5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran IPA Latar belakang pembelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan seharihari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk eksperimen dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas RI No. 22, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Saling temas 5 6 (Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar. Tujuan Pembelajaran IPA Mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya. b. mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. c. mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. d. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar memecahkan masalah dan membuat keputusan. e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. (Depdiknas: 2011) Ruang Lingkup Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut: a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas. c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bumi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. 7 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pencapaian tujuan IPA dapat dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum disetiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran IPA yang di tujukan bagi siswa kelas IV SD disajikan melalui tabel 2.1 berikut ini. Tabel 2.1 SK dan KD mata pelajaran IPA Kelas IV Semester 2 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Energi dan Perubahannya 7. Memahami gaya dapat mengubah gerak dan/atau bentuk suatu benda 7.1 Menyimpulkan hasil eksperimen bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda 7.2 Menyimpulkan hasil eksperimen bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk suatu benda 8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari 8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya 8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya 8.3 Membuat suatu karya/model untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya roket dari kertas/baling-baling/pesawat kertas/parasut 8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi melalui penggunaan alat musik Bumi dan Alam Semesta 9. Memahami perubahan kenampakan permukaan bumi dan benda langit 9.1 Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi 9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari 8 Standar Kompetensi 10. Memahami perubahan Kompetensi Dasar 10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik dan lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari, dan pengaruhnya terhadap gelombang air laut) daratan 10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor) 10.3 Mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan lingkungan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor) 11. Memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat 11.1 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan 11.2 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan teknologi yang digunakan 11.3 Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap pelestarian lingkungan (Permendiknas No. 22 Tahun 2006) 2.1.2 Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22). Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. Hasil belajar merupakan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Chatarina, dkk, 2004:4). Perolehan aspek-aspek perilaku tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana 1999:3). Pada dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil belajar. Secara keseluruhan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa, setelah ia menerima pengalaman belajarnya 9 Benyamin S. Bloom (dalam Anni 2005: 9) mengusulkan hasil belajar dikelompokkan ke dalam tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar yaitu ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan penilaian (evaluation). Kategori tujuan pembelajaran ranah afektif meliputi penerimaan (receiving), penanggapan (responding), penilaian (evaluing), pengorganisasian (organization), dan pembentukan pola hidup (organization by a value complex). Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti kemampuan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Kategori jenis perilaku untuk ranah psikomotorik menurut Elizabeth Simpson (Anni 2005: 9) meliputi persepsi (perseption), kesiapan(set), gerakan terbimbing (guided response), gerakan terbiasa (mechanism), gerakan kompleks (complex overt response), penyesuaian (adaptation), dan kreativitas (creativity). Jadi hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar dan dapat dinilai atau diukur melalui tes. Hasil belajar dapat dilihat seteah seseorang melakukan aktivitas belajar baik sesuatu yang baru atau penyempurnaan dari yang pernah dipelajari sebelumnya yang akhirnya akan membentuk suatu kepribadian dan dapat digambarkan dengan prestasi yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran. Pengukuran Besarnya pencapaian suatu kompetensi dasar dapat dilakukan melalui pengukuran. Pengukuran dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil bekajar, baik berupa domain kognitif, efektif, maupun psikomotor (Balitbang Depdiknas, 2006). Pengukuran adalah secara sederhana, menurut Wardani,NS (2010;2.4) pengukuran diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda. Penetapan angka kemampuan belajar peserta didik dapat dilakukan dengan berbagai cara atau teknik yang sistematis, baik berhubungan dengan proses belajar 10 maupun hasil belajar. Teknik penetapan angka tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Penilaian suatu kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikatorindikator pencapaian hasil belajar, baik berupa domain kognitif, afektif, maupun psikomotor (Balitbang Depdiknas, 2006). Secara umum teknik penilaian dapat di kelompokkan menjadi dua, yaitu teknik tes dan nontes. 1. Tes Tes bisa terdiri atas tes lisan (menuntut jawaban secara lisan), tes tulisan (menuntut jawaban secara tulisan), dan tes tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan). Soal-soal tes ada yang disusun dalam bentuk (a) objektif, ada juga yang disusun dalam bentuk (b) esai atau uraian. Tes adalah salah satu contoh instrumen atau alat pengukuran yang paling banyak dipergunakan untuk mengetahui kemampuan intelektual seseorang. Tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar (SuryantoAdi, dkk., 2009). 2. Bukan tes (nontes). Bukan tes sebagai alat penilaian mencakup observasi atau pengamatan, angket, kuesioner, interviews (wawancara), skala penilaian, sosiometri, studi kasus, work sample analysis (analisa sampel kerja), task analysis (analisis tugas), checklists dan rating scales dan portofolio Di samping pengelompokan teknik penilaian diatas teknik penilaian juga dapat dibedakan menjadi: 1. Tes tertulis Tes tertulis adalah teknik penilaian yang menuntut jawaban secara tertulis, baik berupa tes objektif maupun subyektif dan uraian pada peserta didik di lembaga penyelenggara pendidikan keterampilan. Tes tertulis untuk memperoleh informasi tentang pengetahuan peserta didik dengan cara merespon secara tertulis tentang aspek-aspek yang diujikan. 2. Tes kinerja/tindakan Tes kinerja adalah teknik penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan kemahirannya dalam melakukan kegiatan atau pekerjaan tertentu. Tes kinerja dapat dilakukan untuk menilai proses, produk, serta proses dan produk. Tes kinerja, untuk 11 memperoleh data tentang kinerja atas bidang keterampilan tertentu yang dipertunjukkan oleh seseorang peserta didik. Penilai mengajukan sejumlah tugas atau pekerjaan untuk dilakukan oleh peserta didik dengan cara memperagakan secara psikomotor. Misal seorang peserta didik disuruh memperagakan cara perambatan panas melalui zat padat. 3. Observasi Observasi adalah teknik penilaian yang dilakukan dengan cara mencatat hasil pengamatan terhadap objek tertentu. Pelaksanaan observasi dilakukan dengan cara menggunakan instrumen yang sudah dirancang sebelumnya sesuai dengan jenis perilaku yang akan diamati dan situasi yang akan diobservasi, misalnya dalam kelas, waktu bekerja dalam bengkel/laboratorium. Metode pencatatan, berapa lama dan berapa kali observasi dilakukan disesuaikan dengan tujuan observasi. Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) adalah format atau matriks pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item untuk berbagai topik atau pokok bahasan berdasarkan kompetensi dasar, indikator dan jenjang kemampuan tertentu. Penyusunan kisi-kisi ini dimaksudkan sebagai pedoman merakit atau menulis soal menjadi perangkat tes. Hasil dari pengukuran tersebut dipergunakan sebagai dasar penilaian atau evaluasi. Evaluasi berasal dari kata evaluation (bahasa Inggris). Stuffle beam (Fernandes 1984) mengatakan bahwa evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian, dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternatif keputusan (judgement alternative). Sedangkan Tyler seperti dikutip oleh Mardapi, D. (2004) menyatakan bahwa evaluasi merupakan proses penentuan sejauhmana tujuan pendidikan telah tercapai. Wardani Naniek Sulistya dkk, (2010, 2.8) mengartikannya, bahwa evaluasi itu merupakan proses untuk memberi makna atau menetapkan kualitas hasil pengukuran, dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai pembanding dari proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat ditentukan sebelum proses pengukuran atau ditetapkan setelah pelaksanaan