Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR Damaris Niuflapu PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya, ([email protected]) Fx. Mas Subagio PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya Abstrak Keterampilan membaca merupakan salah satu aspek penting dalam berbahasa. Oleh karena itu, siswa dituntut untuk menguasai keterampilan membaca khususnya dalam memahami isi bacaan. Membaca pemahaman merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh pembaca dengan tujuan untuk memahami isi bacaan atau informasi yang ada dalam teks bacaan. Kemampuan membaca berkaitan erat dengan kemampuan berpikir. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mendeskripsi penerapan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas III-B SDN Lidah kulon IV/467 Surabaya. Rancangan penelitian “One-Group Prestest-Postest Design” data yang dikumpulkan dengan menggunakan pretest dan postest digunakan untuk memperoleh data kuantatif pada aspek kognitif keterampilan membaca siswa materi membaca teks bacaan tentang dongeng dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa pada kelas III-B adalah nilai pretest rata-rata 31,73 dan nilai postest 84,47. Dan dari hasil analisis uji t, nilai thitung lebih besar dari nilai ttebel yaitu 33,73>2,074. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa kelas eksperimen yang menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan membaca siswa dan kelas kontrol. Abstract Reading skills is one of the important aspect in linguistic. Therefore, student demanded to capable in reading skills especially understand the content of text. Reading comprehension is an activity do by reader to understand content or information of the text. Reading ability be related to thinking ability. purpose of this research is to describe how to using phases’s of cooperative learning model in indonesian language learning in grade 3rd b Lidah Kulon IV/467 primary school Surabaya. This research use One-Group Prestest-Postest Design. Data collecting are pre-test and post-test used to acquire quantitative data in cognitive aspect of student reading skills about reading the legend. The result of research shows that pre-test average of student learning outcomes in grade 3rd b is 31,37 and post-test is 84,47. T-test result shows that tcount = 33,73 and ttable =2,074 so tcount > ttable. this indicates that there are a significant difference learning outcomes of experiment class that use cooperative learning model about students reading skills and control cla Keywords :common fraction, math learning, contextual learning model 25 JPGSD Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015 PENDAHULUAN Pendidikan pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan setiap manusia karena dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna dan mandiri. Selain itu pendidikan sangat penting dalam pembangunan suatu bangsa dan perkembangan suatu Negara. Utami (2004: 6) mengemukakan bahwa “ Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan dari individu, terutama bagi perkembangan bangsa dan negara. Pendidikan adalah suatu proses yaitu usaha manusia dengan penuh tanggung jawab untuk membimbing anak didik menuju kedewasaan. Proses pendidikan tidak lepas dari kegiatan belajar yang merupakan salah satu kegiatan pokok, dengan guru sebagai pemegang peranan penting. Oleh sebab itu peserta didik diwajibkan untuk belajar sejak dini. Bagi manusia pendidikan itu merupakan suatu keharusan karena pendidikan, manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang. Henderson mengemukan bahwa pendidikan suatu hal yang tidak dapat dielekkan oleh manusia, suatu perbuatan yang tidak boleh terjadi, karena pendidikan itu membimbing generasi muda untuk mencapai suatu generasi yang lebih baik. Dalam menggapai tujuan pendidikan tersebut, tentu tidak bisa terlepas dari kurikulum pendidikan. Kurikulum merupakan sebuah wadah yang akan menentukan arah pendidikan. Dalam rangka memajukan dan menyukseskan tujuan pendidikan pemerintah melalui kemendikbud menyusun, mengembangkan, dan menetapkan sebuah kurikulum pada tahun 2013/2014 dengan sebutan Kurikulum 2013. Menurut Fadlillah (2014:16) menyatakan bahwa kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang mulai diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014. Kurikulum ini adalah pengembangan dari kurikulum yang telah ada sebelumnya, baik kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 maupun kurikulum tingkat satuan pendidikan pada tahun 2006. Hanya saja yang menjadi titik tekan pada kurikulum 2013 ini adalah adanya peningkatan dan seimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Kemudian, kedudukan kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi. Selain itu, pembelajaran lebih bersifat tematik integratif dalam semua mata pelajaran. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan soft skills dan hard skills, dimana kemampaun peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Melalui kurikulum 2013 kemampuan dan kualitas peserta didik yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran dapat di kembangkan dan di tingkatkan. Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat kompetensi siswa dari sisi pengetahuan, keterampilan dan sikap secara utuh. Proses memcapaiannya melalui pembelajaran sejumlah mata pelajaran yang dirangkai sebagai suatu kesatuan yang saling mendukung pencapaian kompetensi tersebut. Dalam kurikulum 2013, SKL diterjemahkan ke kompetensi inti dan kompetensi dasar. Dalam konteks ini, M. Fadlillah (2014: 37-39) Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk masingmasing jenjang termasuk Sekolah Dasar dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Dimana kompetensi sikap yaitu SKLyang menyangkut kemampuan dengan perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di sekitar rumah, sekolah, dan tempat bermain. Kompetensi keterampilan yang menyangkut memiliki pengetahuan faktual dan konseptual dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain. Perlunya pencapaian beberapa kemampuan di atas bagi siswa Sekolah Dasar adalah karena dapat meningkatkan pengetahuan, teknolong dan terkait dengan penyebab fenomena alam dan kejadian. Selain itu, ketiga kompetensi tersebut dapat digunakan sebagai penilaian oleh guru. Dengan kemampuan sikap, keterampilan dan pengetahuan peserta didik akan mampu bersaing di tengah-tengah arus globalisasi yang terus berkembang cukup pesat. Salah satu permasalahan yang sering terjadi dalam kegiatan pembelajaran di SD adalah tidak seimbangnya interaksi antara siswa dengan guru, dimana guru lebih mendominasi kegiatan pembelajaaran, sehingga siswa lebih menjadi pasif dan tidak kreatif, dan mengakibatkan rendahnya pemahaman siswa terhadap suatu proses pembelajaran dan berimbas pada menurunnya hasil belajar siswa. Dari permasalahan tersebut, model pembelajaran kooperatif perlu diterapkan dalam proses pembelajaran di SD, karena termasuk di SDN Lidah Kulon IV/467. Karena melalui pembelajaran kooperatif siswa belajar membentuk kelompokkelompok kecil untuk saling bekerjasama sehingga tercipta proses pembelajaran yang efektif, dan dapat meningkatkan pemahaman siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model pembelajaran kooperatif menuntut kerja sama dan interdependensi peserta didik dalam struktur tugas, stuktur tujuan, Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dan struktur rewad-nya. Struktur tugas berhubungan bagaimana tugas diorganisir. Stuktur tujuan dan rewad mengacau pada derajat kerjasama atau kompetisis yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan maupun rewad. Sedangkan, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalaui tes kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan diberikan penilaian kemampaun individu, sedangkan kelompok akan diberikan penilaian kemampaun kelompoknya, seperti dijelaskan sanjaya (2006 : 213). Hasil akhir setaip siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini sebabkan nilai kelompok adalah adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompok. Dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif dalam proses pembelajaran, akan memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan segala kemampuannya untuk menemukan informasi dan penemuannya itu akan lebih lama melekat di ingatan siswa itu sendiri tetapi masih perlu dibimbing oleh guru. Hal ini akan bermanfaat pada peningkatan keterampilan siswa. Model pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat hetergen. Pada hakikatnya cooperatif learning sama dengan kerja kelompok. Oleh karena itu, banyak guru yang mengatakan tidak sesuatu yang aneh dalam cooperatif learning karena mereka beranggapan setelah biasa melakukan pembelajaran cooperatif learning dalam bentuk belajaran kelompok. Walaupun sebenarnya tidak semua belajar kelompok dikatakan cooperatif learning, seperti dijelaskan Abdulhak (2001: 19-20) bahwa pembelajaran cooperatif dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama di antara peserta belajar itu sendiri. Senada dengan pendapat ahli di atas, Nur (2005: 1-2) mengemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan siswa yang berbeda kemampuannya, jenis kelamin bahkan latar belakangnya untuk membantu belajar satu sama lainnya sebagai sebuah tim. Semua anggota kelompok saling membantu anggota yang lain dalam kelompok yang sama dan bergantung satu sama lain untuk mencapai keberhasilan kelompok belajar. Berangkat dari permasalahan tersebut pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif perlu diterapkan dalam proses pembelajaran di SD, termasuk di dalam SDN Lidah Kulon IV/ 467 Surabaya. Karena melalui pembelajaran kooperatif siswa belajar untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah dalam kelompok serta dapat mengkomunikasi hasil kerjanya sehingga meningkatkan kemampuan atau pemahaman siswa dan meningkatkan keterampilan membaca siswa. Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitiannya yaitu bagaimana pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan membaca siswa di Kelas III SD Lidah Kolun IV/467 Surabaya. Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan membaca siswa di Kelas III SD Lidah Kolun IV/467 Surabaya. Agar permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini di fokuskan dan terarah maka dibuat batasan masalah sebagai berikut: Sasaran penelitian ini difokuskan pada siswa kelas III SDN Lidah Kulon/467 Surabaya, dengan model pembelajaran yang diterapakan dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan membaca siswa kelas III SDN Lidah Kulon/467 Surabaya. Dalam penelitian ini untuk mengetahui ketertarikan siswa pada penerapan model pembelajaran kooperatif, siswa akan diberi angket untuk mengetahui respon siswa. Yang dimintai jawaban hanya pada siswa kelas III atau kelas yang diberi perlakuan Pembelajaran Kooperatif dilakukan dengan menbentuk kelompok kecil yang anggotanya heterogen untuk bekerja sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan masalah, tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong untuk bekerjasama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam setiap kelompok belajar. Sebelum mempelajari model pembelajaran, terlebih dahulu disajikan apa yang dimaksud dengan model. Menurut Meyer (dalam Trianto, 2009: 21) menyatakan bahwa model merupakan sesuatu yang nyata dan konversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif. Sedangkan Mills (Suprijono, 2009:45 ) mengemukan bahwa model adalah bentuk repsentasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Dari kedua pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model adalah suatu bentuk yang lebih komprehensif, konkret dan nyata yang dapat menarik minat kepada sekelompok orang untuk bertindak berdasarkan model tersebut. Model pembelajaran memiliki bentuk yang berbeda-beda diantaranya model pembelajaran dalam bentuk kelompok (kooperatif), model pembelajan dalam bentuk metode ilmiah (inkuiri), 27 JPGSD Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015 model pembelajaran berpikir kreatif, dan pencapaian konsep, memorisasi. Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang bernaung dalam teori konstruktivis. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya untuk memecahkan suatu masalah. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif (Muhammad, 2011:52) orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok. Pembelajaran kooperatif sangat cocok untuk anak SD, dimana dengan pembelajaran kooperatif siswa dapat dilatih untuk bekerjasama dalam menyelesaikan sebuah masalah yang diberikan guru, siswa secara berkelompok dapat bertukar pendapat dan saling berbagi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar yang sesuai dengan yang diharapkan guru dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapakan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan, menurut Slavin, tujuan dari pembelajaran kooperatif menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau di pengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Menurut (Muslimin Ibrahim, 2000:3) terdapat tiga tujuan instuksional penting yang dapat dicapai dengan pembelajaran kooperatif yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, pengembangan keterampilan sosial. Hakikat pembelajaran dengan model kooperatif merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antara siswa untuk menghindari ketersinggugan dan kesalahpahaman yang dapat memicu permusuhan. Slavin (1995:5) mendefinisikan belajar kooperatif sebagai berikut “cooperative learning methods share the idea that students work together to learn and are responsible for their teammates learning as well as their own”. Definisi ini mengandung pengertian bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama, saling menyumbang pemikiran dan bertanggungjawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok. Cooper (1999) dan Heinich (2002) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif sebagai metode pembelajaran yang sistematis dan terstruktur dimana yang melibatkan kelompok-kelompok kecil heterogen dan siswa bekerjasama untuk mencapai tujuan dan tugas akademik bersama serta melatih keterampilan kolaboratif dan sosial. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat dikatakan bahwa belajar kooperatif mendasarkan pada suatu ide bahwa siswa bekerja sama dalam belajar kelompok yang heterogen dan sekaligus masing-masing bertanggung jawab pada aktifitas belajar anggota kelompoknya, sehingga seluruh anggota kelompoknya dapat menguasai materi pelajaran dengan baik. Dengan menngunakan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan ketrampilan membaca siswa karena dengan model tersebut siswa dapat bekerja sama dan saling membantu dalam kelompok sehingga siswa yang kurang mampu dapat dibantu sehingga dapat meningkatkan keterampilan membacanya. Manusia adalah makluk sosial, sehingga manusia perlu berinteraksi dengan manusia yang lainnya. Pada saat manusia membutuhkan eksistensinya untuk diakaui, maka interaksi itu terasa semakin penting. Kegiatan berinteraksi ini membutuhkan alat, sarana atau media, yaitu bahasa satuan dan bahasa gaul. Bahasa satuan Setiap negara mempunyai bahasa resmi masing-masing. Dalam bahasa indonesia bahasa resmi itu disebut bahasa baku. Bahasa baku adalah bahasa yang menjadi bahasa pokok yang menjadi bahasa standar dan acuan yang digunakan sehari-hari pada bahasa percakapan maupun bahasa tulisan. Bahasa ini dapat digunakan dalam komunikasi resmi, wacana teknis, pembicaraan didepan umum, pembicaraan dengan orang yang dihormati dan sebagainya (formal). Bahasa gaul atau bahasa proken yang khas indonesia dan jarang dijumpai di negara-negara lain kecuali di komunitas-komunitas di indonesia. Bahasa gaul dijadikan sebagai bahasa dalam pergaulan anakanak remaja. Struktur dan tata bahasa dari bahasa proken tidak terlalu jauh berbeda dari bahasa formalnya (bahasa indonesia). Pada dasarnya ragam bahasa dalam bahasa gaul remaja memiliki ciri khusus, singkat, lincah, dan kreatif. Dalam banyak kasus kosakata yang digunakan cenderung pendek, hal itu dapat dilihat dari : penggunaan awalan e dari kata memang menjadi kata emang; kombinasi k, a, g dari kata tidak menjadi kagak; simpanan e dari kata teman menjadi temen. Terkadang kita berada di tengah-tengah suatu lingkungan masyarakat yang menggunakan suatu bahasa yang tidak kita pahami sama sekali, serta mendengar percakapan antar penutur-penutur bahasa itu, dapat kita kesan bahwa apa yang merangsang alat pendengar kita itu merupakan suatu arus bunyi yang di sana-sini diselingi perhentian sebentar atau lama menurut kebutuhan dari penuturnya. Bila percakapan itu terjadi antara dua orang atau lebih, akan tampak pada kita bahwa sesudah seorang menyelesaikan arus-bunyinya itu, maka yang lain akan mengadakan reaksi. Reaksinya dapat berupa: mengeluarkan lagi arus-bunyi yang tak dapat kita pahami itu, atau melakukan suatu tindakan tertentu. Dengan demikian, bentuk dasar bahasa adalah ujaran. Santoso,dkk. (2004: 1. 2) mengatakan bahwa ujaranlah yang membedakan manusia dengan Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif makluk lainnya. Dengan ujaran inilah manusia mengungkapkan hal yang nyata atau tidak, yang berwujud maupun yang kasat mata, situasi dan kondisi yang lampau, kini, maupun yang akan datang. Pengajaran bahasa indonesia bertujuan untuk mengembangkan kemampuan mengunakan bahasa Indonesia dalam fungsinya, yaitu sebagai sarana komunikasi, sarana berpikir atau bernalar, sarana persatuan, dan sarana kebudayaan. Pembelajaran dalam satu jenis keterampilan sering meningkatkan keterampilan lain. Misalnya pembelajaran membaca, di samping meningkatkan meningkatkan membaca dapat juga meningkatkan kerampilan menulis. Pembelajaran bahasa Indonesia di SD juga berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan bahasa dan sikap positif bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan berbahasa meliputi (1) Keterampilan berbicara (2) Keterampilan membaca (3) Keterampilan menyimak (4) Keterampilan menulis. Semua ketermpilan tersebut menjadi kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Di SD keterampilan-keterampilan dalam pembelajaran bahasa Indonesia telah di berikan sejak anak duduk di kelas rendah. Agar siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari. Nurgiyantoro(1987:126) menyatakan bahwa penilaian kemampuan membaca bertujuan untuk mengukur kompetensi peserta didik dalam memahami isi informasi yang terdapat dalam bacaan. Pemilihan wacana hendaknya dipertimbangkan dari segi tingkat kesulitan, panjang pendek isi, dan jenis atau bentuk wacana. Secara garis besar, sebenarnya aspek yang dinilai dalam pemahaman bacaan terdiri atas tiga bagian, yaitu 1) pemahaman bahasa dan lambang tulisannya 2) gaya yang terdapat dalam bacaan, dan 3) nada