PEMBUATAN PANDUAN AUDIT MANAJEMEN

advertisement
PEMBUATAN PANDUAN AUDIT MANAJEMEN INSIDEN TI
BERDASARKAN ITIL
(STUDI KASUS DI BPK RI)
Yaomi Awalishoum Istiqlal, SE
Ir. Achmad Holil Noor Ali, M.Kom.
ABSTRAK
Penanganan insiden TI yang dikelola oleh Biro-TI BPK-RI menuntut
kualitas pelayanan yang prima. Hal itu dilakukan melalui perbaikan atas tata kelola
manajemen insiden serta pelaksanaan audit terhadap manajemen insiden secara
berkala dan berkesinambungan. Audit terhadap manajemen insiden TI perlu
dilakukan sebagai pengendalian internal untuk memastikan tingkat layanan Biro-TI
telah memenuhi standar atau mengikuti praktek-praktek terbaik. Oleh karena BPKRI belum melakukan audit tersebut terhadap Biro-TI, sulit untuk menilai pencapaian
tingkat layanannya. Untuk itu perlu dibuat panduan audit agar auditor internal
BPK-RI dapat melaksanakan audit atas manajemen insiden TI yang dilaksanakan
oleh Biro-TI BPK-RI.
Langkah-langkahnya adalah (1) studi literatur dan identifikasi
permasalahan, (2) pengumpulan informasi proses manajemen insiden TI di Biro-TI
BPK-RI, (3) analisa informasi teridentifikasi untuk mendapatkan alur aktivtias
dalam proses manajemen insiden, (4) pengembangan panduan audit melalui tahaptahap: pemetaan diagram RACI; pembuatan checklist; pencarian indikator;
pencarian dokumen pemenuhan control objectives; penilaian pemenuhan control
objectives; pembuatan formulasi penilaian pemenuhan control objectives, (5)
pembuatan dokumen yang terdiri atas: pembuatan audit checklist dan templatetemplate, serta form penilaian hasil audit.
Hasilnya berupa panduan untuk mengaudit manajemen insiden TI di BPK
RI yang berisi prosedur-prosedur yang harus dilakukan beserta dokumen yang
dibutuhkan, template dokumen, form template, dan audit checklist, serta form
penilaian hasil audit.
1. Pendahuluan
Keberhasilan pengelolaan TI sangat ditentukan oleh keselarasan tujuan
penerapan TI dan tujuan organisasi. Pengelolaan TI dilakukan dengan memastikan
penggunaan informasi dan teknologi sehingga dapat mendukung tujuan organisasi,
penggunaan sumber daya secara optimal dan pengelolaan resiko secara tepat.
Pengelolaan TI merupakan struktur hubungan dan proses untuk mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan dalam mencapai tujuannya melalui penambahan nilai
dengan tetap memperhatikan keseimbangan antara resiko dan manfaat dalam
menerapkan TI dan proses-proses di dalamnya. Oleh karena itu organisasi tidak boleh
mengesampingkan upaya-upaya pengendalian yang baik terhadap pelaksanaan
pengelolaan TI. Salah satu upaya yang harus dilakukan oleh organisasi adalah
melakukan audit atas pengelolaan TI yang telah mereka lakukan untuk memastikan
keselarasan dan ketercapaian dengan strategi dan tujuan organisasi.
Dalam beberapa tahun belakangan ini seiring dengan meningkatnya mandat
yang diberikan kepada BPK RI dalam bidang pemeriksaan atas pertanggungjawaban
keuangan negara, jumlah pegawai di BPK RI meningkat cukup signifikan. Peningkatan
jumlah pegawai ini sejalan dengan meningkat pesatnya penggunaan teknologi informasi
1
dalam menunjang pelaksanaan tugas-tugas pemeriksaan. Peningkatan tersebut
mengakibatkan meningkatnya pula penanganan insiden yang harus dikelola oleh Biro
TI khususnya Bagian Operasional dan Dukungan Teknologi Informasi. Hal itu
menuntut kualitas pelayanan teknologi informasi yang semakin prima dari Biro TI.