pengukuran. Kriteria ini dapat berupa proses atau kemampuan minimal yang dipersyaratkan seperti KKM, atau batas keberhasilan, dapat pula berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja 12 kelompok, atau berbagai patokan yang lain. Kriteria yang berupa batas kriteria minimal yang telah ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat mutlak disebut dengan Penilaian Acuan Patokan atau Penilaian Acuan Kriteria (PAP/PAK), sedang kriteria yang ditentukan setelah kegiatan pengukuran dilakukan dan didasarkan pada keadaan kelompok dan bersifat relatif disebut dengan Penilaian Acuan Norma/ Penilaian Acuan Relatif (PAN/PAR). Dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan menyatakan bahwa Kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan pendidikan untuk kelompok matapelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan nilai batas ambang kompetensi. 2.1.3. Metode eksperimen Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau eksperimen. Menurut Fatruhman (dalam Abdillah, 2011) Langkah-langkah dalam pembelajaran dengan metode eksperimen adalah : a) Perencanaan: yaitu meliputi kegiatan menerangkan metode eksperimen, membicarakan terlebih dahulu permasalahan yang dapat diangkat, menetapkan alat-alat yang diperlukan, menentukan langkah-langkah apa saja yang perlu dicatat dan variabel-variabel yang harus dikontrol. b) Pelaksanaan: melaksanakan pembelajaran dengan metode eksperimen, mengumpulkan laporan, memproses kegiatan dan mengadakan tes untuk menguji pemahaman siswa. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan metode eksperimen menurut Fatruhman (dalam Abdillah, 2011) adalah sebagai berikut: a) Persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang dibutuhkan. b) Usahakan siswa terlibat langsung sewaktu mengadakan eksperimen. c) Sebelum dilaksanakan eksperimen siswa terlebih dahulu diberikan pengarahan tentang petunjuk dan langkah-langkah kegiatan eksperimen yang akan dilakukan. 13 d) Lakukan pengelompokan atau masing-masing individu melakukan eksperimen yang telah direncanakan, bila hasilnya belum memuaskan dapat diulangi lagi untuk membuktikan kebenarannya. e) Setiap individu atau kelas dapat melaporkan hasil pekerjaannya secara tertulis. Menurut Roestiyah (2001:81). Langkah-langkah dalam pembelajaran dengan metode eksperimen adalah : a) Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksprimen,mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksprimen. b) memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat. c) Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen. d) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab. Sebaiknya metode eksperimen ini diterapkan pada pelajaran atau materi-materi yang belum diterangkan oleh metode lain, sehingga metode eksperimen ini terasa benar fungsinya bagi siswa. Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atau proses yang dialaminya. Menurut Ramyulis (2005: 250) menyatakan langkah-langkah menggunakan metode eksperimen sebagai berikut : (a) memberi penjelasan secukupnya tentang apa yang harus dilakukan dalam eksperimen; (b) menentukan langkah-langkah pokok dalam membantu siswa dalam eksperimen; (c) sebelum eksperimen dilaksanakan terlebih dahulu guru harus menetapkan: alat apa yang diperlukan, langkah-langkah apa yang harus ditempuh, hal-hal apa yang harus dicatat, variable-variabel mana yang 14 harus dikontrol; (d) setelah eksperimen guru harus menentukan apakah follow up atau tindak lanjut ekperimen tersebut contohnya : mengumpulkan laporan mengenai eksperimen tersebut, mengadakan Tanya jawab tentang proses, melaksanakan tes untuk menguji pengertian peserta didik. Adapun langkah-langkah pembelajaran yang dapat disimpulkan dari beberapa pendapat di atas adalah sebagai berikut : 1. Guru menjelaskan tujuan dari pelaksanaan kegiatan proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen. 2. Selanjutnya dibentuk kelompok sesuai dengan jumlah siswa dalam satu kelas. Misalnya : tiap kelompok terdiri dari 5 - 6 anak. 3. Tiap kelompok dengan mempersiapkan alat dan bahan eksperimen yang telah dipersiapkan sebelumnya, melakukan kegatan eksperimen sesuai dengan lembar tugas dari guru. 4. Tiap kelompok mendiskusikan lembar tugas, sementara guru melakukan penilaian proses belajar dengan format penilaian yang telah dipersiapkan. 5. Untuk pemantapan dari pengalaman melakukan eksperimen setelah tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi, maka guru memberikan bimbingan untuk menarik kesimpulan dari kegiatan eksperimen tersebut. Tentusaja dalam hal ini kesimpulan hasil eksperimen tersebut harus terarah dan didiskusikan secara klasikal. Dengan langkah-langkah pembelajaran tersebut diatas yang akan dituangkan dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) maka sekenario pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru sudah melibatkan keaktifan dan partisipasi siswa secara menyeluruh. 