Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan

advertisement
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Kajian Teori
2.1.1. Pembelajaran IPA
Latar belakang pembelajaran IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi
juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi
wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta
prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan seharihari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung
untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar
secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk eksperimen dan berbuat sehingga dapat
membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang
alam sekitar.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang
tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas RI No.
22, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain
itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta
gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya
verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses
diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.
Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap
lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Saling temas
5
6
(Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman
belajar.
Tujuan Pembelajaran IPA
Mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan
a.
Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
b.
mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c.
mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat.
d.
Mengembangkan
ketrampilan
proses
untuk
menyelidiki
alam
sekitar
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
e.
Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan
melestarikan lingkungan alam.
f.
Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g.
Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan ketrampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. (Depdiknas: 2011)
Ruang Lingkup
Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:
a.
Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan
interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
b.
Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas.
c.
Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bumi, panas, magnet, listrik, cahaya,
dan pesawat sederhana.
d.
Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit
lainnya.
7
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Pencapaian tujuan IPA dapat dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang
standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi
Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang secara nasional
harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum disetiap
satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta
didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang
difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran IPA yang di tujukan
bagi siswa kelas IV SD disajikan melalui tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1
SK dan KD mata pelajaran IPA Kelas IV Semester 2
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Energi dan Perubahannya
7. Memahami gaya dapat
mengubah gerak dan/atau
bentuk suatu benda
7.1 Menyimpulkan hasil eksperimen bahwa gaya (dorongan
dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda
7.2 Menyimpulkan hasil eksperimen bahwa gaya (dorongan
dan tarikan) dapat mengubah bentuk suatu benda
8. Memahami berbagai bentuk
energi dan cara
penggunaannya dalam
kehidupan sehari-hari
8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di
lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya
8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara
penggunaannya
8.3 Membuat suatu karya/model untuk menunjukkan
perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya
roket dari kertas/baling-baling/pesawat kertas/parasut
8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi melalui penggunaan
alat musik
Bumi dan Alam Semesta
9. Memahami perubahan
kenampakan permukaan
bumi dan benda langit
9.1 Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi
9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari
hari ke hari
8
Standar Kompetensi
10. Memahami perubahan
Kompetensi Dasar
10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan
lingkungan fisik dan
lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari, dan
pengaruhnya terhadap
gelombang air laut)
daratan
10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik
terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor)
10.3 Mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan lingkungan
(erosi, abrasi, banjir, dan longsor)
11. Memahami hubungan
antara sumber daya alam
dengan lingkungan,
teknologi, dan masyarakat
11.1 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan
lingkungan
11.2 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan
teknologi yang digunakan
11.3 Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap
pelestarian lingkungan
(Permendiknas No. 22 Tahun 2006)
2.1.2 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22). Hasil belajar mempunyai peranan penting
dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan
informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan
belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat
menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan
kelas maupun individu.
Hasil belajar merupakan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami
aktivitas belajar (Chatarina, dkk, 2004:4). Perolehan aspek-aspek perilaku tergantung
pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku
yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana 1999:3). Pada
dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil belajar. Secara keseluruhan hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa, setelah ia menerima
pengalaman belajarnya
9
Benyamin S. Bloom (dalam Anni 2005: 9)
mengusulkan hasil belajar
dikelompokkan ke dalam tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar yaitu ranah
kognitif, ranah afektif, ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar
berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup
kategori pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan
(application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan penilaian (evaluation).
Kategori tujuan pembelajaran ranah afektif meliputi penerimaan (receiving),
penanggapan (responding), penilaian (evaluing), pengorganisasian (organization), dan
pembentukan pola hidup (organization by a value complex). Tujuan pembelajaran
ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti kemampuan motorik
dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Kategori jenis perilaku untuk ranah
psikomotorik menurut Elizabeth Simpson (Anni 2005: 9) meliputi persepsi (perseption),
kesiapan(set), gerakan terbimbing (guided response), gerakan terbiasa (mechanism),
gerakan kompleks (complex overt response), penyesuaian (adaptation), dan kreativitas
(creativity).