Upaya peningkatan kualitas dalam penanganan insiden teknologi informasi
oleh Biro TI perlu dilakukan melalui perbaikan atas tata kelola manajemen insiden
serta pelaksanaan audit terhadap manajemen insiden secara berkala dan
berkseinambungan. Penelitian ini akan membahas mengenai audit atas manajemen
insiden di BPK RI, mengingat hingga saat ini BPK RI belum pernah melaksanakan
audit semacam itu. Audit terhadap manajemen insiden perlu dilakukan sebagai upaya
pengendalian internal untuk memastikan bahwa tingkat layanan yang diberikan oleh
Biro TI BPK RI telah memenuhi standar yang diinginkan dan mengikuti praktekpraktek terbaik (best practices). Audit atas manajemen insiden di Biro TI dengan
menggunakan standar ITIL (IT Infrastructure Library) dapat memastikan bahwa Biro TI
BPK RI telah menjalankan praktik-praktik terbaik (best practices) dalam memberikan
layanan TI di kepada semua stakeholder BPK RI.
ITIL (Information Technology Infrastructure Library) menyediakan kerangka
kerja yang komprehensif, konsisten, dan koheren untuk pengelolaan layanan TI dan
proses terkait. ITIL juga mempromosikan pendekatan berkualitas tinggi untuk mencapai
efektivitas dan efisiensi bisnis dalam manajemen layanan TI. ITIL diciptakan dengan
maksud untuk mendukung proses bisnis suatu organisasi tanpa mendiktenya. Peran
kerangka kerja ITIL adalah untuk menggambarkan pendekatan, fungsi, peran dan
proses, yang dapat mendasari operasi organisasi. Tugas ITIL adalah memberikan
panduan sampai pada tingkat terendah yang dapat diterapkan secara umum. Di bawah
tingkat itu, diperlukan pengetahuan khusus untuk menyempurnakan ITIL hingga
mencapai efektivitas optimal.[1]
Dalam terminologi ITIL, “insiden'' didefinisikan sebagai gangguan tidak
terencana terhadap layanan TI atau penurunan kualitas layanan TI. Kegagalan dari
sebuah configuration item (CI) meskipun belum mempengaruhi layanan juga
merupakan insiden, contohnya kegagalan sebuah hardisk pada perangkat mirror.
Manajemen Insiden adalah proses untuk menangani insiden apapun, mencakup
kegagalan, pertanyaan atau permintaan yang dilaporkan oleh para pengguna (biasanya
melalui telepon kepada Service Desk), oleh staf teknis, atau terdeteksi dan dilaporkan
secara otomatis oleh sebuah “event monitoring tools”. Tujuan utama dari proses
Manajemen Insiden adalah untuk memulihkan operasional layanan kepada kondisi
normal secepat mungkin dan meminimalkan dampak negatifnya terhadap operasional
bisnis, sehingga memastikan tingkat kualitas layanan terbaik yang mungkin dicapai
dapat dipertahankan. 'Operasi layanan normal’ di sini didefinisikan sebagai operasi
layanan dalam batasan-batasan SLA.[2]
Permasalahannya adalah bagaimana memetakan kebijakan dan tata kelola
Manajemen Insiden yang ada di Biro Teknologi Informasi BPK RI dengan rancangan
panduan audit manajemen insiden TI yang sesuai dengan ITIL, serta bagaimana
membuat dokumen-dokumen (template laporan, template form, audit checklist, dsb)
yang dapat memudahkan proses audit. Untuk itu penulis membatasi bahwa panduan
audit manajemen insiden ini menggunakan kerangka ITIL ver 3.
Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan dokumen-dokumen (template
laporan, template form, audit checklist, dsb) yang digunakan untuk memandu
2
pelaksanaan audit atas tata kelola Manajemen Insiden di Biro Teknologi Informasi BPK
RI sesuai dengan ITIL. Hasilnya diharapkan dapat dimanfaatkan untuk mempermudah
perencanaan, proses dan pelaporan audit bagi auditor internal BPK RI, serta mendukung
pencapaian tata kelola organisasi yang baik di lingkungan BPK RI.
2. Metodologi
Tahapan metodologi penelitian ini terdiri dari 5 (lima) tahap, yaitu: Studi
Literatur; Pengumpulan Informasi; Analisa Informasi Teridentifikasi; Pengembangan
Panduan Audit; dan Pembuatan Dokumen.
2.1
Studi Literatur dan Identifikasi
Permasalahan
Pada tahap ini dilakukan pencarian
literatur berupa buku, jurnal, artikel, ataupun
sumber ilmiah lainnya yang membahas
mengenai panduan audit SI/TI, ITIL,
manajemen
insiden,
serta
metode
penilaiannya. Tahap ini dilakukan untuk
memahami kriteria (dalam hal ini ITIL) serta
metode dan prosedur untuk mengaudit. Studi
literatur diperoleh dari referensi dari
berbagai sumber.
