Metta Marisha, Dudung Priatna, Jenuri Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Model Novick Terhadap Kemampuan Penalaran Logis Siswa Sekolah Dasar PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL NOVICK TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN LOGIS SISWA SEKOLAH DASAR (Penelitian Kuasi Eksperimen pada Materi Geometri dan Pengukuran Kelas III Semester II Sekolah Dasar di Kecamatan Panyileukan Kota Bandung) ARTIKEL PENELITIAN Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Oleh METTA MARISHA 1105462 PROGRAM S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS CIBIRU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2015 Antologi UPI, Volume … , Nomor Edisi … , Juni 2015 1-9 PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL NOVICK TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN LOGIS SISWA SEKOLAH DASAR Metta Marisha1, Dudung Priatna2, Jenuri3 PGSD Kampus Cibiru Universitas Pendidikan Indonesia Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan penalaran logis siswa Sekolah Dasar dalam materi geometri. Salah satu penyebab rendahnya kemampuan penalaran logis siswa yaitu kebiasaan siswa mendapatkan pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru. Guru tidak memperhatikan kemampuan awal siswa yang berdampak siswa tidak dapat mengembangkan kemampuan penalaran logis siswa secara analitis dan kritis terhadap permasalahan matematika. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran seberapa besar peningkatan kemampuan penalaran logis siswa menggunakan model pembelajaran Novick dengan pembelajaran konvensional. Model Novick ini memiliki tiga fase pembelajaran yaitu mengungkap konsepsi awal siswa, menciptakan konflik konseptual, dan mengupayakan terjadinya akomodasi kognitif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dengan desain Nonequivalent Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SDN Panyileukan di Kecamatan Panyileukan Kota Bandung tahun ajaran 2014/2015 dengan sampel yaitu kelas III SDN Panyileukan 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas III SDN Panyileukan 2 sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan dan analisis data diperoleh dari data pretest dan post-test yang di dapat dari kedua kelas, data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan prinsip-prinsip statistika. Analisis data kuantitatif, dari hasil pretest dan post-test dilakukan dengan uji normalitas, uji homogenitas, uji perbedaan rerata, dan uji gain ternormalisasi dengan taraf signifikansi 5% (0,05). Hasil penelitian membuktikan (1) Kemampuan penalaran logis siswa kelas eksperimen mengalami peningkatan sebesar 35,12. (2) Kemampuan penalaran logis siswa kelas kontrol mengalami peningkatan sebesar 18,19. (3)Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan penalaran logis siswa pada kelas eksperimen sebesar 0,70 dan kelas kontrol sebesar 0,40 melalui pembuktian uji gain ternormalisasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan penalaran logis siswa dengan pembelajaran model Novick lebih baik daripada siswa dengan pembelajaran konvensional. Oleh karena itu diharapkan penggunaan model Novick dapat dijadikan sebagai solusi alternative dalam pembelajaran matematika. Kata Kunci : Pembelajaran Matematika, Model Novick, Penalaran Logis, Siswa, Sekolah Dasar Metta Marisha, Dudung Priatna, Jenuri Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Model Novick Terhadap Kemampuan Penalaran Logis Siswa Sekolah Dasar Effect of Mathematics Learning Using Novick Learning Model Toward Elementary School Student’s Logic Reasoning Ability Metta Marisha1, Dudung Priatna2, Jenuri3 PGSD Kampus Cibiru Universitas Pendidikan Indonesia Email: [email protected] Abstract The background of research is the low of the elementary school student’s logic reasoning ability in geometry topic. One of the things that causes student’s logic reasoning became low is the student who got conventional learning or teacher centered learning. The teacher not concern on student’s pre-ability that impact the student can not develop student’s logis reasoning ability analytically and critically on mathematical