use style: paper title

advertisement
Model Pembelajaran Problem Based Instruction pada Materi Pencemaran Air
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION PADA MATERI
PENCEMARAN AIR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP
KELAS VII
Hiranti Nurbenita Putri 1), Wisanti 2), Siti Nurul Hidayati 3)
1)
Mahasiswa Program Studi Pendidikan IPA FMIPA UNESA, e-mail: [email protected]
2)
Dosen Jurusan Biologi FMIPA UNESA
3)
Dosen Jurusan Pendidikan IPA FMIPA UNESA
Abstrak
Penelitian ini tentang penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction pada materi pencemaran air di
kelas VII yang bertujuan untuk mendeskripsikan keterlaksanaan model pembelajaran PBI, aktivitas siswa,
dan peningkatan keterampilan proses sains. Penelitian ini merupakan penelitian Pra-Eksperiment dengan
menggunakan rancangan penelitian One Group Pre-test-Post-test Design. Sasaran penelitian ini adalah
siswa kelas VII-2 dan VII-6 SMP Negeri 1 Sidoarjo. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April
sampai Mei. Hasil penelitian menunjukkan, keterlaksanaan model pembelajaran PBI pada kelas VII-2 dan
kelas VII-6 berkriteria sangat baik pada pertemuan 1 dan pertemuan 2, dengan persentase berturut-turut
sebesar 100% dan 100%. Aktivitas siswa memiliki kriteria sangat baik dengan rata-rata sebesar 99,5 dan
98,6. Dari analisis uji Paired Sample T-test pada program SPSS 16.0 diketahui nilai signifikansi hitung <
0,05 yaitu sebesar 0.000 (tak terhingga) sehingga ada perbedaan signifikan antara hasil pre-test dan hasil
post-test sehingga menunjukkan bahwa keterampilan proses sains mengalami peningkatan. Nilai rata-rata
keterampilan proses sains awal siswa adalah 17,2 menjadi 94,4 dengan ketuntasan siswa sebesar 100%
pada kelas VII-2 dan 17,3 menjadi 90 dengan ketuntasan siswa sebesar 100% pada kelas VII-6. Siswa
memberikan respons postif sangat baik terhadap proses pembelajaran dengan model PBI sebesar 99%
dan 96,6%.
Kata Kunci: Problem Based Instruction, Keterampilan Proses Sains
Abstract
It had been done the study about the implementation of learning model Problem Based Instruction
on water contamination in the seventh grade which was aimed to describe the implementation of PBI,
students activity, and science process skill’s improvement. This study was Experimental Study which used
One Group Pre-test-Post-test Design. The subject of this study was students of VII-2 and VII-6 class in
SMP Negeri 1 Sidoarjo. Time’s this study on April until May.The result of this study shows that the
implementation of PBI in VII-2 and VII-6 class has good result on the first and second meeting with the
percentage successively 100% and 100%. The students activity also shows the good result with the
percentage about 99.5% and 98.6%. From the analysis using Paired Sample T-test by SPSS 16.0
program, it is known that significant value < 0.05 is 0.000 (infinite) so that there is significant difference
between the result of pre-test and post-test and it shows that science process skill is also improved. The
beginning average score of science process skill is 17.2 become 94.4 with the completeness is about
100% in VII-2 class and 17.3 become 90 with the completeness is about 100% in VII-6 class. The students
also give positive response toward the learning process using PBI model with the percentage 99% and
96.6%.
Keywords: Problem Based Instruction, Science Process Skill.
PENDAHULUAN
Peningkatan mutu pendidikan secara sadar harus selalu
ada perbaikan dan dilaksanakan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan. Salah satu komponan penting dalam
meningkatkan kualitas pendidikan yaitu Kurikulum.