2.2
Pengumpulan Informasi
Tahap
ini
dilakukan
untuk
mengolah informasi dan data internal BPK
RI, khususnya pelaksanaan manajemen
insiden pada Bagian Operasional dan
Dukungan Teknologi Informasi, Biro
Teknologi Informasi, serta prosedur audit
internal yang berlaku di BPK RI.
Pengumpulan informasi dilakukan dengan
metode observasi dokumen dan wawancara
Gambar 1. Metodologi
dengan pihak terkait Sub Bagian Dukungan
Teknologi Informasi, Biro TI BPK RI.
2.3 Analisa Informasi Teridentifikasi
Dari informasi yang sudah diidentifikasikan tersebut, dilakukan analisa tiap
aktivitas untuk mendapatkan alur aktivitas dalam proses manajemen insiden. Hasil
analisa tersebut akan digunakan sebagai bahan pengembangan panduan audit.
2.4 Pengembangan Panduan Audit
Tahapan ini adalah memetakan proses manajemen insiden ITIL ke dalam
prosedur audit manajemen insiden TI yang berjalan di BPK RI. Dalam tahap ini
dilakukan langkah-langkah: (a) Pemetaan diagram RACI, memetakan peran jabatan dan
tanggung jawab yang terlibat di dalam proses manajemen insiden menurut ITIL ke
dalam struktur organisasi di BPK RI; (b) Pembuatan checklist, menyusun checklist dari
proses manajemen insiden ITIL, menentukan item apa saja yang perlu dicari, sumber
item yang dicari tersebut (siapa orang yang harus diwawancarai sehubungan dengan
pencarian informasi atas suatu item dan juga dokumen yang dibutuhkan untuk
3
mendukung pemenuhan item tersebut), metode dan langkah-langkah yang digunakan
untuk mencari item tersebut; (c) Pencarian indikator, menentukan indikator-indikator
yang menunjukkan kepatuhan terhadap ITIL dan indikator-indikator kunci (KPI) untuk
mengukur kinerja Biro TI BPK RI dalam proses manajemen insiden sesuai dengan
ITIL; (d) Pencarian dokumen pemenuhan Control Objectives, menentukan dokumendokumen apa saja yang perlu dicari untuk menilai pemenuhan control objectives dari
ITIL; (e) Penilaian Pemenuhan Control Objectives, menentukan metode penilaian yang
akan digunakan oleh auditor dalam menilai pemenuhan control objectives sesuai proses
manajemen insiden ITIL; (f) Pembuatan Formulasi Penilaian Pemenuhan Control
Objectives, merumuskan langkah-langkah penilaian pemenuhan control objectives
menggunakan metode yang telah dipilih dan mengintegrasikannya dengan audit cheklist
yang telah disusun ke dalam kertas kerja pemeriksaan.
2.5 Pembuatan Dokumen
Membuat dokumen-dokumen yang diperlukan dalam proses pelaksanaan audit
yang meliputi Audit Checklist dan form penilaian, serta template laporan dan formulir
lainnya yang dapat memudahkan kerja auditor dalam mengaudit manajemen insiden TI
di Biro TI BPK RI.
3. Hasil dan Diskusi
3.1 Proses Manajemen Insiden TI di BPK RI
Sub Bagian Dukungan TI secara umum melaksanakan fungsi Service Desk di
lingkungan pengelolaan Teknologi Informasi di BPK RI. Tugas pokok dan fungsi
(tupoksi) Sub Bagian Dukungan TI menurut penuturan Kepala Sub Bagian Dukungan
Teknologi Informasi (Kasubbag Dukti) telah mencakup domain proses manajemen
insiden yaitu: (1) Memberikan pelayanan dan solusi kepada pengguna di lingkungan
BPK RI terkait dengan permasalahan TI; (2) Menerima keluhan dari pengguna dan
menyelesaikan keluhan tersebut; dan (3) Melakukan eskalasi keluhan kepada pihak lain
atau pihak ketiga jika permasalahan tidak dapat diselesaikan oleh Tim Dukungan TI.
Dalam operasionalnya Sub Bagian Dukungan TI dibagi menjadi 2 (dua)
kelompok Helpdesk yaitu Helpdesk Operator dan Helpdesk Specialist. Helpdesk
Operator berperan sebagai lini pertama dari Helpdesk, sedangkan Helpdesk Specialist
berperan sebagai lini kedua Helpdesk yang menangani masalah-masalah yang tidak
mampu ditangani oleh lini pertama.
