdapat toleransi risiko (risk tolerance), yaitu kapasitas untuk menerima risiko serta merupakan irisan dari kemauan dan kemampuan mengambil risiko. Dalam terminologi lain terdapat aversi risiko (risk aversion), yaitu tingkat ketidakmauan dan ketidakmampuan mengambik risiko. Penasihat investasi perlu membantu investor yang kemampuan bersangkutan mengambil untuk risiko mengkonversi menjadi toleransi kemauan dan risiko yang mencerminkan keduanya secara tepat. Dalam banyak kasus, investor mungkin memerlukan pendidikan atau penjelasan mengenai prinsipprinsip dasar investasi. 5. Apakah tujuan risiko spesifik dari investasi yang dilakukan? Kita dapat menspesifikasi tujuan risiko absolute maupun tujuan risiko relative dari 12 investasi. Salah satu contoh tujuan risiko absolute adalah level standar deviasi tertentu dari total return. Sedangkan salah satu tujuan risiko relative adalah level tracking risk tertentu. Tracking risk adalah standar deviasi dari selisih antara total return suatu portofolio dengan benchmark yang digunakan. b. Return Elemen kedua dari kerangka kebijakan investasi adalah return. Tujuan return harus selaras dengan tujuan risiko. Hal-hal berikut perlu diperhatikan dalam menentukan tujuan yang terkait dengan return (BAPEPAM, 2007): 1. Bagaimana cara mengukur return? Ukuran yang biasa digunakan adalah total return, yang merupakan penjualan antara return dari kenaikan harga dan return dari pendapatan investasi. Return dapat dinyatakan dalam angka absolute (seperti 10% per tahun), atau dalam angka relatif terhadap return dari benchmark (seperti benchmark return plus 2% per tahun). 2. Berapa return yang diinginkan oleh investor? Hal ini disebut pernyataan keinginan return (stated return desire). Keinginan return ini mungkin realistis atau tidak realistis. 3. Berapa return rata-rata yang diperlukan oleh investor? Hal ini disebut required return. Return sering didefinisikan sebagai level arus kas tertentu, di mana tngkat return yang diperlukan akan dihitung dari arus kas tersebut. Hal-hal lain yang dipertimbangkan meliputi tingkat pengeluaran, kebutuhan pada masa yang akan datang, dan tingkat inflasi. 13 4. Bagaimana tujuan return ditetapkan? Tujuan return mencakup required return, stated return desire, dan tujuan risiko, yang kemudian menjadi return tahunan yang dapat diukur. Return dari portfolio ditujukan untuk memenuhi tujuan yang dapat diukur. Return dari portofolio ditujukan untuk memenuhi tujuan kemakmuran investor (wealth objectives) atau untuk mendukung kemampuan investor dalam membayar utang. Untuk investor yang memiliki kebutuhan akan pendapatan investasi, tujuan return ditujukan untuk membiayai pengeluaran yang dibutuhkan, baik dari kenaikan modal maupun pendapatan investasi. Apabila tujuan return yang telah ditetapkan tidak sesuai dengan toleransi risiko, perlu dilakukan penyesuaian tertentu, seperti meningkatkan tabungan dan memodifikasi tujuan kemakmuran. 2.1.2 Hambatan Investasi Tujuan risiko dan return ditetapkan dengan memperhatikan sejumlah hambatan investasi. Menurut Tim Studi Bapepam (2007), hambatanhambatan investasi meliputi likuiditas, rentang waktu, hukum dan perundangundangan, dan faktor-faktor internal tertentu. Meskipun semua faktor tersebut mempengaruhi portofolio, dua hambatan pertama berpengaruh secara langsung pada kemampuan untuk mengambil risiko, sehingga dapat menghambat tujuan risiko maupun tujuan return. 14 a. Likuiditas Likuiditas terkait dengan kebutuhan akan uang tunai pada waktu tertentu. Total biaya yang dibutuhkan untuk mengkonversi suatu asset menjadi uang tunai merupakan ukuran likuiditas asset tersebut: biaya rendah berarti likuiditas tinggi, dan biaya tinggi berarti likuiditas rendah. Biaya-biaya transaksi tertentu merupakan kerugian ekonomi bagi portofolio. Risiko kerugian karena adanya kebutuhan menjual asset yang relative kurang marketable untuk memenuhi kebutuhan likuiditas disebut risiko likuiditas. b. Rentang Waktu Rentang waktu (time horizon) merupakan periode waktu tertentu yang sering dilekatkan pada tujuan investasi. Rentang waktu investasi terdiri dari jangka pendek, jangka pendek, atau kombinasi keduanya. Multi-stage horizon merupakan kombinasi antara jangka pendek dan jangka panjang, seperti pendanaan pendidikan anak dan masa pension. Secara umum, pertanyaanpertanyaan relevan mengenai rentang waktu diantaranya: • Bagaimana panjangnya rentang waktu mempengaruhi kemampuan investor untuk mengambil risiko? Semakin panjang rentang waktu investasi, semakin banyak risiko yang dapat diambil oleh investor. • Bagaimana panjangnya rentang waktu mempengaruhi alokasi asset investor? Dalam investasi jangka panjang banyak investor mengalokasikan proporsi dana yang lebih besar pada instrument investasi yang lebih berisiko. Tidak demikian dengan investasi jangka pendek. 15 • Bagaimana kemauan dan kemampuan untuk mengatasi fluktuasi nilai portofolio mempengaruhi alokasi asset investor? Dengan penekanan pada risiko, investor dengan investasi jangka panjang sekalipun bisa jadi akan membatasi risk-taking karena sensitivitas mereka akan kemungkinan terjadinya kerugian yang signifikan. Investor dengan kebutuhan likuiditas jangka pendek biasanya lebih menyukai instrument investasi jangka pendek untuk meminimalisasi risiko kerugian. • Bagaimana keberadaan investasi multi-stage horizon mempengaruhi alokasi asset investor? Dalam kasus multi-stage horizon, kebijakan investasi harus dirancang untuk dapat mengakomodasi semua rentang waktu. Hal ini akan melibatkan upaya kompromi tertentu untuk mencapai tujuan jangka pendek, menengah, maupun panjang. c. Masalah Pajak Masalah perpajakan terjadi apabila investor dihadapkan pada struktur pajak yang mengurangi jumlah total return yang sebenarnya dapat digunakan untuk membiayai kebutuhan saat ini atau untuk diinvestasikan kembali pada masa yang akan datang. Kebijakan perpijakan di suatu negara dapat mempengaruhi pengambilan keputusan investasi. d. Faktor Peraturan, Hukum, dan Kredibilitas Faktor peraturan, hukum, dan kredibilitas merupakan faktor eksternal (berasal dari pemerintah, otoritas regulator atau pengawas di suatu negara) yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan investasi. Misalnya 16 peraturan reksa dana dipasar modal Indonesia yang mengatur batas kepemilikan unit reksa dana untuk masing-masing investor hingga maksimum 2% dari total unit yang diterbitkan. e. Faktor Internal Tertentu Hal ini mencakup faktor-faktor internal (selain yang disebutkan di atas) yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan investasi. Sebagai contoh, pilihan portofolio investor perorangan dapat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi tertentu seperti kesehatan, keluarga yang harus ditanggung, dan sebagainya. Pilihan portofolio juga dapat dipengaruhi oleh kapabilitas investor dalam sumber daya manusia maupun keuangan, termasuk waktu, minat, latar belakang, dan kemampuan teknis yang dimiliki. 