problems. The purpose of this research is to know the representation about enhancement of student’s logic reasoning ability using novick learning model dan conventional learning. This novick learning model has three learning fhases including exposing alternative framework, creating conceptual conflict, dan encouraging cognitive accommodation. This research was carried out through quasi experiment method and Nonequivalent Control Group design. The population is all the third grade student’s of SDN Panyileukan at Kecamatan Panyileukan Bandung City in the academic 2014/2015. The sample of this reseach are the third grade of SDN Panyileukan 1 as experiment class and the third grade of SDN Panyileukan 2 as control class. Data collection technique and analysis obtainable from pretest and posttest data from two class. The researcher calculates the data statistically by using the formula experimental methods. The level of signification is 5% (0,05). The research result prove (1) experiment class student’s logic reasoning ability have enhancement in the amount of 35,15. (2) control class student’s logic reasoning ability have enhancement in the amount of 18,19. (3) there is a difference of enhancement of experiment class student’s logic reasoning ability in the amount of 0,70 and control class in the amount of 0,40 through verification of gain normalized test. In other words, the research can conclude that student’s logic reasoning ability with novick learning model is better than student’s with conventional learning. There fore implementation of novick learning model be expected as one of alternative solution in mathematics learning. Keywords : Mathematics Learning, Novick Elementary School 1) Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1105462 2) Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab Model, Logic Reasoning, Students, Antologi UPI, Volume … , Nomor Edisi … , Juni 2015 1-9 Penyelenggaraan pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar (SD) yang bertujuan memberikan bekal kepada siswa untuk hidup bermasyarakat dan dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Salah satunya dengan adanya pembelajaran matematika di sekolah yang memiliki tujuan agar siswa tidak hanya terampil dalam menggunakan matematika, tetapi dapat memberikan bekal kepada siswa dalam penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari. “Dengan mempelajari matematika, kita akan belajar menalar secara kritis, kreatif, dan aktif. Karena matematika merupakan ide-ide abstrak yang berisi simbolsimbol, maka konsep-konsep matematika harus dipahami terlebih dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol tersebut”. (Susanto, A, 2013, hlm. 183). Pada usia siswa Sekolah Dasar antara 7/8 tahun hingga 12/13 tahun, menurut teori kognitif Piaget (dalam Susanto, A, 2013, hlm. 183) “termasuk pada tahap operasional konkret. Berdasarkan perkembangan kognitif ini, maka anak usia Sekolah Dasar pada umumnya mengalami kesulitan dalam memahami matematika yang bersifat abstrak. Karena keabstrakannya matematika relatife tidak mudah untuk dipahami oleh siswa Sekolah Dasar pada umumnya”. Namun kaitannya dalam pembelajaran matematika di lapangan saat ini, siswa masih kurang dalam mengembangkan kemampuan penalarannya. Karena kemampuan berpikir siswa yang tidak biasa dikembangkan oleh guru, hal tersebut dapat dilihat dari pembelajaran yang masih terpusat pada guru (teachers center). Pelaksanaan pembelajaran yang masih kurang variatif tersebut, maka proses pembelajaranya tidak memperhatikan tingkat pemahaman awal siswa dan pemahaman siswa setelah mendapat pembelajaran. Selain itu, siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, siswa lebih banyak mendengar dan mencatat, menyebabkan isi pelajaran hanya sebagai hapalan sehingga siswa tidak memahami konsep secara bermakna dalam mengaitkan sebuah pemahaman yang telah siswa miliki dengan pemahaman yang baru diterimanya. Kegiatan yang dapat dilakukan pada pembelajaran matematika terhadap kemampuan penalaran yakni dengan cara pengamatan dan bahkan percobaan. Siswa dapat mengalami langsung bagaimana siswa dalam menemukan sebuah rumus