pengaruh pembelajaran matematika dengan model novick terhadap

advertisement
Metta Marisha, Dudung Priatna, Jenuri
Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Model Novick Terhadap
Kemampuan Penalaran Logis Siswa Sekolah Dasar
PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA
DENGAN MODEL NOVICK TERHADAP KEMAMPUAN
PENALARAN LOGIS SISWA SEKOLAH DASAR
(Penelitian Kuasi Eksperimen pada Materi Geometri dan Pengukuran Kelas III Semester II
Sekolah Dasar di Kecamatan Panyileukan Kota Bandung)
ARTIKEL PENELITIAN
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
METTA MARISHA
1105462
PROGRAM S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KAMPUS CIBIRU
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2015
Antologi UPI, Volume … , Nomor Edisi … , Juni 2015 1-9
PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA
DENGAN MODEL NOVICK TERHADAP KEMAMPUAN
PENALARAN LOGIS SISWA SEKOLAH DASAR
Metta Marisha1, Dudung Priatna2, Jenuri3
PGSD Kampus Cibiru Universitas Pendidikan Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan penalaran logis siswa
Sekolah Dasar dalam materi geometri. Salah satu penyebab rendahnya kemampuan
penalaran logis siswa yaitu kebiasaan siswa mendapatkan pembelajaran konvensional
yang berpusat pada guru. Guru tidak memperhatikan kemampuan awal siswa yang
berdampak siswa tidak dapat mengembangkan kemampuan penalaran logis siswa
secara analitis dan kritis terhadap permasalahan matematika. Adapun tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran seberapa besar peningkatan
kemampuan penalaran logis siswa menggunakan model pembelajaran Novick dengan
pembelajaran konvensional. Model Novick ini memiliki tiga fase pembelajaran yaitu
mengungkap konsepsi awal siswa, menciptakan konflik konseptual, dan
mengupayakan terjadinya akomodasi kognitif. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode kuasi eksperimen dengan desain Nonequivalent Control Group Design.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SDN Panyileukan di
Kecamatan Panyileukan Kota Bandung tahun ajaran 2014/2015 dengan sampel yaitu
kelas III SDN Panyileukan 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas III SDN Panyileukan
2 sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan dan analisis data diperoleh dari data
pretest dan post-test yang di dapat dari kedua kelas, data yang diperoleh dianalisis
dengan menggunakan prinsip-prinsip statistika. Analisis data kuantitatif, dari hasil
pretest dan post-test dilakukan dengan uji normalitas, uji homogenitas, uji perbedaan
rerata, dan uji gain ternormalisasi dengan taraf signifikansi 5% (0,05). Hasil penelitian
membuktikan (1) Kemampuan penalaran logis siswa kelas eksperimen mengalami
peningkatan sebesar 35,12. (2) Kemampuan penalaran logis siswa kelas kontrol
mengalami peningkatan sebesar 18,19. (3)Terdapat perbedaan peningkatan
kemampuan penalaran logis siswa pada kelas eksperimen sebesar 0,70 dan kelas
kontrol sebesar 0,40 melalui pembuktian uji gain ternormalisasi. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa kemampuan penalaran logis siswa dengan pembelajaran
model Novick lebih baik daripada siswa dengan pembelajaran konvensional. Oleh
karena itu diharapkan penggunaan model Novick dapat dijadikan sebagai solusi
alternative dalam pembelajaran matematika.