Salah satu Kurikulum yang
diberlakukan oleh
pemerintah sebagai pedoman kegiatan pembelajaran
adalah Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini ditujukan
untuk meningkatkan potensi diri yang dimiliki siswa
sehingga dapat mengembangkan dirinya. Pembelajaran
yang mengacu pada Kurikulum 2013 menekanakan pada
kegiatan pembelajaran dengan berorientasi 5M, yaitu
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
1
Model Pembelajaran Problem Based Instruction pada Materi Pencemaran Air
mengasosiasi,
dan
mengkomunikasikan
hasil
(Permendikbud, 2013).
Pembelajaran pada Kurikulum 2013 yang
berorientasi pada 5M menuntut siswa untuk menjadi
pebelajar aktif. Pembelajaran siswa aktif ini telah
tertanam di dalam hakikat belajar. Hakikat belajar
menurut Dimyati dan Mudjiono (2009) bahwa
menekankan siswa sebagai penentu terjadi atau tidak
terjadinya proses belajar, proses belajar akan terjadi
berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan
sekitar sehingga terjadi proses perubahan perilaku
sebagai hasil dari suatu pengalaman. Pembelajaran yang
diharapkan oleh Kurikulum 2013 dapat diterapkan pada
semua mata pelajaran tidak terkecuali pelajaran IPA di
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pendidikan IPA
dapat menjadi suatu wahana bagi siswa dalam
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan di
kehidupan sehari-hari (Trianto, 2007).
Dalam kenyataan kehidupan sehari-hari,
menurut Semiawan (1992) siswa kurang mampu
menerapkan perolehan baik berupa pengetahuan,
keterampilan, maupun sikap ke dalam kehidupan seharihari. Siswa tidak dibiasakan untuk mencoba menemukan
sendiri pengetahuan dan informasi itu sehingga siswa
kurang aktif dalam memperoleh ilmu pengetahuan.
Kurang aktifnya siswa dalam menemukan sendiri
pengetahuannya membuat kemampuan siswa menjadi
kurang dalam melakukan keterampilan proses. Siswa
perlu dilatih untuk bertanya, berpikir kritis dan
mengusahakan kemungkinan jawaban terhadap satu
masalah.
Berdasarkan hasil data angket pra-penelitan pada
tanggal 20 Maret 2015 pada 42 siswa kelas VII yang
dipilih secara acak di SMP Negeri 1 Sidoarjo, diperoleh
hasil sebanyak 69,0% siswa belum melakukan kegiatan
praktikum mata pelajaran IPA secara rutin dan siswa
mengalami kesulitan menyimpulkan data sebanyak
76,2% serta merumuskan masalah 71,4%. Selain itu, hasil
angket terhadap siswa kelas VII diperoleh bahwa siswa
mengalami kesulitan menyimpulkan data ketika
melakukan kegiatan praktikum. Hal ini diperkuat dengan
hasil wawancara dengan guru IPA bahwa siswa
mengalami kesulitan pada
kegiatan mengamati,
merumuskan masalah, mengidentifikasi variabel dan
menyimpulkan hasil praktikum sehingga siswa kurang
antusias atau kurang aktif dalam kegiatan praktikum.
Pada praktikum materi pencemaran air, siswa melakukan
kegiatan mengamati dan menyimpulkan keadaan ikan
yang dimasukkan ke dalam air detergen dengan
memanipulasi massa detergen. Selain itu, LKS yang
diberikan guru belum terdapat kegiatan merumuskan
masalah dan mengidentifikasi variabel.