2.1.3 Jenis-Jenis Investasi Dari resiko yang ada investasi mempunyai berbagai jenis. Jenis-jenis investasi mempunyai berbagai macam yang akan diuraikan sebagai berikut (PT. Indo Premier Securities) : 1. Tabungan dan deposito Memiliki tabungan di bank adalah cara investasi yang paling sederhana, praktis dan mudah, didukung dengan likuiditas dan kemudahan pengambilan sewaktu-waktu, bank juga relative sangat aman, karena hingga kini simpanan di bank dijamin oleh pemerintah. Bank juga memberikan bunga, besar dari 17 bunga tergantung pada jenis simpanan dengan prinsip semakin besar dan lama orang menyimpan dana di bank umumnya semakin besar pula bunganya. Deposito sendiri mirip dengan tabungan namun dengan jangka waktu tertentu, bunga yang ditawarkan di deposito relative lebih tinggi dari bunga tabungan, namun bila deposito diambil sebelum jangka waktunya maka akan dikenakan penalti. 2. Obligasi Obligasi adalah surat hutang dengan jangka waktu tertentu. Obligasi dapat diterbitkan oleh perusahaan, pemerintah ataupun lembaga lainnya. Imbalan dari obligasi adalah modal pokok investasi plus kupon bunga, kupon bunga ini besarnya sudah ditentukan sekian persen dan umumnya lebih tinggi dari suku bunga bank ataupun surat berharga lainya yang dianggap aman, mengingat resiko obligasi yang relatif lebih tinggi. Pembayaran kupon bunga dilakukan secara berkala, misalnya 3 bulan atau 6 bulan atau tahunan. Pembayaran pokok investasi sendiri dilakukan saat obligasi jatuh tempo, yaitu tanggal dimana obligasi habis masa berlakunya. Menurut Sulistyastuti (2002) obligasi (bond) adalah sekuritas berpendapatan tetap (fixed income securities) yang diterbitkan berhubungan dengan perjanjian hutang. Sebagai sekuritas pendapatan tetap, obligasi memberikan penghasilan secara rutin. Obligasi memiliki karakteristik sebagaimana karakteristik sekuritas pendapatan tetap (fixed income securities) lainnya, yaitu: 18 1. Surat berharga yang mempunyai kekuatan hukum. 2. Memiliki jangka waktu tertentu atau masa jatuh tempo. 3. Memberikan pendapatan tetap secara periodic 4. Ada nilai nominal, yang disebut juga nilai pari, par value, stated value, face value. Penerbitan obligasi sebagai sekuritas pendapatan tetap, mewajibkan penerbitnya atas pembayaran sebesar persentase tertentu secara periodic. Besarnya persentase yang diberikan secara periodic ini didasarkan atas nilai nominal ini disebut pembayaran kupon. 3. Saham Saham merupakan bukti kepemilikan (ekuitas) bukan surat utang. Membeli saham berarti memiliki sebagian dari perusahaan, artinya juga anda berbagi resiko dengan emiten (penerbit saham). Bila emiten mendapat laba, sebagian akan dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Untuk pembahasan saham akan kami tuntas lebih lanjut di sub bab berikutnya. 4. Membuka usaha baru Membuka usaha baru juga merupakan bentuk dari investasi. Alasan mengapa orang membuka usaha baru, selain potensi hasil yang tak terhingga juga bisa agar bisa melakukan pekerjaan yang benar-benar disukai, mengembangkan kreativitas individual dan juga mencapai kemandirian finansial. Perlu diingat bahwa resiko membuka usaha baru relatif besar, kerugian usaha bisa sampai pada kebangkrutan yang bisa lebih dari menghabiskan modal,. Selain itu 19 dibutuhkan juga dedikasi waktu, ketrampilan, keseriusan, determinasi dan mungkin juga bakat. 5. Properti Salah satu pilihan yang relatif aman, selama tidak ada resiko gejolak politik maka rumah/tanah tak akan berkurang. Juga potensi hasil investasinya yang berupa nilai jual yang terus meningkat dan hasil dari sewa. Berinvestasi di properti memerlukan jumlah dana relatif besar dan juga komitmen jangka panjang, karena meski nilainya akan terus meningkat, kendala likuiditas yaitu penjualan kembali properti yang tidak mudah dan memakan waktu lama. 6. Logam mulia Pembelian perhiasan seperti emas juga bisa menjadi sarana investasi, selain bisa dijual kembali dengan relatif mudah, harga emas juga terus meningkat dari waktu ke waktu, walaupun harga jualnya lebih rendah ada nilai guna yang telah dipakai. Pembelian emas juga melindungi dari depresiasi mata uang, karena harga emas meningkat seiring dengan inflasi hal ini mirip dengan menyimpan dana dalam bentuk valuta asing, keduanya sama-sama melindungi dari resiko penurunan nilai mata uang. 7. Kolektibel Investasi dalam bentuk benda-benda koleksi seperti karya seni, meskipun banyak pertimbangan non-ekonomi dalam investasi dibidang ini, namun perlu diingat bahwa nilai untuk barang kolektibel meskipun cenderung naik tapi tak terukur, dan juga kendala likuiditas dimana sulit menjual kembali dan memperkirakan nilai jualnya. 20 8. Pasar berjangka Pasar ini muncul dari timbulnya transaksi forward, yaitu transaksi dilakukan hari ini tetapi pembayaran dan penyerahan komoditas dilakukan di kemudian hari yang telah ditetapkan. Transaksi ini melindungi pembeli dan penjual dari fluktuasi harga yang tidak diharapkan. Perbedaan waktu antara transaksi dengan penyerahan komoditas yang bisa sampai berbulan-bulan dimanfaatkan oleh para spekulan untuk memperdagangkan kontrak forward tersebut. Spekulan ini tidak memproduksi /mengkonsumsi produk tersebut, kontrak diperdagangkan dengan harapan keuntungan dari fluktuasi harga dimasa datang akibat perubahan pasokan. Pasar berjangka ini semula hanya diproduk komoditas, namun kemudian meluas ke pasar modal, pasar uang dan valas. 9. Reksa dana Bagi seseorang yang ingin investasi di pasar uang atau pasar modal tetapi tidak mempunyai keahlian atau tidak mempunyai waktu dapat berinvestasi di reksa dana. Reksa dana adalah wadah yang menghimpun dana dari para investor untuk kemudian dikelola oleh Manajer Investasi ke berbagai instrumen investasi. Instrumen investasi yang bisa dipilih ada bermacammacam misalnya obligasi, saham atau campuran antara obligasi dan saham. Selain itu reksa dana berbasis instrumen hutang jangka pendek yang jatuh temponya kurang dari 1 tahun yaitu reksa dana pasar uang. 21 2.1.4 Persamaan dan Perbedaan antara Spekulasi dan Investasi Ada perbedaan dan persamaan yang paling mendasar antara spekulasi dan investasi. Persamaan yang paling mendasar di antara keduanya adalah bahwa baik dalam kegiatan investasi ataupun spekulasi ada peluang untuk menikmati keuntungan dan ada pula kemungkinan untuk menderita kerugian. Namun bedanya adalah: dalam kegiatan investasi, maka peluang untuk menerima keuntungan harus lebih besar dibandingkan dengan peluang untuk menderita kerugian. Sebaliknya, dalam spekulasi maka peluang untuk menerima keuntungan akan lebih kecil dibandingkan dengan peluang untuk menderita kerugian. (Syamsir, 2005). Oleh karena itu, maka apakah kegiatan di pasar modal masuk dalam kategori spekulasi atau bukan, sebenarnya berpulang kepada investor itu sendiri, jika mereka mengambil keputusan beli atau jual hanya dengan melihat pergerakan harga terakhir (last done) tanpa melakukan analisa yang mencukupi terlebih dahulu tentang saham yang mereka minati, maka tentu saja kita bisa mengatakan bahwa mereka termasuk dalam golongan speculator. Namun, jika keputusan