Polibisnis, Volume 6 No. 2 Oktober 2014 KAJIAN POTENSI KOTA PADANG SEBAGAI SALAH SATU DESTINASI WISATA MICE (MEETING, INCENTIVE, CONVENTION, EXHIBITION) DI INDONESIA Rini Ekasari Dosen Politeknik Negeri Padang Jurusan Administrasi Niaga Email: [email protected] ABSTRACT This article mainly discuss about the potency of Padang city as one of MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition) tourism in Indonesia. Based on the site selection criteria of MICE destination, there are eight categories which are considered: accessibility, local support, extra conference opportunities, accomodation facilities, meeting and exhibition facilities, information, site environment and other criteria. The analysis shows that Padang has already able to be developed as MICE destination in Indonesia, although there are still some barriers that needs to be solved such as routes for international and local flight, infrastructure to support MICE, variation for extra conference support, human resources in MICE, and exhibition facilities. Keywords : Tourism, MICE, hotel, Padang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu penghasil devisa di Indonesia selain dari hasil tambang dan alam. Dinamika pariwisata selalu menghasilkan inovatisi baru dalam trend yang berkembang di dunia. Saat ini trend yang sedang diminati adalah wisata minat khusus dan wisata konvensi atau yang lebih dikenal dengan MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition). Menurut data International Congress & Convention Assosiation (ICCA), setiap tahunnya ada sebanyak 400.000 konferensi dan pameran yang diadakan di dunia dengan total pemasukan US$280 juta. Industri MICE diprediksi akan membawa keuntungan ekonomi yang berlipat ganda bagi negara dan kota yang menjadi tuan rumah pelenggara kegiatan yang diadakan. Indonesia mulai diperhitungkan menjadi salah satu destinasi MICE di dunia. Hal ini terbukti dengan digelarnya berbagai aktivitas MICE di beberapa kota besar di Indonesia. Bisnis MICE telah menjadi salah satu unggulan khususnya pada bidang pariwisata karena memiliki multiplier effect terhadap perekonomian masyarakat. Oleh sebab itu saat ini pemerintah Indonesia mulai memberikan perhatian terhadap bisnis MICE sebagai salah satu penghasil devisa negara. Sejak tahun 1980-an kegiatan MICE di Indonesia menunjukan peningkatan jumlah peserta yang tinggi dengan jumlah pengeluaran rata-rata perhari sebesar US$ 210 untuk setiap peserta konvensi. Dibandingkan dengan wisatawan yang sengaja datang ke Indonesia untuk berwisata, pengeluaran mereka hanya sebesar US$ 400 untuk 7-12 hari. Dengan demikian pengeluaran peserta wisata konvensi juga membawa serta spouse (istrinya), anak atau bahkan temannya yang berdampak pada pengeluaran peserta selama mengikuti kegiatan kovensi menjadi lebih besar (Pendit, 1999). ISSN 1858 – 3717 39 Polibisnis, Volume 6 No. 2 Oktober 2014 Berdasarkan ketetapan pemerintah, ada 10 kota utama di Indonesia yang menjadi destinasi MICE dan 3 kota potensial destinasi MICE. 10 kota utama tersebut yaitu Medan, Padang/Bukittinggi, Batam, Jakarta, Bandung,Yogyakarta, Surabaya, Bali, Makasar dan Manado. Sedangkan 3 kota potensialnya yaitu Palembang, Lombok, Balikpapan (Warta Ekspor, 2011). Sebagai salah satu destinasi MICE di Indonesia, kota Padang telah bergiat menyelenggarakan aktivitas MICE baik yang berskala nasional maupun internasional. Sebagai contoh setiap tahunnya diagendakan event ” Tour de Singkarak” yang melibatkan beberapa negara di dunia. Agenda tahunan lainnya adalah pameran “Padang Fair” yang diselenggarakan beriringan dengan ulang tahun kota Padang. Selain itu pada tahun 2012 telah diadakan event West Sumatera Corporate dan Travel Mart, yang menghadirkan 26 Corporate (Buyer) bertaraf nasional dan 20 Seller asal Sumbar. Pada bulan Oktober 2013 dilaksanakan Pasar Wisata Indonesia atau Tourism Indonesia Mart dan Expo (TIME). Hal ini membuktikan bahwa kegiatan MICE di kota Padang sudah memberikan peluang baru bagi berkembangnya kegiatan wisata konvensi di daerah ini. Sampai saat ini belum ada kajian yang dilakukan mengenai bagaimana potensi MICE di kota Padang. Oleh sebab itu perlu diadakan analisa dan kajian yang lebih mendalam tentang potensi MICE di kota Padang. Diharapkan kajian ini akan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan industri MICE di kota Padang serta memberikan gambaran kepada pemerintah kota Padang tentang kebijakan yang akan dibuat guna memajukan wisata konvensi ini. 1.2 Tujuan Penulisan Tulisan ini bertujuan untuk melihat bagaimana potensi MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition) di kota Padang. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata dan Usaha Pariwisata Menurut UU no 10 tahun 2009, wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Oleh karena itu, untuk menunjang kegiatan wisata dibutuhkan dukungan fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah, yang pada akhirnya akan melahirkan suatu usaha pariwisata. Dalam UU no 10 tahun 2009 disebutkan bahwa usaha pariwisata merupakan usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata. Pada pasal 14 dalam UU tersebut dijelaskan bahwa usaha pariwisata meliputi daya tarik wisata; kawasan pariwisata; jasa transportasi wisata; jasa perjalanan wisata; jasa makanan dan minuman; penyediaan akomodasi; penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi; penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran;jasa informasi pariwisata; jasa konsultan pariwisata; jasa pramuwisata; wisata tirta; dan spa. Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran atau yang lebih dikenal dengan MICE (Meeting, Incentive, Conference, Exhibition) adalah empat jenis kegiatan kepariwisataan yang merupakan usaha untuk memberikan jasa layanan bagi suatu pertemuan bagi sekelompok orang, khususnya para pelaku bisnis, cendikiawan, eksekutif pemerintah dan swasta, untuk membahas berbagai persoalan 40 ISSN 1858 - 3717 Polibisnis, Volume 6 No. 2 Oktober 2014 yang berkaitan dengan kepentingan bersama, termasuk memamerkan produk-produk bisnis. 2.2 MICE (Meeting, Incentive, Conference, Exhibition) 2.2.1 Pengertian MICE Industri pariwisata terbagi menjadi pariwisata rekreasi (leisure tourism) dan pariwisata bisnis (business tourism). Namun, keduanya membutuhkan infrastuktur yang sama dalam bentuk akomodasi, transportasi dan komunikasi, hiburan, layanan informasi dan lain-lain (Rogers, 2003 dalam Cooper et al 2008). Perbedaan utama antara leisure tourism dan business tourism terletak pada jenis layanan yang dibeli dan tingkat transportasi dan akomodasi yang digunakan (Lickorish dan Jenkins, 1999). Business tourism membutuhkan fasilitas dan layanan khusus seperti convention center dan ruang pertemuan (Swarbrooke dan Horner, 2007). Aktifitas utama dari konvensi dan pertemuan adalah bisnis (McCabe et al, 2000) tapi setelah bekerja, seorang wisatawan bisnis (business tourist) dapat menjadi wisatawan rekreasi (leisure tourist) dengan mengunjungi objek-objek wisata yang ada di kota tersebut ( Davidson, dalam Rogers, 1998). Di samping itu, business tourism juga dihubungkan dengan leisure tourism karena dalam beberapa konferensi, program sosial dari aktivitas rekreasi yang termasuk di dalamnya dan juga dalam beberapa kasus ketika istri-istri peserta konvensi ikut menemani mereka sebagai leisure tourist (Swarbrooke dan Horner, 2001). Istilah business tourism, MICE dan wisata konvensi digunakan secara bergantian dan dapat dipertukarkan. Menurut Davidson (2001), business tourism orang yang bepergian yang tujuannya adalah untuk bekerja. MICE merupakan salah satu sektor yang ada dalam business tourism. Sedangkan menurut Swarbrooke dan Horner (2001), business tourism merupakan semua pengalaman dari orang yang melakukan perjalanan bisnis (business traveller). Penggunaan istilah wisata mengacu kepada orang yang meninggalkan rumah paling sedikit satu malam, sedangkan perjalanan bisnis mengacu pada perjalanan yang dilakukan dengan alasan bisnis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa MICE merupakan usaha jasa kepariwisataan yang bergerak di seputar pertemuan, insentif, konfrensi, dan pameran (Meeting, Incentive, Conference, and Exhibition). Menurut Pendit (1999), MICE diartikan sebagai wisata konvensi, dengan batasan usaha jasa konvensi, perjalanan insentif, dan pameran merupakan usaha dengan kegiatan memberi jasa pelayanan bagi suatu pertemuan sekelompok orang (negarawan, usahawan, cendikiawan dsb) untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama. Sedangkan menurut Kesrul (2004), MICE sebagai suatu kegiatan kepariwisataan yang aktifitasnya merupakan perpaduan antara leisure dan business, biasanya melibatkan sekelompok orang secara bersama- sama, rangkaian kegiatannya dalam bentuk meetings, incentive, conventions, congresses, conference dan exhibition. MICE dalam bahasa Inggris yang berarti "Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition”. Akhir-akhir ini ada kecenderungan para pelaku pariwisata menyebut dengan istilah “The Meetings Industry”. Yoeti (2000) mengatakan bahwa MICE merupakan suatu rangkaian kegiatan, dimana para pengusaha atau professional berkumpul pada suatu tempat yang terkondisikan oleh suatu permasalahan, pembahasan, atau kepentingan yang sama. 2.2.2 Tipologi Pariwisata MICE Berikut definisi MICE sesuai dengan akronimnya : ISSN 1858 – 3717 41 Polibisnis, Volume 6 No. 2 Oktober 2014 1. Meeting Meeting