studi hukum dalam perspektif ilmu sosial atau pemanfaatan ilmu

advertisement
Oleh : Harun Azwari (Peneliti LRC)
1. Latar Belakang
Ilmu hukum adalah ilmu yang mandiri atau otonom, keberadaannya betul-betul independen lepas
sama sekali dari anasir-anasir di luar dirinya. Ungkapan tersebut sudah lazim didengar terutama
oleh mereka yang beraliran positifisme hukum. Bagi mereka hukum dapat dibedakan menjadi dua
bagian yaitu hukum yang dibuat oleh Tuhan dan hukum yang dibuat oleh manusia. Hukum yang
dibuat oleh Tuhan adalah apa yang terdapat dalam kitab suci suatu agama yang memuat perintah
maupun larangan seperti, perintah solat,puasa,zakat,menunaikan ibadah haji sebagaimana yang
terdapat dalam kitab suci umat Islam (Al-Qur’an) dan perintah yang lain yang terdapat dalam agama
lain yang tertuang dalam kitab suci masing-masing.
Adapun yang kedua adalah hukum yang dibuat oleh manusia dapat dibedakan menjadi dua yaitu
hukum yang sebenarnya dan hukum yang tidak sebenarnya. Hukum yang sebenarnya adalah hukum
yang dibuat oleh penguasa dalam hal ini pemerintah maupun institusi yang terkait, hukum yang
sebenarnya mengandung empat unsur, yaitu: perintah,sanksi,kewajiban dan kedaulatan.Kedua
hukum yang tidak sebenarnya adalah hukum yang berasal dari luar atau hukum yang bukan dari
pemerintah itu sendiri, seperti hukum adat pada masyarakat adat dan lain-lain.
LR
C
Apa yang diutarakan di atas merupakan pandangan dari aliran Analitical Jurisprudenci yang
merupakan cabang positifisme hukum dimana tokoh penting dalam aliran tersebut adalah Jhon
Austin. Berbeda halnya dengan aliran sosiologi hukum yang melihat hukum sebaliknya bahwa
hukum tidak bisa lepas dari kehidupan masyarakat, kedua-duanya adalah saling menguatkan ketika
proses pembuatan maupun ketika diberlakukan. Sehingga muncul istilah hukum yang baik adalah
hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup ditengah masyarakat.
1. Pembahasan
Seperti yang disinggung di atas pada dasarnya studi hukum dalam perspektif ilmu sosial maupun
pemanfaatn ilmu sosial dalam studi hukum adalah dua hal yang menurut penulis sama-sama
memberikan ruang yang terbuka antara satu dengan yang lain dalam melihat maupun merumuskan
persoalan-persoalan hukum baik yang terjadi maupun masih dalam rancangan pembuatannya.
Adanya keterbukaan hukum terhadap disiplin ilmu sosial merupakan sebuah bentuk dari ketidak
puasan terhadap positifisme hukum yang sama sekali masih tertutup pada persoalan lain diluar
dirinya, kompleksitas persoalan sosial yang terjadi telah mengubah pandangan para ilmuan hukum
bahwa ketertutupan melihat persoalan-persoalan diluar dirinya menjadikan hukum tidak lebih dari
musium yang terpajang dilembaga-lembaga hukum, atau seperti halnya seorang dokter yang hanya
bisa menyembuhkan pasien tetapi tidak bisa memberikan saran supaya pasien tersebut tidak
kambuh lagi, atau bagaimana caranya supaya seseorang supaya tidak terkena penyakit.
Jika hukum diumpamakan seperti itu maka tidak cukup hanya berkutat pada persoalan norma dan
aturan saja. Oleh karena itu menurut aliran sosiologi hukum atau aliran empiri pada umumnya
berpendapat bahwa penstudi dan praktisi hukum harus melakukan kajian atau penelitian hukum
secara sosiologi empiris. Satjipto Raharjo mengatakan bahwa untuk mampu memahami hukum lalu
lintas tidak bisa hanya membaca undang-undang lalu lintas saja, tetapi juga harus turun mengamati
langsung apa yang terjadi dijalan raya.
Tujuan dari studi secara sosiologi empiri adalah dalam rangka menjawab problem sosial Selain itu
dapat juga memberikan pemahaman yang utuh terhadap hukum baik dalam konteks norma maupun
dalam konteks sosial dan juga memudahkan para penstudi hukum untuk mendorong perkembangan
admin
http://lrc.or.id/2016/11/02/studi-hukum-dalam-perspektif-ilmu-sosial-atau-pemanfaatan-ilmu-sosial-dalam-studi-hukum/
ilmu hukum yang mempunyai nilai guna bagi masyarakat, begitu pula akan berguna bagi para
praktisi dan para legislator dalam merumuskan peraturan perundang-undangan agar bisa
melindungi kepentingan masyarakat banyak sesuai dengan perkembangan zaman.
1. Hukum Dan Masyarakat
Menurut Satjipto Raharjo, hukum dan masyarakat tidak bisa dipisahkan, bagi hukum masyarakat
merupakan sumber daya yang memberi hidup (to nature) dan menggerakkan hukum tersebut.