pembelian ataupun penjualan saham yang dilakukan oleh investor telah didahului dengan melakukan analisa yang memadai, sehingga mereka bisa mengkalkulasi peluang akan menikmati gain ataupun akan menderita loss. 22 2.1.5 Strategi Investasi Pasif dan Aktif Beberapa jenis strategi dalam berinvestasi tlah cukup dikenal. Bodie et al (2009) memaparkan 2 jenis strategi berinvestasi yang sangat mendasar adalah : • Passive Investment strategy, yang percaya bahwa pasar adalah sangat efisien, sehingga cukup berupaya mencari imbal hasil dan resiko yang sama dengan pasar. • Active investment strategy, yang justru percaya bahwa dengan kemampuan yang dimilikinya akan dapat mengidentifikasi surat berharga yang mispriced di pasar, sehingga akan dapat menghasilkan imbal hasil yang lebih tinggi daripada pasar. Pertanyaan ini tidak mudah untuk dijawab, karena dalam finance, tidak ada hal yang pasti dan mutlak sebagaimna lazimnya di teknis akuntansi. Apabila seseorang memutuskan melakukan investasi dengan membeli saham di pasar modal, maka yang bersangkutan memiliki setidaknya dua pilihan strategi investasi yaitu: strategi investasi aktif dan strategi investasi pasif. Pada stratei investasi aktif, investor secara aktif melakukan transaksi jual beli saham dengan berpegangan pada prinsip beli murah jual mahal (buy low, sell high). Sementara pada strategi pasif, investor menganggap harga saham di pasar secara rata-rata adalah harga yang wajar, dimana investor membeli saham kemudian menahannya untuk beberapa lama (buy and hold). Strategi pasif relative sederhana, tidak memakan waktu, 23 tenaga dan rendah biayanya. Dalam strategi aktif, ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu: pertama, menentukan saat masuk dan keluar investasi baik dari saham tertentu maupun keluar dari pasar saham secara keseluruhan yang dikenal dengan istilah market timing, dan kedua menentukan dan memilih saham-saham yang menurut investor menjanjikan keuntungan dimasa yang akan datang yang dikenal dengan istilah stock selection. Market timing biasanya terkait dengan analisis teknikal yang menggunakan data historis perdagangan saham untuk menentukan saat, masuk dan keluar dari pasar saham atau membeli dan menjual saham-saham tertentu, sementara stock selection lebih berhubungan dengan analisis fundamental, yang melihat data kesehatan keuangan dan prospek investasi yang membedakan saham mana yang sangat berpotensi memberikan keuntungan dan saham mana yang kurang berpotensi memberikan keuntungan. Strategi investasi pasif (passive strategy) adalah keputusan portofolio yang menghindari analisis sekuritas secara langsung maupun tidak langsung. “passive strategy describes a portfolio decision that avoids any direct or indirect security analysis” (Bodie et al, 2009). Sekilas strategi ini terlihat naïf. Namun karena kekuatan penawaran dan permintaan di pasar modal demikian besarnya, membuat strategi ini menjadi pilihan yang masuk akal bagi investor. Fabozzi (1999) melakukan pengamatan terhadap kinerja strategi berinvestasi dan ternyata menyimpulkan bahwa kinerja strategi investasi aktif sulit menghasilkan kinerja yang luar biasa secara konsisten. Dengan 24 demikian, sulit untuk menjustifikasi biaya yang tinggi atas active managed fund sehingga passive investment strategy dirasa lebih tepat dalam jangka panjang. Farrell (1997) menyebutkan bahwa kunci utama faktor keberhasilan melakukan active investment strategy adalah tingkat predictive ability manajer investasi. Semakin tinggi predictive ability manajer investasi yang bersangkutan, maka semakin tinggi pula imbal hasil kinerja investasinya, yang mana tentunya diharapkan oleh investor. Sifat kesimpulan yang diperoleh bahwa kinerja strategi investasi yang lebih baik adalah inconclusive. Kita tidak pernah bisa melakukan penarikan kesimpulan yang cukup kuat mana strategi investasi yang lebih baik. Ini membuktikan pula bahwa pasar ternyata memang efisien, dibuktikan dengan tidak adanya manajer investasi yang sukses melakukan kinerja superior secara konsisten. Hal ini semakin menambah puzzling dalam dunia finance. 2.1.6 Proses Investasi Proses investasi adalah suatu aktivitas yang menghasilkan pengembalian pada asset riil atau sekuritas (Amling, 1989). Tahap-tahap proses investasi adalah sebagai berikut: 25 1. Return investasi harus diestimasi terlebih dahulu dan resiko yang akan diterima harus diketahui dan investor menyediakan dana untuk investasi tersebut. 2. Mengerti perilaku investor terhadap resiko dimana setiap investor harus menerima resiko yang berhubungan dengan investasi yang dilakukan. 3. Mempunyai pengetahuan atas setiap ide sekuritas atau aset yang akan diinvestasikannya yang meliputu expected return dan resiko dari setiap sekuritas. 4. Bagian penting lain dalam proses investasi adalah pengetahuan dasar tentang struktur pasar dimana sekuritas diperdagangkan, persentase yang diperdagangkan, bagaimana cara memperdagangkannya dan siapa saja investornya. 5. Proses akhirnya adalah menyeleksi beberapa sekuritas atas aset yang ada yang mempunyai return dan resiko yang mampu menerima sesuai dengan kebutuhan setiap investornya. Proses investasi menjelaskan bagaimana seharusnya seorang investor membuat keputusan investasi sekuritas yang bisa dipasarkan, seberapa ekstensif, dan kapan sebaiknya dilakukan. Ada 5 (lima) prosedur dalam membuat keputusan yang menjadi dasar proses investasi di bidang (Sharpe, Alexander, Bailey, 1997) : 1. Penentuan kebijakan investasi Langkah pertama, menentukan kebijakan investasi, meliputi penentuan tujuan investor dan banyaknya kekayaan yang dapat diinvestasikan. 26 Karena terdapat hubungan positif antara risiko dan return untuk strategi investasi, bukan suatu hal yang tepay bagi seorang investor untuk berkata bahwa tujuannya adalah “memperoleh banyak keuntungan”. Yang tepat bagi seorang investor dalam kondisi seperti ini adalah menyatakan tujuannya untuk memperoleh banyak keuntungan dengan memahami bahwa ada kemungkinan terjadinya kerugian. Tujuan investasi seharusnya seharusnya dinyatakan dalam risiko maupun return. Langkah dalam proses investasi ini juga meliputi identifikasi potensi kategori aset keuangan yang akan dimasukkan ke portofolio. Identifikasi ini didasarkan pada beberapa hal: tujuan investasi, jumlah kekayaan yang akan diinvestasikan, dan status pajak dari investor. Contohnya, dapat dilihat kemudian, biasanya tidak masuk akal bagi investor individu untuk membeli saham utama atau bagi investor yang tidak kena pajak (seperti dana pensiun) untuk berinvestasi pasa sekuritas yang tidak kena pajak (seperti municipal bonds). Kebijakan investasi merupakan titik pijakan bagi proses investasi. Akan tetapi, kebijakan tersebut merupakan langkah yang menerima perhatian paling sedikit dari pada investor. Bagian isu kelembagaan yang berjudul “kebijakan investasi” menggambarkan lebih rinci unsure-unsur dasar kebijakan investasi. 