adalah istilah bahasa Inggris yang berarti rapat, pertemuan atau persidangan. Menurut International Meetings Industri Glossary yang dikutip dalam Rogers (2003) definisi meeting adalah sebagai berikut : “A general term indicating the coming together of a number of people in one place, to confer or carry out a particular activity. Can be on an ad hoc basis or according to a set pattern” The Educational Institute of the American Hotel and Motel Association menjelaskan bahwa meeting terdiri dari beberapa tipe yaitu : a. Break-out Session Merupakan kelompok kecil yang dibentuk dari sidang besar, dimaksudkan untuk emembahas suatu topik b. Clinic Sejenis lokakarya dimana para stafnya menyediakan kelompok kecil untuk dilatih dalam suatu subjek tertentu c. Colloqium Sebuah acara dimana peserta yang menentukan isi acara. Para pemimpin pertemuan membuat acara yang berkaitan dengan masalah-malasah yang paling sering muncul. Biasanya mempunyai tekanan yang seimbang dalam instruksi dan diskusi. d. Concurrent session Sidang-sidang yang dijadwalkan pada waktu yang bersamaan. e. Conference Merupakan sidang umum dan diikuti oleh kelompok-kelompok yang saling berhadapan, dengan tujuan untuk merencanakan, mencari fakta dan mencari pemecahan atas masalah organisasi dan anggotanya. f. Congress Jenis pertemuan yang umumnya digunakan di Eropa, paling sering digunakan untuk sebuah konvensi. g. Convention Merupakan sidang umum dan pertemuan komite untuk memecahkan masalah-masalah umum; sebagai bentuk tradisional dari pertemuan tahunan (annual meeting). h. Forum Merupakan sebuah diskusi beregu yang terdiri dari para ahli pada bidang tertentu dimana menyediakan kesempatan bagi peserta untuk berpartisipasi, dipandu oleh seorang moderator. i. Institute Merupakan sidang umum dan kelompok diskusi untuk beberapa materi tertentu, bisanya merupakan pengganti pendidikan formal dimana para staf menyediakan program pelatihan. j. Lecture Sebuah presentasi formal yang dilakukan oleh seorang ahli, terkadang diikuti oleh sesi tanya jawab. k. Plenary session Bentuk pertemuan bagi semua peserta l. Seminar 42 ISSN 1858 - 3717 Polibisnis, Volume 6 No. 2 Oktober 2014 Bentuk pertemuan dari suatu kelompok untuk berbagi pengalaman dalam suatu bidang tertentu, dibawah pimpinan diskusi yang ahli. m. Symposium Bentuk pertemuan dengan diskusi beregu/panel oleh para ahli dalam bidangnya, yang diberikan kepada peserta dalam jumlah besar, bentuk partisipasi peserta lebih kecil dari sebuah forum. n. Workshop Bentuk sidang umum yang melibatkan peserta untuk saling berbagi pengalaman, memperoleh pengetahuan, keahlian, dan memecahkan masalah diantara bidang tertentu. 2. Incentive Menurut Pendit (1999), merupakan suatu kegiatan perjalanan yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan untuk para karyawan dan mitra usaha sebagai imbalan penghargaan atas prestasi mereka dalam kaitan penyelenggaraan konvensi yang membahas perkembangan kegiatan perusahaan yang bersangkutan. Sementara itu The Society of Incentive Travel mendefinisikan incentive travel sebagai : “[...] a global management tool that uses an exceptional travel experience to motivate and/or recognize participants for increased levels of performance in support of the organisational goals”(Dikutip dalam Rogers, 2003) Selama perjalanan beberapa elemen tambahan dapat dimasukkan seperti elemen edukasi, sesi jenis konferense dan kegiatan team-building (Campiranin dan Arcodia, 2007). Mereka mengunjungi tempat-tempat menarik yang biasanya berhubungan dengan pekerjaan mereka atau menghadiri acara olahraga bergengsi dan sebagainya untuk membuat penjalanannya dapat dikenang (Davidson, 1992). 3. Conference The Convention Liaison Committe and the Joint Industry Council mendefinisikan conference sebagai sebuah event yang digunakan oleh organisasi bertemu dan saling bertukar pandangan, menyampaikan pesan, membuka debat ataau memberikan publisitas terhadap beberapa area opini pada isu-isu tertentu (Rogers, 2003). Pertemuan partisipatif ini dirancang untuk diskusi, penemuan fakta, pemecahan masalah dan konsultasi. Biasanya pertemuan ini berskala kecil, dan lebih difokuskan pada karakter yang cendrung untuk memfasilitasi pertukaran informasi dengan durasi yang terbatas dan tujuan yang lebih khusus (ICCA, 2009 online). 