Jadi hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajar dan dapat dinilai atau diukur melalui tes. Hasil belajar
dapat dilihat seteah seseorang melakukan aktivitas belajar baik sesuatu yang baru atau
penyempurnaan dari yang pernah dipelajari sebelumnya yang akhirnya akan
membentuk suatu kepribadian dan dapat digambarkan dengan prestasi yang berkaitan
dengan tujuan pembelajaran.
Pengukuran
Besarnya pencapaian suatu kompetensi dasar dapat dilakukan melalui
pengukuran. Pengukuran dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil
bekajar, baik berupa domain kognitif, efektif, maupun psikomotor (Balitbang Depdiknas,
2006). Pengukuran adalah secara sederhana, menurut Wardani,NS (2010;2.4)
pengukuran diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan
angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda.
Penetapan angka kemampuan belajar peserta didik dapat dilakukan dengan
berbagai cara atau teknik yang sistematis, baik berhubungan dengan proses belajar
10
maupun hasil belajar. Teknik penetapan angka tersebut pada prinsipnya adalah cara
penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Penilaian suatu kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikatorindikator pencapaian hasil belajar, baik berupa domain kognitif, afektif, maupun
psikomotor (Balitbang Depdiknas, 2006). Secara umum teknik penilaian dapat di
kelompokkan menjadi dua, yaitu teknik tes dan nontes.
1. Tes Tes bisa terdiri atas tes lisan (menuntut jawaban secara lisan), tes tulisan
(menuntut jawaban secara tulisan), dan tes tindakan (menuntut jawaban dalam
bentuk perbuatan). Soal-soal tes ada yang disusun dalam bentuk (a) objektif, ada
juga yang disusun dalam bentuk (b) esai atau uraian. Tes adalah salah satu contoh
instrumen atau alat pengukuran yang paling banyak dipergunakan untuk
mengetahui kemampuan intelektual seseorang.
Tes adalah seperangkat
pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait
atau sifat atau atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai
jawaban atau ketentuan yang dianggap benar (SuryantoAdi, dkk., 2009).
2. Bukan tes (nontes). Bukan tes sebagai alat penilaian mencakup observasi atau
pengamatan, angket, kuesioner, interviews (wawancara), skala penilaian,
sosiometri, studi kasus, work sample analysis (analisa sampel kerja), task analysis
(analisis tugas), checklists dan rating scales dan portofolio
Di samping pengelompokan teknik penilaian diatas teknik penilaian juga dapat
dibedakan menjadi:
1. Tes tertulis
Tes tertulis adalah teknik penilaian yang menuntut jawaban secara tertulis, baik
berupa tes objektif maupun subyektif dan uraian pada peserta didik di lembaga
penyelenggara pendidikan keterampilan. Tes tertulis untuk memperoleh informasi
tentang pengetahuan peserta didik dengan cara merespon secara tertulis tentang
aspek-aspek yang diujikan.
2. Tes kinerja/tindakan
Tes kinerja adalah teknik penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan
kemahirannya dalam melakukan kegiatan atau pekerjaan tertentu. Tes kinerja dapat
dilakukan untuk menilai proses, produk, serta proses dan produk. Tes kinerja, untuk
11
memperoleh data tentang kinerja atas bidang keterampilan tertentu yang
dipertunjukkan oleh seseorang peserta didik. Penilai mengajukan sejumlah tugas atau
pekerjaan untuk dilakukan oleh peserta didik dengan cara memperagakan secara
psikomotor. Misal seorang peserta didik disuruh memperagakan cara perambatan
panas melalui zat padat.