dan teknik yang digunakan pengarang. Dengan memahami ketiga aspek itu, berarti pembaca memahami keseluruhan isi bacaan. Aspek penting dalam penilaian membaca adalah pemahaman isi bacaan. Adapun alat ukur yang paling tepat digunakan berbentuk tes. Ada dua jenis tes yang digunakan untuk menguji kemampuan membaca siswa SD, yaitu tes pemahaman kalimat dan tes pemahaman wacana. Tes membaca dimaksudkan untuk mengukur kemampuan tes dalam memahami suatu bacaan. Faktor lain yang menjumpai dalam pembelajaran di kelas, menunjukkan bahwa (1) siswa tidak memperhatikan penjelasan guru; (2) siswa ramai pada saat pembelajaran berlangsung; (3) siswa cenderung kurang aktif dalam pembelajaran; (4) siswa merasa bingung saat guru memberi teks bacaan kepada siswa karena penyampai materi yang kurang jelas. METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen, dimana jenis penelitian eksperimen yang akan dilakukan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian ini berangkat dari teori dan mengarah pada data. Untuk mendapatkan data digunakan metode pengukuran atas semua data yang diperoleh dalam penelitian. Penelitian kuantitatif lebih banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi experiment), dengan desain rancangan penelitian yang digunakan adalah “One-Group Pretest-Posttest Design” yaitu eksperimen yang hanya digunakan pada satu kelompok saja tanpa adanya kelompok pembanding. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest and posttest group. Secara umum desainpre-test and posttest group dirumuskan seperti di bawah ini: O1 X O2 Gambar 3.1Pretest and Posttest Group Keterangan: O1 : observasi yang dilakukan sebelum eksperimen disebut pretest X : perlakuan (treatment) menggunakan model pembelajaran kooperatif O2 : observasi sesudah eksperimen disebut posttest Penelitian ini direncanakan dua kali pertemuan. Rancangan penelitian ini menempuh tiga langkah yaitu memberikan test awal (pre-test) untuk mengukur kemampuan awal siswa, kemudian memberikan perlakuan berupa penggunaan model pembelajaran kooperatif untuk mengetahui kemampuan siswa dan memberikan tes akhir (posttest) untuk mengukur kemampuan siswa dalam membaca teks bacaan. Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas III SDN Lidah kulon IV/467 Surabaya. Pada penelitian ini yang menjadi sampel adalah siswa kelas III- B SDN Lidah kulon IV/467 Surabaya. Pengambilan sampel menggunakan teknik pengambilan purposive sampling dimana pengambilan sampel berdasarkan dengan kepentingan waktu, biaya, dan tempat penelitian. Penelitian ini menggunakan empat cara pengumpulan data yaitu tes objektif keterampilan membaca siswa, observasi, dan angket. Dalam penelitian ini, peneliti menentukan sumber data, jenis data, teknik pengumpulan data, dan instrumen yang digunakan. Dalam memperoleh data dibutuhkan instrumen sebagai alat mengumpulkan data yang berupa sejumlah daftar pertanyaan yang disampaikan peneliti terhadap responden. Instrumen yang dimaksudkan 29 JPGSD Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015 yaitu berupa soal tentang membaca teks bacaan. Sebelum instrumen dijadikan alat pengumpulan data diperlukan uji instrumen terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk menguji tingkat validitas dan reliabilitas sesuai pendapat Arikunto (2010:211) bahwa “instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan yaitu valid dan reliabel”. Menurut Arikunto (2010:211) bahwa “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan instrumen yang belum berstandar, sehingga untuk menghindari dihasilkannya data yang tidak sahih maka terlebih dahulu dilakukan uji coba terhadap instrumen tersebut yaitu dengan melakukan uji validitas. Menghitung harga korelasi setiap butir dengan rumus Pearson Product Moment yaitu: N. ∑XY − ∑X . ∑Y rxy = 2 √{(N. ∑X ) − (∑X)2 } . {(N. ∑Y 2 ) − (∑Y)2 } Dengan keterangan: rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y N = banyaknya siswa X = nilai hasil uji coba Y = skor total Menurut pendapat Arikunto (2010:221) bahwa “Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan”. Berdasarkan pengertian di atas, maka pengujian reliabilitas suatu instrumen adalah perlu untuk menghasilkan data yang dapat dipercaya. Untuk menghitung reliabilitas instrumen penelitian ini, penulis menggunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut: 𝑘 ∑𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑣𝑎𝑙𝑖𝑑 α= (1) (𝑘−1) 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 Keterangan: k = jumlah butir yang valid Varian total = varian dari total Varian valid = varian dari butir yang valid Berdasarkan desain yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu menggunakan Pretes and Posttest Control Group, maka analisis data dilakukan dengan menggunakan rumus t-test sebagai berikut : 𝑀𝑑 𝑡= ∑𝑥 2 𝑑 √ 𝑁 (𝑁 − 1) Keterangan: Md = mean dari deviasi (d) antara posttest dan pretest xd = perbedaan deviasi dengan mean deviasi N = banyaknya subjek Setelah diperoleh hasil dari penghitungan menggunakan rumus tersebut, kemudian dikonsultasikan dengan tabel nilai t. Perbedaan antara hasil nilai pretest dan posttest dapat dikatakan signifikan jika thitung ≥ ttabel. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan melakukan penelitian langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data terkait dengan penelitian. Adapun hal-hal yang dilakukan dalam penelitian tersebut antara lain: (1) mengadakan observasi, (2) menentukan masalah belajar, (3) angket respon siswa, (4) melaksanakan tes uji validitas dan reliabilitas, (5) pelaksanaan uji coba. Studi pendahuluan ini dilakukan untuk mendapatkan informasi penting tentang hasil belajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas IIIB SDN Lidah Kulon IV/467 Surabaya sebagai responden, serta menentukan subjek penelitian yang terdiri dari siswa kelas III-B SDN Lidah kulon IV/467 Surabaya. Kegiatan studi pendahuluan berupa observasi kepada guru wali kelas yang dilakukan pada saat peneliti mengikuti kegiatan magang. Hasil studi pendahuluan diperoleh data yaitu dari 23 siswa hanya 14 siswa yang mencapai standar KKM yaitu 70%. Adapun penyebab masalah tersebut di atas adalah penggunaan model pembelajaran yang dipakai belum mengarah pada perkembangan siswa yang ada pada tahap perkembangan kognitif. Siswa membutuhkan bimbingan dan pengarahan secara intensif dari guru dan bacaan yang menarik sehingga dapat membangkitkan dan membangun kemampuan berpikir siswa dalam memahami suatu teks bacaan. Pada tahap ini peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap 39 siswa kelas III-A SDN Lidah wetan II/462 Surabaya untuk mendapatkan instrumen tes soal yang valid. Kegiatan ini dilakukan pada hari Selasa, 01 April 2015 pada pukul 12.00-12.30 WIB. Jumlah butir soal yang diujikan sebanyak 4 butir soal yang berbentuk uraian. Dan peneliti bertindak sebagai pengawas. Untuk mengetahui validitas instrumen tes peneliti menggunakan data hasil tes yang dihitung dengan rumus korelasi product moment dengan angka kasar. Jika harga rxy > rtabel maka soal dikatakan valid dengan taraf signifikan 5%. Tabel 1 Perhitungan Hasil Uji Validitas Instrumen Tes No. 1 Skor Skor No Perolehan Total X2 Y2 Siswa Jawaban XY Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif (X) 1 Benar (Y) 1333 59 107 47249 Dari hasil perhitungan validitas di atas maka dapat diketahui bahwa rhitung untuk soal tersebut adalah 0,807 yang kemudian dikonsultasikan dengan rtabel dengan subyek N = 39 dengan taraf signifikan 5% dengan batas penolakan 0,320 (tabel nilai rhitung) dengan demikian jumlah perhitungan item soal tersebut lebih besar dari rtabel (0,807> 0,320), maka data soal pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan membaca untuk soal tersebut dapat dinyatakan signifikan atau valid karena hasil yang diperoleh lebih besar daripada nilai rtabel 2161 Data-data yang diperoleh saat uji validitas dimasukkan ke dalam rumus korelasi product moment sebagai berikut: = = Tabel .2 Hasil Uji Validitas Tes 39. 2161 − 59 . 1333 √{(39. 107 ) − (59)2 } . {(39.47249) − (1333)2 } 84279 − 78647 √{(4173 ) − (3481} . {(1842711) − (1776889) } 5632 = √{(692) . 65822) = 5632 √45548824 5632 6748,98 = (Y) 1333 52 rxy = 78 47249 − (∑X)2 } . {(N. ∑Y 2 ) Status 1. 0,834 Valid 2. 0,807 Valid 3. 0,327 Valid 4. 0,761 Valid Tabel .3 Perhitungan Hasil Uji Validitas Instrumen Tes No. 2 Skor Skor Total Perolehan No Jawaban X2 Y2 XY Siswa Benar (X) (Y) 1875 Dimasukkan ke rumus Alpha r11 = ( N. ∑XY − ∑X . ∑Y √{(N. ∑X 2 ) HasilKorelasiHitung Kemudian perhitungan selanjutnya yaitu perhitungan reliabilitas soa. Untuk mengetahui reliabilitas suatu instrumen tes peneliti menggunakan data hasi ltes yang dihitung dengan rumus Alpha Cronbach. Jikah arga r11> rtabel maka soal dikatakan reliable dengan taraf signifikan 5%. = 0,834 Dari hasil perhitungan validitas di atas maka dapat diketahui bahwa rhitung untuk soal tersebut adalah 0,834 yang kemudian dikonsultasikan dengan r tabel dengan subyek N = 39 dengan taraf signifikan 5% dengan batas penolakan 0,320 (tabel nilai rhitung) dengan demikian jumlah perhitungan item soal tersebut lebih besar dari rtabel (0,834> 0,320), maka data soal pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan membaca untuk soal tersebut dapat dinyatakan signifikan atau valid karena hasil yang diperoleh lebih besar daripada nilai rtabel. No 1 No.Soal − (∑Y)2 } =( 4 = = 𝑘 𝑘 − 1 4 4 − 1 )(1− )(1− 𝛴 𝜎𝑡 2 𝜎𝑏 2 1,63 ) 303,66 ) = 𝑥 (1 − 0,0053) 3 = 1,33 x 0,9947 =1,3229 39. 