4. Exhibition Menurut Pendit (1999) exhibition atau pameran merupakan suatu kegiatan menyebarluaskan informasi dan promosi yang ada hubungannya dengan penyelenggaraan konvensi atau yang ada kaitannya dengan pariwisata. Davidson dan Cope (2003), mendefinisikan exhibition sebagai : “Events to which businesses send sales staff in order to display their products to potential customers, who attend in order to buy and/or receive expert information about the goods being exhibited, usually straight from the manufacturers”. Pameran dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada pengunjung tentang produk dan layanan yang disediakan oleh industri. Dalam Fenich (2009), dijelaskan banwa biasanya pameran cendrung dalam skala besar dan ISSN 1858 – 3717 43 Polibisnis, Volume 6 No. 2 Oktober 2014 difokuskan pada hubungan business to business (B2B). 2.3 Faktor Penentu Dalam Pemilihan Destinasi MICE Berdasarkan penelaahan dari berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Crouch dan Ritchie (1998) dalam Crouch dan Louviere (2004) terdapat beberapa kategori dari faktor-faktor pemilihan lokasi MICE yang penting dalam menentukan kesiapan sarana dan prasarana yang dapat mendukung pelaksanaan MICE di suatu destinasi. Faktor-faktor tersebut diuraikanpada tabel di bawah ini. Tabel 2.1 Faktor-faktor Penting Dalam Pemilihan Lokasi MICE Kategori 1. Aksesibilitas 2. Dukungan lokal 3. Peluang kegiatan tambahan 4. Fasilitas akomodasi 5. Fasilitas rapat 44 Dimensi - Biaya : biaya transportasi yang diperlukan - Waktu :waktu tempuh atau jarak perjalanan ke lokasi serta biaya - Peluang :opportunity cost dari waktu yang diperlukan - Frekuensi : frekuensi koneksi menuju ke lokasi - Kenyamanan : kenyamanan penjadwalan koneksi atau transportasi menuju ke destinasi - Hambatan : faktor yang menjadi hambatan dalam melakukan perjalanan seperti visa dan bea cukai - Dukungan lokal : tingkat dukungan yang ditawarkan oleh asosiasi lokal - Convention center : tingkat perencanaan, dukungan logistik dan dukungan promosi yang ditawarkan - Subsidi : tingkat subsidi yang ditawarkan oleh suatu destinasi untuk membiayai penyelenggaraan event melalui pemberian potongan harga dan subsidi - Pusat hiburan : ketersediaan restaurant, bars, teater, pusat hiburan malam, dll. - Pusat perbelanjaan : mal, department store besar, harga yang rendah, dll. - Wisata : arsitektur lokal, museum, monumen, objek wisata, taman, peninggalan bersejarah, tour lokal, dll. - Pusat rekreasi : pusat olahraga dan kegiatan baik sebagai penonton maupun sebagai peserta - Peluang profesional :mengunjungi klien lokal, negosiasi, transaksi bisnis, membuat kesepakatan kontrak, dll. - Ketersediaan : apakah fasilitas akomodasi tersedia guna menunjang pelaksanaan MICE - Kapasitas : jumlah kamar yang tersedia - Biaya : biaya akomodasi yang sesuai - Layanan : persepsi terhadap standar layanan - Keamanan : sejauh mana keamanannya - Kapasitas : kemampuan suatu lokasi dalam menyediakan fasilitas dengan ukuran yang sesuai kebutuhan - Layout : kesesuaian tata letak fasilitas dan denah lantai - Biaya rapat : biaya ruang pertemuan yang diperlukan - Fasilitas ambience: kemampuan suatu lokasi dalam menciptakan suasana dan lingkungan yang sesuai - Layanan : persepsi terhadap standar layanan - Keamanan : sejauh mana suatu lokasi dapat menyediakan ruang pertemuan yang aman - Ketersediaan : apakah fasilitas rapat tersebut tersedia saat dibutuhkan ISSN 1858 - 3717 Polibisnis, Volume 6 No. 2 Oktober 2014 Lanjutan 6. Informasi - Pengalaman : apakah lokasi MICE tersebut telah mampu menunjukkan kinerja yang memuaskan di masa lalu - Reputasi : bagaimana reputasi daerah tujuan tersebut diantara perencana pertemuan lainnya - Pemasaran : efektivitas kegiatan pemasaran destinasi 7. Keadaan lokasi - Iklim : keadaan iklim di daerah tujuan - Setting : daya tarik lingkungan destinasi - Infrastruktur : kesesuaian dan standar infrastruktur lokal - Keramahtamahan : sejauh mana daerah tuan rumah dan masyarakat lokal unggul dalam menjamu atau menyambut pengunjung 8. Kriteria - Risiko : kemungkinan terjadinya aksi unjuk rasa, bencana alam, lainnya boikot dan berbagai keadaan merugikan lainnya yang dapat mengganggu kelancaran suatu kegiatan - Profitabilitas : tingkat di mana suatu lokasi dapat menghasilkan keuntungan maupun kerugian dalam penyelenggaraan MICE - Promosi asosiasi: apakah lokasi yang telah ditentukan dapat meningkatkan kredibilitas penyelenggara dan meningkatkan keanggotaan - Novelty : sejauh mana suatu lokasi merepresentasikan lokasi yang baru untuk penyelenggaraan MICE berikutnya (Sumber: Crouch dan Ritchie, 1998 dalam Crouch dan Louviere, 2004) 3. PEMBAHASAN Kota Padang merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia. Keelokan alam, kuliner, budaya dan pendidikan menjadikan kota Padang menarik untuk dikunjungi.Selain itu kota Padang juga telah menjadi salah satu kota tujuan MICE di Indonesia. Oleh sebab itu kota Padang berbenah diri untuk melengkapi semua faktor yang dibutuhkan dalam menjadi sebuah destinasi MICE. Berdasarkan data dari MICE center 2014, berikut perbandingan evaluasi diri dan Expert Judgement kota Padang sebagai destinasi MICE. Sumber : MICE Center, 2014 Evaluasi diri merupakan persepsi stakeholder terhadap destinasi masing-masing, sedangkan expert judgement merupakan penilaian dari pakar MICE tentang sebuah destinasi MICE. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa adanya gap antara evaluasi diri dan expert judgement terhadap kriteria penentuan Padang sebagai sebuah destinasi ISSN 1858 – 3717 45 Polibisnis, Volume 6 No. 2 Oktober 2014 MICE. Berdasarkan evaluasi diri, kota Padang memiliki keunggulan pada fasilitas akomodasi, fasilitas pameran, citra destinasi, keadaan lingkungan, tempat-tempat menarik dan fasilitas akomodasi, namun masih memiliki kekurangan pada sektor aksesibilitas, dukungan stakeholder, dan profesionalitas SDM. Sedangkan menurut expert judgement keunggulan kota Padang terletak pada fasilitas akomodasi, keadaan lingkungan, citra destinasi, aksesibilitas dan fasilitas pameran. Sumber : MICE Center, 2014 Grafik diatas menunjukkan gap destinasi MICE kota Padang dengan menggunakan 10 kriteria menurut evaluasi diri dan expert judgement, dengan total gapnya 0,8. Dari 16 kota destinasi MICE di Indonesia kota Padang menduduki peringkat ke-14 berdasarkan skala kriteria yang ditentukan oleh MICE Center. Sumber : MICE Center, 2014 Bila ditinjau dari 8 faktor seperti yang terdapat dalam tabel 1. potensi kota Padang sebagai destinasi MICE dapat dijabarkan sebagai berikut : 3.1 Aksesibilitas Semenjak dibukanya Bandara Internasional Minang Kabau pada bulan Juli tahun 46 ISSN 1858 - 3717 Polibisnis, Volume 6 No. 2 Oktober 2014 2005, maka akses menuju kota Padang semakin lancar. Bandara ini telah menjadi pintu gerbang bagi akses masuknya pengunjung domestik dan internasional ke daerah Sumatera Barat khususnya kota Padang. Maskapai penerbangan domestik yang bisa digunakan diantaranya Garuda Indonesia, Citylink, Lion Air, Sriwijaya Air dan Express Air yang menghubungkan kota Padang dengan kota-kota lainnya di Indonesia. Jadwal penerbangan dari maskapai tersebut ada setiap harinya, dan untuk rute Padang-Jakarta bisa mencapai 6 kali dalam seharinya. Sedangkan untuk penerbangan internasional ada rute langsung Padang- Kuala Lumpur dengan menggunakan maskapai Air Asia. Selain itu Bandara Internasional Minang Kabau juga digunakan sebagai embarkasi penerbangan ibadah haji untuk wilayah Sumatera Barat dan sekitarnya. Namun, untuk penerbangan internasional masih terbatas hanya untuk penerbangan ke negara Malaisya. Sementara itu, jika ingin menggunakan transportasi darat, kota Padang dapat diakses dengan menggunakan bus antar kota antar provinsi dengan menggunakan jalur jalan raya lintas Sumatera. Selain bus, kota Padang juga dapat diakses dengan menggunakan jasa angkutan travel dengan tarif yang bersaing sesuai dengan rute yang diambil. Kota Padang juga dapat diakses dengan menggunakan angkutan laut. Pelabuhan Teluk Bayur menjadi pintu masuknya kapal-kapal yang datang ke kota Padang yang juga berfungsi sebagai gerbang arus keluar masuknya barang ekspor impor dari dan ke Sumatera Barat. 3.2 Dukungan Lokal Saat ini kota Padang baru memiliki satu hotel yang merupakan convention and exhibition hotel yaitu hotel Grand Ina Muara yang memiliki kapasitas untuk 2500 orang. Adanya dukungan dari stakeholder lokal yang secara teratur setiap tahunnya mengadakan event yang dikelola oleh asosiasi profesi seperti acara simposium dan seminar yang diadakan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menjadi salah satu pendorong giatnya MICE diadakan di kota Padang. Selain itu pemerintah kota Padang telah menjadikan kegiatan MICE sebagai salah satu agenda kegiatan yang dikembangkan oleh pemerintah kota Padang, khususnya oleh Dinas Pariwisata kota Padang. Hambatan yang ada saat ini adalah belum adanya Professional Convention Organizer (PCO), Destination Management Company (DMC) ataupun Event Organizer (EO) lokal yang mengelola wisata MICE ini di kota Padang. Event yang diselenggarakan di kota Padang baru dikelola oleh pihak middlemen, yaitu biro perjalanan wisata atau travel agent. 