PPD_pertemuan ke4

advertisement
Review
Pertumbuhan ialah perubahan secara fisiologis dari hasil proses kematangan fungsifungsi jasmani sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan (Baharuddin, 2009 : 66).
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai proses berubahnya keadaan jasmaniah (fisik) yang
turun-temurun
dalam
bentuk
perkembangan
berkenaan
proses
dengan
aktif
yang
peningkatan
berkesinambungan
kualitas,
yaitu
(terstruktur),
peningkatan
dan
penyempurnaan fungsi (Nana Syaodih 2003: 111), Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pertumbuhan berkenaan dengan penyempurnaan struktur, sedang perkembangan
dengan penyempurnaan fungsi.Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai persamaan
yakni suatu proses perubahan yang menuju kearah kesempurnaan. Kedua istilah tersebut
bersifat integral
Pertemuan ke-4
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PERILAKU DAN PRIBADI
A. Perkembangan Fisik dan Perilaku Psikomotorik
a. Perkembangan fisik
Perkembangannya fisik ini mencakup aspek-aspek sebagai berikut:
 Perkembangan anatomis
Perkembangan anatomis ditunjukkan dengan adanya perubahan kuantitatif pada
struktur tulang belulang. Indeks tinggi dan berat badan, proporsi tinggi kepala dengan
tinggi garis keajegan badan badan secara keseluruhan.
 Perkembangan fisiologi
Perkembangan fisiologis ditandai dengan adanya perubahan-perubahan secara
kuantitatif, kualitatif dan fungsional dari sistem-sistem kerja hayati seperti konstraksi
otot, peredaran darah dan pernafasan, persyaratan, sekresi kelenjcar dan pencernaan.
Aspek fisiologi yang sangat penting bagi kehidupan manusia adalah otak (brain). Otak
dapat dikatakan sebagai pusat atau sentral perkembangan dan fungsi kemanusiaan.
Otak ini terdiri atas 100 miliar sel syaraf (neuron), dan setiap sel syaraf tersebut, ratarata memiliki sekitar 3000 koneksi (hubungan) dengan sel-sel syaraf yang lainnya.
Neuron ini terdiri dari inti sel (nucleus) dan sel body yang berfungsi sebagai penyalur
aktivitas dari sel syaraf yang satu ke sel yang lainnya.
b. Perkembangan perilaku psikomotorik
Perilaku psikomotorik memerlukan koordinasi fungsional antara neuronmuscular
system (persyarafan dan otot) dan fungsi psikis (kognitif, afektif, dan konatif).
(1) Berjalan dan Memegang Benda
Keterampilan berjalan diawali dengan gerakan-gerakan psikomotor dasar
(locomotion) yang harus dikuasainya selama tahun pertama dari kehidupannya.
Perkembangan psikomotorik dasar itu berlangsung secara sekuensial, sebagai
berikut: (1) keterampilan bergulir (roil over) dan telentang menjadi telungkup (5 :
8 bulan), (2) gerak duduk (sit up) yang bebas (8,3 bulan), (3) berdiri bebas (9,0
bulan) berjalan dengan bebas (13,8 bulan) (Lorre, 1970: 75). Keterampilan
memegang benda, sampai dengan 6, bulan pertama dan kelahirannya barulah
merupakan gerakan meraih benda-benda yang ditarik ke dekat badannya dengan
seluruh lengannya. Baru mulai pada masa enam bulan kedua dan kelahirannya,
jari-jemarinya dapat berangsur digunakan memungut dan memegang erat-erat
benda, seraya memasukkan ke mulutnya. Keterampilan memegang secara bebas
baru dicapai pula setelah keterampilan berjalan bebas dikuasai.
(2) Bermain dan Bekerja
Dengan dikuasainya keterampilan berjalan, anak bergerak sepanjang han ke
segenap ruangan dan halaman rumah nya seperti tidak mengenal lelah, kadangkadang berjalan, berlari, memanjat, melompat, dan sebagainya. Hampir setiap
benda yang ada di sekitarnya disentuhnya, diguncang, dirobek, atau dilemparnya.
Kalau kepada mereka diberikan atau disediakan alat-alat mainan tertentu mulailah
mereka menyusunnya menyerupai konstruksi tertentu.
(3) Proses Perkembangan Motorik
Di samping faktor-faktor hereditas, faktor-faktor lingkungan alamiah, sosial,
kultural, nutrisi dan gizi serta kesempatan dan latihan merupakan hal-hal yang
sangat berpengaruh terhadap proses dan produk perkembangan fisik, dan perilaku
psikomotorik.