2. Melakukan analisis sekuritas Langkah kedua dalam proses investasi adalah melakukan analisis sekuritas, yang meliputi penelitian terhadap sekuritas secara individual (atau beberapa kelompok sekuritas) yang masuk ke dalam kategori luas 27 aset keuangan yang telah diidentifikasi sebelumnya. Salah satu tujuan melakukan penilaian tersebut adalah untuk mengidentifikasi sekuritas yang salah harga (mispriced). Ada banyak pendekatan terhadap analisis sekuritas, namun pendekatan tersebut dapat dikategorikan ke dalam dua klasifikasi. Klasifikasi pertama adalah analisis teknikal, analisis yang memakai pendekatan ini untuk analisis sekutitas disebut analisis teknis atau analisis teknikal. Klasifikasi kedua disebut analisis fundamental; mereka yang memakai pendekatan ini disebut fundamentalis atau ahli analisis fundamental. Dalam membahas kedua pendekatan analisis sekuritas tersebut, pertama-tama akan difokuskan pada saham biasa dan kemudian aset keuangan lain. Dalam bentuk yang paling sederhana, analisis teknikal meliputi studi harga pasar saham dalam upaya meramalkan pergerakan harga masa depan untuk saham perusahaan tertentu. Awalnya, harga-harga masa lalu dianalisis untuk menentukan tren atau pola gerakan harga. Lalu harga saham sekarang dianalisis untuk mengidentifikasi tren atau pola yang muncul yang mirip dengan pola masa lalu. Pola sekarang yang cocok dengan masa lalu diharapkan akan terulang kembali. Jadi dengan mengidentifikasi pola yang muncul, analisis itu berharap dapat meramalkan dengan tepat gerakan harga pada masa depan untuk saham tersebut. Dalam bentuk yang paling sederhana, analisis fundamental dimulai dengan menaksir bahwa nilai “sebenarnya” (atau “intrinsic”) aset keuangan itu sama dengan nilai sekarang (present value) dari semua aliran tunai yang diharapkan diterima oleh pemilik aset itu. 28 Sesuai dengan hal tersebut, analis saham fundamental berupaya meramalkan saat dan besarnya aliran tunai dan kemudian mengkonversikannya menjadi nilai sekarang (present value) dengan menggunakan tingkat diskonto yang tepat. Lebih spesifik lagi, analis tidak hanya harus memperkirakan tingkat diskonto saja tetapi juga aliran dividen dari suatu saham pada masa depan, yang sama artinya dengan meramalkan pendapatan per lembar saham dan pembayaran dan dividen tunai (pay out ratio). Lebih jauh lagi, tingkat diskonto harus diestimasi. Setelah nilai sesungguhnya (true value) dari saham biasa suatu perusahaam ditentukan, nilai tersebut dibandingkan dengan harga pasar dari saham tersebut dengan tujuan untuk melihat apakah saham dihargai dengan tepat. Saham yang memiliki true value lebih rendah dari harga pasar disebut overpriced. Saham yang true value-nya lebih rendah dari harga pasar disebut underpriced. Besarnya perbedaan antara tru value dengan harga pasar juga merupakan informasi yang penting karena keyakinan pendapat seorang analisis bahwa harga saham tertentu tidak dapat sebagian tergantung dari besaran tersebut. Analisis fundamental percaya bahwa kasus kesalahan dalam penentuan harga akan dikoreksi oleh pasar pada masa depan, artinya harga saham yang undervalue akan mengalami kenaikan nilai (appreciation) yang luar biasa sedangkan harga saham yang overvalue akan mengalami penurunan nilai (depreciation) yang luar biasa. 29 3. Membentuk portofolio Langkah ketiga dalam proses investasi, pembentukan (penyusunan) portofolio, melibatkan identifikasi aset-aset khusus mana yang akan dijadikan investasi, juga menentukan besarnya bagian kekayaan investor yang akan diinvestasikan ke tiap aset tersebut. Disini masalah selektifitas, penentuan waktu dan diversifikasi perlu menjadi perhatian bagi investor. Selektifitas, juga disebut microforecasting, merujuk pada analisis sekuritas dan memfokuskan pada peramalan pergerakan harga tiap-tiap sekuritas. Penentuan waktu (timing), yang juga disebut macroforecasting, meliputi peramalan pergerakan harga saham biasa secara umum relative terhadap sekuritas dengan bunga tetap, misalnya obligasi korporasi (PT Tbk.) dan Treasury bills. Diversifikasi meliputi pembentukan portofolio investor sedemikian rupa sehingga meminimalkan risiko, dengan memperhatikan batasan-batasan tertentu. 4. Merevisi portofolio Langkah keempat dalam proses investasi, revisi portofolio, berkenaan dengan pengulangan periodic dari tiga langkah sebelumnya. Yaitu, dari waktu ke waktu, investor mungkin mengubah tujuan investasinya, yang pada gilirannya berarti portofolio yang dipegangnya tidak lagi optimal. Oleh karena itu, investor membentuk portofolio baru dengan menjual portofolio yang dimilikinya dan membeli portofolio lain yang belum dimiliki. Motivasi lain dari langkah ini adalah dengan berjalannya waktu, terjadi perubahan sekuritas, sehingga sekuritas yang tadinya tidak menarik 30 dan bisa juga kebalikannya. Jadi investor ingin menambah sekuritas yang menarik ke portofolionya dan menjual sekuritas yang tidak lagi menarik. Keputusan semacam ini tergantung antara lain pada besarnya biaya transaksi untuk melakukan perubahan tersebut dan juga besarnya peningkatan pendapatan investasi portofolio yang baru. 5. Mengevaluasi kinerja portofolio Langkah kelima dalam proses investasi, evaluasi kinerja portofolio, meliputi penentuan kinerja portofolio secara periodik, tidak hanya berdasarkan return yang dihasilkan tetapi juga risiko yang dihadapi investor. Jadi diperlukan ukuran yang tepat tentang return dan risiko dan juga standar (benchmark) yang relevan. 31 2.2 Pasar Modal Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, memberikan definisi tentag pasar modal sebagai keigiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Secara formal, pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjualbelikan baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities maupun perusahaan swasta (Husnan, 1996). Sunariyah (1997) memberikan dua definisi pasar modal, yaitu dalam arti luas, pasar modal adalah suatu system keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disipakan guna memperdagangkan sahamsaham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa perantara pedagang efek. Didalam pasar modal instrumen yang diperdagangkan adalah berjangka panjang seperti saham dan, obligasi. Dan instrument tersebut mempunyai variasi dan macam sesuai dengan perkembangan keadaan perekonomian serta kompleksitas perusahaan yang bersangkutan. Realisasi pasar ini sudah ada sejak sebelum perang dan dalam perkembangannya mengalami pasang surut. Dan pasa saat sekarang Bursa Efek di Jakrta merupakan pasar modal. Semula instrument yang diperdagangkan 32 masih sangat terbatas yaitu saham-saham perusahaan sebelum perang dan obligasi Pemerintah/bank Industri Negara yang terbit pada tahun 1950/1960-an. Mulai tahun 1977 saham dan obligasi beberapa perusahaan asing dan dalam negeri mulai ditawarkan bursa (Gunadarma, 2010). Unsur-unsur pokok yang mendukung adanya Pasar Modal adalah: 1. Adanya perusahaan atau lembaga usaha lainnya yang menawarkan saham atau obligasi kepada masyarakat dan telah memenuhi syarat-syarat yang diperlukan. 