Dari uraian di atas, kemampuan keterampilan
proses sains dan aktivitas siswa setelah dilakukan
evaluasi masih tergolong rendah, hal ini ditunjukkan pada
kegiatan praktikum siswa hanya mengamati dan
menyimpulkan data selain itu pada LKS juga belum
terdapat
kegiatan
merumuskan
masalah
dan
mengidentifikasi variabel. Oleh karena itu, diperlukan
suatu model pembelajaran yang dapat mendukung
pembelajaran agar siswa lebih aktif dan dapat
meningkatkan keterampilan proses sains. Salah satu
model pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan
keterampilan proses sains dan aktivitas siswa adalah
model pembelajaran Problem Based Instruction. Model
pembelajaran Problem Based Instruction yaitu
pembelajaran yang memiliki karakteristik penggunaan
masalah sebagai konteks individu atau seseorang dalam
mempelajari keterampilan berpikir kritis dan pemecahan
masalah serta memperoleh pengetahuan (Rustaman,
2011). Model pembelajaran PBI ini diperkuat oleh teori
Piaget dalam Ibrahim dan Nur (2000) bahwa siswa dalam
segala usia secara aktif terlibat dalam proses perolehan
informasi serta dapat membangun pengetahuan mereka
sendiri. Selain itu, menurut Vygotsky dalam Nur (2011)
pembelajaran terjadi melalui interaksi sosial antara siswa
dengan guru dan teman sebaya. Dengan tantangan dan
bantuan yang sesuai dari guru atau teman sebaya yang
lebih mampu, siswa bergerak maju ke dalam zona
perkembangan terdekat tempat terjadinya pembelajaran
baru.
Model pembelajaran PBI ini memiliki fase-fase
yang dapat diorientasikan dengan Kurikulum 2013
sehingga pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran PBI dapat melatihkan keterampilan proses
sains pada siswa. Keterampilan proses sains menurut
Dimyati dan Mudjiono (2010) bahwa pada prinsipnya
telah ada di dalam diri peserta didik sebagai kemampuankemampuan mendasar yang berupa keterampilan
intelektual, sosial dan fisik. Oleh karena itu, untuk
mendukung proses kegiatan pembelajaran siswa agar
dapat berperan aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan
dari permasalahan di sekitar lingkungannya serta dapat
melatihkan keterampilan proses sains, maka diperlukan
suatu model yang mendukung pembelajaran yaitu model
pembelajaran Problem Based Instruction (PBI).
Pentingnya penelitian menggunakan model
pembelajaran PBI yaitu dengan mengaitkan masalah
yang ada dikehidupan sehari-hari, siswa dapat
memecahkan masalah autentik melalui keterampilan
proses sains. Salah satu materi yang dapat dikaitkan
dengan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari siswa
yaitu mengacu pada kompetensi dasar 3.9 yaitu
mendeskripsikan pencemaran dan dampaknya bagi
makhluk hidup, kompetensi dasar 4.6 melakukan
2
Model Pembelajaran Problem Based Instruction pada Materi Pencemaran Air
pemisahan campuran berdasarkan sifat fisika dan kimia
(Kemendikbud, 2013). Kompetensi dasar tersebut
memuat materi pencemaran dan dampaknya bagi
makhluk hidup yang dapat dilakukan dengan
mengkaitkan siswa ke dalam permasalahan nyata yang
ada di sekitar lingkungan kemudian mengatasi dengan
melakukan pemisahan campuran yaitu filtrasi air
sederhana. Materi ini dapat diselesaikan melalui
keseluruhan fase model pembelajaran PBI sehingga dapat
meningkatkan keterampilan proses sains dan dapat
bertahan lama dibenak siswa.
Hasil penelitian yang terkait dibuktikan oleh
Kartikasari (2013), menunjukkan bahwa penerapan model
Pembelajaran
Berbasis
Masalah
(PBL)
pada
pembelajaran IPA terpadu dengan tema krisis air bersih di
kelas VII memiliki pengaruh positif karena dapat
meningkatkan hasil belajar dengan ketuntasan klasikal
86,84% serta mendapat respons baik pada siswa kelas VII
SMP Negeri 16 Surabaya. Pada skripsi Kartikasari ini
masih belum menggunakan perangkat pembelajaran yang
berorientasi pada Kurikulum 2013, namun telah
menggunakan model pembelajaran PBI yang di dalamnya
terdapat sintaks - sintaks yang mendukung proses 5M.