Kata Kunci : Pembelajaran Matematika, Model Novick, Penalaran Logis, Siswa,
Sekolah Dasar
Metta Marisha, Dudung Priatna, Jenuri
Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Model Novick Terhadap
Kemampuan Penalaran Logis Siswa Sekolah Dasar
Effect of Mathematics Learning Using
Novick Learning Model Toward Elementary School
Student’s Logic Reasoning Ability
Metta Marisha1, Dudung Priatna2, Jenuri3
PGSD Kampus Cibiru Universitas Pendidikan Indonesia
Email: [email protected]
Abstract
The background of research is the low of the elementary school student’s logic
reasoning ability in geometry topic. One of the things that causes student’s logic
reasoning became low is the student who got conventional learning or teacher
centered learning. The teacher not concern on student’s pre-ability that impact the
student can not develop student’s logis reasoning ability analytically and critically on
mathematical problems. The purpose of this research is to know the representation
about enhancement of student’s logic reasoning ability using novick learning model
dan conventional learning. This novick learning model has three learning fhases
including exposing alternative framework, creating conceptual conflict, dan
encouraging cognitive accommodation. This research was carried out through quasi
experiment method and Nonequivalent Control Group design. The population is all
the third grade student’s of SDN Panyileukan at Kecamatan Panyileukan Bandung
City in the academic 2014/2015. The sample of this reseach are the third grade of
SDN Panyileukan 1 as experiment class and the third grade of SDN Panyileukan 2 as
control class. Data collection technique and analysis obtainable from pretest and
posttest data from two class. The researcher calculates the data statistically by using
the formula experimental methods. The level of signification is 5% (0,05). The
research result prove (1) experiment class student’s logic reasoning ability have
enhancement in the amount of 35,15. (2) control class student’s logic reasoning ability
have enhancement in the amount of 18,19. (3) there is a difference of enhancement of
experiment class student’s logic reasoning ability in the amount of 0,70 and control
class in the amount of 0,40 through verification of gain normalized test. In other
words, the research can conclude that student’s logic reasoning ability with novick
learning model is better than student’s with conventional learning. There fore
implementation of novick learning model be expected as one of alternative solution in
mathematics learning.
Keywords : Mathematics Learning, Novick
Elementary School
1) Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1105462
2) Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab
3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab
Model, Logic Reasoning, Students,
Antologi UPI, Volume … , Nomor Edisi … , Juni 2015 1-9
Penyelenggaraan pendidikan pada
jenjang Sekolah Dasar (SD) yang
bertujuan memberikan bekal kepada
siswa untuk hidup bermasyarakat dan
dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi. Salah satunya dengan
adanya
pembelajaran matematika di
sekolah yang memiliki tujuan agar siswa
tidak hanya terampil dalam menggunakan
matematika, tetapi dapat memberikan
bekal kepada siswa dalam penerapan
matematika dalam kehidupan sehari-hari.
“Dengan mempelajari matematika, kita
akan belajar menalar secara kritis, kreatif,
dan aktif. Karena matematika merupakan
ide-ide abstrak yang berisi simbolsimbol, maka konsep-konsep matematika
harus dipahami terlebih dahulu sebelum
memanipulasi simbol-simbol tersebut”.
(Susanto, A, 2013, hlm. 183).
Pada usia siswa Sekolah Dasar
antara 7/8 tahun hingga 12/13 tahun,
menurut teori kognitif Piaget (dalam
Susanto, A, 2013, hlm. 183) “termasuk
pada
tahap
operasional
konkret.
Berdasarkan perkembangan kognitif ini,
maka anak usia Sekolah Dasar pada
umumnya mengalami kesulitan dalam
memahami matematika yang bersifat
abstrak.
Karena
keabstrakannya
matematika relatife tidak mudah untuk
dipahami oleh siswa Sekolah Dasar pada
umumnya”.
Namun
kaitannya
dalam
pembelajaran matematika di lapangan
saat ini, siswa masih kurang dalam
mengembangkan
kemampuan
penalarannya.
Karena
kemampuan
berpikir siswa yang tidak biasa
dikembangkan oleh guru, hal tersebut
dapat dilihat dari pembelajaran yang
masih terpusat pada guru (teachers
center). Pelaksanaan pembelajaran yang
masih kurang variatif tersebut, maka
proses
pembelajaranya
tidak
memperhatikan tingkat pemahaman awal
siswa dan pemahaman siswa setelah
mendapat pembelajaran. Selain itu, siswa
kurang aktif dalam proses pembelajaran,
siswa lebih banyak mendengar dan
mencatat, menyebabkan isi pelajaran
hanya sebagai hapalan sehingga siswa
tidak memahami konsep secara bermakna
dalam mengaitkan sebuah pemahaman
yang telah siswa miliki dengan
pemahaman yang baru diterimanya.
Kegiatan yang dapat dilakukan
pada pembelajaran matematika terhadap
kemampuan penalaran yakni dengan cara
pengamatan dan bahkan percobaan.
