ISSN 2337-6686 ISSN-L 2338-3321 POTENSI INDUSTRI MICE (MEETING, INCENTIVE, CONFERENCE AND EXIBITION) DI KOTA TANGERANG SELATAN, PROVINSI BANTEN Titus Indrajaya Universitas Respati Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak: Prospek Industri MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exibition) di era globalisasi ini semakin meyakinkan terutama didukung dengan kemajuan teknologi, pengetahuan serta persaingan bisnis yang menuntun terjadinya pertemuan, perundingan baik di skala nasional dan international. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui: (1) Potensi penyelenggaraan industri MICE di Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten (2) Bagaimana kesiapan Kota Tangerang Selatan untuk menjadi salah satu Kota tujuan industri MICE. Metode penulisan ini adalah kajian kepustakaan dengan pendekatan deskriptif dan ekploratif. Dapat disimpulkan bahwa: (1) Industri MICE sangat potesial dan memberikan kontribusi terhadap penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan daerah dan devisa negara, (2) Memgembangkan investasi di bidang pariwisata dan MICE yang sukses dapat menjadi metode untuk menarik pengunjung dan bisnis lain di Kota Tangerang Selatan, (3) Pihak lain yang potensial mendapatkan keuntungan besar dari Industri MICE adalah percetakan, hotel, perusahaan souvenir, biro perjalanan wisata, transportasi, professional conference organizer (PCO), usaha kecil dan menengah (UKM), dan event organizer. Kata kunci : Industri MICE, potensi MICE, karakteristik industri MICE Abstract: Prospects MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exibition) industry in the era of globalization is increasingly convincing largely supported by the advancement of technology, knowledge and business competition that leads the meetings, negotiations both at a national and international scale. The purpose of writing is to determine: (1) How can the potential implementation of the MICE industry in South Tangerang Banten province? (2) How does South Tangerang City readiness to become one of the industry MICE destination city? This writing method is a literature study with descriptive and explorative approach. It can be concluded that the potential of MICE Industry (1) Contribute to the creation of jobs, increase local income and foreign exchange, (2) Memgembangkan investment in tourism and MICE successful can be a method to attract visitors and other businesses in South Tangerang City (3)Another potential parties benefit greatly from the MICE industry is printing, hotels, corporate souvenir, travel agency, transportation, professional conference organizer (PCO), small and medium enterprises (SMEs), and the event organizer. Key words: MICE industry, potencial MICE, MICE industry characteristics PENDAHULUAN Latar belakang penulisan ini adalah bahwa perkembangan Industri MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exibition) di Indonesia memiliki potensi besar dan merupakan salah satu produk unggulan industri Pariwisata Indonesia yang tertuang dalam pasal 14 ayat 1 Undang Undang Republik Indonesia No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. Pada era globalisasi ini terutama didukung dengan kemajuan teknologi, pengetahuan serta persaingan bisnis yang menyebabkan banyaknya diselenggarakan berbagai pertemuan, perundingan baik di skala nasional dan international, sehingga prospek Industri MICE semakin meyakinkan. Potensi Industri MICE di Indonesia dapat terlihat pada saat Forum akbar dimana para pelaku meeting, Jurnal Ilmiah WIDYA incentive, convention dan exhibition (MICE) di Tanah Air, Indonesia hadir pada MICE Outlook digelar 10 -11 Desember 2014 di The Kasablanka, Mal Kota Kasablanka. Indonesia dimana Ibu Esthy Reko Astuti, Dirjen Pemasaran Kementerian Pariwisata menyampaikan bahwa Sektor pariwisata dan MICE dapat menciptakan peningkatan PDB di dunia, sementara di sektor lainnya sedang menurun, justru MICE dan travel mengalami pertumbuhan yang pesat. Bila dilihat dari data pertumbuhan MICE Indonesia pada 2013 lalu bertumbuh 6 sampai 7% dan pada akhir 2014 nanti diharapkan bakal dapat bertumbuh lebih besar lagi. Terlebih lagi industri MICE di tanah air semakin cerah dengan ditandatanganinya Peraturan Presiden Nomor 69/2015 oleh Presiden Joko Widodo tentang bebas Visa kunjungan bagi 45 negara. 