Oleh karena itu, perangkat pembelajaran ini masih perlu
dimodifikasi sesuai dengan perkembangan Kurikulum
2013 yang kegiatan pembelajaran berorientasi dengan 5M,
yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
mengasosiasi,
dan
mengkomunikasikan
hasil
(Permendikbud, 2013).
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin
mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Pada
Materi
Pencemaran
Air
Untuk
Meningkatkan
Keterampilan Proses Sains Siswa SMP Kelas VII”.
Diharapkan melalui penelitian ini peneliti dapat
mengetahui
bagaimana
keterlaksanaan
model
pembelajaran Problem Based Instruction, aktivitas siswa,
serta keterampilan proses sains yang diperoleh siswa.
siswa yang diobservasi digunakan untuk memperoleh
data aktivitas keterampilan proses sains siswa dan sikap
siswa dalam kegiatan mengerjakan LKS, teknik tes
digunakan untuk memperoleh data tentang keterampilan
proses sains siswa berupa pre-test dan post-test.
Analisis data hasil penelitian meliputi analisis
keterlaksanaan pembelajaran, analisis aktivitas siswa,
analisis ketuntasan pre-test dan post-test.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Keterlaksanaan Proses Pembelajaran
Berdasarkan data hasil observasi keterlaksanaan
pembelajaran dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan.
Hasil perhitungan persentase keterlaksanaan proses
pembelajaran disajikan pada Tabel 1.1
Tabel 1.1 Keterlaksanaan Proses
Pembelajaran
Pertemuan pertama di kelas VII-2 mencapai
100% dan pertemuan kedua mencapai 100%.
Pertemuan pertama di kelas VII-6 mencapai 100%
dan pertemuan kedua mencapai 100%. Pada
pertemuan pertama dan kedua semua aspek yang
telah disusun dapat terlaksana dan tergolong kriteria
sangat baik. Pada pertemuan pertama siswa masih
sedikit kesulitan membuat rumusan masalah serta
menentukan variabel percobaan. Siswa dalam
membuat rumusan masalah masih kesulitan dalam
menemukan masalah. Namun secara keseluruhan
siswa dapat membuat rumusan masalah sesuai
dengan ciri-ciri dari rumusan masalah. Kemudian
siswa juga belum pernah diajarkan untuk
menentukan variabel percobaan, sehingga siswa
mengalami kesulitan membedakan variabel kontrol,
variabel respons dan variabel manipulasi.
Setelah mendapat penjelasan dari guru pada
fase 1 bagaimana membuat rumusan masalah
dengan benar dan pada fase 2 bagaimana
menentukan variabel percoban pada pertemuan
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian Pre-Eksperimental
Design dengan menggunakan rancangan penelitian One
Group Pre-Test Post-Test Design. Subjek penelitian
adalah siswa kelas VII-2 yang berjumlah 31 siswa dan
kelas VII-6 yang berjumlah 30 siswa. Waktu penelitian
dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran
2014/2015.
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada
penelitian meliputi teknik observasi keterlaksanaan
pembelajaran yang digunakan untuk memperoleh data
pengamatan
pengelolaan
pembelajaran
melalui
pengamatan selama kegiatan pembelajaran. Aktivitas
3
Model Pembelajaran Problem Based Instruction pada Materi Pencemaran Air
pertama, siswa menjadi lebih mudah dalam
membuat rumusan masalah dan menentukan
variabel percobaan pada pertemuan kedua. Siswa
dapat dengan mudah membuat rumusan masalah
berdasarkan permasalahan yang ada di sekitar dan
menyelesaikan permasalahan tersebut dengan
memberikan solusi seperti produk akhir pada
pertemuan pertama berupa penjernihan air
sederhana dan produk pada pertemuan kedua yaitu
poster sederhana mengenai pencegahan krisis air
bersih sesuai dengan model pembelajaran Problem
Based Instruction. Setiap fase memperoleh kriteria
sangat baik pada dua kelas yang menerapkan model
pembelajaran Problem Based Instruction.
