PENUGASAN PENGGANTI UJIAN AKHIR SEMESTER MK KEPEMIMPINAN DAN BERFIKIR SISTEM KESEHATAN MASYARAKAT “PENTINGNYA KEPEMIMPINAN UNTUK PENGEMBANGAN KESEHATAN MASYARAKAT TERKAIT MASALAH KESEHATAN DI INDONESIA” Disusun oleh: Risqi Khusnul Khotimah 25010116130310 D-2016 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2018 i KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Pentingnya Kepemimpinan untuk Pengembangan Kesehatan Masyarakat terkait Masalah Kesehatan di Indonesia” ini dengan baik. Dan juga penulis berterima kasih kepada Bapak Septo Pawelas Arso, SKM, MARS selaku Dosen Penanggung Jawab yang telah memberikan tugas ini kepada penulis sebagai tugas pengganti Ujian Akhir Semester pada mata kuliah Kepemimpinan dan Berfikir Sistem Kesehatan Masyarakat. Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan dan semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penulis buat dimasa yang akan datang. Semarang, 31 Mei 2017 Penulis ii DAFTAR ISI Halaman Judul i Kata Pengantar ii Daftar Isi iii BAB 1 Pendahuluan 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Tujuan 2 1.3 Manfaat 2 BAB 2 Isi 3 2.1 Konsep Kepemimpinan 3 2.2 Organisasi Pembelajar (Learning Organization) 3 2.3 Masalah Kesehatan di Indonesia 5 2.4 Pentingnya kepemimpinan dalam Pengembangan Kesmas terkait Masalah Kesehatan di Indonesia 6 BAB 3 Penutup 8 Kesimpulan 8 Saran 8 Daftar Pustaka 9 iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepemimpinan bukan merupakan konsep baru dalam Kesehatan Masyarakat. Ia bahkan merupakan sebuah kebutuhan untuk mengoptimalkan potensi seluruh profesi untuk mendukung kesehatan masyarakat. Dengan menerapkan konsep kepemimpinan, diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan khususnya masalah kesehatan mayarakat agar dapat meningkatkan status kesehatan setiap individu dalam masyarakat dan menekan angka kesakitan serta angka kematian di masyarakat. Masalah kesehatan di Indonesia sangat beragam jenisnya, masalah dimana penyakit menular masih ada dan muncul penyakit tidak menular yang diakibatkan pola hidup yang tidak sehat, beban ganda malnutrisi dimana mengalami masalah kurang gizi disertai juga masalah gizi lebih karena dampak konsumsi fast food, stunting akibat kualitas gizi buruk semasa balita, tingginya Angka Kematian Ibu dan Balita, serta tingginya Penyakit Akibat Kerja dan Kecelakaan Kerja. Masalah kesehatan sejatinya bukan menjadi persoalan yang harus ditangani oleh sektor kesehatan dalam hal ini Kementerian Kesehatan semata. Melainkan membutuhkan dukungan berbagai lintas sektor yang menjadi penyebab kenapa masalah penyakit itu timbul. Dalam mensinkronkan berbagai sektor tersebut, dibutuhkan sikap kepemimpinan untuk menyatukan pemahaman, mengkoordinir antar sektor, agar bersama-sama mengatasi permasalahan diatas. Untuk mencapai pembangunan kesehatan membutuhkan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang, dan terpadu. Upaya kesehatan berjenjang meliputi jenjang/strata tingkat I yaitu pelayanan kesehatan dasar. Sebagai penanggungjawab dan penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat pertama adalah Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan jenjang berikutnya adalah pelayanan kesehatan rujukan yang dilaksanakan oleh Rumah Sakit. Dalam kesehatan masyarakat upaya yang diutamakan yaitu pada upaya promotif dan preventif. 1 1.2 Tujuan Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk : a. Untuk mengetahui konsep kepemimpinan b. Untuk mengetahui konsep organisasi pembelajar (learning organization) c. Untuk mengetahui masalah kesehatan di Indonesia d. Untuk mengetahui pentingnya kepemimpinan dalam pengembangan kesmas terkait masalah kesehatan di Indonesia 1.3 Manfaat a. Bagi Penulis Mengembangkan kemampuan berfikir dalam menganalisis suatu permasalahan serta menerapkan menerapkan ilmu yang diperoleh dari perkuliahan. b. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan masukan untuk mendukung kegiatan pembelajaran berkaitan dengan materi kepemimpinan dan berfikir sistem kesehatan masyarakat 2 BAB II ISI 2.1 Konsep Kepemimpinan Kepemimpinan adalah suatu proses kegiatan seseorang untuk menggerakkan orang lain dengan memimpin, membimbing, memengaruhi oranglain untuk melakukan sesuatu agar dicapai hasil yang diharapkan. Menurut Rowitz (2009) kepemimpinan adalah kreativitas dalam tindakan atau kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru (creativity in action). Ada beberapa gaya kepemimpinan yaitu sebagai berikut (Sukri, 2013): a. Kepemimpinan Otokratis Gaya kepemimpinan otokratis yaitu keputusan ditentukan oleh pemimpin dan cenderung menggunakan paksaan (coercion), sanksi (punishment), dan arahan untuk mengubah perilaku pengikut untuk mencapai hasil. b. Kepemimpinan Demokratis Kepemimpinan jenis ini yaitu individu ikut aktif berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Gaya kepemimpinan demokratis mendelegasikan otoritas atau kewenangan yang dimiliki oleh pimpinan kepada orang lain dan mendorong lahirnya partisipasi dari anggota. c. Kepemimpinan Liberal Gaya kepemimpinan ini menekankan bahwa pemimpin tidak memfasilitasi dan tidak menyiapkan bimbingan atau arahan, hanya sedikit kekuasaan dan memberi banyak kebebasan dan kewenangan kepada para bawahannya untuk mengambil keputusan dan menjalankan program yang ada. Peran kepemimpinan menurut Peter M. Senge ada tiga yaitu: a. Leaders as teacher (pemimpins sebagai guru) artinya, pemimpin sebagai fasilitator transformasi b. Leaders as designer (pemimpin sebagai desainer) artinya, pemimpin sebagai perancang bangun transformasi untuk merealisasikan visi bersama c. Leaders as stewards (pemimpin sebagai pelayanan) artinya, pemimpin sebagai pelayan transformasi 2.2 Organisasi Pembelajar (Learning Organization) Menurut Peter Senge (1990) organisasi pembelajar adalah organisasi dimana orang terus-menerus memperluas kapasitas mereka untuk menciptakan hasil yang benar-benar 3 mereka inginkan, dimana pola baru dan ekspansi pemikiran diasuh, dimana aspirasi kolektif dibebaskan, dan dimana orang terus-menerus belajar melihat bersama-sama secara menyeluruh. Alasan dasar untuk organisasi tersebut adalah bahwa dalam situasi perubahan yang cepat hanya mereka yang fleksibel, adaptif dan produktif yang dapat bertahan. Agar hal ini terjadi, ia berpendapat bahwa organisasi perlu menemukan bagaimana memanfaatkan komitmen orang dan kapasitas untuk belajar pada semua tingkat. Menurut Peter Senge, belajar yang nyata adalah sampai ke hakekat apa arti menjadi manusia. Kita menjadi mampu untuk menciptakan kembali diri kita sendiri. Hal ini berlaku untuk baik individu dan organisasi. Jadi, untuk sebuah organisasi pembelajar tidak cukup jika hanya untuk bertahan hidup. Belajar survival atau yang lebih sering disebut belajar adaptif itu perlu dan penting. Tapi bagi organisasi pembelajar, belajar adaptif harus digabungkan dengan belajar generatif, yaitu belajar yang meningkatkan kapasitas seseorang untuk menciptakan. Terdapat lima komponen yang digunakan untuk mencapai tujuan dari organisasi pembelajar yaitu; berpikir sistem (system thinking), penguasaan pribadi (personal mastery), model mental (mental models), penjabaran visi (shared vision), dan tim belajar (team learning). a. Berpikir sistem (system thinking) Berpikir sistemik adalah landasan konseptual (The Fifth Discipline) yang mengintegrasikan orang lain. Orang cenderung untuk berfokus pada bagian parsial daripada melihat keseluruhan, seharusnya orang perlu melihat masalah system secara menyeluruh, karena kegagalan untuk memahami dinamika sistem dapat membawa organisasi ke dalam keadaan saling menyalahkan. Berpikir system merupakan motor penggerak pembelajaran dalam memberikan arah dalam mencapai visi dan tujuan. Semuanya bekerja dalam satu kesatuan dalam satu sistem. Apabila salah satu sub sistem bermasalah, maka akan berdampak kepada sub sistem yang lain. Untuk itu perlu adanya monitoring pada masing-masing sub sistem. Dengan berpikir sistem, maka pekerjaan yang berat akan mudah untuk diselesaikan. b. Penguasaan pribadi (personal mastery) Personal mastery merupakan kemampuan seseorang dalam menghadapi masalah. Arti lainnya yaitu kemampuan menciptakan sesuatu dalam kehidupan dan pekerjaan sesuai dengan apa yang diinginkan. Penguasaan pribadi adalah disiplin terus memperjelas dan memperdalam visi pribadi, memfokuskan energi, mengembangkan kesabaran, dan melihat realitas obyektif. 