BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dituliskan bahwa Fisika pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Madrasah Aliyah (MA) dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan beberapa pertimbangan. Salah satunya adalah Fisika perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Dalam hal ini guru bertugas sebagai fasilitator agar proses kegiatan pembelajaran mata pelajaran Fisika berlangsung dengan baik sesuai dengan salah satu tujuan mata pelajaran Fisika yang tercantum dalam KTSP. Studi pendahuluan dilakukan pada salah satu SMA Negeri di Bandung dengan cara mengamati kegiatan guru dan siswa di dalam kelas serta memberikan tes kepada siswa, hasilnya menunjukkan beberapa hal yaitu antara lain sebagai berikut : 1) Metode pembelajaran yang digunakan guru pada pembelajaran adalah ceramah dan tanya jawab. Dengan Metode Ceramah lebih dominan daripada Metode Tanya Jawab. 2) Kegiatan siswa selama pembelajaran adalah memperhatikan mengerjakan soal dan sesekali menjawab pertanyaan dari guru. 1 guru, 2 3) Konsep yang dikuasai pada aspek kognitif pengetahuan siswa (C1) untuk materi yang pernah dipelajari adalah 89%. 4) Konsep yang dikuasai pada aspek kognitif pemahaman siswa (C2) untuk materi yang pernah dipelajari adalah 83%. 5) Konsep yang dikuasai pada aspek kognitif penerapan siswa (C3) untuk materi yang pernah dipelajari adalah 37%. 6) Konsep yang dikuasai pada aspek kognitif analisis siswa (C4) untuk materi yang pernah dipelajari adalah 29%. Berdasarkan data yang didapat pada studi pendahuluan diperoleh bahwa Metode Ceramah memiliki keunggulan bahwa metode ini praktis apabila dikaitkan dengan persiapan sebelum proses pembelajaran, kemudian apabila dikaitkan dengan konsep yang dikuasai didapat data bahwa sebanyak 89 % siswa mampu menjawab dengan benar soal kognitif pengetahuan (C1) dan sebanyak 83 % siswa mampu menjawab dengan benar soal kognitif pemahaman (C2). Namun terdapat kelemahan dalam penggunaan Metode Ceramah dalam kegiatan pembelajaran Fisika, yaitu dalam hal ini pada Metode Ceramah siswa tidak diberi kesempatan untuk menemukan sendiri konsep Fisika yang dipelajarinya, siswa secara langsung menerima pengetahuan yang sudah jadi yang disampaikan guru, akibatnya konsep yang harus dikuasai siswa kurang terbentuk dalam pemikiran siswa. Sedangkan permasalahan lain terungkap pada aspek kognitif penerapan (C3) dan analisis (C4). Hanya 37% siswa yang mampu menjawab dengan tepat soal kognitif penerapan (C3) dan 29% siswa yang mampu menjawab dengan tepat soal kognitif analisis (C4). Selain itu, masalah pada kegiatan siswa selama 3 pembelajaran menyebabkan potensi siswa dalam hal kemampuan afektif dan kemampuan psikomotorik tidak terasah dengan baik. Dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran berjalan tidak optimal, terjadi kekurangan pada proses pembelajaran sehingga menyebabkan konsep yang dimiliki siswa terutama pada aspek kemampuan kognitif penerapan dan analisis serta pada kemampuan afektif dan kemampuan psikomotorik mengalami kekurangan. Agar masalah di atas dapat ditemukan solusinya yaitu siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri konsep Fisika melalui kegiatan penyelidikan, perlu diupayakan pembelajaran dengan tujuan memudahkan siswa membangun pengetahuan Fisika untuk memahami konsep-konsep Fisika yang harus dipelajari dan dipahami. Dengan semakin mudahnya siswa mempelajari Fisika, diharapkan konsep yang dikuasai siswa meningkat pada pembelajaran Fisika. Salah satu model pembelajaran yang dapat membuat siswa meningkat penguasaan konsepnya adalah Model Pembelajaran Novick. Penelitian yang dilakukan para peneliti terdahulu mengenai Model Pembelajaran Novick sebagai berikut: Komala (2008) menyatakan bahwa Pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Novick dapat meningkatkan Pemahaman konsep fisika siswa sebesar 44,31 % pada pembelajaran seri I dan 51,45 % pada pembelajaran seri II. Saran yang diberikan adalah dalam pelaksanaan Pembelajaran, sebaiknya alat-alat percobaan yang akan digunakan untuk memfasilitasi siswa mengalami konflik konseptual tidak disediakan terlebih dahulu sebelum siswa meramalkan masalah/ ilustrasi yang terdapat dalam LKS, hal