Siswa dapat mengalami langsung
bagaimana siswa dalam menemukan
sebuah rumus sehingga belajar yang
bermakna tersebut dapat tersimpan dalam
memori siswa secara mendalam. Menurut
Jasin, Maskoeri, (1995, hlm. 51)
“mengenai penalaran ialah kegiatan yang
telah membudaya oleh manusia dirasakan
baik secara sengaja ataupun tidak
disengaja dalam kehidupannya seharihari”. Dari penjelasan di atas dimana
seseorang sebenarnya baik sadar atau
tidak melakukan kegiatan penalaran,
maka bagaimana penalaran tersebut dapat
dikembangkan dengan baik agar terbiasa
untuk berpikir secara logis.
Penalaran merupakan terjemahan
dari reasoning, yang merupakan salah
satu kompetensi dasar matematik
disamping pemahaman, komunikasi dan
pemecahan masalah. Penalaran adalah
proses berfikir yang dilakukan dengan
satu cara untuk menarik kesimpulan.
Sependapat dengan hal itu menurut
Shurter dan Pierce (dalam Herdian,
2010): ‘Penalaran didefinisikan sebagai
proses pencapaian kesimpulan logis
berdasarkan fakta dan sumber yang
relevan’.
Sedangkan logika adalah dasar
dan alat berfikir yang logis dalam
matematika, sehingga dapat membantu
dan memberikan bekal tambahan untuk
menyampaikan pelajaran di sekolah.
Adapun menurut Syaban, 2008 (dalam
Nurlaela, T, 2010)
‘aktivitas yang
mencakup di dalam kegiatan penalaran
Metta Marisha, Dudung Priatna, Jenuri
Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Model Novick Terhadap
Kemampuan Penalaran Logis Siswa Sekolah Dasar
matematis salah satunya: menarik
kesimpulan
logis,
menggunakan
penjelasan dengan menggunakan model,
fakta, sifat-sifat, dan hubungan’.
“Pembelajaran yang mengacu
kepada teori belajar konstruktivis
lebih
memfokuskan
pada
kesuksesan
siswa
dalam
mengorganisasikan pengalaman
mereka. Bukan kepatuhan siswa
dalam refleksi atas apa yang telah
diperintahkan dan dilakukan oleh
guru. Dan siswa lebih diutamakan
untuk mengkonstruksi sendiri
pengetahuan mereka melalui
asimilasi
dan
akomodasi”.
(Cahyo, A.N, (2013, hlm. 240).
Dapat
disimpulkan
bahwa
pembelajaran
konstruktivis
lebih
menekankan pada kegiatan yang terpusat
pada kegiatan siswa yang mengkonstruk
atau menemukan sendiri pengetahuannya
dan guru hanya sebagai fasilitator dalam
proses belajar. Hal yang paling utama
dalam proses pembelajaran harus
disesuaikan dengan perkembangan siswa
atau kesiapan siswa dalam menerima
pengetahuan yang baru. Dalam upaya
meningkatkan kemampuan penalaran
logis maka guru harus merancang sebuah
pembelajaran yang dapat mendukung
siswa dalam menggali kemampuan
penalarannya. Salah satunya dengan
menggunakan Model yang dikemukakan
oleh Novick dalam (Natsir, M, 1997,
hlm. 3)
Model pembelajaran Novick ini
merupakan implementasi dari
sejumlah
prinsip-prinsip
konstruktivisme
tentang
bagaimana
pengetahuan
diperoleh. Model ini mempunyai
pola umum terdiri dari tiga fase
yaitu fase pertama, exposing
alternative
framework
(mengungkap konsepsi awal
siswa) konsep yang sedang
dipelajari, fase kedua, creating
1) Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1105462
2) Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab
3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab
conceptual conflict (menciptakan
konflik konseptual dalam pikiran
siswa)
dan
fase
ketiga,
encouraging
cognitive
accommodation (mengupayakan
terjadinya akomodasi kognitif
dalam fikiran siswa).
Dengan pembelajaran Model
Novick ini menekankan pada kegiatan
pembelajaran yang berawal dari konsep
yang telah siswa miliki, mengalami
perubahan konseptual yang dilakukan
dengan pendekatan konstruktivisme.