3. Observasi
Observasi adalah teknik penilaian yang dilakukan dengan cara mencatat hasil
pengamatan terhadap objek tertentu. Pelaksanaan observasi dilakukan dengan cara
menggunakan instrumen yang sudah dirancang sebelumnya sesuai dengan jenis
perilaku yang akan diamati dan situasi yang akan diobservasi, misalnya dalam kelas,
waktu bekerja dalam bengkel/laboratorium. Metode pencatatan, berapa lama dan
berapa kali observasi dilakukan disesuaikan dengan tujuan observasi.
Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) adalah format atau matriks
pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item untuk berbagai topik atau pokok
bahasan berdasarkan kompetensi dasar, indikator dan jenjang kemampuan tertentu.
Penyusunan kisi-kisi ini dimaksudkan sebagai pedoman merakit atau menulis soal
menjadi perangkat tes.
Hasil dari pengukuran tersebut dipergunakan sebagai dasar penilaian atau
evaluasi. Evaluasi berasal dari kata evaluation (bahasa Inggris). Stuffle beam
(Fernandes 1984) mengatakan bahwa evaluasi merupakan proses penggambaran,
pencarian, dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil
keputusan dalam menentukan alternatif keputusan (judgement alternative). Sedangkan
Tyler seperti dikutip oleh Mardapi, D. (2004) menyatakan bahwa evaluasi merupakan
proses penentuan sejauhmana tujuan pendidikan telah tercapai. Wardani Naniek
Sulistya dkk, (2010, 2.8) mengartikannya, bahwa evaluasi itu merupakan proses untuk
memberi makna atau menetapkan kualitas hasil pengukuran, dengan cara
membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria
sebagai pembanding dari proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat ditentukan
sebelum proses pengukuran atau ditetapkan setelah pelaksanaan pengukuran. Kriteria
ini dapat berupa proses atau kemampuan minimal yang dipersyaratkan seperti KKM,
atau batas keberhasilan, dapat pula berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja
12
kelompok, atau berbagai patokan yang lain. Kriteria yang berupa batas kriteria minimal
yang telah ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat mutlak disebut dengan
Penilaian Acuan Patokan atau Penilaian Acuan Kriteria (PAP/PAK), sedang kriteria
yang ditentukan setelah kegiatan pengukuran dilakukan dan didasarkan pada keadaan
kelompok dan bersifat relatif disebut dengan Penilaian Acuan Norma/ Penilaian Acuan
Relatif (PAN/PAR).
Dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007
tentang Standar Penilaian Pendidikan menyatakan bahwa Kriteria ketuntasan minimal
(KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan
pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan pendidikan untuk kelompok matapelajaran
selain ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan nilai batas ambang kompetensi.
2.1.3. Metode eksperimen
Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik
perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau eksperimen.
Menurut
Fatruhman
(dalam
Abdillah,
2011)
Langkah-langkah
dalam
pembelajaran dengan metode eksperimen adalah :
a) Perencanaan: yaitu meliputi kegiatan menerangkan metode eksperimen,
membicarakan terlebih dahulu permasalahan yang dapat diangkat, menetapkan
alat-alat yang diperlukan, menentukan langkah-langkah apa saja yang perlu dicatat
dan variabel-variabel yang harus dikontrol.
b) Pelaksanaan:
melaksanakan
pembelajaran
dengan
metode
eksperimen,
mengumpulkan laporan, memproses kegiatan dan mengadakan tes untuk menguji
pemahaman siswa.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan metode eksperimen
menurut Fatruhman (dalam Abdillah, 2011) adalah sebagai berikut:
a) Persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang dibutuhkan.
b) Usahakan siswa terlibat langsung sewaktu mengadakan eksperimen.
c)
Sebelum dilaksanakan eksperimen siswa terlebih dahulu diberikan pengarahan
tentang petunjuk dan langkah-langkah kegiatan eksperimen yang akan dilakukan.