sehingga belajar yang bermakna tersebut dapat tersimpan dalam memori siswa secara mendalam. Menurut Jasin, Maskoeri, (1995, hlm. 51) “mengenai penalaran ialah kegiatan yang telah membudaya oleh manusia dirasakan baik secara sengaja ataupun tidak disengaja dalam kehidupannya seharihari”. Dari penjelasan di atas dimana seseorang sebenarnya baik sadar atau tidak melakukan kegiatan penalaran, maka bagaimana penalaran tersebut dapat dikembangkan dengan baik agar terbiasa untuk berpikir secara logis. Penalaran merupakan terjemahan dari reasoning, yang merupakan salah satu kompetensi dasar matematik disamping pemahaman, komunikasi dan pemecahan masalah. Penalaran adalah proses berfikir yang dilakukan dengan satu cara untuk menarik kesimpulan. Sependapat dengan hal itu menurut Shurter dan Pierce (dalam Herdian, 2010): ‘Penalaran didefinisikan sebagai proses pencapaian kesimpulan logis berdasarkan fakta dan sumber yang relevan’. Sedangkan logika adalah dasar dan alat berfikir yang logis dalam matematika, sehingga dapat membantu dan memberikan bekal tambahan untuk menyampaikan pelajaran di sekolah. Adapun menurut Syaban, 2008 (dalam Nurlaela, T, 2010) ‘aktivitas yang mencakup di dalam kegiatan penalaran Metta Marisha, Dudung Priatna, Jenuri Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Model Novick Terhadap Kemampuan Penalaran Logis Siswa Sekolah Dasar matematis salah satunya: menarik kesimpulan logis, menggunakan penjelasan dengan menggunakan model, fakta, sifat-sifat, dan hubungan’. “Pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivis lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dan siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi”. (Cahyo, A.N, (2013, hlm. 240). Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konstruktivis lebih menekankan pada kegiatan yang terpusat pada kegiatan siswa yang mengkonstruk atau menemukan sendiri pengetahuannya dan guru hanya sebagai fasilitator dalam proses belajar. Hal yang paling utama dalam proses pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan siswa atau kesiapan siswa dalam menerima pengetahuan yang baru. Dalam upaya meningkatkan kemampuan penalaran logis maka guru harus merancang sebuah pembelajaran yang dapat mendukung siswa dalam menggali kemampuan penalarannya. Salah satunya dengan menggunakan Model yang dikemukakan oleh Novick dalam (Natsir, M, 1997, hlm. 3) Model pembelajaran Novick ini merupakan implementasi dari sejumlah prinsip-prinsip konstruktivisme tentang bagaimana pengetahuan diperoleh. Model ini mempunyai pola umum terdiri dari tiga fase yaitu fase pertama, exposing alternative framework (mengungkap konsepsi awal siswa) konsep yang sedang dipelajari, fase kedua, creating 1) Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1105462 2) Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab conceptual conflict (menciptakan konflik konseptual dalam pikiran siswa) dan fase ketiga, encouraging cognitive accommodation (mengupayakan terjadinya akomodasi kognitif dalam fikiran siswa). Dengan pembelajaran Model Novick ini menekankan pada kegiatan pembelajaran yang berawal dari konsep yang telah siswa miliki, mengalami perubahan konseptual yang dilakukan dengan pendekatan konstruktivisme. Karena dalam setiap fase dari Model pembelajaran Novick dapat memfasilitasi guru dan siswa dalam menciptakan kegiatan pembelajaran yang mengutamakan perubahan konseptual pada siswa yang memungkinkan kemampuan penalaran logis siswa dapat ditingkatkan. Dilihat dari keunggulan dari model Novick yaitu : dimana proses penyimpanan memori pengetahuan yang diperoleh siswa berlangsung lebih lama dan dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa menjadi berpikir ilmiah. Selain itu, penerapan model pembelajaran ini juga menjadikan siswa aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih termotivasi dalam belajar. Melalui pendekatan kontruktivisme teori yang mendasari penelitian ini adalah teori Piaget, Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat yaitu “Tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun); Tahap pra-operasional (umur 2-7/8 tahun); Tahap opersional konkret (umur 7 atau 811 