IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP Susi Ardani Nuraini Agustin’1), Erman2), dan Madewi3) 1) Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Sains, FMIPA, UNESA. E-mail: [email protected] 2) Dosen S1 Jurusan Sains, FMIPA, UNESA. E-mail: [email protected] 3) Dosen S1 Jurusan Fisika, FMIPA, UNESA. E-mail: Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran, keterampilan proses sains siswa dan respon siswa terhadap model pembelajaran berdasarkan masalah. Metode penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan jenis penelitian pre-experimental design dan rancangan one group pre-test post-test design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Keterlaksanaan model pembelajaran berdasarkan masalah berlangsung efektif, dengan peningkatan skor rata-rata dari pertemuan 1 meningkat pada pertemuan 2, yaitu sebesar 3,5 (kriteria sangat baik) menjadi 3,6 (kriteria sangat baik). (2) Penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah pada materi pencemaran lingkungan dapat meningkatkan keterampilan proses sains yang ditandai dengan hasil perhitungan dengan uji N-Gain menunjukkan adanya peningkatan untuk tiap aspek keterampilan proses sains. Perbedaan hasil pre-test dan post-test dikatakan signifikan, dibuktikan dengan uji-t diperoleh thitung (6,69) > ttabel (1,70) dengan taraf signifikan α = 0,05. (3) Siswa memberikan respons yang baik sekali terhadap pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah, dengan persentase siswa yang memberikan jawaban positif adalah 91%. . Kata kunci : Pembelajaran Bedasarkan Masalah, Keterampilan Proses Sains Abstract This study was aimed to describe how the learning process cas be done, observe the science process skills of students and analyse the student’s response to the problem based learning model. It used descriptive quantitative method by pre-experimental design research type, and adopted one group pre-test post-test design. The study showed that: (1) The achievement on learning process of the problem based learning was effective, with increasing score from the first meeting to the second meeting, it was 3.5 (criterion is very good) to 3.6 (very good criterion). (2) The application of the learning model based on a material issue of environmental pollution can improve science process skills are characterized by the calculation of the N-Gain test showed an increase for every aspect of science process skills. The difference results between pre-test and post-test is significant, it was proved by the t-test obtained t (6,69)> t table (1,70) with significance level α = 0.05. (3) Students responded well to all learning process by applying learning model based on the problem, with the percentage of students who gave a positive answer is 91%. Keywords: Problem Based Learning, Science Process Skills. 1 yang diharapkan mampu meningkatkan kompetensi kinerja ilmiah dan mengembangkan kerja ilmiah. (Ibrahim & Nur, 2005). Kenyataan di sekolah, kecenderungan pemberian materi hanya sebagai informasi dan kurang melatihkan ketrampilan proses sains. Berdasarkan hasil prapenelitian bahwa siswa kelas VII SMP Negeri 2 Krian menemui sebanyak 78% siswa dalam melakukan percobaan siswa kurang mampu membuat rumusan masalah, merumuskan hipotesis, mengidentifikasi variabel dan merancang percobaan. Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam melatihkan keterampilan proses. Dari pengintegrasian keterampilan proses sains dengan pembelajaran masalah ini, diharapkan siswa dapat menemukan konsep sendiri secara terstruktur dan pembelajaran akan lebih bermakna, selain itu siswa akan lebih mudah mengaplikasikan pada masalah-masalah dalam kehidupan nyata dan diharapkan pembelajaran ini terbimbing dapat memperbaiki hasil belajar yang kurang dari kriteria yang ditentukan. Pada penelitian ini diambil materi pencemaran lingkungan yang memadukan 6 KD yaitu 1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek fisik dan kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan peranan manusia dalam lingkungan serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya. 2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif jujur, teliti, cermat, tekun, hati-hati,bertanggung jawab, terbuka, kritis, kreatif, inovatif, dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari. 2.2 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan. 2.3 Menunjukkan perilaku bijaksana dan bertanggung