13
d) Lakukan pengelompokan atau masing-masing individu melakukan eksperimen
yang telah direncanakan, bila hasilnya belum memuaskan dapat diulangi lagi untuk
membuktikan kebenarannya.
e) Setiap individu atau kelas dapat melaporkan hasil pekerjaannya secara tertulis.
Menurut Roestiyah (2001:81). Langkah-langkah dalam pembelajaran dengan
metode eksperimen adalah :
a) Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksprimen,mereka harus memahami
masalah yang akan dibuktikan melalui eksprimen.
b) memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan
dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol dengan ketat, urutan
eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat.
c) Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila
perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya
eksperimen.
d) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa,
mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.
Sebaiknya metode eksperimen ini diterapkan pada pelajaran atau materi-materi
yang belum diterangkan oleh metode lain, sehingga metode eksperimen ini terasa
benar fungsinya bagi siswa.
Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen ini siswa diberi
kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses,
mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan. Dengan
demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba
mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atau proses yang dialaminya.
Menurut Ramyulis (2005: 250) menyatakan langkah-langkah menggunakan
metode eksperimen sebagai berikut : (a) memberi penjelasan secukupnya tentang apa
yang harus dilakukan dalam eksperimen; (b) menentukan langkah-langkah pokok
dalam membantu siswa dalam eksperimen; (c) sebelum eksperimen dilaksanakan
terlebih dahulu guru harus menetapkan: alat apa yang diperlukan, langkah-langkah apa
yang harus ditempuh, hal-hal apa yang harus dicatat, variable-variabel mana yang
14
harus dikontrol; (d) setelah eksperimen guru harus menentukan apakah follow up atau
tindak lanjut ekperimen tersebut contohnya : mengumpulkan laporan mengenai
eksperimen tersebut, mengadakan Tanya jawab tentang proses, melaksanakan tes
untuk menguji pengertian peserta didik.
Adapun langkah-langkah pembelajaran yang dapat disimpulkan dari beberapa
pendapat di atas adalah sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan tujuan dari pelaksanaan kegiatan proses pembelajaran dengan
menggunakan metode eksperimen.
2. Selanjutnya dibentuk kelompok sesuai dengan jumlah siswa dalam satu kelas.
Misalnya : tiap kelompok terdiri dari 5 - 6 anak.
3. Tiap kelompok dengan mempersiapkan alat dan bahan eksperimen yang telah
dipersiapkan sebelumnya, melakukan kegatan eksperimen sesuai dengan lembar
tugas dari guru.
4. Tiap kelompok mendiskusikan lembar tugas, sementara guru melakukan penilaian
proses belajar dengan format penilaian yang telah dipersiapkan.
5. Untuk pemantapan dari pengalaman melakukan eksperimen setelah tiap kelompok
mempresentasikan hasil diskusi, maka guru memberikan bimbingan untuk menarik
kesimpulan dari kegiatan eksperimen tersebut. Tentusaja dalam hal ini kesimpulan
hasil eksperimen tersebut harus terarah dan didiskusikan secara klasikal.
Dengan langkah-langkah pembelajaran tersebut diatas yang akan dituangkan
dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) maka sekenario
pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru sudah melibatkan keaktifan dan
partisipasi siswa secara menyeluruh.
2.2
Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang yang dilakukan oleh samsul Arif yang berjudul penerapan
metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar IPA pokok bahasan tumbuhan
hijau siwa kelas V SDN Dandanggendis Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan oleh
Samsul Arif. Dalam penelitian itu disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
menerapkan metode eksperimen telah berhasil meningkatkan aktivitas dan kreatifitas
15
belajar siswa. Hal ini terbukti semua siswa ( 100% ) telah mencapai kreteria yang
diharapkan yaitu aktif, kreatif dan hasil belajar yang baik, dan juga terbukti sebagian
besar siswa ( 82, 05% ) telah mencapai ketuntasan individu yang ditetapkan yaitu 70,
walaupun beberapa siswa yang belum mencapai ketuntasan, namun ketuntasan belajar
siswa sudah tercapai di atas 80%.