80 Volume 3 Nomor 2 September - Desember 2015 Potensi Industri MICE (Meeting, Incentive, Conference And Exibition) di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten Titus Indrajaya, 80 - 87 RI, Dinas Pariwisata Kota Tangerang Selatan dan ASITA (Association of The Indonesian Tours & Travel Agencies) Banten. Teknik dan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Teknik Analisis Deskriptif Kualitatif. Pada umumnya Industri MICE menciptakan para wisatawan yang datang dengan jumlah besar, lama tinggal lebih lama sehingga jumlah uang yang dibelanjakan lebih banyak serta berdampak pada promosi dan image Indonesia ke dunia international selain itu memberikan manfaat langsung pada ekonomi masyarakat seperti hotel, biro perjalanan wisata, usaha kuliner, cinderamata, guide, hingga transportasi lokal. Hal ini sejalan dengan tujuan kepariwisataan yang terdapat dalam pasal 4 Undang Undang Republik Indonesia No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, yaitu: (1) meningkatkan pertumbuhan ekonomi, (2) meningkatkan kesejahteraan rakyat, (3) menghapus kemiskinan, (4) mengatasi pengangguran, (5) melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya, (6) memajukan kebudayaan, (7) mengangkat citra bangsa, (8) memupuk rasa cinta tanah air, (9) memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa, dan (10) mempererat persahabatan antar bangsa. Sebagai negara yang memiliki banyak destinasi wisata, Indonesia dapat menjadi surganya MICE dunia. banyak kota di Indonesia yang berpotensi kuat jadi lokasi MICE tingkat internasional. Kota-kota MICE di Indonesia yang melakukan berbagai kegiatan adalah seperti: Jakarta, Bali, Bandung, Yogyakarta, Makassar, Surabaya, Medan, Manado, Semarang dan Batam. Selain itu, banyak kesempatan kota-kota lain di Indonesia untuk dapat menjadi daerah tujuan wisata MICE. Untuk itu Pemerintah Daerah memiliki peran yang sangat penting dalam upaya untuk mengembangkan wisata MICE di daerah masingmasing salah satunya Kota Tangerang Selatan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) potensi penyelenggaraan industri MICE di Kota Tangerang Selatan, (2) kesiapan Kota Tangerang Selatan untuk menjadi salah satu Kota tujuan industri MICE. Penelitian ini menggunakan : (1) data Primer yaitu data empirik yang memiliki validitas tinggi untuk menjawab permasalahan, yang diperoleh secara langsung dari responden di lokasi penelitian. (2) Data sekunder, diperoleh dari studi kepustakaan dengan pendekatan deskriptif eksploratif. Penelitian ini dilakukan di Kota Tangerang Selatan. Populasi dan samplel diambil dari Kementrian Pariwisata Jurnal Ilmiah WIDYA PEMBAHASAN Industri MICE Menurut Kesrul (2004:3), MICE adalah suatu kegiatan kepariwisataan yang aktifitasnya merupakan perpaduan LEASURE dan BUSINESS, biasanya melibatkan sekelompok orang yang secara bersama-sama. Rangkaian kegiatan dalam bentuk Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition). Sedangkan menurut Oka (2000:13) bahwa MICE merupakan suatu rangkaian kegiatan, dimana para pengusaha atau professional berkumpul pada suatu tempat yang terkondisikan oleh suatu permasalahan, pembahasan, atau kepentingan yang sama. MICE telah menjadi suatu saran sekaligus produk yang dapat dikategorikan dalam paket-paket wisata siap dijual kepada asosiasi. Organisasi, badan, lembaga, korporasi, perusahaan besar dan sebagainya baik dalam skala daerah, regional, nasional dan maupun internasional. Bisnis MICE merupakan bisnis jasa kepariwisataan yang bergerak di seputar Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition), suatu jenis pariwisata dimana suatu kelompok besar, biasanya direncanakan dengan matang, untuk tujuan tertentu. Industri ini tidak dapat berdiri sendiri artinya memerlukan kerja sama atau berkolaborasi dengan berbagai stakeholders karena membutuhkan pelayanan dan komponen lain dari banyak pihak. Dunia MICE merupakan salah satu dunia bisnis yang menjanjikan