Karena dalam setiap fase dari Model
pembelajaran Novick dapat memfasilitasi
guru dan siswa dalam menciptakan
kegiatan
pembelajaran
yang
mengutamakan perubahan konseptual
pada
siswa
yang
memungkinkan
kemampuan penalaran logis siswa dapat
ditingkatkan. Dilihat dari keunggulan dari
model Novick yaitu : dimana proses
penyimpanan memori pengetahuan yang
diperoleh siswa berlangsung lebih lama
dan dapat mengembangkan kemampuan
berpikir siswa menjadi berpikir ilmiah.
Selain itu, penerapan model pembelajaran
ini juga menjadikan siswa aktif dalam
proses pembelajaran sehingga siswa lebih
termotivasi dalam belajar.
Melalui
pendekatan
kontruktivisme teori yang mendasari
penelitian ini adalah teori Piaget, Piaget
membagi tahap-tahap perkembangan
kognitif ini menjadi empat yaitu “Tahap
sensorimotor (umur 0-2 tahun); Tahap
pra-operasional (umur 2-7/8 tahun);
Tahap opersional konkret (umur 7 atau 811 atau 12 tahun); dan Tahap operasional
formal (umur 11/12-18 tahun)”. (dalam
Budiningsih, C.A, 2012, hlm. 37). Sesuai
dengan tingkat perkembangan kognitif di
atas, bahwasannya siswa SD berada pada
tahap operasional konkrit, sehingga guru
harus menciptakan pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik siswa.
Teori lain yang mendukung
penelitian ini adalah teori Ausubel, teori
Antologi UPI, Volume … , Nomor Edisi … , Juni 2015 1-9
ini terkenal dengan teori belajar
bermaknanya (meaningfull learning).
Dimana
mengkaitkan
pembelajaran
dengan konsep-konsep yang sudah
dimiliki siswa, sehingga konsep-konsep
baru tersebut benar-benar terserap oleh
siswa.
Kemudian teori yang terakhir
yang mendasari penelitian ini adalah teori
dari Bruner (dalam Seifert, K, 2012, hlm.
113) yang mengemukakan bahwa
“pengetahuan
merupakan
sebuah
panduan antara tiga buah proses:
penerimaan, transformasi, dan uji
kelayakan”. Pada proses penerimaan
dimana masuknya pengetahuan dari
pengalaman yang dialami seseorang.
Pada proses transformasi yaitu perubahan
persepsi
yang
dikaitkan
dengan
pengetahuan baru. Selanjutnya pada
proses uji kelayakan dapat berupa
kegiatan
yang
diciptakan
untuk
mengukur ketepatan atau keakurat
pengetahuan lama yang sudah dimiliki
sebelumnya
Berdasarkan uraian di atas, judul
yang diajukan dalam penelitian ini adalah
“Pengaruh Pembelajaran Matematika
dengan
Model
Novick
terhadap
Kemampuan Penalaran Logis Siswa
Sekolah Dasar”. Dalam penelitian ini,
peneliti berpedoman pada KTSP 2006
mata pelajaran matematika dengan materi
geometri dan pengukuran di kelas III
semester II.
METODE
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode eksperimen.
Adapun bentuk desain penelitian yang
digunakan yaitu bentuk dari Quasi
Experimental Desain, Nonequivalent
Control
Group
design.
Menurut
Sugiyono
(2014:116)
“desain
Nonequivalent Control Group design ini
hampir sama dengan pretest-posttest
control group design, hanya pada desain
ini kelompok ekperimen maupun
kelompok control tidak dipilih secara
random”. Paradigma dari desain ini dapat
digambarkan seperti berikut (Russefendi,
E.T, 2010, hlm 53) :
Treatment group
Control group
O
X1
O
------------------O
X2
O
Keterangan:
O : Pretest = Posttest (soal kemampuan
penalaran logis).
X1 : Perlakuan
pembelajaran
menggunakan Model Novick.
X2 : Perlakuan pembelajaran secara
konvensional
----- :
subjek
tidak
dikelompokkan secara acak.