B. Perkembangan Bahasa dan Perilaku Kognitis
a. Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam
pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan
dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan sesuatu
pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan, dan
mimik muka. Perkembangan pikiran itu dimulai pada usia 1,6-2,0 tahun, yaitu pada
saat anak dapat menyusun kalimat dua atau tiga kata. Laju perkembangan itu sebagai
berikut.
a. Usia 1,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat positif, seperti: “bapak makan”.
b. Usia 2,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat negatif (menyangkal), seperti:
“Bapak tidak makan”.
c. Pada usia selanjutnya, anak dapat menyusun pendapat:
1) Kritikan: “ini tidak boleh, ini tidak baik”.
2) Keragu-raguan: barangkali, mungkin, bisa jadi, ini terjadi apabila anak sudah
menyadari akan kemungkinan ke khilafannya.
3) Menarik kesimpulan analogi, seperti: anak melihat ayahnya tidur karena sakit,
pada waktu lain anak melihat ibunya tidur, dia mengatakan bahwa ibu tidur
karena sakit.
Apabila anak berhasil menuntaskan tugas yang satu, maka berarti juga ia dapat
menuntaskan tugas-tugas yang lainnya. Keempat tugas itu adalah sebagai berikut:
a. Pemahaman, yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain. Bayi memahami
bahasa orang lain, bukan memahami kata-kata yang diucapkannya, tetapi dengan
memahami kegiatan /gerakan atau gesturenya (bahasa tubuhnya).
b. Pengembangan Perbendaharaan kata-kata anak berkembang dimulai secara lambat pada
usia dua tahun pertama, kemudian mengalami tempo yang cepat pada usia pra-sekolah
dan terus meningkat setelah anak masuk sekolah.
c. Penyusunan Kata-kata menjadt kalimat, kemampuan menyusun kata-kata menjadi
kalimat pada umumnya berkembang sebelum usia dua tahun. Bentuk kalimat pertama
adalah kalimat tunggal (kalimat satu kata) dengan disertai: “gesture” untuk melengkapi
cara benpikirnya.
d. Ucapan. Kemampuan kata-kata merupakan hasil belajar melalui imitasi (peniruan)
terhadap suara-suara yang didengar anak dan orang lain (terutama orangtuanya). Pada
usia bayi, antara 11-18 bulan, pada umumnya mereka belum dapat berbicara atau
mengucapkan kata-kata secara jelas, sehingga sering tidak dimengerti maksudnya.
Kejelasan ucapan itu baru tercapai pada usia sekitar tiga tahun. Hasil studi tentang suara
dan kombinasi suara menunjukkan bahwa anak mengalami kemudahan dan kesulitan
dalam huruf-huruf tertentu.
Ada dua tipe perkembangan bahasa anak, yaitu sebagai berikut.
1. Eqocentric Speech
2. Socialized Speech, yang terjadi ketika berlangsung kontak antara anak dengan
temannya atau dengan lingkungannya. Perkembangan ini dibagi ke dalam lima
bentuk: (a) adapted information, di sini terjadi saling tukar gagasan atau adanya
tujuan bersama yang dicari, (b) critism, yang menyangkut penilaian anak terhadap
ucapan atau tingkah laku orang lain, (c) command (perintah), request (permintaan)
dan threat (ancaman), (d) questions (pertanyaan), dan (e) answers (jawaban).
Berbicara monolog (egocentric speech) berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
berpikir anak yang pada umumnya di lakukan oleh anak berusia 2-3 tahun; sementara yang
“sociaized speech” mengembangkan kemampuan penyesuaian sosial (social adjustment).
Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut yaitu:
1. Faktor Kesehatan. Kesehatan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi
perkembangan bahasa anak, terutama pada usia awal kehidupannya. Apabila pada
usia dua tahun pertama, anak mengalami sakit terus-menerus, maka anak tersebut
cenderung akan mengalami kelambatan atau kesulitan dalam perkembangan
bahasanya.
2. Inteligensi Perkembangan bahasa anak dapat dilihat dari tingkat inteligensinya.
Anak yang perkembangan bahasanya cepat, pada umumnya mempunyai inteligensi
normal atau di atas normal.).
3. Status Sosial Ekonorni Keluarga. Beberapa studi tentang hubungan antara
perkembangan bahasa dengan status sosial ekonomi keluarga menunjukkan bahwa
anak yang berasal dari keluarga miskin mengalami kelambatan dalam
perkembangan bahasa dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga yang
lebih baik.
4. Jenis kelamin (Sex). Pada tahun pertama usia anak, tidak ada perbedaan dalam
vokalisasi antara pria dengan wanita. Namun mulai usia dua tahun, anak wanita
menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dari anak pria.
5. Hubungan Keluarga. Hubungan ini dimaknai sebagai proses pengalaman
berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan keluarga, terutama dengan
orangtua yang mengajar, melatih dan memberikan contoh berbahasa kepada anak.
b. Perkembangan Bahasa dan Perilaku Kognitif
Istilah “cognitive” berasal dari kata cognition yang padanannya knowing, berarti
mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan, dan
penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976). Dalam perkembangan selanjutnya, istilah
kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau wilayah/ranah psikologis
manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman,
pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan
keyakinan. Ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi
(kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa (Chaplin, 1972).