jawab dalam aktivitas sehari-hari. 3.8 Mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya. 3.9 Mendeskripsikan pencemaran dan dampaknya bagi makhluk hidup. Pada materi pencemaran lingkungan menjelaskan tentang lingkungan yang tercemar serta bagaimana cara penanggulangan pada lingkungan tersebut, dapat diamati melalui kegiatan percobaan dengan penerapan model berdasarkan masalah akan lebih mudah dipahami siswa dengan diberi pengalaman langsung dengan masalah yang autentik untuk membuktikan adanya proses tesebut melalui kegiatan penemuan.Dari beberapa peneilitian yang telah dilakukan terhadap model pembelajaran berdasarkan masalah hasilnya menujukkan dampak yang positif bagi peserta didik, diantaranya adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Rizky Dwi (2013) dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa model pembelajaran berdasarkan masalah yang digunakan pada penelitian ini dapat meningkatkat keterampilan proses sains siswa dengan kategori peningkatan sedang. Hal ini memiliki keterkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan, yaitu penggunaan model pembelajaran berdasarkan masalah untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan menggunakan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM) untuk PENDAHULUAN Menurut BSNP (2006: 377), mata pelajaran IPA di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dimaksudkan sebagai sarana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap, dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi melalui kegiatan ilmiah sehingga diharapkan memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia khususnya di bidang sains dan matematika ditunjukkan dari penelitian yang dilakukan oleh The Third International Mathematics and Science StudyRepeat (TIMSS-R) yang dilaporkan bahwa Indonesia menempati peringkat 32 untuk sains dan peringkat 34 untuk matematika dari 38 negara yang disurvei di Asia (Lubis, 2008). Selain itu, tahun 2011, HDI Indonesia berada di peringkat 124 dari 187 Negara. Di Asia Pasifik, Indonesia berada di peringkat 12 dari 21 Negara. Kenyataan ini tergambar pada laporan United Nations Development Program (UNDP) yang dipublikasikan dalam Human Development Report 2011. Pemerintah sekarang ini telah menyusun kurikulum terbaru, yaitu kurikulum 2013 yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum - kurikulum sebelumnya. Pada kurikulum 2013 secara khusus harus ditujukan untuk memperkenalkan kehidupan kepada siswa sesuai dengan konsep learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to life together (Mulyasa, 2013: 66) sehingga dalam proses pembelajaran harus lebih menekankan pada praktek, baik di laboratorium maupun di masyarakat dan dunia kerja (dunia usaha). Hal ini dapat diwujudkan dengan pembelajaran yang inspiratif, interaktif, menyenangkan, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga memungkinkan para guru menilai hasil belajar siswa dalam proses pencapaian sasaran belajar, yang mencerminkan penguasaan konsep dan pemahaman terhadap apa yang dipelajari. Dalam hal ini setiap guru harus mampu memilih serta menggunakan strategi dan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa mempraktekkan apa-apa yang dipelajarinya. Salah satu keterampilan berpikir yang diharapkan dalam mencapai hasil belajar yang optimal adalah keterampilan proses sains, karena dengan keterampilan berpikir ini siswa akan dapat membangun makna dan mengkonfirmasikan pemahamannya mengenai sesuatu gejala konsep fisika serta memberikan penekanan pada pentingnya keterlibatan pengalaman langsung dalam proses pembelajaran (Ibrahim & Nur, 2005). Berbagai inovasi pembelajaran dikembangkan untuk mengantisipasi pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu di antaranya adalah model pembelajaran berdasarkan masalah, atau yang secara umum dikenal sebagai model problem based learning (PBL). Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan salah satu model pembelajaran yang dalam pembelajarannya lebih mengutamakan kegiatan siswa (student centered) daripada kegiatan guru. Pembelajaran berdasarkan masalah dengan masalah yang nyata, merupakan salah satu model pembelajaran 2 mengetahui keterampilan proses sains siswa, adapun judul dari penelitian ini adalah “Implementasi Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pada Materi Pencemaran Lingkungan Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP”. Data lembar tes berupa penilaian keterampilan proses sains siswa, juga diukur dengan soal berorientasikan keterampilan proses sains meliputi keterampilan mengklafikasikan, memprediksi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengidentifikasi variabel, menganalisis data, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Siswa dikatakan tuntas untuk keterampilan proses sains dengan nilai lebih dari 2,66 dengan kategori B- (Permendikbud 81A, 2013). Data hasil ketercapaian tes keterampilan proses sains dapat di sajikan dalam Tabel 1 berikut ini. METODE Jenis penelitian yang dilakukan adalah preexperimental design. Penelitian ini menggunakan satu kelas eksperimen tanpa kelas kontrol.Dalam penelitian ini, subjek penelitian yaitu kelas VII G SMP Negeri 2 Krian Sidoarjo. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 2 Krian Sidoarjo. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester gasal tahun ajaran 2013/2014 bulan April dengan 2 kali pertemuan. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah “One Group Pretest Posttest Design”, adalah penelitian yang mendeskripsikan suatu kelompok yang dikenai perlakuan tertentu, yaitu model pembelajaran berdasarkan masalah. HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil penelitian akan dijelaskan dalam tahaptahap berikut ini. Pembelajaran berdasarkan masalah pada materi pencemaran lingkungan di SMP Negeri 2 Krian Sidoarjo terlaksana dengan sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengamatan keterlaksanaan pembelajaran pada tiap tahap yang tercantum dalam beberapa tabel. Secara keseluruhan dapat diketahui bahwa keterlaksanaan sintak pembelajaran baik pada pertemuan I dan II adalah 100% terlaksana. Sehingga diperoleh rata-rata kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran memiliki nilai rata-rata total pada pertemuan I adalah 3,54 dan pertemuan II adalah 3,64 serta rata-rata dari keseluruhan pertemuan adalah 3,55. Peneliti juga mengarahkan siswa untuk menemukan masalah autentik dalam lingkungan sekitar mereka, mengorganisasi kelompok-kelompok belajar, membantu siswa mengumpulkan informasi dalam memecahkan masalah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arends dalam Ibrahim dan Mohamad Nur (2000) memunculkan masalah yang baik adalah masalah yang autentik yang terdapat di dunia nyata di dalam kehidupan anak sehari-hari. Tiap skor pada tiap tahap dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini 3 4 5 rata-rata P1 skor Pretes 2.78 97.22 2 Postes 58.33 41.67 Keterampilan Tiap Aspek K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 Nilai Pretest Posttest 1,86 2,28 1,28 2,89 1,28 3,67 3,89 1,00 2,27 1,90 2,90 1,20 3,40 2,95 3,70 3,70 1,40 2,64 N Gain Kriteria 0,36 5,64 0,45 4,64 15,18 0,27 0,09 3,64 3,41 Sedang Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tabel 2. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Kelas VII-G *Keterangan : K1 = Mengklafikasikan K2 = Memprediksi K3 = Merumuskan Masalah K4 = Merumuskan Hipotesis K5 = Mengidentifikasi Variabel K6 = Menganalisis Data K7 = Menyimpulkan K8 = Mengkomunikasikan 5 kegiatan Pembelajaran rata-rata skor 1 Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan dari pretes ke postes. Pada pretes persentase ketidaktuntasan siswa 97% dan persentase ketidaktuntasan siswa pada saat postes 41% siswa yang belum menggalami ketuntasan,sehingga tidak perlu diadakan remidial secara klasikal. Untuk capaian rata-rata pada masing-masing aspek keterampilan siswa disajikan dalam Tabel 2 berikut ini. 3.8 3.7 3.6 3.5 3.4 3.3 3.2 3.1 3 2 Jenis Tes Tabel 1. Hasil Ketercapaian Keterampilan Proses Sains Siswa Grafik Pengamatan Keterlaksanaan pembelajaran 1 Persentase (%) Tuntas Tidak Tuntas No rata-rata P2 Gambar 1. Grafik Skor Keterlaksanaan 3 Berdasarkan Tabel 2 peningkatan keterampilan proses sains pada kelas VII-G dengan menggunakan analisis Gain Score yang telah dikemukakan oleh Hake (1991:1), keterampilan proses sains dengan peningkatan paling tinggi yaitu keterampilan mengidentifikasi variabel dan keterampilan proses sains paling rendah adalah keterampilan menyimpulkan dan secara keseluruhan untuk tiap aspek tinggi. Hasil perhitungan N-Gain dapat dilihat pada Lampiran 28 halaman 184. Data gain ternormalisasi berdasarkan kategori dapat disajikan pada Tabel 3 berikut. No Kategori Jumlah Siswa Persentase (%) 1 Tinggi 22 61.11 2 Sedang 10 27.78 3 Rendah 4 11.11 Tabel 5. Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah No. 1. 2. 3. Tabel 3. Data Gain Ternormalisasi Berdasarkan Kategori 4. Diperoleh hasil bahwa keterampilan proses sains dari 36 jumlah siswa kelas VII-G bahwa keterampilan proses sains mengalami peningkatan dengan rincian 22 siswa (61,11%) kategori peningkatan keterampilan proses sains tinggi, 10 siswa (27,78%) kategori peningkatan keterampilan proses sains sedang, dan 4 siswa kategori peningkatan keterampilan proses sains rendah. Dari hasil pretest dan posttest ini selanjutnya diolah dengan uji t-berpasangan yang digunakan untuk mengetahui adanya perbedaan antara nilai pretest dan posttest dan apakah perbedaan tersebut signifikan atau tidak. Adapun hasil posttest dapat dilihat secara lengkap dalam lampiran dan hasil perhitungan uji t-berpasangan sampel adalah sebagai berikut: 5. 6. 7. 8. Jumlah Subjek 36 Σd Md ΣX2d t 621 17,25 4781,88 6,69 Pernyataan Proses pembelajaran IPA pada model pembelajaran berdasarkan masalah dengan materi pencemaran lingkungan menarik dan menyenangkan. Pembelajaran IPA yang dibawakan guru, baru bagi saya. Saya lebih mudah menguasai materi pencemaran lingkungan dengan PBM Masalah yang dimunculkan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Buku ajar yang diberikan jelas dan menarik LKS yang dibagikan mudah dipahami Guru terlibat aktif dengan model pembelajaran yang digunakan. Tes yang diberikan sesuai dengan yang disampaikan saat pembelajaran. Tanggapan Ya Tidak 100% - 93% 7% 86% 14% 87% 13% 100% - 83% 17% 94% 6% 91% 9% Respon siswa tertinggi menjawab iya adalah 100% pada pernyataan 1 dan 5. Hal ini berarti proses kegiatan belajar mengajar IPA terpadu disajikan secara menyenangkan dan sistematis dalam memecahkan masalah. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian Amador Jose dan Josef H. Gorres (2004) yang menemukan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah ini berhasil mengintegrasikan konten pembelajaran dengan kemampuan memecahkan masalah. Tabel 4. Hasil Perhitungan Uji-t Berpasangan Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa nilai t sebesar 6,69. Dengan taraf siginifikan α sebesar 0,05 diperoleh harga t tabel sebesar 1,70. Nilai t hitung lebih besar dari t tabel sehingga dikatakan terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan proses sains siswa setelah dan sebelum di ajar dengan model pembelajaran berdasarkan masalah (PBM). PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil analisis data penelitian pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: Angket respon siswa merupakan tanggapan siswa setelah mengikuti pembelajaran berdasarkan masalah yang telah diterapkan oleh guru yang diukur dengan menggunakan instrumen lembar angket repon siswa. Data respon siswa terhadap model pembelajaran berdasarkan masalah disajikan dalam Tabel 5 berikut. dan 1.Keterlaksanaan pembelajaran berdasarkan masalah pada pembelajaran IPA terpadu dengan materi pencemaran lingkungan 100% terlaksana dari tahap awal sampai akhir dengan rata-rata skor 3,59 kategori baik. 4 2. Keterampilan proses sains siswa setelah diterapkan model pembelajaran berdasarkan masalah pada materi pencemaran lingkungan mengalami peningkatan. Pada awalnya nilai rata-rata keterampilan proses sains siswa saat pretest adalah yang tuntas 2,78% dan yang tidak tuntas 97,22% pada saat posttest dengan persentase ketuntasan pada saat posttest sebesar 58,33% siswa yang tuntas dan 41,67% siswa yang tidak tuntas. Dari hasil perhitungan menggunakan uji N-Gain menunjukkan bahwa tiap aspek keterampilan proses sains mengalami peningkatan dari pretest ke posttest yaitu 2 aspek dengan kategori sedang, 5 aspek dengan kategori tinggi dan 2 aspek dengan kategori rendah. Perbedaan hasil pretest dan posttest menunjukkan hasil yang signifikan. Dibuktikan dari hasil uji-t yang menunjukkan t hitung (11,10) > t tabel (1,70) dengan taraf signifikan α=0,05. 3. Respon siswa terhadap pembelajaran IPA terpadu dengan model PBM (Pembelajaran Berdasarkan Masalah) pada tema gunung berapi secara keseluruhan mendapat respon positif oleh siswa dengan skor tiap aspek di atas 61%. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPK dan PMP). 2013. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 SMP/Mts Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Hake, Richard. 1999. Analyzing Change/Gain Scores. (Online) melalui : http://www.physics.indiana.edu/~sdi/Analy zingChange-Gain.pdf. (diakses 21 Desember 2013). Haryono. 