Masyarakat menghidupi hukum dengan nilai-nilai, gagasan, konsep, disamping itu masyarakat juga
menghidupi hukum dengan cara menyumbangkan masyarakat untuk menjalankan hukum. Kita
mengetahui dari perspektif sosiologis hukum, hukum itu hanya bisa dijalankan melalui campur
tangan manusia, sebagai golongan yang menyelenggarakan hukum, maupun mereka yang wajib
menjalankan ketentuan hukum. Dengan demikian masuklah aspek perilaku manusia kedalam
hukum.
Dalam karyanya yang lain Satjipto Raharjo berpendapat bahwa hukum bekerja dengan cara
memancangi perbuatan seseorang atau hubungan antara orang-orang dalam masyrakat. Untuk
keperluan pemancangan tersebut, maka hukum menjabarkan pekerjaannya dalam berbagai fungsi,
yaitu:
LR
C
1. Pembuatan norma-norma, baik yang memberikan peruntukan maupun yang menentukan
hubungan antara orang dengan orang
2. Penyelesaian sengketa-sengketa
3. Menjamin keberlangsungan kehidupan masyarakat, yaitu dalam hal terjadi perubahanperubahan sosial
Dari tiga pekerjaan hukum sebagaimana disinggung di atas dapat digolongkan sebagai sarana untuk
melakukan kontrol sosial , yaitu suatu proses mempengaruhi orang-orang untuk bertingkah laku
sesuai dengan harapan masyarakat. Lebih lanjut Satjipto Raharjo mengemukakan bahwa apabila
proses pengontrolan sosial tersebut dihubungkan dengan bagan hubungan sibernetik dari parsons,
maka tampak bahwa pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh hukum itu tidak sama sekali otonom,
melainkan kait-berkait dengan proses-proses lain yang berlangsung dalam masyarakat. Kait-berkait
dalam arti, baik hukum itu mengontrol maupun dikontrol oleh berbagai proses dalam masyarakat
ituserta bekerjanya hukum itu dikondisikan pula oleh proses-proses yang memuat energi lebih yang
besar.
Suatu hal yang mustahil jika hukum bisa terlepas dan otonom dari unsur-unsur yang lain, oleh
karena itu dalam hal ini Sabian Ustman melihat hukum sebagai fakta sosial tidaklah dikonsepsikan
sebagai suatu gejala normatif yang otonom dan atau mandiri, akan teteapi sebagai suatu institusi
sosial yang selalu membumi secara riil dengan pola-pola dan atau variabel-variabel sosial yang
senyatanya hidup dan berkembang serta berakar di masyarakat.
Lebih lanjut Sabian berpendapat bahwa ada perbedaan mendasar anatara hukum sebagai fakta
hukum dengan hukum sebagai fakta sosial. Hukum sebagai fakta hukum spekulatif teoritis dan
normatif, sementara hukum sebagai fakta sosial bersifat sosiologis’empiris,non-doktrinal dan nonnormatif.
Dengan demikian dapat dikatakan bahawa hukum dan dinamika sosial adalah dua hal yang saling
melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Masyarakat memberi hidup hukum sedangkan hukum
mengarahkan masyarakat menuju tujunannya. Sebagaimana pandangan sosiological jurisprudence
hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup didalam masyarakat. Lebih
jauh Aliran ini berpandangan bahwa kaitannya dengan hukum yang positif,dia hanya akan bisa
admin
http://lrc.or.id/2016/11/02/studi-hukum-dalam-perspektif-ilmu-sosial-atau-pemanfaatan-ilmu-sosial-dalam-studi-hukum/
efektif apabila senyatanya selaras dengan hukum yang hidup di masyarakat dan pusat
perkembangan dari hukum bukanlah terletak pada badan-badan legislatif,keputusan-keputusan
badan yudikatif atau ilmu hukum, tetapi senyatanya adalah justeru terletak di dalam masyrakat itu
sendiri.
Hal yang senada di ungkapkan oleh Awaludin Marwan yang berpendapat bahwa hukum tidak bisa
lepas dari masyarakat secara sosial , hukum dilaksanakan dibuat dan diterapkan atas mandat
masyarakat. Sehingga mempelajari hukum pertama-tama hendaknya mempelajari masyarakatnya.
Tidak ada hukum tampa ada masyarakat.
Lebih lanjut Awaludin Marwan berpendapat bahwa hukum yang baik adalah hukum yang memiliki
legitimasi moral dan politik dari masyarakat, yang berisikan keinginan, harapan, kebutuhan dan
kebudayaan masyarakat. Hukum yang tidak mengandung hati nurani rakyat, maka ia bukanlah
hukum yang baik dan hukum yang terkhir inilah yang harus dikritik dan dirobohkan.