Penelitian ini dilakukan pada
siswa kelas III SD yang ada di gugus 40
di Kecamatan panyileukan, siswa kelas
III dari SDN Panyileukan 1 sebagai kelas
eksperimen dan kelas III SDN
Panyileukan 2 sebagai kelas kontrol yang
memiliki
karakteristik
sama
dan
karakteristik disesuaikan dengan apa
yang akan diteliti, dan sampel dipilih
tidak secara random atau acak.
HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
Pelaksanaan kegiatan penelitian
tentang perbedaan kemampuan penalaran
logis
siswa
antara
pembelajaran
menggunakan model Novick dengan
konvensional
ini
diawali
dengan
pemberian pretest terhadap kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Data nilai
pretest siswa ini merupakan ukuran
kemampuan penalaran logis siswa
sebelum mendapat perlakuan yang
berbeda antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Setelah pretest dilakukan
pada kedua kelas penelitian, tahap
berikutnya yaitu pemberian perlakuan
berbeda sebanyak sembilan kali terhadap
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Setelah
masing-masing
kelas
menyelesaikan kegiatan pembelajaran
sebanyak sembilan kali, tahap berikutnya
Metta Marisha, Dudung Priatna, Jenuri
Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Model Novick Terhadap
Kemampuan Penalaran Logis Siswa Sekolah Dasar
yaitu memberikan post-test kepada kelas
eksperimen dan kelas kontrol, dengan
upaya untuk mengetahui perbedaan
kemampuan penalaran logis siswa pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol
setelah mendapat perlakuan yang
berbeda.
Sebelum melihat peningkatan
kemampuan penalaran logis pada data
pretest dan post-test dapat pula melihat
peningkatan kemampuan penalaran logis
pada pembelajaran sebanyak sembilan
kali tindakan yang diberikan kepada baik
kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
Peningkatan tersebut dapat dilihat dari
hasil
evaluasi
pembelajaran
tiap
pembelajaran pada diagram yang
menunjukkan perbandingan kemampuan
penalaran logis siswa dari kedua kelas.
Peningkatan hasil evaluasi setiap
pembelajaran pada kelas eksperimen
lebih tinggi dibandingkan pada kelas
kontrol. Dapat dilihat pada pembelajaran
kesatu kelas eksperimen memperoleh
nilai rata-rata dari evaluasi 60,4,
sedangkan kelas kontrol memperoleh
nilai rata-rata evaluasi 54,8. Dan pada
pembelajaran
terakhir
pun
kelas
eksperimen lebih mengungguli dengan
memperoleh nilai rata-rata 89,9 dan kelas
kontrol memperoleh nilai rata-rata
sebesar 84,1.
Berdasarkan data penelitian yang
diperoleh, hasil perhitungan statistik
menunjukkan bahwa rata-rata nilai
pretest pada kelas eksperimen yang
berjumlah 32 siswa sebesar 49,72 dengan
nilai minimum 33 dan nilai maksimum
39, sedangkan pada kelas kontrol dengan
jumlah siswa 32 memperoleh rata-rata
54,69 dengan nilai minimum 29 dan nilai
maksimum 69. Berdasarkan hasil pretest
tersebut, perbedaan rata-rata kemampuan
penalaran logis awal siswa antara kelas
ekperimen dan kelas kontrol memiliki
selisih
4,97.
Perbedaan
tersebut
menunjukkan
bahwa
kemampuan
penalaran logis siswa antara kedua kelas
tersebut tidak berbeda jauh.
1) Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1105462
2) Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab
3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab
Berdasarkan
hasil
post-test
diperoleh nilai rata-rata post-test kelas
eksperimen dengan jumlah 32 siswa
adalah 84,84 dengan nilai minimum 62
dan nilai maksimum 100 dan kelas
kontrol dengan jumlah 32 siswa
memperoleh nilai rata-rata 72,88 dengan
nilai minimum 44 dan nilai maksimum
91. Sehingga perbedaan rata-rata
kemampuan penalaran logis siswa kelas
eksperimen
lebih
tinggi
11,96
dibandingkan dengan kelas kontrol.