2006. Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan Proses Sains. Jurnal Pendidikan Dasar, (Online), Vol.7, No.1, 2006, hlm 1-3, (http://dikdas.jurnal.unesa.ac.id/bank/jurnal/ Model_Pembelajaran_Berbasis_Peningkata n_Ketrampilan_Proses_Sains.pdf, diakses 25 November 2013). Howe, H. (1993). Thinking About Our Kids. New York, NY: The Free Press. Ibrahim, Muslimin, dkk. 2010. Dasar-Dasar Proser Belajar Mengajar. Surabaya : Surabaya University Press. Ibrahim, Muslimin. 2005. Assesmen Berkelanjutan. Surabaya : Unipres. Ibrahim, Muslimin. 2005. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya : Unipres. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Konsep Pendekatan Scientific. (Online) melalui (http://akhmadsudrajat.files. wordpress.com/2013/07pendekatansaintifik-ilmiah-dalam-pembelajaran.docx., diakses 09 Oktober 2013). Mc Colum. 2009. A Scientific Approach to Teaching. (Online) melalui : (http://kamccollum.wordpress.com/2009/ 08/01/a-scientific-approach-to-teaching/, diakses 21 November 2013). Mulyasa, E. 2013. Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: Roesdakarya. Nur, Mohamad. 2011. Modul Keterampilanketerampilan Proses Sains. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Pusat Sains dan Matematika Sekolah (PSMS). Nur, Muhammad dan Prima Retno Wikandari. 2000. Teori Belajar. Surabaya : Unesa University Press. Nur, Muhammad dan Prima Retno Wikandari. 2008. Pengajaran Berpusat Pada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis Dalam Pengajaran. Surabaya : Unesa University Press. Nur, Muhammad. 2011. Modul Keterampilanketerampilan Proses Sains. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya Pusat Sains dan Matematika Sekolah (PSMS). Saran 1. Guru hendaknya bisa mengkondisikan siswa pada saat kegiatan belajar mengajar agar pengelolaan pembelajaran lebih baik lagi, karena pada saat pembelajaran siswa cenderung ramai. Pada saat melatihkan keterampilan proses sains siswa membutuhkan waktu yang cukup lama. Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa dengan kegiatan ilmiah, maka saran untuk penelitian selanjutnya agar dipertimbangkan lagi kebutuhan waktunya dan dirancang sebaik-baiknya pengelolaan waktu yang dibutuhkan saat kegiatan belajar mengajar serta guru hendaknya lebih sering melatih keterampilan proses sains siswa dan memberikan peluang bagi siswa untuk menemukan suatu konsep secara mandiri. 2. Guru dalam proses pembelajaran sebaiknya tidak memberikan sebagian besar informasi/penjelasan kepada siswa, melainkan hanya sebagai fasilitator dalam proses kegiatan belajar mengajar agar pembelajaran tidak berpusat pada guru. DAFTAR PUSTAKA Aisyah, Nyimas. 2011. Pendekatan Keterampilan Proses. (Online) melalui http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Peng embanganPembelajaranMatematika_UNIT_ 6_0.pdf, diakses 23 November 2013. Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Renika Cipta. 5 Riduwan. 2010. Skala pengukuran Variabelvariabel Penelitian. Cetakan ke-VII. Bandung : Alfabeta. Riduwan. 2012. Skala pengukuran Variabelvariabel Penelitian. Cetakan ke-VII. Bandung : Alfabeta Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran : Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Pernada Group. Semiawan, Conny. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar?. Jakarta : Gramedia Widisarana Indonesia. Sudarwan. 2013. Pendekatan-pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran. Jakarta : Pusbangprodik. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito. Sugiarto, Bambang, dkk. 2010. Kimia Dasar Untuk Pendidikan Sains. Surabya : Unesa University Press. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Bandung : Alfabeta. Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media. Tim. 2006. Panduan Penulisan Skripsi dan Penilaian Skripsi. Surabaya: FMIPA Unesa. Wahono, dkk. 2013. Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam . Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Wahono, dkk. 2013. Ilmu Pengetahuan Alam/Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Zaki, Ahmad. 2013. Penerapan Lembar Kegiatan Siswa Tema Energi Alternatif Untuk Melatihkan Keterampilan Proses Pada Siswa Kelas VIII-A SMP YPP Nurul Huda Surabaya. Jurnal Pendidikan Sains e-Pensa, (Online), Vol.1, No.3, 2013, hlm 80-87, (http://ejournal.unesa.ac.id/article/6772/37/a rticle.pdf, diakses 21 November 2013). 6