karena pariwisata salah satu industri raksasa dunia yang mendorong pertumbuhan sektor ekonomi paling cepat. Dampak besar bisnis MICE dapat dilihat dari perolehan devisa pariwisata dengan diadakannya sejumlah kegiatan konvensi nasional ataupun internasional dalam skala besar. Industri MICE memiliki potensi pertumbuhan positif seiring membaiknya perekonomian dan naiknya pendapatan masyarakat.keberhasilan 81 Volume 3 Nomor 2 September - Desember 2015 Potensi Industri MICE (Meeting, Incentive, Conference And Exibition) di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten Titus Indrajaya, 80 - 87 Bentuk Kegiatan MICE Bentuk kegiatan MICE berupa: (1) Pertemuan (meeting) atau rapat, pertemuan atau persidangan.. Meeting merupakan suatu pertemuan atau persidangan yang diselenggarakan oleh kelompok orang yang tergabung dalam asosiasi, perkumpulan atau perserikatan dengan tujuan mengembangkan profesionalisme, peningkatan sumber daya manusia, menggalang kerja sama anggota dan pengurus, menyebarluaskan informasi terbaru, publikasi, hubungan kemasyarakatan, (2) Insentif (Incentive). incentive merupakan hadiah atau penghargaan yang diberikan oleh suatu perusahaan kepada karyawan, klien, atau konsumen. Bentuknya dapat berupa uang, paket wisata atau barang, (3) Konferensi (Conference)), Conference atau konvensi adalah suatu pertemuan yang diselenggarakan terutama mengenai bentuk-bentuk tata karena adat atau kebiasaan yang berdasarkan mufakat umum, dua perjanjian anata negara-negara para penguasa pemerintah atau perjanjian international mengenai topik tawanan perang dan sebagainya, (4) Pameran (Exhibition) dalam kaitannya dengan industri pariwisata, pameran termasuk dalam bisnis wisata konvensi. Ajang pertemuan ini dihadiri secara bersama-sama yang diadakan di suatu ruang pertemuan atau ruang pameran hotel, dimana sekelompok produsen atau pembeli lainnya dalam suatu pameran dengan segmentasi pasar yang berbeda. Segmentasi penyelenggaraan MICE dapat dibagi menjadi dua jenis yakni: (1) Company/Corporate Meetings: pertemuan yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan bisnis/social, misalnya manajemen meeting, regional, nasional meeting, training seminar, professional/technical meetings dan lain-lain. (2) Association/Organization Convention, Congress, and Conference, yaitu pertemuan yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan atau asosiasi/organisasi atau kelompok, seperti professional association meeting, fraternal association meeting, education association meeting dan lain-lain. (Kesrul (2004:7-18)). pembangunan industri MICE memiliki multiplier effect yang sangat besar, karena melibatkan begitu banyak pelaku bisnis. Di antara pihak yang potensial mendapatkan keuntungan besar bisnis MICE adalah percetakan, hotel, perusahaan souvenir, biro perjalanan wisata, transportasi, professional conference organizer (PCO), usaha kecil dan menengah (UKM), dan event organizer. Banyak sektor terkait dengan industri MICE, yakni (1) industri perhotelan, (2) restoran, (3)kerajinan, (4) biro perjalanan udara dan darat, (5) kuliner (makanan), (6) penerjemah, dan lainlain. Dengan adanya kegiatan MICE ini, rangkaian ekonomi yang dapat dicapai menjadi sangat berantai yang menguntungkan dan dapat dirasakan oleh banyak pihak. Alasan inilah yang menjadikan tingkat pertumbuhan para pengusaha penyelenggara MICE bermunculan, sehingga industri MICE dianggap sebagai industri masa kini yang banyak diminati oleh para pelaku bisnis. Industri pariwisata menjadi bagian public relations untuk Indonesia. Melalui informasi-informasi yang disebarkan oleh wisatawan mancanegara itulah, kondisi Indonesia yang sesungguhnya dapat disebar luaskan kepada dunia internasional. Hal ini akan menunjang komunikasi bisnis dan politik Indonesia yang sedang dibangun secara intensif oleh pemerintah di dunia Internasional. Kedatangan wisatawan mancanegara ke Indonesia bukan hanya berlibur, tetapi ada yang mengikuti even MICE di Indonesia. Artinya, para wisman yang hadir di Indonesia adalah mereka yang diutus oleh korporasi, lembaga swadaya, bahkan sebagai utusan Negara yang memiliki nilai positif