STRATEGI KOMUNIKASI PEMBELAJAR BIPA UPI

advertisement
STRATEGI KOMUNIKASI PEMBELAJAR BIPA UPI ASAL KOREA SELATAN
DALAM PEMBELAJARAN BIPA TINGKAT DASAR
Meida Taftiawati
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia
Surel : [email protected]
Abstrak
Pembelajar BIPA seringkali dihadapkan pada keharusan untuk berkomunikasi dalam kegiatan
pembelajaran, sementara ia masih belum menguasai bahasa Indonesia secara sempurna,
terutama pada pembelajaran BIPA tingkat dasar. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan bentuk dan implementasi dari strategi komunikasi yang digunakan
pembelajar asing dalam pembelajaran BIPA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode studi kasus yang memotret dan mendeskripsikan temuan suatu kasus. Teori
yang melandasi penelitian ini adalah tipologi dari Tarone (1980) yang memandang bahwa
strategi komunikasi berfungsi untuk menjembatani kesenjangan antara pengetahuan linguistik
dari pembelajar B2 dengan lawan bicaranya di dalam situasi komunikasi nyata. Adapun data
dalam penelitian ini adalah perilaku verbal dan non-verbal empat pembelajar asing asal Korea
Selatan ketika pembelajaran BIPA.
Kata kunci: studi kasus, BIPA, strategi komunikasi
Abstract
BIPA learners are often faced with the need to communicate in learning activities, while he
still has not mastered Indonesian perfectly, especially at the basic level of learning BIPA.
This research aims to describe the form and implementation of communication strategies
used foreign learners in learning BIPA. The method used in this research is the case study
method that describes only an intensive and in-depth case. The theory underlying this
research is the typology of Tarone (1980) who considers that the communication strategy
serves to bridge the gap between the linguistic knowledge of learners B2 with his interlocutor
in real communication situations. The data of this research are the verbal and non-verbal
behavior of the foreign learner from South Korea when use of communication strategies in
learning BIPA.
Keyword: case study, BIPA, strategy of communication
PENDAHULUAN
Bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat, tidak
hanya di Indonesia tapi juga di luar negeri. Terbukti banyak penutur asing yang
berminat mempelajari bahasa Indonesia atau yang kita kenal dengan sebutan
BIPA yaitu Bahasa Indonesia bagi penutur asing.
Saat ini, bahasa Indonesia mulai dilirik dan diminati oleh warga negara
lain, terutama mereka yang berada di zona asia-pasifik. Terlebih setelah bahasa
Indonesia menjadi bahasa resmi bahasa ASEAN yang wajib digunakan pada
pertemuan kenegaraan negara-negara ASEAN. Peminat bahasa Indonesia
1 berangsur-angsur bertambah. Di Australia yang secara geografis letaknya
berdekatan dengan Indonesia, memasukan bahasa Indonesia ke dalam kurikulum
pendidikan sebagai mata pelajaran pilihan bahasa asing yang dipelajari dan bahasa
Indonesia lah yang paling banyak diminati oleh para pelajar.
Bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) adalah pengajaran bahasa
Indonesia yang diberikan kepada orang-orang asing yang ingin mempelajari
bahasa Indonesia sebagai bahasa asing. Pembelajar BIPA dikelompokkan ke
dalam tiga tingkatan, yaitu tingkat pemula (novice), menengah (intermediate) dan
mahir (advanced). Di dalamnya teridir atas empat kompetensi kemampuan
berbahasa, yakni membaca, menyimak, berbicara dan menulis.
Kedudukan BIPA bagi pembelajar asing adalah sebagai bahasa kedua
sehingga pemerolehannya dilakukan setelah menguasai bahasa pertamanya. Para
pakar pembelajaran bahasa kedua pada umumnya percaya bahwa bahasa pertama
(bahasa ibu) mempunyai pengaruh terhadap proses penguasaan bahasa kedua
pembelajar (Ellis, 1986:19). Pengaruh itu bisa menjadi pengaruh buruk atau
bahkan membantu dalam proses pembelajaran bahasa kedua. Pembelajaran bahasa
kedua akan menjadi mudah jika pembelajar telah menguasai bahasa pertamanya
dengan baik karena kemampuan bahasa pertamanya bisa digunakan dalam proses
pembelajaran bahasa kedua.