atau 12 tahun); dan Tahap operasional formal (umur 11/12-18 tahun)”. (dalam Budiningsih, C.A, 2012, hlm. 37). Sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif di atas, bahwasannya siswa SD berada pada tahap operasional konkrit, sehingga guru harus menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Teori lain yang mendukung penelitian ini adalah teori Ausubel, teori Antologi UPI, Volume … , Nomor Edisi … , Juni 2015 1-9 ini terkenal dengan teori belajar bermaknanya (meaningfull learning). Dimana mengkaitkan pembelajaran dengan konsep-konsep yang sudah dimiliki siswa, sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-benar terserap oleh siswa. Kemudian teori yang terakhir yang mendasari penelitian ini adalah teori dari Bruner (dalam Seifert, K, 2012, hlm. 113) yang mengemukakan bahwa “pengetahuan merupakan sebuah panduan antara tiga buah proses: penerimaan, transformasi, dan uji kelayakan”. Pada proses penerimaan dimana masuknya pengetahuan dari pengalaman yang dialami seseorang. Pada proses transformasi yaitu perubahan persepsi yang dikaitkan dengan pengetahuan baru. Selanjutnya pada proses uji kelayakan dapat berupa kegiatan yang diciptakan untuk mengukur ketepatan atau keakurat pengetahuan lama yang sudah dimiliki sebelumnya Berdasarkan uraian di atas, judul yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Model Novick terhadap Kemampuan Penalaran Logis Siswa Sekolah Dasar”. Dalam penelitian ini, peneliti berpedoman pada KTSP 2006 mata pelajaran matematika dengan materi geometri dan pengukuran di kelas III semester II. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Adapun bentuk desain penelitian yang digunakan yaitu bentuk dari Quasi Experimental Desain, Nonequivalent Control Group design. Menurut Sugiyono (2014:116) “desain Nonequivalent Control Group design ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok ekperimen maupun kelompok control tidak dipilih secara random”. Paradigma dari desain ini dapat digambarkan seperti berikut (Russefendi, E.T, 2010, hlm 53) : Treatment group Control group O X1 O ------------------O X2 O Keterangan: O : Pretest = Posttest (soal kemampuan penalaran logis). X1 : Perlakuan pembelajaran menggunakan Model Novick. X2 : Perlakuan pembelajaran secara konvensional ----- : subjek tidak dikelompokkan secara acak. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas III SD yang ada di gugus 40 di Kecamatan panyileukan, siswa kelas III dari SDN Panyileukan 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas III SDN Panyileukan 2 sebagai kelas kontrol yang memiliki karakteristik sama dan karakteristik disesuaikan dengan apa yang akan diteliti, dan sampel dipilih tidak secara random atau acak. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan kegiatan penelitian tentang perbedaan kemampuan penalaran logis siswa antara pembelajaran menggunakan model Novick dengan konvensional ini diawali dengan pemberian pretest terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data nilai pretest siswa ini merupakan ukuran kemampuan penalaran logis siswa sebelum mendapat perlakuan yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah pretest dilakukan pada kedua kelas penelitian, tahap berikutnya yaitu pemberian perlakuan berbeda sebanyak sembilan kali terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah masing-masing kelas menyelesaikan kegiatan pembelajaran sebanyak sembilan kali, tahap berikutnya Metta Marisha, Dudung Priatna, Jenuri Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Model Novick Terhadap Kemampuan Penalaran Logis Siswa Sekolah Dasar yaitu memberikan post-test kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol, dengan upaya untuk mengetahui perbedaan kemampuan penalaran logis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah mendapat perlakuan yang berbeda. Sebelum melihat peningkatan kemampuan penalaran logis pada data pretest dan post-test dapat pula melihat peningkatan kemampuan penalaran logis pada pembelajaran sebanyak sembilan kali tindakan yang diberikan kepada baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari hasil evaluasi pembelajaran tiap pembelajaran