bagi perolehan devisa Negara, karena, rata-rata lama tinggal peserta MICE minimal selama 3 hari. Pada umumnya peserta MICE berasal dari kalangan yang memiliki integritas dan kapabilitas dalam pengambilan kebijakan, berasal dari kalangan menengah ke atas, dengan perekonomian yang cukup tinggi sehingga pembelanjaan yang dikeluarkan lebih besar, mencapai 3 sampai 4 kali lipat lebih besar Manfaat Industri MICE McCabe, at all. (2000:4) mengemukakan beberapa dari wisatawan biasa. Jurnal Ilmiah WIDYA 82 Volume 3 Nomor 2 September - Desember 2015 Potensi Industri MICE (Meeting, Incentive, Conference And Exibition) di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten Titus Indrajaya, 80 - 87 7. Membuka dan menciptakan tujuan wisata menjadi pusat bisnis 8. Peserta hampir dipastikan membawa sponsor Menurut Oka (2000:17) dalam penyelenggaraan suatu MICE, a dibutuhkan 6 sarana penunjang, seperti: (1) Akomodasi: terdiri dari kamar-kamar untuk penginapan tamu peserta konvensi, dan function rooms dari convention centre yang disediakan bagi konvensi/meeting yang lebih khusus, seperti Nias Function Room, Banda Pre Function Room, Track Wall, Ballroom, dan lain-lain, (2) Food and Beverage Service: meliputi bar, restaurant, tavern; yang disediakan bagi tamu peserta konvensi serta para pendampingnya, (3) Entertainment: seperti theatre, cinema, video programme, dan lain-lain, (4) Shopping: seperti boutique, department store, mall, shopping centre, dan lain-lain, (5) Transportation; meliputi transportasi untuk: Antar jemput dari dan ke airport, stasiun, terminal, pelabuhan, dan lain-lain, dan Limousine Service, yaitu kendaraan yang disediakan bagi para peserta konvensi dan pendampingnya untuk melakukan kegiatan di luar konvensi; baik dengan supir ataupun tanpa supir (self driving), (6) Pre, During and Post Conference Tours (Tourist Attractions); biasanya kegiatan ini berupa tour, seperti: Puncak Pass Pre Conference Tour, Jakarta City Tour, Lake Toba Post Conference Tour, dan lain-lain. keuntungan dari Industri MICE adalah sebagai : (1) Berkontribusi terhadap penciptaan lapangan kerja dan pendapatan baik secara nasional dan regional, (2) Meningkatkan pendapatan devisa negara, (3) Mendorong aktifitas bisnis suatu negara baik secara nasional maupun internasional dengan memperkuat hubungan bisnis diantara perusahaan, (4) Membantu mengembangkan investasi di bidang pariwisata dan infrastruktur rekreasi, (5) Memberikan kesempatan untuk mengakses teknologi baru dan pertukaran ide-ide serta untuk membangun bisnis yang baik dan hubungan yang professional dan aspekaspek sosial dan budaya, (6) Menjalin kerjasama para praktisi dan ahli baik secara nasional maupun internasional dalam bidang masing-masing pada pertemuan dan konvensi, (7) Menyediakan fasilitas untuk melanjutkan pendidikan dan pelatihan pada suatu forum untuk mengembangkan dan memelihara hubungan professional, (8) MICE yang sukses dapat menjadi metode yang baik untuk menarik para pengunjung dan bisnis lain pada suatu wilayah, (9) Menyediakan operator pariwisata local dengan pengetahuan dasar terhadap sejumlah pengunjung. Kesrul (2004:9) mengemukakan bahwa karakteristik industri MICE harus dipahami agar dapat memberikan pelayanan maksimal dan mengurangi komplain yang akan terjadi karena penanganannya sangat berbeda dengan perjalanan wisata biasa. Karakteristik industry MICE sebagai berikut: 1. Jumlah peserta MICE yang menghadiri konvensi dan pameran umumnya cukup besar atau grup 2. Status tingkatan golongan dari peserta biasanya menengah ke atas (businessman) 3. Biaya pengeluaran yang dikeluarkan jauh lebih besar, baik peserta atau penyelenggara 4. Menciptakan potensi kesempatan dan lapangan kerja baru yang jauh lebih besar sehingga menyerap sumber daya manusia yang besar 5. Sebagai media promosi yang efektif, apalagi diselenggarakan secara nasional atau internasional 6. Kesempatan pelaksanaannya dilakukan pada musim sepi (low season), mengingat pada musim ramai (high season) peserta dihadapkan pada bisnisnya sendiri. Jurnal Ilmiah WIDYA Potensi Perkembangan Bisnis MICE di Indonesia Indonesia sebagai destinasi yang