Dalam suatu pembelajaran diperlukan suatu strategi untuk mendukung
proses pembelajaran. Dalam pengertian sempit strategi adalah suatu cara yang
dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan. Ada banyak strategi yang digunakan
dalam proses pembelajaran salah satunya adalah strategi komunikasi. Strategi
komunikasi adalah suatu teknik yang sistematis yang digunakan pembelajar
bahasa asing untuk mengekspresikan ide-idenya ketika dihadapkan pada kesulitan
berkomunikasi
komunikasi
karena
sebagai
belum
sempurnanya
rencana sadar
secara
penguasaan
potensial
untuk
B2. Strategi
memecahkan
masalah individu sendiri dalam mencapai tujuan komunikatif tertentu.
Menurut Anwar Arifin dalam bukunya yang berjudul “Strategi
Komunikasi” (1984:10), menyatakan bahwa : Sesungguhnya suatu strategi adalah
keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan, guna
2 mencapai tujuan. Jadi merumuskan strategi komunikasi, berarti memperhitungkan
kondisi dan situasi (ruang dan waktu) yang dihadapi dan yang akan mungkin
dihadapi di masa depan, guna mencapai efektivitas. Dengan strategi komunikasi
ini, berarti dapat ditempuh beberapa cara memakai komunikasi secara sadar untuk
menciptakan perubahan pada diri khalayak dengan mudah dan cepat.
Penggunaan strategi komunikasi dalam Pembelajaran bahasa asing harus
memperhatikan (1) tingkat penguasaan bahasa pelajar, (2) msalah bahasa sumber,
(3) kepribadian, dan (4) situasi beljar. (Ellis, 1986:183).
Menurut Tipologi dari Torone (1980) dalam Ghazali (2010: 141)
menggunakan perspektif interaksional yaitu dia memandang bahwa strategi
komunikasi
adalah
berfungsi
untuk
menjembatani
kesenjangan
antara
pengetahuan linguistik dari pembelajar bahasa kedua dengan lawan bicaranya
dalam situasi komunikasi nyata. Untuk mengatasi masalah-masalah komunikasi,
si pembelajar bahasa kedua dapat menggunakan: strategi transfer dari bahasa
pertamanya (seperti penerjemahan, beralih menggunakan bahasa pertama,
menggunakan gerak tubuh/mime), strategi bahasa kedua yang artinya kira-kira
sama (approximation) dengan yang dimaksud, membuat kata baru atau
menjelaskan dengan perumpamaan), atau bisa menggunakan strategi reduksi
(yaitu berhenti menjelaskan dan beralih ke masalah lain atau menghindari topik
yang tidak dikuasai).
Pembelajar asing menggunakan strategi komunikasi untuk menyiasati
keterbatasannya dalam bahasa kedua. Strategi komunikasi yang digunakan pun
banyak
dipengaruhi
oleh
bahasa
pertamanya,
tak
jarang
strategi
ini
mengesampingkan kaidah-kaidah kebahasaan. Adapun bentuk strategi komunikasi
yang terdpat dalam penelitian Eva Ardiana merujuk penelitian Purwoko dalam
etnografi komunikasi yaitu: (1) Pelesapan; (2) Pengulangan tuturan; (3)
peminjaman; (4) Koreksi diri; (5) Tanggapan; (6) Balikan; (7) Peragaan; (8)
Realia; (9) Cek konfirmasi; (10) Cek pamahaman; (11) Pedekatan/ sinonim; (12)
Metonomia; (13) Parafrasa; (14) Nada gantung.
METODE PENELITIAN
3 Studi kasus memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan
mendetail. Subjek yang diselidiki terdiri dari satu unit atau satu kesatuan unit
yang dipandang sebagai kasus. Karena sifatnya yang mendalam dan mendetail,
studi kasus umumnya menghasilkan gambaran longitudinal, yakni hasil
pengumpulan dan analisa data kasus dalam satu jangka waktu. Kasus dapat
terbatas pada satu orang, satu lembaga, satu peristiwa ataupun satu kelompok
manusia, dan kelompok objek lain yang cukup terbatas, yang dipandang sebagai
satu kesatuan dalam hal itu, segala aspek kasus tersebut mendapat perhatian
sepenuhnya dari penyelidik (Winarno, 1978:135).