Selanjutnya, seorang pakar terkemuka dalam disiplin psikologi kognitif dari anak,
Jean Piaget (sebut: Jin Piasye), yang hidup antara tahun 1896 sampai tahun 1980,
mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi empat tahapan.
1. Tahap sensory-motor yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-2
tahun.
2. Tahap pre-operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-7
tahun.
3. Tahap concrete-operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun
4. Tahap formal-operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 1115 tahun (Daehler & Bukatko, 1985; Best, 1989; Anderson, 1990).
C. Perkembangan Perilaku Sosial, Moralitas dan Keagamaan
a. Perkembangan Perilaku sosial
Secara potensial (fitriah) manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial (zoon politicon),
kata Plato.
Namun, untuk mewujudkan potensi tersebut ia harus berada dalam interaksi dengan
lingkungan manusia-manusia lain (ingat kisah Singh Zingh di India dan Itard di
Perancis, bayi yang disusui dan dibesarkan binatang tidak dapat dididik kembali untuk
menjadi manusia biasa).
 Proses sosialisasi dan perkembangan sosial
Secepat individu menyadari bahwa di luar dirinya itu ada orang lain, maka
mulailah pula menyadari bahwa ia harus belajar apa yang seyogianya ia perbuat
seperti yang diharapkan orang lain. Proses belajar untuk menjadi makhluk sosial
ini disebut sosialisasi.
Loree (1970:86) dengan menyitir pendapat English & English (1958) menjelaskan
lebih lanjut bahwa sosialisasi itu merupakan suatu proses di mana individu
(terutama anak) melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-rangsangan sosial
terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan (kelornpoknya); belajar bergaul
dengan dan bertingkah laku seperti orang lain, bertingkah laku di dalam
lingkungan sosio-kulturalnya.
Perkembangan sosial, dengan demikian dapat diartikan sebagai sequence dari
perubahan yang bersinambungan dalam perilaku individu untuk menjadi rnakhluk
sosial yang dewasa. Charlotte Buhier mengidentifikasikan perkembangan sosial ini
dalam term kesadaran hubungan aku engkau atau hubungan subjektif-objektif.
Proses perkembangannya berlangsung secara berirama.
 Kecenderungan Pola Orientasi Sosial
Branson
(Loree,
1970:87-89)
mengidentifikasi
berdasarkan
hasil
studi
longitudinalnya terhadap anak usia 5-16 tahun bahwa ada tiga pola kecenderungan
sosial pada anak, ialah (1) withdrawal-expansive, (2) reactivity-placidity dan
passivity-dominance. Kalau seseorang telah memperhatikan orientasinya pada
salah satu pola tersebut, maka cenderung diikutinya sampai dewasa.
b. Perkembangan Moralitas
 Perkembangan Moral
Istilah moral berasal dari kata Latin “mos” (Moris), yang berarti adat istiadat
peraturan/nilai-nilai atau tatacara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan
kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip
moral. Nilai-nilai moral itu, seperti (a) seruan untuk berbuat baik kepada orang lain,
memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan dan memelihara hak
orang lain, dan (b) larangan mencuri, berzina, membunuh, meminum minuman keras
dan berjudi. Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku tersebut sesuai
dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tingi kelompok sosialnya.
 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral
Perkembangan moral seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan Anak
memperoleh nilai-nilai moral dan lingkungannya dan orangtuanya. Dia belajar untuk
mengenal nilai-nilai sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Dalam mengembangkan moral
anak, peranan orangtua sangatlah penting, terutama pada waktu anak masih kecil.
1. Kolsisten dalam rnendidik anak
Ayah dan ibu harus memiliki sikap dan perlakuan yang sama dalam melarang
atau membolehkan tingkah laku tertentu ke pada anak. Suatu tingkah laku
anak yang dilarang oleh orangtua pada suatu waktu, harus juga dilarang
apabila dilakukan kembali pada waktu lain.
2. Sikap orangtua dalarn keluarga
Secara tidak langsung, sikap orangtua terhadap anak, sikap ayah dan ibu, atau
sebaliknya, dapat mempengaruhi perkembangan moral anak, yaitu melalui
proses peniruan (imitasi) Sikap orangtua yang keras (otoriter) cenderung
melahirkan sikap disiplin semu pada anak, sedangkan sikap yang acuh tak
acuh, atau sikap masa bodoh cenderung mengembangkan sikap kurang
bertanggung jawab dan kurang mempedulikan norma pada din anak.