Berdasarkan hasil di atas maka pelaksanaan
pembelajaran dengan model pembelajaran Problem
Based Instruction pada materi pencemaran air
dikatakan efektif. Pelaksanaan pembelajaran
dikatakan berjalan efektif apabila kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran telah mencapai
kriteria baik atau sangat baik ( Kriswintari, 2010).
B.
pembelajaran yaitu pada kegiatan berdiskusi dalam
melakukan kegiatan pada LKS dan saling
berinteraksi antar teman dalam menyelesaikan
kegiatan pada LKS. Pengamat menyatakan hal ini
dikarenakan ada beberapa siswa yang tidak aktif
dalam membuat poster sederhana mengenai
pencegahan krisis air bersih sehingga siswa hanya
fokus mengerjakan LKS dan tidak ikut berdiskusi
serta berinteraksi antar teman dalam pembuatan
poster sederhana. Pada pertemuan kedua dengan
tema pembelajaran krisis air bersih aspek-aspek
dapat terlaksana dan terjadi peningkatan kecuali
pada aspek mengamati sifat fisika, kimia dan biologi
air sebelum dan sesudah dijernihkan serta aspek
membuat kesimpulan berdasarkan data yang
diperoleh mengalami penurunan dari pertemuan
pertama.
Hal ini dikarenakan pada pertemuan kedua
siswa cenderung malas membaca artikel krisis air
bersih pada LKS krisis air bersih di pertemuan
kedua, padahal aspek mengamati bacaan artikel
bagian penting untuk dapat mengisi pertanyaanpertanyaan yang ada pada LKS krisis air bersih.
Kemudian, sebagian siswa ada yang belum
menyelesaikan
aspek
membuat
kesimpulan
dikarenakan siswa tergesa-gesa menyelesaikan
poster sederhana mengenai pencegahan krisis air
bersih sehingga aspek tersebut tidak terlaksana
ketika waktu pembelajaran telah selesai.
Hal tersebut secara keseluruhan masih
termasuk dalam kriteria sangat baik pada pertemuan
pertama dan kedua karena didukung oleh LKS
penjernihan air dan LKS krisis air bersih yang
membantu kelancaran dalam proses kegiatan
pembelajaran. Siswa menjadi aktif karena di dalam
LKS terdapat kegiatan yang dapat melatihkan
kemampuan 5M dan melatihkan sikap siswa seperti
melakukan penyelidikan autentik, menghasilkan
karya nyata berupa alat penjernihan air dan poster
pencegahan krisis air bersih dan adanya kolaborasi
antar siswa dalam mengerjakan kegiatan pada LKS
sesuai dengan ciri yang ada pada model
pembelajaran Problem Based Instruction. Hal ini
sependapat dengan pernyataan Hamalik (2001)
bahwa pelaksanaan proses pembelajaran berpusat
pada keaktifan siswa dalam belajar dan keaktifan
guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang
serasi serta menantang.
Aktivitas Siswa
Penerapan model pembelajaran Problem Based
Instruction pada materi pencemaran air selain
ditinjau dari keterlaksanaan pembelajaran juga
ditinjau dari aktivitas siswa. Hasil perhitungan
persentase aktivitas siswa disajikan pada Tabel 1.2
Tabel 1.2 Aktivitas Siswa
Secara keseluruhan aktivitas siswa di kelas
VII-2 dan kelas VII-6 pada pertemuan pertama serta
pertemuan kedua dinyatakan efektif dan masuk
dalam kriteria sangat baik dengan persentase secara
berturut-turut 100% dan 98,8% serta rata-rata
persentase kedua pertemuan tersebut sebesar 99,5%
pada kelas VII-2. Persentase berturut-turut diperoleh
kelas VII-6 sebesar 98,3% dan 98,8% serta rata-rata
persentase kedua pertemuan tersebut sebesar 98,6%.
Pada pertemuan kedua dengan tema
pembelajaran krisis air bersih masih ada beberapa
siswa yang tidak melaksanakan aspek kegiatan
C.