mulai diperhitungkan oleh pasar wisata MICE sebagai tujuan menarik. Sejumlah destinasi wisata alam, bahari, ekoturisme yang dimiliki merupakan modal utama yang bisa menjadikan Indonesia sebagai surga wisata MICE dunia. Bisnis MICE sangat potensial dikembangkan di Indonesia karena kontribusinya yang semakin besar dalam menjaring jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman). Sejumlah kegiatan besar dunia menjadi bukti kepercayaan masyarakat dunia untuk melakukan aktivitas MICE di Indonesia. Bisnis MICE menjadi bagian penting dari perkembangan kepariwisataan di Indonesia, MICE termasuk salah satu dari 7 kategori spesial (special interest) dalam Grand Strategy Pariwisata Indonesia yang 83 Volume 3 Nomor 2 September - Desember 2015 Potensi Industri MICE (Meeting, Incentive, Conference And Exibition) di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten Titus Indrajaya, 80 - 87 dicanangkan oleh Kementerian Pariwisata. Hal ini dilandasi oleh peningkatan peran sektor MICE dalam memajukan industri pariwisata nasional pada beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data Kemenparekraf, sektor MICE menyumbang 30% pemasukan negara di bidang pariwisata. Dalam rangka memajukan sektor MICE, Kementerian Pariwisata telah memilih dan menawarkan 14 kota sebagai destinasi MICE unggulan yang didasari oleh adanya fasilitas dan infrastruktur yang lengkap dan berstandar internasional sehingga mampu mendukung pelaksanaan MICE di kota-kota tersebut, seperti: (1) ketersediaan convention center, (2) akomodasi, (3) transportasi, (4) telekomunikasi, dan lain lain. Keempat belas kota yang terbagi dalam tiga empat kluster tersebut adalah Medan, Batam, Padang-Bukittinggi, Palembang, Jakarta, Bandung, Surakarta, Yogyakarta, Surabaya, Bali, Lombok, Balikpapan, Makassar dan Manado. Dalam kapasitas sebagai pengambil kebijakan, pemerintah sudah mengatur dunia pariwisata melalui Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, yang menyebutkan ada 13 sektor usaha pariwisata, yaitu: (1) Daya Tarik Wisata, (2) Kawasan Pariwisaata, (3) Jasa Transportasi Wisata, (4) Jasa Perjalanan Wisata, (5) Jasa Makanan dan Minuman, (6) Penyediaan Akomodasi, (7) Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi, (8) Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konferensi dan pameran (9) Jasa Informasi Pariwisata, (10) Jasa Konsultan Pariwisata, (11) Jasa Pramu Wisata, (12) Wisata Tirta, dan (13) Spa. Terkait dengan MICE, pada Mei 2009 diterbitkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 18/UM.001/MKP/2009 tentang Pedoman Penggunaan Jasa dan Produk Usaha Mikro Kecil Menengah dalam Kegiatan Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konferensi dan Pameran. Diharapkan, kesempatan terbuka lebar bagi pelaku UMKM untuk mempromosikan jasa dan produknya dalam kegiatan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran atau bisnis MICE. Ada dua badan dunia yang memberi peringkat destinasi MICE, yaitu (1) International Congress and Convention Association (ICCA) dan (2) Union of Jurnal Ilmiah WIDYA International Associations (UIA). ICCA yang merupakan organisasi dunia perhimpunan para penyelenggara konvensi dan kongres menyatakan bahwa nilai belanja wisatawan MICE besarnya tujuh kali lipat dibanding nilai belanja wisatawan yang berlibur biasa. Wisatawan MICE merupakan sosok yang berpengaruh karena menduduki jabatan papan atas dalam organisasinya. ICCA sering digunakan sebagai parameter oleh para pelaku industri MICE. Organisasi ini menetapkan peringkat dunia berdasarkan negara dan kota. Pada 2012 Indonesia menduduki posisi ke-41 sebagai negara destinasi MICE di dunia. Indonesia berada di bawah Malaysia (35) serta Thailand dan Singapura yang sama-sama berada di peringkat 25. Posisi Indonesia pada 2012 naik dari peringkat 46 tahun 2011. Pada tahun 2013 lalu, sektor MICE di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat menggembirakan. Hal ini didasari oleh terselenggaranya banyak kegiatan MICE bertaraf internasional yang prestisius di Indonesia sepanjang tahun 2013, di antaranya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) dan kontes