Peningkatan rata-rata kemampuan
penalaran logis siswa kelas eksperimen
yaitu 35,12, sedangkan peningkatan ratarata kemampuan penalaran logis siswa
kelas kontrol yaitu 18,19. Hasil uji
signifikansi terhadap perbedaan rata-rata
nilai post-test kelas eksperimen dengan
rata-rata nilai post-test kelas kontrol
diperoleh dalam tingkat keberartian 𝛼 =
5% (0,05) secara meyakinkan bahwa
rata-rata nilai post-test kelas eksperimen
lebih baik dibandingkan dengan rata-rata
nilai post-test kelas kontrol. Karena dapat
dilihat gambaran perbedaan peningkatan
hasil penalaran logis siswa yang
signifikan antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol dari hasil perhitungan ratarata nilai pretest dan post-test kelas
eksperimen dan rata-rata nilai pretest dan
post-test kelas kontrol.
Tahap
selanjutnya
yaitu
melakukan uji normalitas data pretest dan
post-test pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Karena jumlah sampel masingmasing 32 siswa (>30) maka uji
normalitas
pada
penelitian
ini
menggunakan
bentuk
Chi-Kuadrat
dengan taraf signifikansi (sig) > 0,05. Uji
normalitas merupakan salah satu syarat
yang harus dipenuhi sebelum dilakukan
uji-t atau uji rerata. Berdasarkan uji
normalitas
yang
telah
dilakukan
sebelumnya, maka diperoleh bahwa data
nilai pretest dan skor post-test kedua
kelas berdistribusi normal. Dapat
dibuktikan dengan nilai pretest chikuadrat hitung kelas eksperimen 6,438
Antologi UPI, Volume … , Nomor Edisi … , Juni 2015 1-9
dan kelas kontrol 10,625, nilai tersebut
lebih kecil dari populasi chi-kuadrat tabel
kelas eksperimen df =14 dan sig 0,05
yaitu 23,685 dan kelas kontrol df = 10
dan sig 0,05 yaitu 18,307. Dan data
pretest memiliki nilai signifikansi lebih
besar 0,05 pada kelas eksperimen 0,954
dan kelas kontrol 0,387. Maka dapat
disimpulkan
bahwa
H0 diterima,
sedangkan
hasil
analisis
data
homogenitas kedua kelas tidak terdapat
perbedaan varian artinya kedua kelas
tersebut homogen, hal tersebut dibuktikan
dengan nilai signifikansi pretest dari
kedua kelas sebesar 0,671 lebih besar dari
0,05, maka H0 diterima.
Selanjutnya
setelah
data
berdistribusi normal dan homogen, maka
untuk melihat perbedaan rerata dilakukan
menggunakan uji perbedaan rerata
menggunakan bentuk two-tailed dengan
ketentuan bahwa apabila p-value (sig 2tailed) hasilnya < 0,05 maka H0 diterima
dan Ha diterima, pada penelitian ini
membuktikan bahwa p-value (sig 2tailed) pada data pretest sebesar 0,083
yang dapat disimpulkan bahwa H0
diterima yang artinya tidak ada
perbedaan.
Kemudian pada data post-test
dilakukan hal yang sama pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Nilai posttest chi-kuadrat hitung kelas eksperimen
9,125 dan kelas kontrol 9,259, nilai
tersebut lebih kecil dari populasi chikuadrat tabel kelas eksperimen kelas
kontrol df = 13 dan sig 0,05 yaitu 22,362
dan df =14 yaitu 23,685. Dan data posttest memiliki nilai signifikansi lebih besar
0,05 pada kelas eksperimen 0,763 dan
kelas kontrol 0,815. Maka dapat
disimpulkan
bahwa
H0 diterima,
sedangkan
hasil
analisis
data
homogenitas kedua kelas tidak terdapat
perbedaan varian artinya kedua kelas
tersebut homogen, hal tersebut dibuktikan
dengan nilai signifikansi post-test dari
kedua kelas sebesar 0,315 lebih besar dari
0,05, maka H0 diterima.
Sedangkan dari hasil analisis
post-test pada uji perbedaan rerata
menggunakan bentuk one tailed dengan
ketentuan bahwa p-value (sig 2-tailed)
harus dibagi 2, dan apabila hasilnya <
0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima,
pada penelitian membuktikan bahwa pvalue (sig 2-tailed) pada post-test sebesar
0,000, sehingga Ha diterima yang artinya
terdapat perbedaan pada kedua sampel
yaitu kelas ekperimen yang memperoleh
pembelajaran model Novick lebih baik
dibandingkan kelas kontrol dengan
memperoleh pembelajaran konvensional.