Keterampilan Proses Sains
Dalam penelitian ini hanya ada 6 keterampilan
proses sains yang dilatihkan oleh peneliti adalah
keterampilan mengamati, merumuskan masalah,
membuat hipotesis, mengidentifikasikan variabel,
menyimpulkan data dan mengkomunikasikan.
Berdasarkan tuntas atau tidak tuntasnya siswa dapat
dilihat dari ketuntasan klasikal siswa apabila
mencapai kategori baik yaitu persentase yang
didapatkan ≥ 80%. Hasil pre-test dan post-test
dilihat dari ketuntasan indikator pembelajaran yang
4
Model Pembelajaran Problem Based Instruction pada Materi Pencemaran Air
telah ditetapkan sebelumnya. Hasil perhitungan
persentase ketuntasan indikator dapat disajikan pada
Tabel 1.3
bahwa penerapan keterampilan proses dalam
pembelajaran bukan merupakan hal yang mengadaada, akan tetapi merupakan hal wajar dan harus
dilaksanakan
oleh
setiap
guru
dalam
pembelajarannya.
Setelah dua kali pertemuan pelaksanaan
model pembelajaran Problem Based Instruction
maka dilakukan post-test. Hasil post-test dapat
menunjukkan ada peningkatan atau tidak setelah
diberikan perlakuan. Ketuntasan keterampilan proses
sains siswa didapatkan bahwa hasil post-test
mengalami peningkatan dari hasil pre-test.
Peningkatan nilai pre-test ke nilai post-test
merupakan salah satu kelebihan dari PBI menurut
Nur (2011) yaitu pemahaman lebih tinggi dan
pengembangan keterampilan lebih baik.
Hal tersebut dapat diketahui dari 31 siswa
di kelas VII-2 yang mengikuti post-test, 100% siswa
tuntas dalam pembelajaran dan dari 30 siswa di kelas
VII-6 yang mengikuti post-test, 100% siswa juga
tuntas dalam pembelajaran. Secara klasikal hasil
keterampilan proses sains siswa di dua kelas tersebut
dikatakan efektif dan tuntas serta setelah dianalisis
berdasarkan ketuntasan indikator maka tidak ada
indikator pembelajaran yang tidak tuntas dalam
kegiatan pembelajarannya.
Peningkatan ketuntasan dari hasil nilai pretest kenilai post-test pada materi pencemaran air
secara signifikan terjadi setelah siswa mengikuti
proses belajar mengajar dengan menerapkan model
pembelajaran Problem Based Instruction. Model
pembelajaran PBI ini dapat meningkatkan
keterampilan proses sains yaitu dikarenakan model
pembelajaran yang digunakan berusaha menyajikan
kepada siswa suatu masalah autentik serta bermakna
yang dapat memberikan kemudahan kepada siswa
untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri
(Mulyaningsih dan Susanah, 2008). Hal ini sesuai
dengan kegiatan yang disajikan pada LKS krisis air
bersih. Pada LKS ini terdapat artikel yang berjudul
krisis air bersih sehingga siswa dapat merenungkan
dan berpikir mengenai permasalahan yang ada di
sekitarnya yaitu kriris air bersih yang melanda di
lingkungan kota Sidoarjo. Kegiatan pada LKS krisis
air bersih ini mengajak siswa untuk merumuskan
permasalahan, menganalisis, dan menyimpulkan
penyebab terjadinya krisis air bersih sehingga siswa
dapat membuat suatu pemecahan masalah yaitu
membuat poster sederhana mengenai pencegahan
krisis air bersih.