3.3 Peluang Kegiatan Tambahan Dalam kegiatan MICE, kegiatan lain sebagai pendukung sangatlah berpengaruh dalam pemilihan suatu destinasi. Kota Padang, yang terkenal dengan alamnya yang indah serta memiliki objek-objek wisata yang memikat, merupakan salah satu alasan dipilihnya kota Padang sebagai kota tujuan MICE di Indonesia. Segmentasi wisata yang dapat dilakukan di kota Padang meliputi wisata alam, wisata budaya, wisata sejarah, wisata kota dan wisata kuliner. Pantai-pantai yang ada di kota Padang menjadi aset yang sangat potensial dalam pengembangan wisata alam, diantaranya Pantai Padang, Pantai Caroline, Pantai Air Manis, dan Pantai Nirwana yang berada di kawasan Bungus. Kekurangan dari wisata alam tersebut adalah belum adanya pengelolaan dan penataan yang baik dari objek-objek wisata tersebut, sehingga kadangkala ada keengganan dari pengunjung dan wisatawan untuk datang ke objek-objek wisata tersebut. ISSN 1858 – 3717 47 Polibisnis, Volume 6 No. 2 Oktober 2014 Kota Padang memiliki sebuah museum yang bernama Museum Adityawarman yang terletak di pusat kota. Museum ini memiliki bentuk arsitektur rumah adat Minangkabau (Rumah Gadang). Di sini pengunjung dapat mempelajari sejarah dan budaya suku Minangkabau, suku Mentawai dan suku Nias dengan jumlah koleksi yang mencapai 6000. Kuliner Padang sudah sangat terkenal di Indonesia dan mancanegara. Hal inilah yang menjadi salah satu daya tarik wisatawan dan pengunjung yang datang ke kota Padang, karena mereka ingin menikmati kuliner khas di kota Padang. Banyak restoran dan tempat-tempat makan yang menawarkan kuliner asli Padang yang tidak akan didapatkan pengunjung di tempat lain. Belum banyaknya pusat perbelanjaan modern dan tradisional yang tertata dengan baik, serta pusat hiburan seperti tempat-tempat rekreasi dan olahraga, membuat kurang bervariasinya peluang kegiatan tambahan yang bisa ditawarkan kepada wisatawan. 3.4 Fasilitas Akomodasi Hotel merupakan fasilitas yang sangat dibutuhkan dalam industri MICE. Saat ini dikota Padang terdata 40 jumlah hotel mulai dari hotel kelas melati sampai dengan hotel bintang 5. Berikut data hotel yang ada di kota Padang. Tabel 3.1 Data Hotel dan Penginapan di Kota Padang tahun 2014 No Nama Hotel Rocky Plaza Hotel Pangeran 2 Beach Hotel Alamat Jumlah Klasifikasi Kamar Jl.PermindoNo.40Padang 171 Tlp.0751-840888Hotel Kamar Ir.H.JuandaNo.79 Padang 176 Tlp.0751.7051333 Kamar Jl.PurusIVNo8Padang 146 3 Mercure Hotel Tlp.0751-891188 Kamar The Axana Jl.Bundo Kanduang No.14-16 Padang 141 4 Hotel Tlp.0751-39888 Kamar Jl.Hayam WurukNo.31 Padang 5 Hotel Savali 23 Kamar Tlp.0751.27660 The Aliga Jl.MH.Thamrin No.71 Padang 6 26 Kamar Hotel Tlp.0751-890777/890555 Jl.Hayam Wuruk No. 16 Padang 7 HW Hotel 58 Kamar Tlp.0751-893500 Pangeran City Jl.Dobi No.3-5 Padang 8 99 Kamar Hotel Tlp.0751-31233 Jl.Bundo Kanduang No.19 Padang 9 Hotel Bunda 55 Kamar Tlp.0751-812244 Grand Sari Jl.MH.Thamrin No.48 Padang 10 30 Kamar Hotel Tlp.0751-891555/891666 Jl.Hayam Wuruk No. 28 Padang 11 Plan-B 35 Kamar Tlp.0751-892100 Rumah Nenek Jl.Batang Agam Padang No.5 Padang 10 Kamar 12 Hotel & Rest Baru Tlp.0751-444237 1 48 Jumlah Ruang Meeting Bintang 4 7 Ruangan Bintang 4 9 Ruangan Bintang 4 6 Ruangan Bintang 4 6 Ruangan Bintang 3 1 Ruangan Bintang 3 3 Ruangan Bintang 3 2 Ruangan Bintang 2 4 Ruangan Bintang 2 1 Ruangan Bintang 2 2 Ruangan Bintang 2 2 Ruangan Bintang 2 1 Ruangan ISSN 1858 - 3717 Polibisnis, Volume 6 No. 2 Oktober 2014 Lanjutan No Nama Hotel Alamat Jl.Bagindo Aziz Chan No.28 Padang Tlp.0751-37402 Jl.Purus II No. 6 Padang Hotel Mervit Tlp.0751-34034 Hotel Jl.Pemuda No.1 Padang 25117 Hangtuah Tlp.0751-26556 The Sriwijaya Jl.Veteran No.26 Padang Hotel Tlp.0751-21942 Jl.Bdr.Pulau Karam No.29 Padang Hotel Bintang Tlp.0751.73691 Jl.Padang Painan Km.21 Bungus Cavery Beach Padang Hotel Tlp.0751-751665 Jl.S.Parman No.250 Kelurahan Ulak Hotel ION Karang Utara,Padang Tlp.0751-446767 Jl.Permindo No.4 Padang Hotel Garuda Tlp.0751-31696 Jl.Belakang Olo No.57 Padang Hotel Jakarta Tlp.0751-23331 Jl.Kampung Nias Dalam II No.27 Hotel Jesnic Padang Tlp.0751-33422 Jl.Kis MangunSarkoro No.36 Hotel Asoka Padang, Pharmin Tlp.0751-23761 Jl.KisMangunSarkoro VII No.5 Wisma Jati Padang Telp. Jl.Prof Dr.Hamka No.141 Hotel Son & Tabing,Padang Sons Tlp.0751-7053822 Jl.Terandam No.31 (Sawahan) Musafir – Inn Padang Tlp.0751-7055238 Guest House Jl.S.Parman No. 126A Padang Monata Tlp.0751-7050242 Basko Hotel Jl.Prof.Dr.Hamka No.2A Padang Padang Tlp.0751-893500 / 4488888 Grand Inna Jl.Gereja No.34 Padang Tlp.0751Muara Hotel 35600 Hotel Grand Jl.M.Thamrin No.27 Padang Zuri Padang Jl.Jenderal Sudirman No.17 Padang Daima Hotel Tlp.0751-891117 Jumlah Ruang Meeting Jumlah Klasifikasi Kamar 13 Hotel Padang 36 kamar Bintang 1 3 Ruangan 14 28 Kamar Bintang 1 1 Ruangan 38 Kamar Bintang 1 1 Ruangan 29 Kamar Bintang 1 - 29 Kamar Bintang 1 - 27 Kamar Melati - 41 Kamar Melati 1 Ruangan 36 Kamar Melati - 52 Kamar Melati 1 Ruangan 19 Kamar Melati - 28 Kamar Melati - 6 Kamar Melati - 20 Kamar Melati - 16 Kamar Melati - 14 Kamar Melati - 15 16 17 18 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 ISSN 1858 – 3717 180 Kamar 168 Kamar 133 Kamar Bintang 5BK Bintang 4BK Bintang 3BK Bintang 393 Kamar BK 7 Ruangan 13 Ruangan 3 Ruangan 3 Ruangan 49 Polibisnis, Volume 6 No. 2 Oktober 2014 Lanjutan No Nama Hotel Alamat Jumlah Kamar Jumlah Klasifikasi Ruang Meeting 