pada diagram yang menunjukkan perbandingan kemampuan penalaran logis siswa dari kedua kelas. Peningkatan hasil evaluasi setiap pembelajaran pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan pada kelas kontrol. Dapat dilihat pada pembelajaran kesatu kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata dari evaluasi 60,4, sedangkan kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata evaluasi 54,8. Dan pada pembelajaran terakhir pun kelas eksperimen lebih mengungguli dengan memperoleh nilai rata-rata 89,9 dan kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata sebesar 84,1. Berdasarkan data penelitian yang diperoleh, hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa rata-rata nilai pretest pada kelas eksperimen yang berjumlah 32 siswa sebesar 49,72 dengan nilai minimum 33 dan nilai maksimum 39, sedangkan pada kelas kontrol dengan jumlah siswa 32 memperoleh rata-rata 54,69 dengan nilai minimum 29 dan nilai maksimum 69. Berdasarkan hasil pretest tersebut, perbedaan rata-rata kemampuan penalaran logis awal siswa antara kelas ekperimen dan kelas kontrol memiliki selisih 4,97. Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa kemampuan penalaran logis siswa antara kedua kelas tersebut tidak berbeda jauh. 1) Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1105462 2) Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab Berdasarkan hasil post-test diperoleh nilai rata-rata post-test kelas eksperimen dengan jumlah 32 siswa adalah 84,84 dengan nilai minimum 62 dan nilai maksimum 100 dan kelas kontrol dengan jumlah 32 siswa memperoleh nilai rata-rata 72,88 dengan nilai minimum 44 dan nilai maksimum 91. Sehingga perbedaan rata-rata kemampuan penalaran logis siswa kelas eksperimen lebih tinggi 11,96 dibandingkan dengan kelas kontrol. Peningkatan rata-rata kemampuan penalaran logis siswa kelas eksperimen yaitu 35,12, sedangkan peningkatan ratarata kemampuan penalaran logis siswa kelas kontrol yaitu 18,19. Hasil uji signifikansi terhadap perbedaan rata-rata nilai post-test kelas eksperimen dengan rata-rata nilai post-test kelas kontrol diperoleh dalam tingkat keberartian 𝛼 = 5% (0,05) secara meyakinkan bahwa rata-rata nilai post-test kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan rata-rata nilai post-test kelas kontrol. Karena dapat dilihat gambaran perbedaan peningkatan hasil penalaran logis siswa yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dari hasil perhitungan ratarata nilai pretest dan post-test kelas eksperimen dan rata-rata nilai pretest dan post-test kelas kontrol. Tahap selanjutnya yaitu melakukan uji normalitas data pretest dan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Karena jumlah sampel masingmasing 32 siswa (>30) maka uji normalitas pada penelitian ini menggunakan bentuk Chi-Kuadrat dengan taraf signifikansi (sig) > 0,05. Uji normalitas merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi sebelum dilakukan uji-t atau uji rerata. Berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan sebelumnya, maka diperoleh bahwa data nilai pretest dan skor post-test kedua kelas berdistribusi normal. Dapat dibuktikan dengan nilai pretest chikuadrat hitung kelas eksperimen 6,438 Antologi UPI, Volume … , Nomor Edisi … , Juni 2015 1-9 dan kelas kontrol 10,625, nilai tersebut lebih kecil dari populasi chi-kuadrat tabel kelas eksperimen df =14 dan sig 0,05 yaitu 23,685 dan kelas kontrol df = 10 dan sig 0,05 yaitu 18,307. Dan data pretest memiliki nilai signifikansi lebih besar 0,05 pada kelas eksperimen 0,954 dan kelas kontrol 0,387. Maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima, sedangkan hasil analisis data homogenitas kedua kelas tidak terdapat perbedaan varian artinya kedua kelas tersebut homogen, hal tersebut dibuktikan dengan nilai signifikansi pretest dari kedua kelas sebesar 0,671 lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima. Selanjutnya setelah data berdistribusi normal dan homogen, maka untuk melihat perbedaan rerata dilakukan menggunakan uji perbedaan rerata menggunakan bentuk two-tailed dengan ketentuan bahwa apabila p-value (sig 2tailed) hasilnya < 0,05 maka H0 diterima dan Ha