Dan
untuk
melihat
dan
memperoleh gambaran peningkatan
kemampuan penalaran logis siswa pada
kelas eksperimen dengan menggunakan
pembelajaran model Novick maupun
kelas kontrol dengan menggunakan
pembelajaran
konvensional
secara
signifikan, maka digunakan uji gain
ternormalisasi.
1. Kemampuan Penalaran Logis Siswa
yang
Mengikuti
Pembelajaran
Menggunakan Model Novick
Pelaksanaan
pembelajaran
menggunakan Model Novick terhadap
kelas eksperimen mampu meningkatkan
kemampuan penalaran logis siswa secara
signifikan. Hal ini terlihat dari
peningkatan rata-rata nilai kemampuan
penalaran logis siswa setelah mendapat
perlakuan melalui pembelajaran model
Novick.
Berdasarkan pengolahan data
yang telah dilakukan sebelumnya, ratarata nilai pretest kelas eksperimen
diperoleh sebesar 49,72. Setelah siswa
mendapat
perlakuan
melalui
pembelajaran model Novick, kemampuan
penalaran logis siswa mengalami
peningkatan secara signifikan. Hal ini
dapat dilihat dari tingginya perolehan
rata-rata nilai post-test siswa yaitu
sebesar 84,84. Gain ternormalisasi
kemampuan penalaran logis siswa kelas
eksperimen diperoleh sebesar 0,70
dengan kriteria pada 3 < x ≤ 0,7. Dengan
Metta Marisha, Dudung Priatna, Jenuri
Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Model Novick Terhadap
Kemampuan Penalaran Logis Siswa Sekolah Dasar
demikian, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran model Novick mampu
meningkatkan kemampuan penalaran
logis siswa pada kategori sedang secara
signifikan.
2. Kemampuan Penalaran Logis Siswa
yang
Mengikuti
Pembelajaran
Konvensional
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah
dilakukan,
terlihat
bahwa
pembelajaran
secara
konvensional
terhadap
kelas
kontrol
mampu
meningkatkan kemampuan penalaran
logis siswa. Setiap siswa yang mengikuti
kegiatan pembelajaran matematika secara
konvensional mengalami peningkatan
kemampuan penalaran logis pada
kategori
sedang.
Peningkatan
kemampuan penalaran logis antara siswa
yang satu dengan yang lainnya adalah
berbeda.
Peningkatan
kemampuan
penalaran logis siswa pada kelas kontrol
ini dapat dilihat dari perolehan hasil gain
ternormalisasi.
Berdasarkan pengolahan data
yang telah dilakukan, diketahui rata-rata
nilai pretest kemampuan penalaran logis
kelas kontrol sebesar 54,69. Setelah siswa
mendapat
perlakuan
melalui
pembelajaran
secara
konvensional,
kemampuan penalaran logis siswa
mengalami peningkatan. Hal ini terlihat
dari hasil post-test yang menunjukkan
bahwa rata-rata nilai kemampuan
penalaran logis siswa setelah mendapat
perlakuan diperoleh sebesar 72,88. Gain
ternormalisasi kemampuan penalaran
logis kelas kontrol diperoleh sebesar 0,40
yang berkisar pada 3 < x ≤ 0,7. Hal ini
dapat diasumsikan bahwa pelaksanaan
kegiatan pembelajaran konvensional
terhadap
kelas
kontrol
mampu
meningkatkan kemampuan penalaran
logis pada kategori sedang.
3. Perbedaan Kemampuan Penalaran
Logis Antara Siswa yang Mengikuti
Pembelajaran Melalui Model Novick
dengan Konvensional
1) Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1105462
2) Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab
3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab
Perbedaan kemampuan penalaran
logis antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol dapat dilihat dari perolehan ratarata nilai post-test masing-masing kelas.
Rata-rata nilai post-test siswa pada kelas
eksperimen diperoleh sebesar 84,84 dan
rata-rata skor post-test siswa pada kelas
kontrol diperoleh sebesar 72,88. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa
kemampuan penalaran logis kelas
eksperimen lebih baik daripada kelas
kontrol.