2. Adanya masyarakat investor, lembaga investasi seperti asuransi, dana pension dan sebagainya, yang bersedia membeli saham atau ob ligasi. 3. Adanya lembaga pasar modal yang dapat mempertemukan untuk peminta dana (demand of funds) dan penyedia dana (supply of funds). 4. Adanya perantara dan pedagang efek yang berperan sebagai lembaga penunjang pasar modal. Pasar Modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek (Darmadji, 2006). Pasar Modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrument keuangan jangka panjang seperti obligasi, saham dan lainnya. Sejarah Pasar Modal Indonesia mencatatkan kegiatan jual beli efek telah dimulai sejak awal abab ke-19, saat Indonesia masih dibawah penjajahan Belanda. Namun akibat pecahnya perang dunia 33 II suhu politik di eropa menjadi memanas oleh sebab itu Belanda memutuskan untuk menutup pasar modal di Indonesia. Namun pada saat pemerintah Orde Baru, pemerintah mulai mengaktifkan kembali bursa dan menambah satu institusi untuk mengawasi perdagangan, yang selanjutnya dikenal dengan nama Bapepam (Badan Pelaksana Pasar Modal). Bapepam, yang diresmikan tahun 1976 lewat Keppers No.52/1976, pada awal pendiriannya memiliki fungsi: • Mengadakan penilaian terhadap perusahaan-perusahaan yang akan menerbitkan sahamnya di pasar modal. • Menyelenggarakan Bursa Pasar Modal yang efektif dan efisien. • Terus menerus mengikuti perkembangan perusahaan-perusahaan yang menjual saham-sahamnya di pasar modal. Awalnya, selain sebagai penyelenggara perdagangan, Bapepam juga bertugas membina dan mengawasi pasar modal. Namun, pada perkembangan selanjutnya, dualism fungsi tersebut dihapuskan (lewat Keppres No.53/1990 dan SK Menkeu No.1548/1990) dan Bapepam mulai mengkonsentrasikan diri pada fungsi pengawasan saja. Dengan fungsi ini Bapepam diharapkan dapat mewujudkan perdagangan yang teratur, wajar, dan efisien, serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat. Seperti yang dikutip salah satu website perusahaan sekuritas di Indonesia (Indo Premier Securities, 2010) . Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun 34 instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option, futures, dan lain-lain. Gambar 2.1 Instrumen Keuangan yang diperdagangkan di Pasar Modal (Sumber : Indo Premier, 2010) Manfaat Pasar Modal: a. Kepemilikan masyarakat terhadap perusahaan Melalui pasar modal, perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya kepada masyarakat luas, hal ini akan mendorong perkembangan perusahaan menjadi lebih transparan, dimana perusahaan harus bisa bertanggung jawab terhadap para pemegang saham (RUPS). 35 b. Transparansi Manajemen Perusahaan Keikutsertaan masyarakat dalam kepemilikan perusahaan mendorong perusahaan untuk menerapkan manajemen secara profesional, efisien dan berorientasi pada keuntungan, sehingga tercipta suatu kondisi “Good Corporate Governance”. 2.2.1 Peranan Pasar Modal Pasar Modal merupakan lembaga yang dapat menjadi sumber pembiayaan pembangunan di luar lembaga perbankan dan anggaran belanja negara. Di dalam pasar modal dana masyarakt dapat ditarik untuk membiayai pembangunan dengan jalan mengundang partisipasi modal masyarakat dalam pemilikan dan pengelolaan perusahaan. Berdasarkan atas prinsip tersebut adanya pasar modal merupakan tempat bagi partisipasi masyarakat dalam kegiatannya di bidang ekonomi/pembangunan. Dan selanjutnya merupakan pula pemerataan penyertaan dan pendapatan masyarakat yang bersangkutan. Sedang bagi perusahaan akan terjadi proses penyehatan kegiatan perusahaan karena sehatnya perusahaan tersebut merupakan syarat untuk berhasilnya menarik partisipasi masyarakat. Dengan demikian peranan pasar modal dalam pembangunan dapat disimpulkan sebagai berikut (Gunadarma, 2010): 1. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan usaha. Hal ini merupakan perwujudan dari usaha pendemokrasian cara berusaha. 36 2. Meratakan pendapatan masyarakat dari hasil pembangunan itu. 3. Menyehatkan pengelolaan perusahaan, sesuai dengan asas-asas keterbukaan perusahaan. 4. Memobilisasi dana masyarakat yang akan saling menunjang dengan pengembangan kegiatan usaha yang memerlukan dana. Husnan (1996) menyebutkan bahwa pasar modal memiliki daya tarik. Pertama, diharapkan pasar modal ini akan menjadi alternative penghimpun dana selain perbankan. Kedua, pasar modal memungkinkan para pemodal mempunyai berbagai pilihan yang sesuai dengan preferensi resiko. Sunariyah (1997) menjelaskan bahwa pasar modal memiliki peranan yang penting dalam suatu negara. Peran pasar modal bagi sebuah negara secara mikro dapat dilihat dari lima aspek sebagai berikut: a. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dan penjual untuk menentukan saham atau surat berharga yang diperjualbelikan tanpa mengharuskan kedua belah pihak bertemu secara langsung. b. Pasar modal member kesempatan kepada para investor untuk memperoleh hasil atau return yang diharapkan. c. Pasar modal member kesempatan bagi para investor untuk menjual kembali saham atau surat berharga yang dimilikinya. d. Pasar modal menciptakan kesempatan bagi masyarakat berpartisipasi dalam mengembangkan perekonomian negara. untuk 37 e. Pasar modal mengurangi biaya informasi yang diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi. 2.2.2 Jenis Pasar Modal Sunariyah (1997) mengklasifikasikan pasar modal berdasarkan tempat kejadian transaksi dan proses penyelenggaraan transaksi. Berdasarkan tempat kejadian transaksinya, pasar modal dapat dibedakan menjadi: a. Pasar Perdana (primary market) Pasar perdana adalah pasar yang memperdagangkan saham-saham atau sekuritas lainnya yang dijual untuk pertamakalinya (penawaran umum) sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa. b. Pasar Sekunder (secondary market) Pasar sekunder adalah pasar yang saham dan sekuritas lain diperjualbelikan secara luas setelah melalui masa penjualan di pasar perdana. c. Pasar ketiga (third market) Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di luar bursa (Over-The-Counter Market). Operasi yang ada di pasar ketiga ini berupa pemusatan informasi yang disebut dengan trading information dan informasi yang diberikan dalam pasar ini meliputi harga-harga saham, jumlah transaksi dan keterangan lain mengenai surat berharga yang bersangkutan. Di Indonesia, pasar ketiga ini disebut dengan bursa paralel. d. Pasar keempat (fourth market) 38 Pasar keempat merupakan tempat pengalihan saham dari satu pemegang ke pemegang lainnya tanpa melalui perantara pedagang efek. Bentuk transaksi dalam perdagangan ini biasanya dilakukan dalam jumlah besar. Ditinjau dari proses penyelenggaraannya, pasar modal dibagi menjadi beberapa kategori (Sunariyah, 1997): a. Pasar Spot Pasar spot adalah pasar keuangan yang memperdagangkan sekuritas atau jasa keuangan untuk diserahterimakan secara spontan. b. Pasar Futures atau Forward Pasar futures adalah pasar keuangan dimana sekuritas atau jasa keuangan akan diselesaikan pada kemudian hari atau beberapa waktu sesuai dengan ketentuan. c. Pasar Opsi Pasar opsi adalah pasar keuangan yang memperdagangkan hak untuk menentukan pilihan terhadap saham atau obligasi. 