Tabel 1.3 Ketuntasan Indikator
Berdasarkan hasil analisis data ketuntasan
indikator pembelajaran di kelas VII-2 dan kelas VII6 diketahui bahwa setelah diterapkan model
pembelajaran Problem Based Instruction semua
indikator dikatakan tuntas dengan rata-rata 95,2 dan
91,6. Hasil perhitungan rata-rata nilai keterampilan
proses sains siswa kelas VII-2 dan VII-6 disajikan
pada Tabel 1.4
Tabel 1.4 Keterampilan Proses
Sains Siswa
Hasil rekapitulasi penilaian ketrampilan
proses sains siswa yang didapat guru setelah
melakukan evaluasi pada saat pre-test sebelum
pertemuan pertama dan post-test setelah pertemuan
kedua di kelas VII-2 dan VII-6 bahwa hasil pre-test
siswa menunjukkan bahwa seluruh siswa 100%
belum tuntas secara klasikal. Hal ini menunjukkan
bahwa siswa belum menguasai atau belum terbiasa
dilatihkan keterampilan proses sains secara
mendalam, biasanya siswa hanya diminta untuk
mengamati saja.
Hal ini diperkuat dengan pernyataan siswa
yang merasa awam terhadap ketrampilan proses
sains terutama keterampilan mengidentifikasi
variabel. Ternyata pernyataan
siswa ini
bertentangan dengan pendapat Dimyati (2009)
PENUTUP
Simpulan
1. Keterlaksanaan model pembelajaran Problem
Based Instruction pada materi pencemaran air di
kelas VII-2 dan VII-6 berlangsung efektif dengan
kriteria sangat baik.
2. Aktivitas siswa setelah diterapkan model
pembelajaran Problem Based Instruction pada
5
Model Pembelajaran Problem Based Instruction pada Materi Pencemaran Air
3.
materi pencemaran air di kelas VII-2 dan VII-6
memiliki kriteria sangat baik.
Keterampilan proses sains siswa setelah
menerapkan model pembelajaran Problem Based
Instruction pada materi pencemaran air di kelas
VII-2 dan VII-6 mengalami peningkatan dan
tuntas secara klasikal. Selain itu, semua indikator
juga dikatakan tuntas.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam
Teori dan Praktek. Surabaya: Prestasi Pustaka.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kepala sekolah
SMP Negeri 1 Sidoarjo dan guru IPA yang telah
membantu dalam penelitian ini serta mahasiswa Prodi
Pendidikan IPA tahun 2011 yang membantu sebagai
observer dalam pelaksanaan penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran.
Cetakan keempat. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Ibrahim, Muslimin dan Nur, Mohamad. 2000.
Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Unesa
University Press.
Kartikasari, Dian. 2013.”Penerapan Model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah Pada Pembelajaran IPA
Terpadu Dengan Tema Krisis Air Bersih di Kelas
VII”. Jurnal Pendidikan Sains e-Pensa.Vol. 01
Nomor 02: hal. 1-6.
Kemendikbud. 2013. Implementasi Kurikulum 2013
Tentang Konsep Pendekatan Ilmiah atau Scientific
Approach. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Kriswintari, Desy. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Berpendekatan SETS
Terhadap Hasil Belajar dan Motivasi Belajar Siswa
di SMP Negeri 19 Surabaya. Skripsi. Tidak
dipublikasikan. Surabaya: Unesa.
Mulyaningsih dan Susanah. 2008. Materi Perkuliahan
Program Pengalaman Lapangan (PPL I). Surabaya:
Unesa University Press.
Nur, Mohamad.2011. Model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah. Surabaya: Unesa University Press.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
81 A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum.
(online)
melalui
http://urip.files.wordpress.com/2013/06/salinanpermendikbud-nomor-81a-tahun-2013-tentangimplementasi-Kurikulum-garuda.pdf diakses tanggal
25 November 2014.
Rustaman,. Hendrawati, Sri,. dan Uus. 2011. Membangun
Literasi Sains Peserta Didik. Bandung: Buku
Pendidikan-Anggota IKAPI.
Semiawan, C., Tangyong, A. F., Belen, S.,
Matahelemual, Y., dan Suseloardjo, W. 1992.
Pendekatan Keterampilan Proses Bagaimanakah
Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Jakarta: PT.
Gramedia Widia Sarana Indonesia.
6
Download