diterima, pada penelitian ini membuktikan bahwa p-value (sig 2tailed) pada data pretest sebesar 0,083 yang dapat disimpulkan bahwa H0 diterima yang artinya tidak ada perbedaan. Kemudian pada data post-test dilakukan hal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai posttest chi-kuadrat hitung kelas eksperimen 9,125 dan kelas kontrol 9,259, nilai tersebut lebih kecil dari populasi chikuadrat tabel kelas eksperimen kelas kontrol df = 13 dan sig 0,05 yaitu 22,362 dan df =14 yaitu 23,685. Dan data posttest memiliki nilai signifikansi lebih besar 0,05 pada kelas eksperimen 0,763 dan kelas kontrol 0,815. Maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima, sedangkan hasil analisis data homogenitas kedua kelas tidak terdapat perbedaan varian artinya kedua kelas tersebut homogen, hal tersebut dibuktikan dengan nilai signifikansi post-test dari kedua kelas sebesar 0,315 lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima. Sedangkan dari hasil analisis post-test pada uji perbedaan rerata menggunakan bentuk one tailed dengan ketentuan bahwa p-value (sig 2-tailed) harus dibagi 2, dan apabila hasilnya < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, pada penelitian membuktikan bahwa pvalue (sig 2-tailed) pada post-test sebesar 0,000, sehingga Ha diterima yang artinya terdapat perbedaan pada kedua sampel yaitu kelas ekperimen yang memperoleh pembelajaran model Novick lebih baik dibandingkan kelas kontrol dengan memperoleh pembelajaran konvensional. Dan untuk melihat dan memperoleh gambaran peningkatan kemampuan penalaran logis siswa pada kelas eksperimen dengan menggunakan pembelajaran model Novick maupun kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional secara signifikan, maka digunakan uji gain ternormalisasi. 1. Kemampuan Penalaran Logis Siswa yang Mengikuti Pembelajaran Menggunakan Model Novick Pelaksanaan pembelajaran menggunakan Model Novick terhadap kelas eksperimen mampu meningkatkan kemampuan penalaran logis siswa secara signifikan. Hal ini terlihat dari peningkatan rata-rata nilai kemampuan penalaran logis siswa setelah mendapat perlakuan melalui pembelajaran model Novick. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya, ratarata nilai pretest kelas eksperimen diperoleh sebesar 49,72. Setelah siswa mendapat perlakuan melalui pembelajaran model Novick, kemampuan penalaran logis siswa mengalami peningkatan secara signifikan. Hal ini dapat dilihat dari tingginya perolehan rata-rata nilai post-test siswa yaitu sebesar 84,84. Gain ternormalisasi kemampuan penalaran logis siswa kelas eksperimen diperoleh sebesar 0,70 dengan kriteria pada 3 < x ≤ 0,7. Dengan Metta Marisha, Dudung Priatna, Jenuri Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Model Novick Terhadap Kemampuan Penalaran Logis Siswa Sekolah Dasar demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran model Novick mampu meningkatkan kemampuan penalaran logis siswa pada kategori sedang secara signifikan. 2. Kemampuan Penalaran Logis Siswa yang Mengikuti Pembelajaran Konvensional Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terlihat bahwa pembelajaran secara konvensional terhadap kelas kontrol mampu meningkatkan kemampuan penalaran logis siswa. Setiap siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran matematika secara konvensional mengalami peningkatan kemampuan penalaran logis pada kategori sedang. Peningkatan kemampuan penalaran logis antara siswa yang satu dengan yang lainnya adalah berbeda. Peningkatan kemampuan penalaran logis siswa pada kelas kontrol ini dapat dilihat dari perolehan hasil gain ternormalisasi. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, diketahui rata-rata nilai pretest kemampuan penalaran logis kelas kontrol sebesar 54,69. Setelah siswa mendapat perlakuan melalui pembelajaran secara konvensional, kemampuan penalaran logis siswa mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari hasil post-test yang menunjukkan bahwa rata-rata nilai kemampuan penalaran logis siswa setelah mendapat perlakuan diperoleh sebesar 72,88. Gain ternormalisasi kemampuan penalaran logis kelas kontrol diperoleh sebesar 0,40 yang berkisar pada 3 < x ≤ 0,7. Hal ini dapat diasumsikan bahwa pelaksanaan kegiatan pembelajaran konvensional terhadap kelas kontrol mampu meningkatkan kemampuan penalaran logis pada kategori sedang. 