2.2.3 Instrumen Pasar Modal Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat berharga (efek) yang secara umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, yang dimaksud dengan efek adalah setiap surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti utang, setiap right, waran, opsi, atau setiap derivatif dari efek, atau setiap instrumen yang 39 ditetapkan sebagai efek (Sunariyah, 1997). Menurut Sunariyah (1997), hingga saat ini efek yang diperdagangkan di pasar modal antara lain sebagai berikut: 1. Saham Saham adalah penyertaan modal adalam pemilikan suatu perseroan terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten. Pemilik saham merupakan pemilik sebagian dari perusahaan tersebut. Di Indonesia, jenis saham yang diperdagangkan adalah saham atas nama, yaitu saham yang nama pemilik tertera di atas saham tersebut. 2. Obligasi Obligasi adalah surat pengakuan utang atas pinjaman yang diterima oleh perusahaan penerbit obligasi dari masyarakat. Jangka waktu obligasi telah ditetapkan dan disertai dengan pemberian imbalan bunga yang jumlah dan saat pembayarannya juga telah ditetapkan dalam perjanjian. Obligasi ini diterbitkan baik oleh Badan Usaha Milik Negara, swasta maupun pemerintah pusat atau daerah (BUMD). 3. Derivatif dari efek a. Right/Klaim Right merupakan bukti hak memesan saham terlebih dahulu yang melekat pada saham yang memungkinkan para pemegang saham untuk membeli saham baru yang akan diterbitkan oleh perusahaan sebelum saham-saham tersebut ditawarkan kepada pihak lain. 40 b. Waran Waran adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada pemegang saham untuk memesan suatu saham dari perusahaan tersebut pada harga tertentu untuk enam bulan atau lebih. c. Obligasi konvertibel Obligasi konvertibel adalah obligasi yang setelah jangka waktu tertentu dan selama masa tertentu dengan perbandingan dan/atau harga tertentu dan dapat ditukar kembali menjadi saham dari perusahaan emiten. d. Saham deviden Saham deviden adalah saham yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk pemegang saham sebagai deviden yang tidak tunai. e. Saham bonus Saham bonus adalah saham yang dibagikan kepada pemegang saham lama. f. Sertifikat ADR/CDR American Depository Receipts (ADR) atau Continental Depository Receipts (CDR) adalah suatu resi (tanda terima) yang memberikan bukti bahwa saham perusahaan asing disimpan sebagai titipan atau berada di bawah penguasaan suatu bank Amerika. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah transaksi dan mempercepat pengalihan penerima manfaat dari suatu efek asing di Amerika. 41 g. Sertifikat Reksa Dana Sertifikat Reksa Dana adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemodal menitipkan uang kepada manajer investasi sebagai pengelola dana untuk diinvestasikan baik di pasar modal atau di pasar uang. Ada 2 jenis reksa dana, yaitu: reksa dana open end (terbuka), yaitu sertifikat yang bisa dijual kembali kepada manajer investasi dan reksa dana close end (tertutup), yaitu sertifikat yang tidak bisa dijual kembali kepada manajer investasi tetapi dijual di pasar sekunder. 2.2.4 Pengelompokan Pasar Modal Dunia Pasar Internal disebut juga pasar nasional. Pasar ini dibedakan menjadi: pasar domestic dan pasar asing. Pasar Domestik merupakan pasar dimana perusahaan-perusahaan penerbit sekuritas berdomisili di Negara tersebut. Pasar asing adalah pasar dimana dilakukan jual beli sekuritas dari perusahaan yang tidak berdomisili di negara tersebut. Sekuritas asing diatur oleh pihak berwenang di negara dimana sekuritas tersebut beredar. Misalnya, sekuritas yang diterbitkan di AS oleh perusahaan non AS harus mengikuti hukum sekuritas AS. Pasar eksternal, disebut juga pasar internasional, meliputi sekuritas dengan karakteristik sebagai berikut: (1) pada saat diterbitkan, sekuritas ini ditawarkan secara terus-menerus kepada investor di berbagai negara, dan (2) sekuritas tersebut dikeluarkan di luar yuridiksi satu negara. Pasar eksternal umumnya disebut offshore market, atau lebih popular dengan sebutan Euromarket (walaupun pasar ini tidak terbatas hanya di Eropa, hanya dimulai di Eropa) (Fabozzi, 1999). 42 Gambar 2.2 Pengelompokan Pasar Keuangan Global (Sumber : Fabozzi, 1999) 43 2.3 Saham Saham (share/stock/andeel/andil) adalah salah satu investasi pasar modal yang paling umum diperdagangkan karena saham akan memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Saham adalah penyertaan modal dari seorang atau badan usaha di dalam suatu perusahaan perseroan terbatas. Dengan memiliki saham berarti kita ikut memiliki perusahaan sehingga berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (Hariyani, Purnomo, 2010). Menurut Dwiyanti (1999) Saham didefinisikan sebagai “tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik (berapapun porsinya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham) tersebut sesuai porsi kepemilikannya yang tertera pada saham”. Saham merepresentasikan kepemilikan dari sebuah perusahaan. Dilihat dari sudut fungsinya nilai dari suatu saham ada tiga macam, yaitu: a. Nilai Nominal (Par Value) Biasa disebut juga nilai par, yaitu nilai yang dicantumkan pada saham yang bersangkutan, ini digunakan untuk tujuan akuntansi. b. Harga dasar Harga dasar dari saham yang baru diterbitkan biasa juga disebut juga harga perdana atau Initial Public Offering (IPO). Harga dasar ini akan berubah sesuai dengan aksi emiten yang dilakukan seperti stock split. 44 c. Harga Pasar (Market Price) Harga pasar ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran di pasar. Harga pasar suatu saham dapat dilihat pada pasar yang sedang berlangsung di lantai bursa, biasanya harga ini akan bergerak naik atau turun terutama untuk saham yang aktif. Harga pasar saat pasar bursa efek ditutup disebut harga penutupan (closing price). Menurut Sunariyah (1997), saham adalah penyertaan modal dalam pemilikan suatu perseroan terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten. Zaki Baridwan (1997) menyebutkan bahwa saham merupakan bukti kepemilikan PT (Perseroan Terbatas) yang mempunyai hak sebagai berikut: a. Hak untuk berpartisipasi dalam menentukan arah dan tujuan perusahaan yaitu hak suara dalam rapat pemegang saham. b. Hak untuk memperoleh laba dari perusahaan dalam bentuk deviden yang dibagi perusahaan. c. Hak untuk membeli saham baru yang dikeluarkan oleh perusahaan agar profesi pemilikan saham masing-masing pemegang saham dapat berubah. d. Hak untuk menerima pembagian aktiva perusahaan dalam hal perusahaan dilikuidasi. Siapa saja yang ikut memegang saham perusahaan berarti ia ikut memiliki perusahaan, haknya sama dengan pemegang saham yang lain sesuai porsi fraksional dari keseluruhan. Orang membeli saham karena mengharapkan keuntungan. Jika perusahaan untung, ia ikut memikmati keuntungan juga sesuai porsi yang dia miliki. 45 Umumnya ada dua tipe dasar saham yang dikeluarkan perusahaan, yakni saham biasa dan istimewa (Capital Market Society of Indonesia, 1997). 