Miss World di Bali pada bulan Oktober dan Konferensi World Trade Organization (WTO) di Bali pada bulan November. Deikian pula diselenggarakan konser musik, exhibition, dan kegiatan-kegiatan expo di berbagai kota di Indonesia. Kegiatan-kegiatan internasional tersebut dihadiri oleh ratusan dan bahkan ribuan tamu dari berbagai negara mulai dari jajaran pemerintah yang menjadi peserta dalam acara tersebut hingga para jurnalis yang datang untuk meliput jalannya acara. Sementara acara internasional bertema musik dan budaya juga menarik kunjungan wisatawan mancanegara dalam jumlah yang besar ke Indonesia. P e r k e m b a n g a n K o t a Ta n g e r a n g S e l a t a n Berdasarkan Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Provinsi Banten tertanggal 26 November 2008, Kota Tangerang Selatan menjadi daerah Otonom Baru. Sejak 6 tahun terakhir kota Tangerang Selatan mengalami laju 84 Volume 3 Nomor 2 September - Desember 2015 Potensi Industri MICE (Meeting, Incentive, Conference And Exibition) di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten Titus Indrajaya, 80 - 87 perkembangan yang mengembirakan terlihat pada perolehan PAD tahun 2014 di Kota Tangerang Selatan sebesar Rp. 878.085.000.000, dimana Sektor Pariwisata menempati urutan kedua dan terjadi kenaikan 9,75% dari tahun sebelumnya dengan Pendapatan asli daerah di tahun 2014 pada pajak hotel Rp. 14.176.000.000,-, pajak restoran Rp. 129.184.000.000,- dan pajak hiburan Rp. 28.949.000.000,-. Dewasa ini Indonesia memang membutuhkan lahan yang lebih lapang. Berdasarkan survei yang digelar pada 2013 oleh Trade Fair Industry of Asia, Thailand memiliki indoor space untuk pameran seluas 222.984 meter persegi, Singapura 219.970 meter persegi, sedangkan Indonesia hanya 56.094 meter persegi, ketersediaan ruang convention dan exhibition berkapasitas di atas 6.000 orang hanya ada di Jakarta dan Bali sebagai eksisting destinasi. Sementara di potensial destinasi termasuk Surabaya, Medan, Manado, Makassar, Bandung, Solo, dan Yogyakarta serta di emerging destinasi meliputi Balikpapan dan Lombok jumlahnya masih terbatas. Sejumlah kendala lain meliputi infrastruktur, aksesibilitas, sumber daya manusia, dan konektivitas. Dalam konteks inilah kehadiran Indonesia Convention Exhibition (ICE) pada 2015 menjadi peluang baik. Pembangunan sarana ini dilatar belakangi makin berkembangnya industri jasa MICE serta stabilitas ekonomi yang semakin membaik sehingga Indonesia mulai dilirik pasar penyelenggaraan pameran dan konferensi mancanegara. Di tengah timpangnya pasokan dan permintaan ruang, Dalam konteks domestic, ICE bakal mengorbitkan BSD City sebagai bintang baru dalam galaksi MICE nasional. Di tengah persaingan ketat antara Jakarta dan Bali, kota ini menawarkan posisi yang strategis sebagai satelit bagi Jakarta. Jarak yang relatif dekat dari bandara serta infrastruktur jalan yang cukup prima. Satu kelebihannya dalam kemacetan minim. perkembangan pesat hampir di semua sektor, terutama perekonomian yang ditunjang oleh sektor permukiman, komersial, jasa, perdagangan, dan industri pariwisata. Hal ini memberikan nilai berarti pada Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sektor pada industri pariwisata sudah mulai terlihat perkembangan yang mengembirakan terlihat pada perolehan PAD tahun 2014 di Kota Tangerang Selatan sebesar Rp. 878.085.000.000, dimana Sektor Pariwisata menempati urutan kedua dan terjadi kenaikan 9,75% dari tahun sebelumnya dengan Pendapatan asli daerah di tahun 2014 pada pajak hotel Rp. 14.176.000.000,-, pajak restoran Rp. 129.184.000.000,-dan pajak hiburan Rp. 28.949.000.000,Seiring dengan perkembangan sektor jasa usaha pariwisata di Kota Tangerang Selatan membuat Walikota Tangerang Selatan Ibu Hj. Airin Rachmi Diany, SH. MH. beserta jajaran Pemda Kota Tangerang Selatan yakin dan siap dalam pengembangan Kota Tangerang Selatan menjadi Kota MICE (Meeting, Convention, Exhibition, Event) di Indonesia. Pemerintah Kota Tangerang Selatan melalui industri MICE ini diharapkan terus berjuang agar potensi budaya dan pariwisata yang ada di Kota Tangsel maju dan berkembang. Untuk itu, sejumlah langkah pun