Tupoksi Helpdesk Operator terkait manajemen insiden adalah: (1) Menerima
keluhan dari user dan mencatatkannya dalam sistem pelayananan TI (SIMPLI); (2)
Memberikan solusi atas permasalahan yang dikeluhkan oleh pengguna; dan (3) Eskalasi
keluhan kepada HD spesialis jika yang bersangkutan tidak dapat memberikan solusi
keluhan pengguna. Adapun tupoksi dari Helpdesk Specialist terkait dengan manajemen
insiden adalah: (1) Memberikan solusi kepada pengguna secara on-site maupun melalui
media lain (telp, email); dan (2) Menghubungi pihak ketiga jika perbaikan tidak dapat
diselesaikan sendiri.
Untuk meningkatkan layanan TI khususnya perbaikan proses manajemen
insiden TI telah disusun draft prosedur manajemen insiden TI yang merujuk kepada
ITIL v3. Draft prosedur tersebut sebagiannya juga mencakup domain proses lainnya
dari manajemen service ITIL yaitu event management dan problem management
mengingat kedua domain tersebut memiliki proses yang terkait erat dengan manajemen
4
insiden namun keduanya belum dikembangkan prosedurnya tersendiri di BPK RI.
Meskipun demikian prosedur tersebut belum dilaksanakan sepenuhnya dan diadopsi
secara formal di dalam tupoksi yang berlaku. Berdasarkan wawancara dengan Kasubbag
Dukti diketahui bahwa tahapan-tahapan penanganan insiden TI secara garis besar sudah
mengikuti prosedur tersebut, namun masih memerlukan penyesuaian dalam peran
jabatan dan penatausahaan administrasinya.
3.2 Prosedur Pelaksanaan Audit Internal di BPK RI
Pelaksanaan pemeriksaan oleh internal auditor di lingkungan Inspektorat
Utama BPK RI mengikuti Panduan Manajemen Pemeriksaan BPK RI Tahun 2008
(PMP 2008). PMP merupakan prosedur dan tata cara pemeriksaan dalam rangka
memenuhi Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang mencakup:
Penyusunan Rencana Kerja Pemeriksaan (RKP); Perencanaan Pemeriksaan;
Pelaksanaan Pemeriksaan; Pelaporan Pemeriksaan; Pemantauan Tindak Lanjut Hasil
Pemeriksaan; dan Evaluasi Pemeriksaan.[3]
Proses pemeriksaan dari perencanaan pemeriksaan sampai dengan pelaporan
pemeriksaan dilakukan oleh tim pemeriksa mulai dari anggota tim, ketua tim,
pengendali teknis, sampai dengan penanggung jawab. Adapun tahap pelaksanaan
pemeriksaannya sendiri meliputi enam tahap yaitu: Komunikasi awal; Pelaksanaan
Program Pemeriksaan (P2); Penyusunan Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP); Penyusunan
Temuan Pemeriksaan (TP); Komunikasi Akhir (Penyampaian TP); dan Pengakhiran
pemeriksaan.[3]
Meskipun PMP didasarkan kepada SPKN yang merupakan standar
pemeriksaan di bidang keuangan namun pada dasarnya tidaklah berbeda jauh dengan
standar-standar ISACA pada bidang pemeriksaan teknologi informasi (IS/IT Audit).
Pelaksanaan SPKN melalui PMP telah memenuhi standar-standar ISACA dalam hal:
Independensi (S2); Kompetensi (S4); Perencanaan Audit (S5); Pengukuran Kinerja
Audit (S6); Pelaporan (S7); Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (S8); Penilaian Resiko
(S11); Materialitas (S12); Penggunaan Tenaga Ahlil lainnya (S13); dan Bukti Audit
(S14). Adapun pemenuhan standar lainnya memerlukan penyesuaian-penyesuaian.[4]
3.3 Pemetaan Prosedur
Untuk memetakan standar, dalam hal ini prosedur manajemen insiden TI
menurut ITIL v3, ke dalam prosedur audit maka auditor perlu menyusun audit cheklist,
serta memahami peran dan tanggung jawab di dalam organisasi auditee. Dari audit
cheklist yang telah disusun kemudian auditor menetapkan indikator dan mencari tahu
dokumen-dokumen yang diperlukan untuk menilai pemenuhannya. Dengan memahami
peran dan tanggung jawab di dalam organisasi auditee maka auditor dapat menyusun
langkah-langkah audit dan mengumpulkan bukti-bukti untuk selanjutnya melakukan
penilaian atas hasil audit tersebut.