Metode studi kasus merupakan bagian dari penelitian deskriptif, yaitu
suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik itu fenomena alamiah atau
fenomena yang direkayasa manusia (Sukmadinata, 2007:72).
Atas dasar itulah, penelitian ini menggunakan metode studi kasus karena
data penelitian ini adalah perilaku verbal dan non-verbal dari keempat pembelajar
asing asal Korea dalam pembelajaran BIPA baik di kelas maupun di luar kelas.
Instrumen penelitian yang digunakan penelitian ini adalah pedoman observasi.
Data yang dianalisis secara mendalam dengan teori Tipologi dari Tarone (1980).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian ini, ditemukan empat belas strategi komunikasi yang
digunakan pembelajar BIPA tingkat dasar asal Korea Selatan dalam pembelajaran
BIPA baik di kelas maupun di luar kelas.
1.
Frasa yang digunakan pembelajar BIPA berpola
adjektiva + nomina,
contohnya pada frasa “cantik wanita”. Dalam bahasa Indonesia, frasa
seharusnya berpola nomina adjektiva sehingga menjadi “wanita cantik”. Pola
yang keliru ini dipengaruhi bahasa pertamanya yaitu bahasa Korea.
2.
Pembelajar BIPA sering melakukan pelesapan, yaitu pelesapan pada kata
depan, imbuhan dan pelesapan subjek. Contohnya pada kalimat:
“Saya sini temani Leo bercerita tentang kelinci dan kupa-kupa.”
4 Kalimat di atas terdapat pelesapan kata depan di- pada kata sini dan imbuhan
meN- pada kata temani. Sehingga seharusnya menjadi di sini dan menemani.
“Siapa nama?”
Kalimat tanya diatas bermaksud menanyakan nama kepada lawan bicara yang
baru ditemui. Namun subjek tidak disertakan, jika disertakan seharusnya
menjadi “Siapa nama Anda?”.
Strategi ini, mempermudah pembelajar untuk dapat aktif berkomunikasi
dalam bahasa Indonesia tanpa memikirkan sesuai atau tidak dengan kaidah
kebahasaan.
3.
Mengulangi tuturan pengajar merupakan strategi komunikasi yang paling
sering digunakan oleh pembelajar BIPA saat mereka dihadapkan dengan
pertanyaan yang sulit atau yang tidak dipahami yang ditanyakan pengajar.
Contohnya pada kalimat:
“Di Korea, ada tarian apa?” pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan yang
ditanyakan oleh pengajar tetapi kembali diulang oleh pembelajar.
4.
Peminjaman istilah asing baik itu dalam bahasa Korea maupun bahasa Inggris
merupakan strategi yang paling membantu ketika mereka tidak tahu dengan
kata-kata tertentu dalam bahasa Indonesia sehingga digunakanlah istilah asing
dalam bahasa Korea dan bahasa Inggris. Contoohnya pada kalimat:
“Kelinci sangat lazy seperti Leo.”
5.
Koreksi diri, yaitu strategi komunikasi pembelajar dengan menyempurnakan
tuturannya yang salah hal ini dilakukan supaya pengajar mengerti apa yang
ditutrkan pembelajar. Contohnya pada kalimat:
“Babi yang dua, babi yang kedua membuat atas rumah dari miljip”.
6.
Pembelajar sering menggunakan istilah lain yang mirip untuk menjelaskan
sesuatu yang ia tidak tahu dalam bahasa Indonesia (metonomia). Contohnya
kata “ramen” (makanan Korea berbentuk mie) selalu digunakan untuk
menyebut mie karena mereka menganggap ramen dan mie sama.
7.
Penggunaan kata yang memiliki arti berdekatan atau mirip sering digunakan
oleh pembelajar. Contohnya pada kalimat:
5 “Ini tidak superman” . seharusnya kata “bukan” yang digunakan dalam
kalimat tersebut karena terdengar aneh dan kurang tepat jika kata “tidak”
yang digunakan.
8.
Menerjemahkan harfiah dilakukan dari bahasa korea ke dalam bahasa
Indonesia sehingga kalimatnya terdengar rancu. Contohnya pada kalimat:
“Mereka, jalan kaki pergi?”
