Manusia Pembelajar Sebagai Tantangan Oleh : Enceng Mulyana Dasar Pijakan Tugas, Tanggung jawab, dan panggilan pertama seorang manusia adalah menjadi pembelajar. Sedangkan pelajaran pertama dan terutama yang perlu dipelajarinya adalah belajar menjadikan diriya semanusiawi mungkin. Three tugas dan Panggilan kemanusiaan: Menjadi manusia pembelajar yang belajar terus menerus dalam kehidupan nyata untuk semakin memanusiawikan dirinya Menjadi pemimpin sejati dengan cara mengambil prakarsa dan menerima tanggung jawab untuk menciptakan masa depan bagi dirinya, lingkungannya, tempat kerjanya dan organisasi dimana dia bergerak. Bertumbuh menjadi guru bagi bangsanya, bagi umat manusia dalam kehidupannya Akar Permasalahan Kesalahan atau bahkan dosa besar para guru (PTK) adalah terlalu banyak melakukan pengajaran dan pelatihan, namun hampir tidak pernah melakukan pendampingan atau (mentorship) terhadap peserta didik untuk mengejar dan mencari jati dirinya sebagai pribadi lalu sebagai anggota kelompok dan masyarakat dimana dia berada. Hal ini berdampak kepada dunia kerja, berakar pada ketidak mampuan berpikir secara kreatif dalam arti tidak terpolakan. Pendidikan telah dinina bobokan oleh ilusi pola pikir linier yang memperlakukan masa depan seperti masa lalu. (mengubah dunia lebih cepat dari kemampuan mengubah diri sendiri dan menerapkan pada masa kini kebiasaan masa lampau. Sadar atau tidak telah mengikuti antagonisme pendidikan model Bank System, yaitu guru mengajar, murid belajar, guru tahu segalanya mur id tidak tahu apa-apa. Guru berpikir murid dipikirkan, guru berbicara murid mendengarkan, guru memilih dan memaksakan pilihannya murid menuruti dan sebagainya. Manusia pembelajar memandang ke depan Kita akan belajar bahwa tidaklah penting apa yang kita miliki tetapi yang penting adalah siapa diri kita sebenarnya. Kita akan belajar bahwa lingkungan dapat mempengaruhi pribadi kita, tetapi kita harus bertanggung jawab untuk apa yang telah kita lakukan Kita akan belajar bahwa dua manusia dapat melihat hal yang sama persis, tetapi terkadang dari sudut pandang yang amat berbeda, dan ini manusiawi Kita akan belajar bahwa mengampuni diri sendiri dan orang lain itu perlu kalau tidak mau dikuasai perasaan bersalah terus menerus. Kita akan belajar bahwa butuh waktu bertahun-tahun untuk membangun kepercayaan dan hanya beberapa detik saja untuk menghancurkannya. Kita akan belajar bahwa kita tidak dapat memaksa orang lain untuk mencintai kita, kita hanya dapat melakukan sesuatu untuk orang yang kita cintai Kita aka belajar bahwa kritik yang tulus dari seorang lawan lebih berharga dari pujian palsu seorang kawan. Kita akan belajar bahwa sebaik-baiknya sahabat adalah mereka pasti pernah melukai perasaan kita dan untuk itu kita harus belajar memaafkannya Kita akan belajar bahwa tidak ada yang instan atau serba cepat, semua butuh proses dan pertumbuhan kecuali kita ingin sakit hati dan dikecewakan Kita akan belajar bahwa kita harus memilih apakah kita menguasai sikap dan emosi, atau kita membiarkan sikap dan emosi itu yang mengusai kita Kita akan belajar bahwa kita punya hak untuk marah tanpa harus menjadi beringas terhadap sesama Kita akan belajar bahwa kata-kata manis tanpa tindakan adalah kemunafikan psikospiritual Nilai Yang Diraih Oleh Manusia Pembelajar Mulai bersikap jujur, pertama-tama terhadap diri kita sendiri Mulai menerima tanggung jawab yang sesuai dengan kapasitas pribadi kita Mulai dapat diandalkan dan dipegang kata-katanya Mulai mengembangkan lingkungan Mulai bersikap adil kepada sesama tanpa diskriminasi kepedulian social dan mengembangkan keberanian menyatakan dan mengaktualisasikan diri Mulai Mulai menjadi rasional tanpa harus memutlakkan pikiraqn kita yag relatif Mulai rendah hati dan menyadari keterbatasan diri Mulai mendisiplin diri Mulai bersikap optimis Mulai menyatakan komitmen dan menepatinya Mulai memprakarsai sesuatu yang baik sekalipun tidak profitable Mulai bertekun dalam mengerjakan sesuatu Mulai mampu bekerja sama dengan orang-orang yang berbeda dengan kita Mulai saling melayani satu sama lain Mulai memberikan dorongan dan membangkitkan kan hati yang lesu Mulai memafkan dan mengampuni kesalahan orang Mulai murah hati dan senang berbagi Mulai memanfaatkan peluang dan kesempatan Mulai menghayati persaudaraan sesama umat, bangsa, dan sesama manusia Alur Proses Pembelajaran Menuju Manusia Pembelajar Resources Core Values Konteks Global Substansi Keilmuan Peserta Didik Strategi Konteks Nasional TERBENTUK MINDSET KARAKTER BANGSA YANG BERMARTABAT Core Values 1. Iman dan taqwa 2. Jujur 3. Benar 4. Amanah 5. Komunikatif 6. Cerdik 7. Inovatif 8. Kreatif 9. Persodaraan 10.Kasih sayang 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Saling mempercayai Tolong menolong Bersyukur Istiqomah Ikhlas Sederhana Berqorban Berani demi kebenaran 9. Saling mengormati dan 10.berperilaku bersih. Implikasi bagi PTK level guru aktual yakni yang dating kesekolah ikut PLPG terima sertifikasi mengajar tapi batinya belum tentu menjadi guru. Ia melaksanakan tugasnya semata-mata karena tuntutan formal level guru harmonis yakni guru yang biasa, bisa mengajar dengan baik, tekun, rajin, bagus, tapi batin nya tidak bermula ingin jadi guru dan selalu cari kesempatan untuk keluar jadi guru. Ia tampil sebagai guru dengan memanipulasi kondisi dirinya untuk tampil sebagai guru yang baik. Guru karakter yakni yang tampil penuh karakternya. Sosok guru mewujud berbasis karakter yang melekap dalam dirinya sebagai bagian keseluruhannya yang terbentuk sejak masa kecil bukan karena PLPG Guru qolbu yakni guru yang benar-benar jadi puncak guru yang penampilanyan berbasis kualitas qolbu atau hatinya secara tulus ikhlas menjadi guru bagian dakebajikan yang tertanam dalam qolbunya, Karakteristik Guru Qolbu : keyakinan yang penuh (faith). Kebenaran (truth) Keharuan rasa (kompasion) Rendah hati (humility) Cinta kasih (love) Bersyukur (gratitude) Keutuhan diri (integration) Penutup Kita harus memikirkan tugas, tanggungjawab dan panggilan universal kemanusiaan yang berlaku bagi semua orang, dan memikirkan kembali hakikat harkat dan martabat diri anak didik kita sebagai manusia / pendidik, sebagai atasan, pemimpin, pejabat dan sebagainya. Pemikiran tersebut mungkin dapat dimulai dari usaha mengenali dan memahami kembali peran manusia yang pertama sebagai pembelajar.