dilakukan. Salah satunya membangun aliansi strategik dengan masyarakat dan Mitra Usaha Pariwisata yang meliputi BPPD (Badan Promosi Pariwisata daerah), ASITA, PHRI, ASIPA, ASPI. Pertumbuhan penduduk Kota Tangerang Selatan yang 4,6% dengan pertumbuhan ekonomi 8,24% tergolong fantastis karena melebihi target pertumbuhan ekonomi nasional yang 6,5%. Di sisi lain, Pemerintah Kota Tangerang Selatan cukup agresif dalam menerapkan percepatan pembangunan infrastruktur dan deregulasi yang mendukung perkembangan sektor pariwisata. Semua itu menjadikan Kota Tangerang Selatan sebagai wilayah yang sangat menarik bagi investor. Hal itu terlihat dari masuknya Penanaman Modal Asing (PMA) tahun 2013 yang mencapai Rp 29 triliun. Salah satu imbasnya, sektor pariwisata, seperti hotel, restoran, dan pusat kuliner, menunjukkan pertumbuhan luar biasa. Sektor pada industri pariwisata sudah mulai terlihat Jurnal Ilmiah WIDYA I n d u s t r i M I C E K o t a Ta n g e r a n g S e l a t a n Potensi yang dimiliki Kota Tangerang Selatan sebagai kota MICE adalah dengan adanya Indonesia International Expo (IIE) ini mengoperasikan fasilitasi meeting, 85 Volume 3 Nomor 2 September - Desember 2015 Potensi Industri MICE (Meeting, Incentive, Conference And Exibition) di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten Titus Indrajaya, 80 - 87 Kota Tangerang Selatan memiliki potensi, baik potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusia serta didukung kemampuan pemerintah daerah memasarkan potensi tersebut. Dalam konteks ini Kota Tangerang Selatan memiliki beragam potensi disertai akses yang bagus, baik dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, maupun dari laut, karena berbatasan dengan DKI Jakarta yang memiliki Pelabuhan Tanjung Priok. Demikian juga akses melalui daratan, Kota Tangerang Selatan dilalui oleh Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta (Jakarta Outer Ring Road/JORRII Pd.Indah – BSD), infrastruktur jalan tol yang sudah eksis. Sebagai kota perdagangan dan jasa, maka salah satu sarana perkotaan dan dapat dijadikan icon Kota Tangerang Selatan adalah pembangunan Convention Center, atau Trade Exibition Center atau gedung konser. Sesuai dengan motto cerdas, modern dan religius, maka Kota Tangerang Selatan mencari para investor untuk membangun suatu gedung yang memiliki ciri khas daerah Kota Tangerang Selatan tetapi juga modern. Diharapkan gedung tersebut dapat dipamerkan produk komoditi Kota Tangerang Selatan, mengadakan pertunjukan konser kesenian dari tradisional sampai internasional, maupun menjadi pusat Kesenian Kota Tangerang Selatan. Selain itu, di gedung itu dapat digunakan juga untuk berbagai kegiatan pameran dan rapat atau forum pertemuan resmi skala nasional dan internasional (multifungsi). Kini Tanggerang Selatan sudah menjadi kota metropolitan dengan pertumbuhan ekonomi bisnis yang pesat terbukti dengan hadirnya deretan pusat belanja dan perumahan elit di kawasan Serpong seperti Bumi Serpong Damai (BSD). Perkembangan kota Tanggerang yang sesak di penuhi pusat perbelanjaan telah jauh meninggalkan visi dan misi Kota Tangerang Selatan untuk menjadikan kota ini sebagai kota cerdas, modern dan religius. Membangun sebuah kota yang modern diperlukan kecerdasan dan akhlak yang baik. Semua itu bisa didapatkan melalui sejarah, ribuan pahlawan yang berada di taman makam seribu ini, yang telah mengukir kejayaan mempertahankan kota Tangerang Selatan. incentives, convention, exhibition (MICE) terbesar di Indonesia yang dibangun di atas lahan seluas 22 hektare di BSD Kota Tangerang Selatan. Gedung Indonesia Convention Exhibition (ICE) akan menjadi MICE terbesar di Indonesia sehingga tidak hanya even nasional yang dapat diselenggarakan di sini tetapi juga bersifat Internasional melibatkan banyak negara. Keunggulan yang di miliki ICE adalah loading area yang luas dan terkoneksi langsung dengan exhibition hall, bonded guna mempermudah kepabeanan barang pameran, serta lahan parkir berkapasitas 3.000 kendaraan. Untuk aktivitas meeting dan cofference, terdapat Convention Center seluas 7.500 m2 convention hall, 29 ruang pertemuan, dan ditambah