ini dimaksudkan agar siswa tidak mencoba 4 alat terlebih dahulu sebelum meramalkan dan mengungkapkan konsepsi awalnya sehingga konflik konseptual terjadi lebih mendalam. Solikhin (2009) menyatakan bahwa Pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Novick dapat meningkatkan Pemahaman konsep fisika siswa dengan gain ternormalisasi 0,675 dan termasuk dalam peningkatan dengan kategori sedang. Saran yang diberikan adalah Guru hendaknya menyajikan fenomena yang lebih dikenal siswa supaya dapat membuat siswa lebih tertarik untuk memahami fenomena yang terjadi, sehingga aktivitas siswa terhadap pembelajaran lebih meningkat dan mendorong siswa untuk selalu ingin meningkatkan prestasi belajarnya. Diyanti (2010) menyatakan bahwa Pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Novick lebih efektif dalam meminimalisasi miskonsepsi siswa dibandingkan dengan penerapan model pembelajaran konvensional, hal ini terlihat dari nilai rata-rata gain yang dinormalisasi untuk kelas eksperimen sebesar 0,400 (sedang) sedangkan untuk kelas kontrol adalah 0,185 (rendah). Saran yang diberikan adalah Model Pembelajaran Konstruktivisme tipe Novick dapat dijadikan salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meminimalisasi miskonsepsi fisika siswa. Iman (2011) menyatakan bahwa dalam pembelajaran terjadi peningkatan pemahaman konsep fisika siswa SMA untuk setiap pertemuan pembelajaran dengan klasifikasi peningkatan sedang setelah diterapkannya Model Pembelajaran Novick berbantuan multimedia. Hal ini dapat dilihat dari skor gain setiap pertemuan yaitu 0,460 untuk pertemuan I, 0,354 untuk pertemuan II, dan 0,342 5 untuk pertemuan III. Berdasarkan pengkategorian gain yang dilakukan Hake, gain-gain tersebut mempunyai kategori peningkatan sedang. Saran yang diberikan adalah peralatan yang digunakan dalam penerapan Model Pembelajaran Novick berbantuan multimedia ini hendaknya sudah diperiksa terlebih dahulu dan sudah di setting di dalam ruangan sebelum pembelajaran dimulai. Hal ini berguna untuk menghindari tidak berfungsinya alat-alat yang digunakan ketika pembelajaran dilakukan. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Novick ini dapat meningkatkan pemahaman siswa dan meminimalisasi miskonsepsi siswa, namun penelitian Model Pembelajaran Novick untuk hasil belajar belum pernah dilakukan sebelumnya. Padahal setiap tahapan-tahapannya memungkinkan untuk dilakukan penelitian mengenai hasil belajar siswa. Model Pembelajaran Novick (Natsir, 1997) adalah salah satu model pembelajaran yang merujuk pandangan konstruktivisme. Model pembelajaran ini sederhana namun mudah dikuasai oleh guru. Model ini berawal dari perubahan konsep berdasarkan perubahan konseptual. Model ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Exposing alternative framework (mengungkap konsepsi awal siswa), Creating conceptual conflict (menciptakan konflik konseptual) dan Encouraging cognitive accommodation (mengupayakan terjadinya akomodasi kognitif). Di dalam tiap tahapnya memungkinkan siswa membentuk pengetahuan dengan mandiri dalam pembelajaran serta mengembangkan potensinya dalam hal kemampuan afektif dan kemampuan psikomotorik. 6 Sehingga diharapkan dengan penerapan Model Pembelajaran Novick dalam pembelajaran, hasil belajar siswa kognitif terutama konsep penerapan dan analisis yang menjadi masalah dalam penelitian serta potensi siswa pada kemampuan afektif dan kemampuan psikomotorik dapat meningkat serta siswa ikut terlibat aktif positif dalam pembelajaran. . B. Rumusan Masalah Dalam penelitian ini dibuat rumusan masalah sebagai berikut: “Apakah Model Pembelajaran Novick dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Fisika ?” Agar rumusan masalah diatas dapat lebih terperinci setelah diterapkannya Model Pembelajaran Novick dalam Pembelajaran Fisika, maka dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana keterlaksanaan Model Pembelajaran Novick ? 2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada aspek kemampuan kognitif ? 3. Bagaimana profil kemampuan afektif siswa ? 4. Bagaimana profil kemampuan psikomotorik siswa ? C. Batasan Masalah Batasan masalah dalam suatu penelitian sangat diperlukan dengan tujuan agar penelitian lebih mengarah sesuai dengan masalah yang dikaji dan tidak terlalu meluas. 