2.3.1 Jenis-Jenis Saham Menurut Tjiptono dan Hendy (2001), Jenis-jenis saham dibedakan menjadi beberapa sudut pandang yaitu: 1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, saham dibedakan atas: a. Saham Biasa (Common Stock) Saham biasa atau common stock adalah saham yang menempatkan pemiliknya paling junior terhadap pembagian deviden dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Deviden dalam saham biasa dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba dan memiliki hak suara dalam RUPS. Saham ini hanya memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya. b. Saham Preferen (Preffered Stock) Saham preferen adalah saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa karena saham ini bisa menghasilkan pendapatan tetap seperti bunga obligasi. Dalam saham preferen ini terdapat hak didahulukan dalam aspek tertentu pada saat pengambilan keputusan pada suatu perusahaan publik. Saham ini memiliki hak lebih 46 dalam memperoleh deviden dan memiliki hak pembayaran maksimal sebesar nilai nominal saham lebih dahulu setelah kreditur. Jika perusahaan dilikuidasi, memiliki hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan diatas pemegang saham biasa setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi. 2. Ditinjau dari kinerja perdagangan, saham dapat dibedakan atas: a. Saham atas unjuk (Bearer Stock) Saham atas unjuk adalah saham yang nama pemilik saham tidak tertera di atas saham tetapi secara hukum siapa saja yang memegang saham tersebut diakui sebagai pemiliknya dan berhak ikut hadir dalam RUPS. Saham ini mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya. b. Saham atas nama (Registered Stock) Saham atas nama adalah saham yang nama pemilik saham tertera di atas saham tersebut dan cara peralihan saham harus melalui prosedur tertentu. 3. Ditinjau dari kinerja perdagangan, saham dapat dibedakan atas: a. Blue Chips Stocks Blue chips stocks adalah saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri dan memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam pembayaran devidennya. 47 b. Income Stocks Income stocks adalah saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan dari tahun sebelumnya. c. Growth Stocks (well-known) dan Growth Stocks (lesser-known) Growth stocks (well-known) adalah saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi dan sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Growth stocks (lesser-known) adalah saham datri emiten yang bukan leader dalam industri namun memiliki ciri growth stocks dan pada umumnya saham ini berasal dari daerah dan kurang populer di kalangan emiten. d. Speculative Stocks Speculative stocks adalah saham dari suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang meskipun belum pasti. e. Counter Cyclical Stocks Counter cyclical stocks adalah saham yang tidak dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Emiten dalam saham ini biasanya bergerak dalam produk yang sangat dan selalu dibutuhkan masyarakat, seperti rokok dan consumer goods. 48 2.3.2 Penentuan Harga Saham BEI (Bursa Efek Indonesia) menggunakan sistem komputerisasi dalam menghimpun dan menginformasikan pergerakan harga. Harga saham dan detail aktivitas perdagangan disiarkan kepada lembaga-lembaga broker dan profesional-profesional investasi secara konstan, berputar setiap menit. Harga-harga yang tampak pada papan display elektronik di kantor broker, pada komputer-komputer pribadi/rumah melalui jasa-jasa pencarian data/informasi atau pada jaringan televise kabel adalah 15 menit dibelakang informasi yang diterima broker. Keterlambatan/ketertinggalan ini memaksa broker bereaksi pada perubahan harga yang tiba-tiba sebelum dibanjiri orderorder atau pemeriksaan-pemeriksaan (Capital Market Society of Indonesia, 1997). a. Rumor pengaruhi harga atau sentimental pasar Sekecil apapun informasi, itu adalah penting. Broker yang baik akan memperhatikan setiap informasi di layar. Terminal komputer modern menyediakan data yang tak habis-habisnya tentang setiap saham, kondisi keseluruhan pasar saham, berita-berita yang paling akhir dalam bidang ekonomi – semuanya hanya dengan menekan beberapa tombol. Rumor juga tak boleh diabaikan. Karena rumor apakah positif atau negatif akan menentukan arah gerak harga saham. b. Mengevaluasi saham Membaca tabel saham merupakan informasi dasar. Tapi itu hanya sebagian kecil saja. Ada banyak informasi lain yang dapat dipakai investor 49 dan profesional investasi untuk mengevaluasi saham. Informasi terbuka atau bahkan yang tersembunyi diusahakan mencari tahu secepatnya. 1. Angka berbicara Empat unsur informasi finansial merupakan indikator yang baik dari bentuk kedudukan sebuah perusahaan dan apakah sahamnya merupakan investasi yang baik. Angka-angka ini dicatat secara teratur dalam media financial, dan juga tersedia dari broker. • Nilai buku adalah perbedaan antara asset perusahaan dan passive. Suatu nilai buku yang kecil atau rendah dari begitu banyak utang, misalnya, berarti bahwa profit perusahaan akan dibatasi jikapun ia melakukan begitu banyak bisnis. Kadang-kadang nilai buku yang rendah berarti asset yang ditaksir terlalu rendah; para ahli menganggap perusahaan-perusahaan ini merupakan investasi yang baik. • Pendapatan per saham dihitung dengan membagi jumlah saham ke dalam keuntungan. Jika penghasilan bertambah tiap tahun, perusahaan semakin tumbuh. • Perolehan dalam ekuitas adalah persentase yang diperoleh dengan membagi penghasilan perusahaan per saham dengan nilai bukunya. • Ratio pengeluaran adalah persentase penghasilan bersih perusahaan yang digunakan untuk membayar dividen. • Jumlah yang normal adalah 25% dan 50% dari penghasilan bersih. Ratio yang lebih tinggi artinya oerusahaan berjuang memenuhi kewajiban-kewajibannya. 50 2. Transparansi Informasi Perusahaan terus berhubungan dengan orang yang memiliki sahamnya, perusahaan dituntut secara hukum untuk memberitahukan dari waktu ke waktu kepada pemegang saham bagaimana jalannya bisnis, informasi tersebut dapat sangat bernilai dengan terus membuka rekening dalam investasi anda, Informasi yang paling lengkap diberikan perusahaan tercakup dalam laporan tahunannya. Anda juga mendapat laporan kwartalan, dengan ringkasan performance perusahaan pada saat itu. Laporan tahunan seperti namanya suatu laporan operasi perusahaan selama setahun lalu, sering sangat rumit digambarkan dan diilustrasikan, biasanya dimulai dengan surat dari pimpinan perusahaan menyangkut masalah-masalah utama tahun lalu dan memberikan beberapa prediksi yang luas tentang tahun yang akan datang. Suatu laporan tahunan yang tipikal mencakup: • Bagian yang memuat garis besar filosofi perusahaan atau beberapa pengertian bagaimana perusahaan menjalankan bisnisnya. • Laporan detail masing-masing segmen tentang operasi perusahaan. • Mereka dapat mengungkapkan kelemahan-kelemahan dalam struktur managemen atau produk atau jasa yang diberikan perusahaan. • Informasi finansial, mencakup pernyataan profit dan kerugian setahun, dan lembar neraca yang menunjukkan asset perusahaan dan pasiva pada akhir tahun dibanding tahun sebelumnya. 