31 Hotel Ibis Padang Jl.Taman Sisiwa IA-Padang 168 Kamar Bintang 33 Ruangan BK 31 Hotel Ibis Padang Jl.Taman Sisiwa IA-Padang 168 Kamar Bintang 33 Ruangan BK 46 Kamar Bintang 3BK Jl.Kampung Sebelah No.26 32 Hotel D'OxVille Padang Telp.0751-892056 Jl.Bundo Kandung No.20-28 Hotel Bumi 33 Padang Minang Tlp.0751-37555 Hotel Diniya Jl.Asahan No.7 Padang 34 Suasso Telp.0751-7052255 Rangkayo Basa Jl.Hangtuah No.211 Padang 35 Hotel Tlp.0751-891888 Jl.Bundo Kandung No.35 Padang 36 Hotel Mariani Tlp.075134133-075134134, Fax.075125410 Hotel New 37 Jl.ByPass km. 16 Padang Rasaki Hotel Havilla Jl.Bandar Pulau Karam No.10D 38 Maranatha Padang Tlp.0751-26321 Jl.Bagindo Aziz Chan No.15 39 Hotel Femina Padang Tlp.0751-34309 Jl.Belakang Olo No.22-23 40 Hotel Surya Tlp.0751.34560 170 Kamar Bintang 4 9 Ruangan Bintang 3BK Bintang 229 Kamar 2 Ruangan BK 29 Kamar 35 Kamar Bintang 21 Ruangan BK 53 Kamar Bintang 23 Ruangan BK 17 Kamar Melati-BK 1 Ruangan 32 Kamar Melati-BK 2 Ruangan 20 Kamar Melati-BK - Sumber : http://www.sumbarprov.go.id 20 July 2014 22:37 WIB Wartawan : Andri Mardiansyah Editor : Andri Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan fasilitas akomodasi di kota Padang cukup baik, dimulai semenjak pasca gempa tahun 2009. Akan tetapi hotel yang bisa dijadikan sebagai fasilitas pendukung MICE hanya ada pada hotel kelas bintang 2 ke atas. Ketersediaan kamar yang ada pada hotel kelas bintang 5, 4, dan 3 sudah cukup memadai karena jumlahnya berkisar antara 50 sampai dengan 180 kamar. Dari segi harga, hotel yang ada di kota Padang saat ini menawarkan harga yang bersaing dan terjangkau, tergantung dari kelas fasilitas yang ada di hotel tersebut. Sementara itu dari segi kenyamanan layanan, hotel-hotel tersebut sudah memenuhi standar layanan hotel pada umumnya sehingga akan dapat memberikan servis yang memuaskan kepada peserta MICE yang memakai fasilitas akomodasi di hotel tersebut. 3.5 Fasilitas Rapat Berdasarkan data hotel pada tabel 2, dapat dilihat bahwa umumnya hotel yang memilili fasilitas rapat di Padang adalah hotel bintang 2 sampai dengan hotel bintang 5. Hotel yang memiliki fasilitas rapat yang berkapasitas terbesar adalah hotel Grand Inna 50 ISSN 1858 - 3717 Polibisnis, Volume 6 No. 2 Oktober 2014 Muara yang bisa menampung sampai dengan 2500 orang. Sementara itu hotel yang lain bisa menampung mulai dari 20 sampai dengan 1500 orang. Ada beberapa layout yang dipakai untuk kepentingan meeting di hotel-hotel tersebut seperti teatre, U-shape, classroom, board room dan cocktail. Setiap hotel umumnya menawarkan paket meeting yang harganya bervariasi sesuai dengan fasilitas dan kapasitas yang disediakan oleh hotel tersebut. Selain hotel , tempat lain yang bisa dijadikan sebagai tempat rapat atau pertemuan adalah gedung convention center yang terdapat di beberapa universitas, seperti Universitas Andalas, Universitas Negeri Padang, dan Universitas Putra Indonesia. Biasanya, gedung convention center tersebut digunakan untuk kepentingan pertemuan ilmiah dan akademik. Dari segi keamanan, kenyamanan dan suasana, setiap hotel dapat memberikan keamanan kepada tamu yang datang menggunakan fasilitas rapat dihotel tersebut. Sementara untuk ketersediaan fasilitas rapat, sampai dengan pertengahan tahun 2014 masih bisa memenuhi kebutuhan MICE di kota Padang. 3.6 Informasi Semenjak ditetapkannya kota Padang menjadi salah satu destinasi MICE di Indonesia, telah ada beberapa event besar yang diselenggarakan di kota Padang, diantaranya West Sumatera Corporate, Travel Mart, Pasar Wisata Indonesia atau Tourism Indonesia Mart dan Expo (TIME). Di samping itu Ikatan Dokter Indonesia (IDI) juga giat menyelenggarakan simposium dan pertemuan ilmiah di kota Padang. Akan tetapi belum karena belum adanya sumber daya manusia lokal yang mengelola MICE ini secara profesional seperti Professional Convention Organizer (PCO) dan Event Organizer (EO) yang bergerak khusus di bidang MICE, maka promosi dan pemasaran kota Padang sebagai salah satu destinasi MICE di Indonesia belum terlalu gencar. 3.7 Keadaan Lokasi Kota Padang terletak di daerah pesisir Samudera Hindia, sehingga iklim dan temperaturnya cukup panas. Posisi kota Padang yang terletak di bagian barat pulau Sumatera serta keindahan alamnya, menjadikan daya tarik kota Padang sebagai salah satu lokasi MICE yang potensial di Indonesia. Selain itu, kota Padang juga merupakan salah satu kota perdangan, karena sebagian besar mata pencarian penduduknya adalah berdagang. Oleh sebab itu tingkat keramahtamahan penduduknya untuk menyambut wisatawan yang datang dapat diandalkan, meskipun dalam beberapa hal belum sesuai dengan standar MICE. Akan tetapi, infrastruktur pendukung untuk MICE belum begitu memadai dan memenuhi standar kriteria MICE secara internasional, seperti belum adanya banyaknya venue yang memiliki kapasitas ruangan convention yang besar yang bisa menampung ribuan orang, fasilitas pameran, petunjuk jalan yang menggunakan bahasa Inggris, dan akses penerbangan internasional yang masih terbatas. 