7 1. Peningkatan hasil belajar pada aspek kemampuan kognitif merupakan perubahan positif gain ternormalisasi dari pretest dan posttest yang diinterpretasikan. Hasil belajar aspek kemampuan kognitif yang diteliti meliputi jenjang pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4). 2. Profil kemampuan afektif merupakan gambaran ketercapaian kemampuan afektif siswa pada tiap jenjang. Profil kemampuan afektif yang diteliti meliputi kemampuan kemampuan menunjukkan membangun keseriusan kejujuran dalam kerja melakukan dalam sama dalam penyelidikan, penyelidikan, dan penyelidikan, kemampuan kemampuan mengkomunikasikan hasil penyelidikan secara lisan. 3. Profil kemampuan psikomotor merupakan gambaran ketercapaian kemampuan psikomotor siswa pada tiap jenjang. Profil kemampuan psikomotor yang diteliti meliputi kemampuan menyiapkan alat dan bahan, kemampuan merangkai dan menggunakan alat dan bahan, kemampuan melakukan penyelidikan, dan kemampuan mengumpulkan dan mencatat data hasil penyelidikan. D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan penelitian ini setelah diterapkannya Model Pembelajaran Novick pada Pembelajaran Fisika adalah sebagai berikut : 8 1. Mengetahui keterlaksanaan Model Pembelajaran Novick. 2. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada aspek kemampuan kognitif. 3. Mengetahui profil kemampuan afektif siswa. 4. Mengetahui profil kemampuan psikomotorik siswa. E. Manfaat Penelitian Penelitian dilakukan dengan harapan mempunyai manfaat sebagai berikut : 1. Menjadi salah satu solusi agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa melalui Model Pembelajaran Novick. 2. Memberikan gambaran yang jelas tentang Model Pembelajaran Novick terhadap peningkatan hasil belajar siswa. F. Variabel Penelitian Variabel yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Pada penelitian ini variabel bebas berupa Model Pembelajaran Novick dan variabel terikat berupa hasil belajar siswa. G. Definisi Operasional 1. Model Pembelajaran Novick adalah salah satu tipe dari model pembelajaran berdasarkan Konstruktivisme. Ide utama dari Model Pembelajaran Novick adalah perubahan konseptual melalui akomodasi kognitif yang dimulai dari pengungkapan pengetahuan awal siswa. Model Pembelajaran Novick 9 memiliki tiga tahapan, yaitu : Exposing alternative framework (mengungkap konsepsi awal siswa), Creating conceptual conflict (menciptakan konflik konseptual) dan Encouraging cognitive accommodation (mengupayakan terjadinya akomodasi kognitif). Keterlaksanaan Model Pembelajaran Novick diukur dengan menggunakan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. 2. Hasil belajar aspek kemampuan kognitif yang dimaksud adalah hasil belajar kemampuan intelektual siswa. Hasil belajar aspek kemampuan kognitif yang diteliti meliputi C1 (Pengetahuan), C2 (Pemahaman), C3 (Penerapan) dan C4 (Analisis). Hasil belajar aspek kemampuan kognitif siswa diukur menggunakan tes dalam bentuk pilihan ganda (multiple choice) berdasarkan indikator-indikator pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Peningkatannya ditunjukkan dengan adanya perubahan positif gain ternormalisasi dari posttest terhadap pretest (Hake,1999). 3. Profil kemampuan afektif adalah profil belajar siswa yang berkaitan dengan sikap dan sebagai hasilnya berupa perubahan tingkah laku. Profil kemampuan afektif yang diamati meliputi kemampuan membangun kerja sama dalam penyelidikan, kemampuan keseriusan dalam melakukan penyelidikan, kemampuan menunjukkan kejujuran dalam penyelidikan, dan kemampuan mengkomunikasikan hasil penyelidikan secara lisan. Profil kemampuan afektif diukur dengan menggunakan lembar observasi kemampuan afektif. 4. Profil kemampuan psikomotorik adalah profil belajar yang dicapai oleh siswa berupa kemampuan penampilan atau keterampilan. Profil kemampuan psikomotorik yang diamati meliputi kemampuan menyiapkan alat dan bahan, 10 kemampuan merangkai dan menggunakan alat dan bahan, kemampuan melakukan penyelidikan, dan kemampuan mengumpulkan dan mencatat data hasil penyelidikan. Profil kemampuan psikomotorik menggunakan lembar observasi kemampuan psikomotorik. diukur dengan