1875 − 52 . 1333 √{(39. 78 ) − (52)2 } . {(39.47249) − (1333)2 } 73125 − 69316 Dari hasil perhitungan reliabilitas diatas, maka dapat diketahui bahwa r11 = 1,3229 dan dapat dikonsultasikan dengan N = 39 – 1 = 38 maka harga rtabel untuk taraf signifikan 5% adalah 0,320 (tabel nilai rtabel). Dengan demikian r11 = 1,3229 > dari rtabel = 0,320. Jadi dapat disimpulkan bahwa instrumen soal tersebut dinyatakan reliable. Setelah mengumpulkan data yang diperoleh melalui instrumen tes, maka kegiatan selanjutnya adalah menyajikan data. Data-data yang telah terkumpul dalam penelitian ini adalah data hasil √{(3042 ) − (2704} . {(1842711) − (1776889) } 3809 = √{(338) . 65822) 3809 = √22247836 3809 = 4716,76 = 0,807 31 JPGSD Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015 pretest dan posttest siswa seperti pada tabel dibawah ini. Tabel .4 Hasil Pretest dan Posttest PreJumlah No. test Siswa (X) 1 23 731 Post-test (Y) Xd Xd2 1943 1264 70808 Dari data di atas kemudian dianalisis seperti berikut: Md = 1264 = 23 = 54,95 ΣX2d = Σd2 – = 70808 – (𝛴𝑑)2 𝑁 (1264)2 23 1597696 = 70808 – 23 = 70808– 69465,043 = 1342,95 Kemudian dimasukkan kedalam rumus t-test sebagai berikut : Md t = 2 √ ∑x d N(N−1) 54,95 = 1343,95 √23 (23−1) = 54,95 √ = = 1343,95 506 54,95 √2,6560277 54,95 1,629 = 33,73 Dari hasil perhitungan di atas dapat dikonsultasikan dengan table nilai t untuk db = N – 1 adalah N = 23 – 1 = 22 diketahui harga ttabel untuk taraf signifikasi 5% adalah 2,074 dan diketahui harga thitung adalah 33,73. Dari hasil tersebut diketahui bahwa harga thitung lebih besar daripada harga ttabel (33,73> 2,074). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada pembelajaran dengan menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan membaca pemahamam siswa kelas III-A SDN Lidah kulon IV/467 Surabaya. Pembahasan Pada saat melakukan observasi dan wawancara sebelum melakukan penelitian, peneliti mendapati beberapa masalah yaitu kemampuan membaca pemahaman siswa sangatlah kurang. proses pembelajarannya dapat dideskripsikan sebagai berikut: (1) dalam pembelajaran guru menyuruh siswa untuk membuka buku paket; (2) kemudian disuruh untuk membaca suatu teks yang ada dalam buku tersebut; (3) guru hanya memberikan sedikit penjelasan berkaitan dengan membaca; (4) setelah selesaikan membaca, guru memyuruh siswa menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan teks bacaan dan kemudian menggumpulkan hasil kerja mereka. Adapun penyebab masalah tersebut di atas adalah penggunaan model pembelajaran yang dipakai belum mengarah pada perkembangan siswa yang ada pada tahap perkembangan kognitif. Siswa membutuhkan bimbingan dan pengarahan secara intensif dari guru dan bacaan yang menarik sehingga dapat membangkitkan dan membangun kemampuan berpikir siswa dalam memahami suatu teks bacaan. Penelitian eksperimen ini dilaksanakan di SDN Lidah kulon IV /467 Surabaya. Pembelajaran dilakukan hanya dengan menggunakan satu kelas saja. Hal ini dikarenakan peneliti menggunakan metode Pre-Experimental Design yang didalamnya terdapat bentuk One-Group Pretest-Posttest Designs. Jadi siswa diberi pre test terlebih dahulu sebelum diberi perlakuan. Setelah diberi perlakuan maka akan diberi post test untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan membaca pemahaman siswa. Instrumen penelitian yang disusun berupa soal tes uraian yang terdiri dari empat butir soal yang berkaitan dengan membaca teks bacaan. Tes ini diberikan di awal pembelajaran (pretest) dan di akhir pembelajaran (posttest) Dari hasil perhitungan reliabilitas diatas, maka dapat diketahui bahwa r11 = 1,3229 dan dapat dikonsultasikan dengan N = 39 – 1 = 38 maka harga rtabel untuk taraf signifikan 5% adalah 0,320 (table nilai rtabel). Dengan demikian r11 = 1,3229> dari rtabel= 0,320. Jadi dapat disimpulkan bahwa instrument soal tersebut dinyatakan reliable. Setelah pengumpulan dan pengambilan data yang diperoleh melalui instrumen tes di kelas III-A SDN Lidah swetan II/462 Surabaya, kegiatan peneliti selanjutnya yaitu melakukan penelitian di sekolah dasar yang telah ditentukan yaitu SDN Lidah IV/467 Surabaya. Dalam tahap penelitian ini peneliti mengambil data dengan menggunakan teknik pre test dan post test. Hasil pre test dan post test dari kedua sekolah dasar tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus (uji t). Hasil penelitian di kelas III-B SDN Lidah kulon IV/476 Surabaya menunjukkan bahwa nilai rata-rata post test siswa lebih tinggi dari pada nilai pre test. Hal ini terbukti dengan nilai pre test berjumlah 731 dengan rata-rata kelas sebesar 31,73 dan nilai post test berjumlah 1,943 dengan rata-rata kelas sebesar 84,47. Kemudian dari hasil di atas selanjutnya dilakukan proses analisis data. Diketahui harga thitung = 33,78 dengan taraf signifikasi 5% dan db = 23 – 1 = 22 diperoleh harga ttabel = 0,423. Dari hasil tersebut diketahui bahwa harga thitung lebih besar daripada harga ttabel (33,78> 0,423). Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hasil uji beda (uji t) dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif berpengaruh terhadap keterampilan membaca pemahaman siswa kelas III-B SDN Lidah kulon IV/467 Surabaya. Berikut ini adalah diagram hasil pre test dan post test sebelum diberikan perlakuan (penerapan model pembelajaran kooperatif) dan setelah mendapat perlakuan. 90 thitung lebih besar dari pada harga ttabel yaitu (33,73> 2,074). Dengan adanya penambahan penggunaan penerapan model pembelajaran kooperatif ini siswa mendapatkan metode pengajaran yang baru, sehingga siswa terlihat antusias dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu dengan penggunaan model pembelajran kooperatif ini juga menarik perhatian siswa dalam memahami materi, sehingga memudahkan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok dan saling membantu teman yang kurang mampu. 84,47 80 70 60 Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi Guru: Sebaiknya guru menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran membaca pemahaman agar dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran.Guru hendaknya memahami perbedaan kemampuan membaca siswa, agar dalam kegiatan pembelajaran guru dapat membimbing siswa dengan tepat sasaran. Penggunaan model pembelajaran kooperatif pada materi membaca teks bacaan tentang dongeng terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan membaca siswa, sehingga dapat direkomendasikan sebagai alternatif yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. 31,73 50 40 30 20 10 0 pre-test post-test Diagram 1 Hasil Pre test dan Post test Kelas III-B SDN Lidahkulon IV/467Surabaya Maka dapat disimpulkan dari hasil penelitian di SDN Lidah kulon IV/467Surabaya terdapat pengaruh yang signifikan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan membaca siswa. Penggunaan model pembelajaran kooperatif ini juga dapat membantu guru dalam menciptakan inovasi dalam mengajar serta membantu siswa dalam meningkatkan kreatifitas. Dari pembahasan diatas, peneliti dapat menyatakan bahwa usaha keras siswa dalam membantu kelompoknya sangat menentukan keberhasilan hasil belajar siswa secara individu,. Hal ini dapat dikatakan bahwa penerapan model kooperatif sangat efekif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III mata pelajaran Bahasa Indonesia materi menyimpulkan dan meringkas isi bacaan. 2. Bagi Lembaga Hendaknya penggunaan model pembelajran kooperatif diterapkan dalam kegiatan membaca pemahaman karena penerapan model pembelajaran kooperatif ini memudahkan siswa bekerja sama dalam kelompok dan saling membantu teman yang kurang mampu. Hendaknya sekolah membekali guru untuk menguasai dan menerapkan pembelajaran yang inovatif dalam membaca, sehingga pembelajaran akan lebih menarik, bermakna, dan siswa lebih termotivasi dan aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran. 3. Bagi Peneliti lain Sebagai bahan rujukan untuk dapat melakukan penelitian tentang pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan metode yang berbeda sehingga siswa P ENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan membaca siswa siswa kelas III di SDN Lidah kulon IV/467 Surabaya. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan yang signifikan terhadap nilai yang diperoleh siswa sebelum diberi perlakuan dan sesudah diberi perlakuan. Hasil rata-rata kelas nilai pre test yang diperoleh siswa kelas III-B SDN Lidah kulon IV/467 Surabaya adalah 31,78 dan rata-rata nilai post test siswa adalah 84,47. Dari hasil uji beda (uji t) diketahui bahwa harga DAFTAR PUSTAKA Abidin Yunus. 2012. Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung : Refika Aditama. Arikunto Suharsimi. 2006. Prosedur penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Haryadi, Zamzani. 1996. Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia. 33 JPGSD Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015 Hamdani. 2010. Startegi Belajar Mengaja. Bandung: Pustaka Setia Bandung. M. Fadilah, 2013. Implementasi kurikulum 2013. M. Faisal, dkk. 2008. Kajian Bahasa Indonesia SD. Rusman. 2010. Model-model pembelajaran mengembangkan profesionalisme guru. Suprijono Agus. 2009. Kooperatif learning teori dan aplikasi pakem. Yeti Mulyati, dkk. 2011. Bahasa Indonesia. Jakarta : Universitas Terbuka. http://www.slideshare.net/riskia_chandra/makalahpenggunaan-bahasa-gaul-mempengaruhieksistensi-bahasa-indonesia