3.3.1. Pemetaan Diagram RACI
Pemahaman mengenai entitas auditee yang meliputi organisasi dan peran-peran
serta tanggung jawab-tanggung jawabnya di dalam organisasi merupakan langkah awal
bagi auditor dalam melakukan audit. ITIL merupakan uraian mengenai contoh-contoh
praktek-praktek terbaik (best practices) di mana di dalam uraiannya langsung
menyebutkan berbagai peran jabatan dalam melaksanakan praktek-praktek tersebut.
Auditor perlu memetakan peran-peran yang ada di dalam ITIL ke dalam peran-peran
yang ada di dalam organisasi auditee dengan menggunakan diagram RACI untuk
5
mengetahui apakah peran dan tanggung jawab yang diuraikan di dalam ITIL telah ada
dan terpenuhi di dalam organisasi auditee. Hasilnya diperlukan dalam menyusun
langkah audit.
3.3.2. Pembuatan Cheklist
Control objective di dalam ITIL merupakan uraian pelaksanaan praktekpraktek terbaik yang dituliskan secara deskriptif. Agar lebih mudah dan terstruktr dalam
menyusun cheklist dan membuat rujukan dalam pembuatan langkah-langkah audit
nantinya maka prosedur manajemen insiden TI di dalam ITIL v3 tersebut diberikan
kode untuk setiap alinea. Dari setiap alinea kemudian dirumuskan susunan audit
cheklist. Kemudian setelah diketahui indikator dan dokumen pemenuhannya serta
diketahui peran dan tanggung jawab di dalam organisasi maka dari audit cheklist
tersebut dikembangkan langkah-langkah auditnya sehingga menjadi audit cheklist yang
lengkap.
3.3.3. Pencarian Indikator
Dalam penilaian aspek compliance (kesesuaian/kepatuhan) dari proses
manajemen insiden yang dijalankan di BPK RI terhadap proses manajemen insiden
menurut ITIL v3, maka indikator yang dicari adalah indikator yang menunjukkan
seberapa sesuai existing process dengan standard process. Oleh karena itu aspek
kepatuhan dilihat dari dua hal berikut:
1. Kebijakan dan prosedur organisasi, seberapa cukup kebijakan dan prosedur
organisasi memenuhi standar. Kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh
organisasi merupakan dasar otorisasi bagi setiap tindakan yang dilakukan oleh
para pegawai.
2. Pelaksanaan, apakah setiap kebijakan dan prosedur kerja yang ditetapkan
organisasi telah dilaksanakan dengan benar.
Adapun dalam penilaian aspek performance (kinerja) dari proses manajemen
insiden yang dijalankan di BPK RI maka indikator yang dinilai adalah key performance
indicator (KPI) yang menunjukkan pencapaian tujuan dari proses manajemen insiden
menurut ITIL. Indikator kinerja tersebut setidaknya mencakup aspek efektifitas dan
efisiensi. Efektif berarti output yang dihasilkan dari proses telah memenuhi tujuan yang
ditetapkan.[5] Sedangkan efisien berarti proses menghasilkan output maksimal dengan
input tertentu atau menghasilkan output tertentu dengan input minimal.[5]
Menurut ITIL pada buku Service Operation, outcome yang diharapkan dari
proses manajemen insiden yang baik adalah downtime yang rendah.[2] Ukuran
downtime tersebut akan dinilai dari indikator-indikator pemicunya yaitu:
1. Indikator Efektifitas: jumlah insiden yang berhasil dipulihkan dalam tenggat
waktu yang ditetapkan.
2. Indikator Efisiensi: waktu yang diperlukan untuk memulihkan insiden
dibandingkan waktu yang ditetapkan (semakin sedikit semakin efisien).
3.3.4. Dokumen Pemenuhan Control Objective
Dari analisis informasi proses manajemen insiden di Subbag Dukti diketahui
penatausahaan administrasi dalam pelaksanaan proses manajemen insiden di BPK RI.
Berdasarkan data tersebut kemudian disusun dokumen-dokumen yang diperlukan untuk
menilai pemenuhan masing-masing control objective.
6
3.3.5. Penilaian Pemenuhan Control Objective
Penilaian menggunakan skala Likert berdasarkan kesesuaiannya dengan best
practices di dalam ITIL, di mana nilai 1 menyatakan sangat sesuai, hingga nilai 7
menyatakan sangat tidak sesuai. Selain itu setiap item juga akan dinilai berdasarkan
urgensinya terhadap proses bisnis, dalam hal ini manajemen layanan TI di BPK RI.