4 c. Model mental (mental models) Mental models mengandung arti karakter mental yang dimiliki oleh setiap individu. Model mental sangat menentukan bagi seseorang dalam bertindak. Gambaran mental model ini akan nampak di luar dirinya. Dalam diri seseorang apabila mentalnya baik, maka akan baik pula dirinya. Sebaliknya apabila mentalnya buruk, maka akan buruk pula perbuatannya. d. Penjabaran visi (shared vision) Shared vision dapat diartikan sebagai membangun rasa komitmen dalam suatu kelompok. Ini merupakan langkah yang dilakukan demi terbangunnya komitmen anggota untuk mengembangkan visi bersama, dan sama-sama merumuskan strategi untuk mencapai visi tersebut. Visi itu bukan hanya milik atau hasil fikiran pemimpin saja, tetapi merupakan milik dan hasil pemikiran dari seluruh anggota. e. Tim belajar (team learning) Kemampuan seseorang tidak akan berkembang apabila hanya dimilikinya sendiri tanpa ditularkan kepada orang di sekitar. Disinilah perlunya team learning dalam membangun pembelajaran sesama. Selain dari lima komponen diatas. Terdapat juga lima kemampuan dasar yang harus dimiliki organisasi pembelajar yaitu: a. Pemecahan masalah yang sistematis (systematic problem solving) b. Percobaan (experimentation) c. Belajar dari pengalaman d. Belajar dari orang lain (learning from others) e. Transfer pengetahuan (transfer of knowledge) 2.3 Masalah Kesehatan di Indonesia Berdasarkan Rencana Strategis Kementrian Kesehatan tahun 2015-2019, memuat berbagai permasalahan kesehatan di Indonesia. Permasalahan pada KIA yaitu angka kematian ibu yang masih jauh dari target MDG’s tahun 2015, dimana hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kualitas pelayanan kesehatan ibu yang belum memadai, kondisi ibu hamil yang tidak sehat dan faktor determinan lainnya. Selain itu juga terdapat kematian bayi dan balita yang disebabkan oleh Intra Uterine Fetal Death (IUFD) dan Berat bayi Lahir Rendah (BBLR), dan pada kelompok neonatal yang disebabkan karena infeksi. Untuk kematian pada masa remaja lebih banyak karena kecelakaan transportasi, demam berdarah, dan TB. Untuk 5 usia kerja dan usia lanjut kematian dominan disebabkan oleh penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja, serta penyakit degeneratif. Sedangkan permasalahan lain yaitu berkaitan dengan gizi masyarakat, selain masih menghadapi masalah kekurangan gizi, negara juga mengalami masalah kelebihan gizi. Data tahun 2007 ke tahun 2013 menyatakan bahwa balita dengan gizi kurang (underweight) mengalami peningkatan dari 18,4% menjadi 19,6%. Stunting juga meningkat dari 36,8% menjadi 37,2%. Indonesia saat ini mengalami transisi epidemiologi, dimana telah terjadi perubahan dari epidemiologi penyakit menular ke penyakit tidak menular (penyakit degenerative, akibat pola hidup yang tidak sehat), namun belakangan ini penyakit menular yang sudah lama hilang ternyata muncul kembali seperti kusta, filariasis. Hal ini menjadi beban bagi negara. Permasalahan pada akses dan kualitas pelayanan kesehatan. Pada tahun 2009 sampai tahun 2013 telah terjadi peningkatan jumlah fasilitas kesehatan (puskesms, rumah sakit). Namun dari sisi kesiapan, ternyata pencapaiannya masih belum memuaskan. Kekurangsiapan tersebut disebabkan karena kurangnya fasilitas yang tersedia; kurang lengkapnya obat, sarana, dan alat kesehatan; kurangnya tenaga kesehatan; dan belum memadainya kualitas pelayanan. 2.4 Pentingnya kepemimpinan dalam Pengembangan Kesmas terkait Masalah Kesehatan di Indonesia Masalah-masalah kesehatan di Indonesia tidak bisa dipecahkan dengan pemikiran yang lampau, sederhana, masalah tersebut perlu pemikiran yang baru, dan modern menyesuaikan tingkat kesulitannya. Dari masalah tersebut menuntut kemampuan berpikir serba sistem dan kemampuan untuk mengendalikannya. Permasalahan kesehatan yang ada di Indonesia ini menjadi permasalahan bersama sehingga perlu adanya kebersamaan sektor/bidang terkait membentuk suatu visi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Serta menentukan misi/cara untuk mencapai visi tersebut. Visi yang terkait dengan permasalahan diatas yaitu mencapai Indonesia yang lebih sehat. Dan untuk mencapi visi tersebut diperlukan peran pemimpin yang akan mengkoordinir masing-masing bidang untuk berperan sesuai dengan keahliannya. Mengingat puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan tingkat I, yang berkedudukan di tingkat kecamatan dan bertugas untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama, puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dan 6 merupakan ujung tombak pembangunan kesehatan yang langsung berhubungan dengan masyarakat. Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan disini berperan juga sebagai pemimpin untuk memberdayakan masyarakat, menumbuhkembangkan potensi masyarakat, mengembangkan gotong royong masyarakat, serta menggali kontribusi dari masyarakat. Pemberdayaan tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (preventif terhadap penyakit) dan memandirikan masyarakat. Kepemimpinan berperan dalam keberhasilan pemberdayaan masyarakat melalui forum kegiatan salah satunya forum Desa Siaga, sebagai wujud kerjasama antara warga, pemimpin desa dengan petugas kesehatan. Peran kepemimpinan dalam pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan pada program Desa Siaga adalah menyebarluaskan informasi, memberikan contoh, memotivasi, membimbing, menggerakkan, dan memfasilitasi masyarakat. Kepemimpinan berperan untuk mengikutsertakan masyarakat dalam program pembangunan kesehatan. Bukti dampak dari kepemimpinan ditunjukkan dengan adanya keikutsertaan masyarakat didalamnya. Disamping dari segi eksternal masyarakat, perlu juga memperhatikan kepemimpinan di segi internal Puskesmas itu sendiri. Keberhasilan program Puskesmas sangat tergantung pada kemampuan pemimpinnya. Dengan kemampuan yang dimiliki oleh seorang pemimpin dapat mempengaruhi kinerja bawahan untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan Puskesmas. Upaya peningkatan kinerja tenaga kesehatan menuntut peran seorang kepala puskesmas dalam melakukan pendekatan kepemimpinan yang efektif, keberhasilan Puskesmas sangat tergantung pada kemampuan pemimpinnya. Kepemimpinan mempunyai peranan dan pengaruh terhadap kinerja pegawainya. Sebagai contoh bila dalam suatu unit pelayanan kesehatan persentase tingkat keterlambatan kerja masih tinggi, maka cakupan pelayanan kesehatan (contoh cakupan kunjungan ibu hamil dan balita, persalinan dan pelayanan nifas) yang diberikan akan rendah dan tidak mencapai target karena waktu kerja yang terbatas. Hal ini akan berpengaruh terhadap kualitas kesehatan di masyarakat. Sikap pemimpin yang memberikan motivasi, menerima kritik dan saran dari pegawai, serta menjaga komunikasi yang efektif antara pegawai dengan pemimpin, akan mendukung ketercapaian tujuan program, karena suatu permasalahan yang timbul akan dibahas bersama dan dicari solusinya, sehingga mampu mencapai visi yang sudah direncanakan dan mampu meningkatkan derajat kesehatan di wilayah kerjanya. 7 BAB III PENUTUP Kesimpulan 1. Kepemimpinan merupakan suatu proses kegiatan seseorang untuk menggerakkan orang lain dengan memimpin, membimbing, memengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu agar mencapai hasil yang diharapkan. 2. Organisasi pembelajar adalah organisasi dimana orang terus-menerus memperluas kapasitas mereka untuk menciptakan hasil yang benar-benar mereka inginkan. 3. Masalah kesehatan yang ada Indonesia sangat kompleks terkait dengan KIA, gizi, kesehatan lingkungan, penyakit menular dan tidak menular, penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja. 4. Kepemimpinan sangat penting untuk pengembangan kesehatan masyarakat. Baik dari sisi eksternal dimasyarakat maupun di Internal unit pelayanan kesehatan dasar (puskesmas). Dari sisi eksternal kepemimpinan penting untuk mengorganisasikan masyarakat dan memberdayakan masyarakat untuk ikut serta terhadap program yang telah dibuat. Dari sisi internal kepemimpinan penting untuk mengorganisasikan kinerja pegawai untuk memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal dan dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Saran Berdasarkan pembahasan diatas maka disarankan untuk memperkuat peran kepemimpinan baik dalam sisi ekternal di masyarakat maupun dalam sisi internal unit pelayanan kesehatan dasar (puskesmas) . 8 Daftar Pustaka Anonim. 2010. Teori dan Konsep Kepemimpinan. https://diklatpimlan.files.wordpress.com/2010/04/teori-konsep-kepemimpinan.pdf diakses Juni 2018 P, Sukri. 2013. Public Health Leadership. Pustaka Pelajar: Yogyakarta Renstra Kemenkes RI 2015-2019 Waryana, dkk. 2015. Peran Kepemimpinan, Modal Sosial, Akses Informasi, serta Petugas dan Fasilitator Kesehatan dalam Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol 9, No 4 9