pre-function lobby. Dan juga terdapat in-house kitchen production yang dapat mengakomodasi hingga 10.000 tamu serta tiga outlet F&B, plus restaurant berkapasitas 1.000 0rang. Tangerang Selatan, sebagai kota penyangga Ibukota, terus berbenah dan mengembangkan potensi-potensi yang ada baik yang bersifat tradisional maupun kontemporer. Untuk yang tradisional misalnya Lenong Betawi, Tari Gambang Kromong, Palang Pintu, dan Onde-onde. Bahkan untuk Lenong Betawi, sudah dipentaskan hingga keliling Eropa dan Amerika. Terkait lokasi wisata, Kota Tangsel juga banyak memiliki kawasan wisata baik alam, wisata buatan, wisata sejarah, hingga wisata religi. Demikian pula lokasi wisata Tanah Tingal di Ciputat yang menawarkan keasrian pemandangan alam. Terdapat hotel berbintang dan gedung pertemuan yang mempunyai standar MICE yang memiliki fasilitas yang cukup lengkap untuk mendukukung dan siap menggelar berbagai kegiatan. Salah satu kelebihan Tangerang Selatan adalah infrastrukturnya yang cukup bagus dibandingkan yang lain. Tangerang Selatan dilintasi oleh jalan bebas hambatan ruas Ulujami-Serpong sepanjang 12,5 kilometer, akses yang merupakan bagian dari Tol Jakarta-Tangerang Selatan. Kehadirannya membuat kawasan yang dilintasi menjadi semakin terbuka dan memudahkan mobilitas masyarakat. Jurnal Ilmiah WIDYA 86 Volume 3 Nomor 2 September - Desember 2015 Potensi Industri MICE (Meeting, Incentive, Conference And Exibition) di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten Titus Indrajaya, 80 - 87 infrastruktur, jaringan komunikasi dan berbagai tourist attractions PENUTUP Kesimpulan 1. Industri MICE sangat potensial dan bermanfaat di Saran-saran 1. Menciptakan pemahaman dan persepsi yang sama terhadap potensi industri MICE antara Pemerintah Kota dan berbagai Stakeholder yang tergabung dalam ASITA, PHRI, ASIPA, ASPI, agar terciptanya iklim bisnis yang baik dalam menciptakan Kota Tangerang Selatan menjadi kota MICE. 2. Kota Tangerang Selatan berpotensi dalam pengembangan kota MICE terutama telah didukung oleh Falisitas Hotel, Food and Beverage Service, Entertainment, Shopping, tinggal terfokuskan pada penataan infrastruktur, transportasi dan Tourist Attractions. 3. Diharapkan adanya kegiatan promosi dan pengenalan Potensi industri MICE di Kota Tangerang Selatan, sehingga akan membantu terselenggaranya kegiatan MICE dan terciptanya icon sebagai Kota MICE. antaranya: (a) Berkontribusi terhadap penciptaan lapangan kerja, (b) peningkatan pendapatan daerah dan devisa negara, (c) memberikan dampak keuntungan bagi bidang: percetakan, hotel, perusahaan souvenir, biro perjalanan wisata, transportasi, professional conference organizer (PCO), usaha kecil dan menengah (UKM), dan event organizer. 2. Industri MICE merupakan bisnis jasa kepariwisataan yang bergerak di seputar Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition), suatu jenis pariwisata dimana suatu kelompok besar, biasanya direncanakan dengan matang, berkolaborsi bersama stakeholder untuk tujuan tertentu. Industri ini tidak dapat berdiri sendiri artinya memerlukan kerja sama dari berbagai stakeholder karena membutuhkan pelayanan dan komponen lain dari banyak pihak. 3. Industri MICE berpotensi dan layak dikembangkan di DAFTAR PUSTAKA Kesrul, M 2000. Meeting, Incetives, Converence and Exebition. Yogyakarta. Graha Ilmu McCabe, Nivienne. Poole, Barry. Weeks, Paul. Leiper, Neile. 2000. The Business and Management of Convention. Brisbane. John Welly & Sons Australia Ltd Muh. Arfin M. Salim. 2009. Potensi Wisata Konvensi Atau MICE atau MICE Di Kota Makassar Sulawesi Selatan. Vol 14. Jurnal Ilmiah Pariwisata Undang-Undang No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan Oka A. Yoeti. 2000. Manajemen Wisata Konvensi. Jakarta. Pertja Kota Tangerang Selatan, mengingat terdapat berbagai potensi bisnis yang mendapat keuntungan besar dari Industri MICE, mulai dari percetakan, hotel, perusahaan souvenir, biro perjalanan wisata, transportasi, professional conference organizer (PCO), usaha kecil dan menengah (UKM), gedung pertemuan, sarana dan prasarana Jurnal Ilmiah WIDYA 87 Volume 3 Nomor 2 September - Desember 2015