3. Perbedaan Kemampuan Penalaran Logis Antara Siswa yang Mengikuti Pembelajaran Melalui Model Novick dengan Konvensional 1) Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1105462 2) Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab Perbedaan kemampuan penalaran logis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat dari perolehan ratarata nilai post-test masing-masing kelas. Rata-rata nilai post-test siswa pada kelas eksperimen diperoleh sebesar 84,84 dan rata-rata skor post-test siswa pada kelas kontrol diperoleh sebesar 72,88. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan penalaran logis kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Peningkatan tersebut dapat dibuktikan dari hasil uji gain ternormalisasi yaitu : hasil pretest dan post-test kelas eksperimen terhadap 32 siswa melalui pengujian gain ternormalisasi membuktikan adanya peningkatan kemampuan penalaran logis siswa sebesar 0,70 dengan taraf peningkatan kemampuan penalaran logis siswa sedang. Sedangkan hasil pretest dan post-test kelas kontrol berdasarkan uji gain ternormalisasi terhadap 32 siswa membuktikan adanya peningkatan hasil kemampuan penalaran logis siswa sebesar 0,40 dengan taraf peningkatan kemampuan penalaran logis siswa pada kelas kontrol sedang. Walaupun kedua kelas pada taraf sedang namun, terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan pada kedua kelas tersebut. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan mengenai perbedaan kemampuan penalaran logis siswa antara pembelajaran menggunakan model Novick dengan pembelajaran konvensional, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut. a. Kemampuan penalaran logis siswa kelas eksperimen mengalami peningkatan sebesar 35,12 dengan skala 1-100. b. Kemampuan penalaran logis siswa kelas kontrol mengalami peningkatan sebesar 18,19 dengan skala 1-100. Antologi UPI, Volume … , Nomor Edisi … , Juni 2015 1-9 c. Perbedaan peningkatan kemampuan penalaran logis siswa di kelas eksperimen sebesar 0,70 sedangkan untuk kelas kontrol sebesar 0,40 dilihat berdasarkan hasil pretest dan post-test yang diuji gain ternormalisasi. Berdasarkan hasil penelitian seperti yang dikemukakan di atas, penulis mengajukan beberapa implikasi dan rekomendasi kepada semua pihak yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini, diantaranya, Guru hendaknya dapat memperhatikan kemampuan awal siswa untuk meningkatkan kemampuan penalaran logis siswa dalam mengkonstruk pengetahuan baru yang lebih kompleks. Pembelajaran menggunakan model Novick dapat dijadikan salah satu alternative dalam pengembangan pembelajaran inovasi untuk diterapkan di dunia pendidikan. Bagi peneliti lain akan lebih baik apabila dapat melakukan penelitian lebih lanjut dengan model Novick untuk mengembangkan kompetensi matematis lainnya secara luas. DAFTAR PUSTAKA Budiningsih, C. A. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT RINEKA CIPTA Cahyo, A. N. (2013). Panduan Aplikasi Teori-teori Belajar Mengajar. Yogyakarta: Diva Press Herdian (2010). Kemampuan Penalaran Matematika. [Online]. Diakses dari https://herdy07.wordpress.com/20 10/05/27/kemampuan-penalaranmatematis/. [25 Oktober 2014] Jasin, Maskoeri (1995). Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Natsir, M. (1997). Strategi Penggunaan Model Pembelajaran Novick untuk Meningkatkan keaktifan dan pemahaman siswa tentang listrik dalam pembelajaran IPA di SD. (Tesis). Pendidikan IPA Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Nurlaela, T. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Novick untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Logis Siswa SMP. (Skripsi) Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Ruseffendi, E.T. (2010). Dasar-dasar Penelitian dan Bidang NonEksakta Lainnya. Bandung: Tarsito Sugiyono (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (edisi 20). Bandung: Alfabeta Susanto, A. (2013). Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: KENCANA