Penelitian yang dilakukan oleh Saiful Kumain dengan judul penggunaan metode
eksperimen berbasis verifikasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada
mata pelajaran IPA konsep gaya di SDN Gejugjati I Kecamatan Lekok Kabupaten
Pasuruan. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa siswa mengalami
peningkatan, siklus I sebesar 68%, siklus II 89% berarti telah mengalami peningkatan.
Kelebihan penelitian ini adalah peningkatan ketuntasan pada siklus I, kelemahannya
metode eksperimen baru dilakukan oleh guru setelah ada penelitian yang membuktikan
metode eksperimen meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian yang dilakukan Liling Nuryefi Rinjanna dengan judul Penerapan
metode eksperimen untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang energi panas
bidang studi sains kelas IV SDN Klenong Lor I Banyuanyar, hasil penelitian
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa sebelum diberikan tindakan ketuntasan
belajarnya hanya mencapai 16% dan setelah diberi tindakan pada siklus II meningkat
menjadi 84%.
Dengan demikian dalam penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
Kelebihan penelitian ini adalah peningkatan ketuntasan pada siklus II, kelemahannya
metode eksperimen baru dilakukan oleh guru setelah ada penelitian yang membuktikan
metode eksperimen meningkatkan hasil belajar siswa.
2.3
Kerangka Berfikir
Keberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh guru sebagai salah satu
sumber belajar. Guru harus lebih banyak memiliki bahan referensi, hal ini untuk
menjaga agar guru memiliki pemahaman yang jauh lebih baik tentang materi yang akan
diajarkan.
16
Salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPA adalah melalui metode eksperimen, dimana metode ini
didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses
berpikir secara kritis dan analitis. Diharapkan dengan memanfaatkan metode
eksperimen dalam pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Dengan
metode ini siswa dilatih untuk selalu berpikir kritis karena membiasakan siswa
memecahkan masalah sendiri sampai siswa dapat menemukan jawaban dari masalah
itu. Melalui pemanfaatan metode eksperimen ini siswa akan lebih mudah memahami
dan menguasai materi pada mata pelajaran IPA, siswa lebih antusias dalam mengikuti
proses pembelajaran, motivasi belajar siswa meningkat, siswa terlibat aktif dalam
kegiatan pembelajaran sehingga suasana kelas menjadi lebih menarik dan tidak
membosankan. Dengan diterapkanya pembelajaran yang menggunakan metode
eksperimen ini, suasana kelas yang tidak membosankan, siswa dapat aktif dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Dan
sebagian besar siswa nilainya mencapai KKM. Berdasarkan uraian tersebut, maka
penulis menggambarkan kerangka pikir dengan skema dibawah ini:
17
Pembelajaran
Guru
menyampaikan
materi
ceramah
Guru
fasilitator
pendamping
IPA
Pembelajaran
Konvensional
Siswa pasif
Tidak kreatif
n
Pembelajaran
dengan metode
eksperimen
Langkah-langkah metode eksperimen :
1. Menyiapkan alat dan bahan
percobaan
2. Membentuk kelompok eksperimen
3. Melakukan eksperimen
4. Mendiskusikan lembar eksperimen
5. Melaporkan hasil eksperimen
Tes Formatif
Hasil belajar
< KKM
Diskusi
kelompok,
observasi
Penilaian
Proses
Hasil Belajar
Meningkat
Gambar 2.1. Kerangka Berfikir Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Dengan
Menggunakan Metode Eksperimen
18
2.4
Hipotesis tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang diuraikan, dapat diajukan
hipotesis tindakan, bahwa peningkatan hasil belajar IPA dapat dicapai melalui metode
eksperimen siswa kelas IV SD Negeri Bandar 01 kecamatan Bandar kabupaten
Batang pada semester 2 tahun ajaran 2011/2012
Download