51 • Catatan kaki berkaitan dengan ringkasan keuangan dapat kadangkadang mengungkapkan masalah-masalah seperti peraturan hukum yang menentang perusahaan atau peraturan-peraturan pemerintah yang ada yang mungkin mempengaruhi profitabilitas. Pernyataan tertulis dari auditor dapat menenteramkan pemegang saham karena akuntan public – hanya yang terdaftar di Bapepam yang boleh mengaudit perusahaan publik – telah memeriksa laporan keuangan perusahaan dan menjamin bahwa itu fair dan akurat. 2.4 Perilaku Konsumen Menurut Dharmmestha (1999) dalam Manajemen Pemasaran tentang Analisa Perilaku Konsumen menyebutkan bahwa konsumen membeli barang dan jasa adalah untuk memuaskan berbagai keinginan dan kebutuhan. Barang dan jasa itu sendiri tidaklah sepenting kebutuhan dan keinginan manusia yang dipenuhinya, melainkan karena barang-barang tersebut dianggap dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkanya. Jadi, yang dibeli konsumen bukanlah barangnya sendiri, tetapi kegunaan yang dapat diberikan barang tersebut atau dengan kata lain kemampuan barang tersebut untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Menurut Mangkunegara (2005) Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomis yang dapat dipengaruhi lingkungan. 52 Variabel-variabel yang berhubungan erat dalam mempelajari perilaku konsumen antara lain : • Variable Stimulus Variable stimulus merupakan variable yang berada di luar diri individu (faktor eksternal) yang sangat berpengaruh dalam proses pembelian. Contohnya: merek dan jenis barang, iklan, pramuniaga, penataan barang dan ruangan took, • Variable Respons Variable respons merupakan hasil aktivitas individu sebagai reaksi dari variable stimulus. Variable respons sangat bergantung pada faktor individu dan kekuatan stimulus, Contohnya : keputusan membeli barang, pemberian penilaian terhadap barang, perubahan sikap terhadap suatu produk. • Variable Intervening Variable intervening adalah variable antara stimulus dan respons. Variable ini merupakan faktor internal individu, termasuk motif-motif membeli, sikap terhadap suatu peristiwa, dan persepsi terhadap suatu barang. Peranan variable intervening adalah untuk memodifikasi suatu respons. Sedangkan menurut Mowen dan Minor (2003) perilaku konsumen adalah ilmu yang mempelajari mengenai proses pembelian dan proses pertukaran yang terlibat dalam mendapatkan mengonsumsi dan menghabiskan suatu barang, jasa, pengalaman, dan ide (Consumer Behaviour is defined as the study of the buying units and the exchange processes involved in acquiring, consuming, and disposing of goods, services, experierces, and ideas). 53 2.5 Pengambilan Keputusan Menurut Schiffman dan Kanuk (2007), keputusan adalah penyeleksian dari pilihanpilihan dua atau lebih alternative. Tidak semua situasi pengabilan keputusan konsumen menerima atau membutuhkan tingkat pencarian informasi yang sama. Schiffman dan Kanuk (2007) membedakan tiga tingkat pengambilan keputusan konsumen yang spesifik, yaitu: 1. Pemecaham Masalah yang Luas Pada tingkat ini, konsumen membutuhkan berbagai informasi untuk menetapkan serangkaian kriteria guna menilai merek-merek tertentu dan banyak informasi yang sesuai mengenai setiap merek yang akan dipertimbangkan. Pemecahan masalah yang luas biasanya dilakukan pada pembelian barang tahan lama dan barang-barang mewah seperti mobil, rumah peralatan elektronik. 2. Pemecahan Masalah yang Terbatas Pada tingkat ini, konsumen telah menetapkan kriteria dasar untuk menilai kategori produk dan berbagai merek dalam kategori tersebut. Namun, konsumen belum memiliki preferensi tentang merek tertentu. Mereka membutuhkan informasi tambahan untuk melihat peredaan diantara berbagai merek. 3. Perilaku Sebagai Respon yang Rutin Pada tingkat ini, konsumen sudah mempunya beberapa pengalaman mengenai kategori produk dan serangkaian kriteria yang ditetapkan dengan baik untuk menilai berbagai merek yang sedang mereka pertimbangkan. Konsumen 54 mungkin mencari informasi tambahan, tetapi hanya untuk meninjau kembali apa yang sudah mereka ketahui. 2.5.1 Tahap Pengambilan Keputusan Proses pengambilan keputusan terbagi atas 4 tahap utama (Turban dan Aronson, 2001) seperti dapat dilihat pada Gambar 2.1. Keempat tahap utama tersebut adalah: 1. Inteligensia (Intelligence) Tahap ini dimulai dengan mengidentifikasikan tujuan dan sasaran organisasi yang ingin dicapai. Masalah terjadi ketika terjadi kesenjangan antara tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dengan kenyataan yang ada. Selanjutnya, masalah diklasifikasikan menjadi masalah terstruktur, tidak terstruktur, atau semi terstruktur. Tahap yang tidak kalah pentingnya adalah menentukan orang yang bertanggung jawab untuk mengatasi masalah tersebut. Tahap inteligensia ini diakhiri dengan pernyataan masalah secara formal. 2. Perancangan Tahap perancangan ini meliputi menemukan atau mengembangkan dan menganalisa alternatif-alternatif yang mungkin untuk mengatasi permasalahan yang telah dinyatakan dalam tahap inteligensia. Pada tahap ini, suatu model akan dibuat, diuji, dan divalidasikan. Pembuatan model itu sendiri meliputi pemilihan kriteria yang akan digunakan untuk menganalisa dan mengevaluasi alternatif-alternatif yang ada untuk mendapatkan alternatif yang terbaik. 55 Selain itu, pembuatan model meliputi pemilihan alternatif-alternatif yang akan dimasukkan ke dalam model tersebut. 3. Pemilihan (choice) Tahap ini merupakan tahap paling penting dalam proses pengambilan keputusan karena pada tahap ini keputusan yang sebenarnya akan dibuat, Evaluasi merupakan tahap final untuk menghasilkan rekomendasi alternatif yang terbaik. Dalam melakukan evaluasi, perlu pula diperhatikan sensitivitas terhadap perubahan data ataupun parameter yang akan mengakibatkan perubahan pada rekomendasi alternattif. Setelah rekomendasi alternatif terbaik dihasilkan, tahap selanjutnya adalah mempersiapkan model tersebut untuk diimplementasikan. 4. Implementasi (implementation) Tahap terakhir dalam proses pengambilan keputusan adalah pengimplementasian rekomendasi alternatif yang dihasilkan oleh model. Banyak hambatan-hambatan yang bisa terjadi semasa tahap implementasi, antara lain kurangnya dukungan dari manajer puncak, ketakutan untuk perubahan, kurangnya pelatihan, dan masih banyak lagi. 56 Tahap Intelijen Penyederhanaan Tujuan Organisasi Prosedur Pencarian dan Pemindaian Mengumpulkan Data Mengidentifikasi Masalah Mengklasifikasi Masalah Menyatakan Masalah Asumsi Reality Validasi Model Tahap Perancangan Merumuskan Model Menetapkan Kriteria Untuk Pilihan Mencari Alternatif Memprediksi dan Mengukur Hasil SUKSES Tahap Pemilihan Verifikasi, Pengujian Solusi yang Diajukan Solusi Untuk Model Analisis Sensitivitas Pemilihan Alternatif Terbaik Rencana Pelaksanaan Perancangan Pengawasan Sistem Implementasi Solusi GAGAL Gambar 2.3 Tahap Pengambilan Keputusan (Sumber : Turban dan Aronson, 2001)