2.2 Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang yang dilakukan oleh samsul Arif yang berjudul penerapan metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar IPA pokok bahasan tumbuhan hijau siwa kelas V SDN Dandanggendis Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan oleh Samsul Arif. Dalam penelitian itu disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen telah berhasil meningkatkan aktivitas dan kreatifitas 15 belajar siswa. Hal ini terbukti semua siswa ( 100% ) telah mencapai kreteria yang diharapkan yaitu aktif, kreatif dan hasil belajar yang baik, dan juga terbukti sebagian besar siswa ( 82, 05% ) telah mencapai ketuntasan individu yang ditetapkan yaitu 70, walaupun beberapa siswa yang belum mencapai ketuntasan, namun ketuntasan belajar siswa sudah tercapai di atas 80%. Penelitian yang dilakukan oleh Saiful Kumain dengan judul penggunaan metode eksperimen berbasis verifikasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA konsep gaya di SDN Gejugjati I Kecamatan Lekok Kabupaten Pasuruan. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa siswa mengalami peningkatan, siklus I sebesar 68%, siklus II 89% berarti telah mengalami peningkatan. Kelebihan penelitian ini adalah peningkatan ketuntasan pada siklus I, kelemahannya metode eksperimen baru dilakukan oleh guru setelah ada penelitian yang membuktikan metode eksperimen meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian yang dilakukan Liling Nuryefi Rinjanna dengan judul Penerapan metode eksperimen untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang energi panas bidang studi sains kelas IV SDN Klenong Lor I Banyuanyar, hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa sebelum diberikan tindakan ketuntasan belajarnya hanya mencapai 16% dan setelah diberi tindakan pada siklus II meningkat menjadi 84%. Dengan demikian dalam penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Kelebihan penelitian ini adalah peningkatan ketuntasan pada siklus II, kelemahannya metode eksperimen baru dilakukan oleh guru setelah ada penelitian yang membuktikan metode eksperimen meningkatkan hasil belajar siswa. 2.3 Kerangka Berfikir Keberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh guru sebagai salah satu sumber belajar. Guru harus lebih banyak memiliki bahan referensi, hal ini untuk menjaga agar guru memiliki pemahaman yang jauh lebih baik tentang materi yang akan diajarkan. 16 Salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA adalah melalui metode eksperimen, dimana metode ini didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis. Diharapkan dengan memanfaatkan metode eksperimen dalam pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Dengan metode ini siswa dilatih untuk selalu berpikir kritis karena membiasakan siswa memecahkan masalah sendiri sampai siswa dapat menemukan jawaban dari masalah itu. Melalui pemanfaatan metode eksperimen ini siswa akan lebih mudah memahami dan menguasai materi pada mata pelajaran IPA, siswa lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, motivasi belajar siswa meningkat, siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga suasana kelas menjadi lebih menarik dan tidak membosankan. Dengan diterapkanya pembelajaran yang menggunakan metode eksperimen ini, suasana kelas yang tidak membosankan, siswa dapat aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Dan sebagian besar siswa nilainya mencapai KKM. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis menggambarkan kerangka pikir dengan skema dibawah ini: 17 Pembelajaran Guru menyampaikan materi ceramah Guru fasilitator pendamping IPA Pembelajaran Konvensional Siswa pasif Tidak kreatif n Pembelajaran dengan metode eksperimen Langkah-langkah metode eksperimen : 1. Menyiapkan alat dan bahan percobaan 2. Membentuk kelompok eksperimen 3. Melakukan eksperimen 4. Mendiskusikan lembar eksperimen 5. Melaporkan hasil eksperimen Tes Formatif Hasil belajar < KKM Diskusi kelompok, observasi Penilaian Proses Hasil Belajar Meningkat Gambar 2.1. Kerangka Berfikir Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Dengan Menggunakan Metode Eksperimen 18 2.4 Hipotesis tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang diuraikan, dapat diajukan hipotesis tindakan, bahwa peningkatan hasil belajar IPA dapat dicapai melalui metode eksperimen siswa kelas IV SD Negeri Bandar 01 kecamatan Bandar kabupaten Batang pada semester 2 tahun ajaran 2011/2012