Hasil penilaian menggunakan skala Likert dengan pembobotan tersebut akan
menunjukkan materialitas dari masing-masing item terperiksa. Terhadap total nilai yang
diperoleh dapat diberikan penilaian akhir yaitu: Minor( materialitas rendah, nilai < 25%
), Moderat ( materialitas sedang, 25% < nilai < 50% ), dan Mayor ( materialitas tinggi,
nilai > 50% ). Dengan demikian hasil akhir dari audit atas manajemen insiden ini dapat
dinyatakan secara singkat dan padat dengan nilai-nilai tersebut, yang diharapkan dapat
lebih mudah dipahami baik oleh pemberi tugas, auditee, maupun stakeholder lainnya.
3.3.6. Formulasi Penilaian
Penilaian dilakukan terhadap indikator-indikator aspek kepatuhan serta
efektifitas dan efisiensi dengan memperhatikan critical success factor. Penilaian aspek
kepatuhan dilakukan terhadap setiap proses, sedangkan penilaian aspek kinerja
dilakukan terhadap sampel insiden yang dipilih secara proposional berdasarkan
frekuensinya untuk setiap kategori insiden. Dalam menilai aspek kinerja tersebut
digunakan indikator-indikator kinerja yang diukur dalam draft prosedur manajemen
insiden TI di BPK RI.
3.4 Pembuatan Dokumen
Audit cheklist dan formulasi penilaian diintegrasikan ke dalam Kertas Kerja
Pemeriksaan (KKP) (Gambar 2). Selanjutnya dibuat template-template yang diperlukan
dalam rentang pelaksanaan pemeriksaan mulai dari komunikasi awal hingga pelaporan.
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa exsisting proses bisnis dan TI saat ini pada Subbag
Dukti Biro TI BPK RI dapat disimpulkan bahwa, BPK RI sudah memiliki prosedur
pelaksanaan proses manajemen insiden TI yang disusun berdasarkan ITIL namun
terdapat penyesuaian di mana sebagiannya mencakup domain proses lainnya dalam
manajemin service menurut ITIL yaitu event management dan problem management,
mengingat belum disusunnya prosedur pelaksanaan menurut kedua domain proses
tersebut. Panduan audit ini dapat digunakan untuk menilai apakah prosedur dan
pelaksanaan manajemen insiden TI di BPK RI tersebut telah benar-benar sesuai dengan
praktek-praktek terbaik manajemen insiden menurut ITIL dan menghasilkan kinerja
sesuai dengan tujuan manajemen insiden menurut ITIL
Panduan audit ini disusun berdasarkan standar ISACA dan SPKN dengan
menggunakan kerangka kerja PMP2008 yang diacu dalam pelaksanaan audit internal di
lingkungan BPK RI. Panduan yang dihasilkan meliputi:
1. Template Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) yang telah mengintegrasikan audit
cheklist dan langkah-langkah auditnya dengan formulasi penilaiannya. Langkahlangkah yang diperikan meliputi pencarian bukti-bukti yang cukup, kompeten,
dan relevan.
2. Template form-form yang diperlukan dalam pelaksanaan audit mulai dari tahap
komunikasi awal hingga tahap pelaporan.
7
Agar tata kelola manajemen insiden TI pada khususnya dan manajemen service
pada umumnya di BPK RI menjadi semakin baik maka penulis menyarankan agar dari
panduan audit yang telah disusun ini selanjutnya disusun lagi sebuah panduan audit
manajemen insiden TI berdasarkan ISO 20000 sebagai standar dunia untuk manajemen
service TI yang pada dasarnya dikembangkan dari kerangka ITIL.
Gambar 2. Contoh KKP
5. Daftar Pustaka
[1] ITIL (2007a), The Official Introduction to the ITIL Service Lifecycle, Published by
TSO, Belfast.
[2] ITIL (2007b), Service Operation, Published by TSO, Belfast.
[3] BPK RI (2008), Panduan Manajemen Pemeriksaan 2008, BPK RI, Jakarta.
[4] ISACA (2005), IS Standards, Guidelines and Procedures for Auditing and Control
Profeessionals, Information Systems Audit and Control Association, Illinois,
USA.
[5] BPK RI (1994), Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja, BPK RI, Jakarta.
8
Download