3. Penghayatan dan pengamalan agama yang dianut
Orang tua merupakan panut (teladah) bagi anak, termasuk di sini panutan
dalam mengamalkan ajaran agama.
4. Sikap orangtua dalam menerapkan norma
Orang yang tidak menghendaki anaknya berbohong, atau berlaku tidak jujur,
maka mereka harus menjauhka dirinya dan Perilaku berbohong atau tidak
jujur.

Proses Perkembangan Moral
Perkembangan moral anak dapat berlangsung melalui beberapa cara, sebagai berikut.
1. Pendidikan langsung, yaitu melalui penanaman pengertian tentang tingkah laku
yang benar dan salah, atau baik dan buruk oleh orangtua, guru atau orang
dewasa lainnya. Di samping itu, yang paling penting dalam pendidikan moral
adalah keteladanan dan orangtua, guru atau orang dewasa lainnya dalam
melakukan nilai-nilai moral
2. Identifikasi, yaitu dengan cara mengidentifikasi atau meniru penampilan atau
tingkah laku moral seseorang yang menjadi idolanya (seperti orangtua, guru,
kiai, artis atau orang dewasa lainnya).
3. Proses coba-coba (trial & error), yaitu dengan cara mengembangkan tingkah
laku moral secara coba-coba. Tingkah laku yang mendatangkan pujian atau
penghargaan akan terus .di kembangkan, sementara tingkah laku yang
mendatangkan hukuman atau celaan akan dihentikannya.
D. Perkembangan Perilaku Afektif, Konatif dan Kepribadian
a. Perkembangan
Fungsi-Fungsi
Konatif
dan
Hubungannya
dengan
Pembentukan
Fungsi konatif atau motivasi itu merupakan faktor penggerak perilaku manusia yang
bersumber terutama pada kebutuhan-kebutuhan dasarnya (basic needs).
b. Perkembangan Emosional dan Perilaku Afektif
 Emosi sensoris
Yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dan luar terhadap tubuh, seperti:
rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang, dan lapar.
 Emosi psikis, di antaranya adalah:
1) Perasaan Intelektual.
2) Perasaan Sosial.
3) Perasaan Susila.
4) Perasaan Keindahan (estetis).
5) Perasaan Ketuhanan.
c. Perkembangan Kepribadian
Istilah kepribadian merupakan terjemahan dan Bahasa Inggris o7iai’t’ istilah
personality secara etimologis berasal dan bahasa Latin “person” (kedok) dan
“personare” (menembus).
Kepribadian diartikan sebagai “kualitas perilaku individu yang tanggap dalam
melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik” Keunikan
penyesuaian tersebut sangat berkaitan dengan aspek-aspek kepribadian itu sendiri,
yaitu meliputi hal-hal berikut.
 Karakter, yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika pen laku, konsisten atau
teguh tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
 Temperamen, yaitu disposisi reaktif seseorang, atau cepat/lambatnya mereaksi
terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan
 Sikap terhadap objek (orang, benda, peristiwa, norma dan sebagainya) yang bersifat
positif, negatif atau ambivalen (ragu-ragu).
 Stabilitas emosi, yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dan
lingkungan. Seperti: mudah tidaknya tersinggung marah, sedih atau putus asa.
 Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima risiko dan tindakan atau
perbuatan yang dilakukan. Seperti: mau menerima risiko secara wajar, cuci tangan,
atau melarikan diri risiko yang dihadapi.
 Sosiabilitas, yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal.
Disposisi ini seperti tampak dalam sifat pribadi yang tertutup atau terbuka; dan
kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
Compiled Material
TUGAS!
1. Jelaskan perbedaan antara Afektif, Kognitif dan Psikomotorik! Berikan contoh!
2. Anda seorang guru Bahasa Inggris SD di sebuah sekolah yang memberi kebijakan Bahasa
Inggris sebagai mata pelajaran tambahan di sekolah tersebut. Anak didik anda kelas 6 SD
tidak mau belajar Bahasa Inggris padahal itu sangat diperlukan dalam kebutuhan
pendidikannya dijenjang yang lebih tinggi yaitu pada jenjang SMP, SMA dan selanjutnya.
Dalam perkembangannya, anda melihat jejak rekam akademik anak tersebut.
Dalam
kurikulum sebelumnya, semenjak kelas 1 – 3 SD, nilai bahasa Inggris anak tersebut bagus.
Namun semenjak kelas 4 SD, nak tersebut sangat menyukai permainan game onlie dan
offline baik Xbox, PS dan sebagainya. Bagaimana pendekatan anda terhadap anak tersebut
sebagai seorang guru bahasa Inggris?
Jawablah
2
pertanyaan
tersebut
secara
individu
dan
[email protected] paling tgl 16/4-2014 pukul 13.00 WIB
kumpulkan
melalui
e-mail:
Download