3.8 Kriteria Lainnya Setiap kegiatan pasti memiliki resiko yang harus diperhitungkann sebelumnya. Bencana gempa yang melanda kota Padang pada tahun 2009, membuat lumpuhnya kegiatan wisata di kota Padang beberapa bulan lamanya. Namun, kota Padang berusaha bangkit dari kondisi tersebut, yang terbukti dengan meningkatnya pembangunan hotelhotel dan infrastruktur baru yang menunjang kegiatan pariwisata di kota Padang. ISSN 1858 – 3717 51 Polibisnis, Volume 6 No. 2 Oktober 2014 4. SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kota Padang sangat potensial untuk dijadikan sebagai salah satu destinasi MICE di Indonesia. Dari 8 kriteria pemilihan sebuah destinasi MICE, secara umum kota Padang sudah dapat memenuhi kriteria yang disyaratkan untuk destinasi MICE, meskipun masih ada kekurangan pada beberapa hal. Potensi yang dimiliki oleh kota Padang diantaranya : 1. Aksesibilitas yang sudah ada dan bisa dikembangkan dengan dibukanya bandara Internasional Minangkabau pada tahun 2005. 2. Dukungan lokal berupa dukungan dari pemerintah kota Padang dan beberapa biro perjalanan wisata dan travel agent yang telah pernah menyelenggarakan event MICE di kota Padang. 3. Peluang kegiatan tambahan yaitu dengan adanya objek-objek wisata yang memiliki keindahan alam serta beberapa alternatif kegiatan wisata lainnya seperti wisata kuliner dan wisata budaya. 4. Fasilitas akomodasi yang sudah cukup memadai dengan adanya 40 hotel dan penginapan di kota Padang yang cukup menjamin ketersediaan kamar bagi pengunjung di kota Padang. 5. Ketersediaan fasilitas rapat saat ini yang disuplai oleh hotel dan beberapa perguruan tinggi di kota Padang. Hambatan yang dihadapi oleh kota Padang adalah : 1. Masih terbatasnya penerbangan internasional yang ada di bandara internasional Minangkabau. 2. Peluang kegiatan tambahan yang masih belum bervariasi. 3. Belum adanya sumber daya manusia MICE profesional seperti PCO, DMC dan EO lokal yang menangani MICE di kota Padang. 4. Saat ini kota Padang baru gencar menyelenggarakan kegiatan meeting dan incentive, sedangkan kegiatan convention dan exhibition masih belum tergarap karena kurangnya infrastruktur penunjang. 5. Kurangnya promosi dan pemasaran MICE disebabkan oleh kurangnya sumber daya manusia di bidang MICE. 6. Adamya trauma akibat bencana gempa pada tahun 2009. 4.2 Saran Adapun saran untuk pengembangan potensi MICE di kota Padang adalah : 1. Penambahan rute penerbangan internasional dan domestik ke Padang 2. Mengelola dan menata objek-objek wisata yang sudah ada serta menambah variasi peluang kegiatan tambahan. 3. Menggiatkan sumber daya manusia di bidang MICE seperti PCO, DMC dan EO lokal. 4. Menambah promosi dan pemasaran MICE kota Padang. 5. Menambah infrastruktur penunjang kegiatan MICE seperti convention center yang bisa menampung ribuan orang, fasilitas pameran dan membuat penunjuk jalan dalam bahasa Inggris. DAFTAR PUSTAKA Crouch, G and Louviere, J. 2004. Convention Site Selection: Determinants of Destinations Choice in the Australian Domestic Conventions Sector. Australia. 52 ISSN 1858 - 3717 Polibisnis, Volume 6 No. 2 Oktober 2014 CRC for Sustainable Tourism www.crctourism.com.au/wms/upload/resources/bookshop/crouch330111_conven tionsites.pdf Davidson, R., 2001. Distribution channel analysis for business travel. In: Buhalis, D. and Laws, E., eds. Tourism distribution channels: practices, issues and transformations. London Kesrul, M. (2004). Meeting, Incentive Trip, Conference, Exhibition. Graha Ilmu McCabe, V., Poole, B., Weeks, P. and Leiper, N., 2000. The Business and Management of Conventions. Brisbane: Wiley Australia Muljadi. AJ. 2009. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Pendit, Nyoman.S. 1999. Wisata Konvensi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Peraturan Menteri Kebudayan dan pariwisata No.PM.85/HK.501/MKP/2010 Bab 1 Pasal 1 Pitana, I Gede and I Ketut Surya Diarta. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Andi Rogers, T., 2003. Conferences and Conventions – a Global Industry. Oxford: Butterworth-Heinemann. Swarbrooke, J. and Horner, S., 2001. Business Travel and Tourism. Oxford: Butterworth Heinemann. Undang – undang Kepariwisataan: UU RI. No. 10/ 2009. Wardiyanto. 2006. Metode Penelitian Pariwisata. Yogyakarta: Andi Yoeti,Oka. 2000. Manajemen Wisata Konvensi. PT Perca. Jakarta ISSN 1858 – 3717 53 Polibisnis, Volume 6 No. 2 Oktober 2014 54 ISSN 1858 - 3717