Peningkatan
tersebut
dapat
dibuktikan
dari hasil uji gain
ternormalisasi yaitu : hasil pretest dan
post-test kelas eksperimen terhadap 32
siswa
melalui
pengujian
gain
ternormalisasi membuktikan adanya
peningkatan kemampuan penalaran logis
siswa sebesar 0,70 dengan taraf
peningkatan kemampuan penalaran logis
siswa sedang. Sedangkan hasil pretest
dan post-test kelas kontrol berdasarkan
uji gain ternormalisasi terhadap 32 siswa
membuktikan adanya peningkatan hasil
kemampuan penalaran logis siswa
sebesar 0,40 dengan taraf peningkatan
kemampuan penalaran logis siswa pada
kelas kontrol sedang. Walaupun kedua
kelas pada taraf sedang namun, terdapat
perbedaan peningkatan yang signifikan
pada kedua kelas tersebut.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data
dan pembahasan mengenai perbedaan
kemampuan penalaran logis siswa antara
pembelajaran
menggunakan
model
Novick
dengan
pembelajaran
konvensional,
maka
diperoleh
kesimpulan sebagai berikut.
a. Kemampuan penalaran logis siswa
kelas
eksperimen
mengalami
peningkatan sebesar 35,12 dengan
skala 1-100.
b. Kemampuan penalaran logis siswa
kelas kontrol mengalami peningkatan
sebesar 18,19 dengan skala 1-100.
Antologi UPI, Volume … , Nomor Edisi … , Juni 2015 1-9
c. Perbedaan peningkatan kemampuan
penalaran logis siswa di kelas
eksperimen sebesar 0,70 sedangkan
untuk kelas kontrol sebesar 0,40
dilihat berdasarkan hasil pretest dan
post-test
yang
diuji
gain
ternormalisasi.
Berdasarkan
hasil
penelitian
seperti yang dikemukakan di atas, penulis
mengajukan beberapa implikasi dan
rekomendasi kepada semua pihak yang
terkait dengan permasalahan dalam
penelitian
ini,
diantaranya,
Guru
hendaknya
dapat
memperhatikan
kemampuan
awal
siswa
untuk
meningkatkan kemampuan penalaran
logis siswa dalam mengkonstruk
pengetahuan baru yang lebih kompleks.
Pembelajaran
menggunakan
model
Novick dapat dijadikan salah satu
alternative
dalam
pengembangan
pembelajaran inovasi untuk diterapkan di
dunia pendidikan. Bagi peneliti lain akan
lebih baik apabila dapat melakukan
penelitian lebih lanjut dengan model
Novick
untuk
mengembangkan
kompetensi matematis lainnya secara
luas.
DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih, C. A. (2012). Belajar dan
Pembelajaran.
Jakarta:
PT
RINEKA CIPTA
Cahyo, A. N. (2013). Panduan Aplikasi
Teori-teori Belajar Mengajar.
Yogyakarta: Diva Press
Herdian (2010). Kemampuan Penalaran
Matematika. [Online]. Diakses
dari
https://herdy07.wordpress.com/20
10/05/27/kemampuan-penalaranmatematis/. [25 Oktober 2014]
Jasin, Maskoeri (1995). Ilmu Alamiah
Dasar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Natsir, M. (1997). Strategi Penggunaan
Model Pembelajaran Novick
untuk Meningkatkan keaktifan
dan pemahaman siswa tentang
listrik dalam pembelajaran IPA di
SD. (Tesis). Pendidikan IPA
Sekolah
Dasar,
Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung.
Nurlaela, T. (2010). Penerapan Model
Pembelajaran
Novick
untuk
Meningkatkan
Kemampuan
Penalaran Logis Siswa SMP.
(Skripsi) Pendidikan Matematika,
Universitas Pendidikan Indonesia,
Bandung.
Ruseffendi, E.T. (2010). Dasar-dasar
Penelitian dan Bidang NonEksakta
Lainnya.
Bandung:
Tarsito
Sugiyono (2014). Metode Penelitian
Pendidikan
Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(edisi 20). Bandung: Alfabeta
Susanto, A. (2013). Teori Belajar
Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: KENCANA
Download