Pola kalimat di atas sesuai dengan pola kalimat bahasa korea yaitu S+Ket.+P.
Dalam bahasa Indonesia seharusnya menjadi “Mereka, pergi jalan kaki?”
9.
Nada gantung digunakan pembelajar ketika mereka meminta bantuan
pengajar secara tidak langsung untu menjelaskan suatu hal yang mereka tidak
tahu. Contonya pada kalimat “Nasi tumpeng?” dengan maksud meminta
penjelasan apa itu nasi tumpeng.
10. Melakukan balikan untuk memperoleh tanggapan cepat dari pengajar dengan
apa yang ia tanyakan, dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah question
tag. Contohnya pada kalimat:
“Bank sangat dekat, tahu?”
11. Menggunakan benda-benda di sekitar untuk membantu pembelajar dalam
menjelaskan sesuatu kepada pengajar. Contohnya menunjuk meja kayu dan
mengettuk-ketuknya ketikan ingin menjelaskan bahwa yang ia maksud
terbuat dari kayu.
12. Melakuan gerakan tubuh dan ekspresi wajah untuk menjelaskan maksud
tertentu adalah strategi komunikasi yang paling jitu dan yang paling mudah
ditangkap pengajar ketika pembelajar tidak tahu harus menjelaskan dalam
bahasa Indonesia seperti apa. Contohnya ketika menjelaskan binatang kelinci,
pembelajar menaruh kedua tangannya di atas kepala membentuk telinga yang
panjang seperti kelinci.
13. Terdapat bunyi [eu] pada beberapa kata yang berakhiran huruf r dan s.
Contohnya ketika melapalkan kata bubur menjadi [bubureu] dan kata kosan
menjadi [kosanseu]. Hal ini dipengaruhi bahasa Korea yang selalu
memperdengarkan bunyi [eu] pada kata yang berakhir r dan s.
6 14. Penggunaan kata “yang” untuk menerangkan kata sifat. Hal ini seperti dalam
bahasa Korea, kata “yang” selalu mengawali kata sifat untuk menerangkan
kata sifat. Contohnya pada kalimat: “Yang lalu, mungkin di Korea ada rumah
seperti itu”.
Kata “yang lalu” untuk menjelaskan bahwa itu terjadi dahulu, sangat lampau.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan terdapat empat belas
bentuk strategi komunikasi yang digunakan pembelajar BIPA tingkat dasar asal
Korea Selatan dalam pembelajaran BIPA baik di kelas maupun di luar kelas.
Strategi tersebut yaitu: (1) Pembentukan frasa yang terbalik; (2) Pelsepan kata
depan, imbuhan dan subjek; (3) Pengulangan tuturan; (4) Peminjaman istilah
asing; (5) Koreksi diri; (6) Penggunaan istilah bersinonim; (7) Menerjemahkan
harfiah; (8) Menerjemahkan harfiah; (9) Penggunaan nada gantung; (10)
Balikan; (11) Penggunaan benda-benda disekitar; (12) gerakan tubuh dan
ekspresi wajah; (13) bunyi [eu] pada akhir kata berakhiran huruf r dan s; (14)
Penggunaan kata “yang” untuk menjelaskan kata sifat.
Bagi peneliti berikutnya disarankan untuk melakukan penelitian
mengenai strategi komunikasi yang digunakan oleh pengajar BIPA dalam
pembelajaran BIPA di dalam maupun di luar kelas, untuk membandingkan
antara strategi yang digunakan pembelajar BIPA dengan pengajar BIPA.
PUSTAKA RUJUKAN
Arifin, Anwar. 1984. Strategi Komunikasi: Sebuah Pengantar Ringkas.
Bandung: Armico.
Ghazali, Syukur. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan
Pendekatan Komunikatif-Interaktif. Bandung: Refika Aditama.
Indrariani, Eva Ardiana. 2011. Strategi Komunikasi Mahasiswa Asing
Dalam Interaksi Dan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jurnal Linguistik dan
Edukasi (online), Vol 2, No. 1,
7 (http://ejournal.undip.ac.id/index.php/parole/article/view/1576) [diakses 20
Nopember 2012].
Iskandarwassid. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Winarno. 1978. Studi Kasus dalam Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
8 
Download