C
Senada dengan apa yang di ungkapkan oleh para pemeikir tersebut di atas Menurut Sulistiowati
Irianto. Kegagalan gerakan pembangunan hukum dibeberapa negara berkembang dalam konteks
tertentu baik dalam arus utama tidak dapat menjawab berbagai persoalan kemasyarakatan yang
rumit dan tidak bisa dijawab secara tekstual dan mono disiplin dan dalam kondisi seperti itu
penjelasan yang lebih mendasar dan mencerahkan bisa didapatkan secara interdisipliner. Oleh
karenanya menurutnya dibutuhkan suatu pendekatan hukum yang bisa menjelaskan hubungan
antara hukum dan masyarakat. Dalam konteks negara yang sedang berkembang studi ilmu hukum
harus dapat mengkombinasikan antara ilmu sosial dan ilmu hukum.
LR
Menarik untuk disimak pendapat para ahli hukum sebagaimana penulis sebutkan di atas, hukum
tidak lagi sebagai sebuah musium yang terpajang dilembaga-lembaga hukum melainkan merupakan
wujud dari dinamika kehidupan sosial. Dengan berangkat dari pendapat Satjipto Raharjo Bahwa
hukum adalah untuk manusia dan bukan hukum untuk hukum merupakan sebuah paradigma baru
melihat dan menyikapi hukum yang keberadaannya tidak bisa mengabaikan masyarakat begitu saja..
2. Studi Hukum Dalam Perspektif Ilmu Sosiologi Dan Konsekuensi Metodeloginya
Studi hukum dalam perspektif ilmu sosial adalah sebuah upaya melakukan konstuksi hukum
berdasarkan atas penomena sosial yang ada. Prilaku masyarakat yang dikaji adalah prilaku yang
timbul akibat berinteraksi dengan sistem norma yang ada. Interaksi itu muncul sebagai bentuk
reaksi masyarakat atas diterapkannya sebuah ketentuan perundang-undangan positif dan bisa pula
dilihat prilaku masyarakat sebagai bentuk aksi dalam memengaruhi pembentukan sebuah ketentuan
hukum positif. Contoh yang dapat digambarkan dalam model studi hukum dalam perspektif sosial
adalah misalnya studi tentang hukum pertanahan tentang pengadaan tanah untuk kepentingan
umum. Kita bisa mulai dari aturan perundang-undangan yang berlaku yang mengatur masalah
pengadaan tanah untuk kepentingan umum. Apakah ada ketidak sesuaian antara peraturan
perundangan dengan kondisi masyarakat, sehingga menimbulkan konflik ketika pemrintah
melakuakan pembebasan tanah dan seterusnya.
Studi hukum perspektif sosiologi dapat menggambarkan hubungan hukum dengan masyarakat
dalam bentuk:
1. Kesesuaian antara semangat hukum dengan realitas masyarakat yang ada.
2. Peluang dan tantangan ketika hukum tersebut di undangkan
3. Mengetahui pengaruh ditetapkannya sebuah ketentua terhadap prilaku masyarakat
Konsekuensi metodelogi yang digunakan dalam studi ini adalah perkawinan antara metode hukum
admin
http://lrc.or.id/2016/11/02/studi-hukum-dalam-perspektif-ilmu-sosial-atau-pemanfaatan-ilmu-sosial-dalam-studi-hukum/
dengan ilmu sosial yang kemudian menghasilkan metode kwalitatif sosiolegal dan etnografi
sosiolegal.
3. Studi Sosiologi Dalam Ilmu Hukum Dan Konsekuensi Metodeloginya.
Studi sosiologi berbeda dengan sosiologi hukum, dimana sosiologi hukum benih intelektualnya
terutama berasal dari sosiologi arus utama, dan bertujuan untuk dapat mengkonstruksi pemahaman
toritik dari sistem hukum. Ha itu dilakukan oleh para sosiolog hukum dengan cara menempatkan
hukum dalam kerangka struktur sosial yang luas.
LR
C
Hukum, preskripsi hukum dan definisi hukum tidak diasumsikan atau diterima begitu saja, tetapi
dianalisis secara problematik dan dianggap penting untuk dikaji kemunculan-artikulasi dan tujuan.
Hukum sebagai mekanisme regulasi sosial dan hukum sebagai sesuatu profesi dan disiplin, menjadi
perhatian dalam studi ini. Studi ini banyak memusatkan perhatian kepada wacana hukum yang
merupakan bagian dari pengalaman dalam kehidupan keseharian masyarakat. Hukum yang
dimaksud adalah kaidah atau norma sosial yang telah ditegaskan sebagai hukum dalam bentuk
perundang-undangan. Lingkup kajiannya adalah mengenai berfungsi atau tidaknya hukum dalam
masyarakat dengan melihat aspek struktur hukum, dan aparat penegak hukum. Beberapa konsep
penting yang dikaji adalah mengenai pengendalian sosial, sosialisasi hukum, stratifikasi,perubahan
hukum dan perubahan sosial. Karena menginduk pada sosiologi maka konsekwensi metodeloginya
adalah menggunakan metodelogi penelitian sosiologis yang secara tradisi dicirikan berada dalam
ranah kuantitatif.
admin
http://lrc.or.id/2016/11/02/studi-hukum-dalam-perspektif-ilmu-sosial-atau-pemanfaatan-ilmu-sosial-dalam-studi-hukum/
Download