Junaedi | STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS MICE UNTUK

advertisement
HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016
STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS MICE UNTUK MEWUJUDKAN KOTA
SURAKARTA SEBAGAI KOTA MICE
Junaedi
Politeknik Indonusa Surakarta
[email protected]
ABSTRAKSI
Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan Kota Solo pada tahun 2015 telah
merencanakan berbagai acara menarik dengan mengemas pariwisata dan budaya kota
tersebut untuk memikat wisatawan lebih banyak. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Solo telah menyiapkan 59 acara yang dibagi atas 29 acara utama dan 30 acara pendukung.
Beberapa acara utama yang sudah terkenal adalah Solo Great Sale, Solo Batik Carnival, Solo
Carnaval, Solo International Performing Art, Kirab Malam Satu Sura dan lain-lain. Tujuan
kegiatan budaya dan pariwisata tersebut adalah untuk meningkatkan kunjungan wisatawan
ke kota Solo. Selain itu kegiatan tersebut juga untuk mendukung wisata MICE di kota Solo
yang sedang dicanangkan pemerintah kota Surakarta dan pemerintah Indonesia. Untuk itu
fasilitas MICE terus ditingkatkan terutama di daerah agar menjadi destinasi MICE kelas
dunia. Studi ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang menjadi keunggulan kompetitif
Kota Surakarta sebagai kota MICE, mengetahui faktor yang menjadi keberhasilan kritis
yang diperlukan Kota Surakarta sebagai kota MICE dan mengetahui strategi yang
dibutuhkan untuk pengembangan Kota Surakarta menuju kota MICE.
Penelitian dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif
untuk menilai kapasitas dan validitas manajemen Kota Surakarta memenuhi MICE.
Penelitian kuantitatif ditujukan untuk memprediksi perkembangan Kota Surakarta dan
mengukur kemampuan strategi sebagai kota MICE. Alat analisis yang digunakan adalah
analisis SWOT dan Matrik Daya Tarik Industri.
Untuk mewujudkan kota MICE, berdasarkan analisis SWOT Kota Surakarta berada
dalam kategori S > W dan O > T dengan demikian strategi yang diperlukan adalah
melakukan perluasan (ekspansi). Analisis grand strategy berdasarkan matrik strategi
pengembangan Kota Surakarta dengan cara meningkatkan pertumbuhan, mendominasi pasar
dan meningkatkan investasi secara maksimum.
Kata Kunci: MICE, Keunggulan Kompetitif, Keunggulan Kritis
2015. Peran Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata (Depbudpar) yang sekarang
menjadi Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), para
pelaku bisnis MICE, INCCA (Indonesia
Congress and Convention Association), dan
perguruan tinggi penting dalam mendukung
perkembangan dan pertumbuhan bisnis
MICE dalam konteks promosi pariwisata di
Indonesia. Keberadaan Direktorat MICE di
Kemenparekraf
diharapkan
mampu
mendorong semakin meningkatnya industri
jasa MICE di negara ini.
Usaha jasa MICE tidak dapat dipisahkan
dari mata rantai usaha di bidang
kepariwisataan dan berbagai sektor usaha
lainnya. Penyelenggaraan MICE selalu
melibatkan banyak sektor usaha atau industri
I.
PENDAHULUAN
Salah satu penentu perkembangan dunia
pariwisata di suatu daerah adalah terbukanya
daerah itu terhadap pertumbuhan pariwisata
di tingkat lebih luas, baik nasional maupun
internasional. Di Indonesia, peningkatan
kepercayaan dari dunia internasional
terhadap negara ini sebagai tujuan wisata
yang menarik mendorong tumbuhnya bisnis
MICE (Meeting, Incentive, Conference, and
Exhibition), terutama sejak 2007. Dampak
besar bisnis MICE dapat dilihat dari
perolehan devisa
pariwisata
dengan
diadakannya sejumlah kegiatan konvensi
internasional skala besar seperti PATA
Travel Mart dan Global Climate Change
yang berhasil diadakan di Indonesia pada
2010 dan pertemuan APEC pada tahun
45
HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016
dan banyak pihak, yang menimbulkan
pengaruh ekonomi berlipat ganda (multiplier
effect) yang menguntungkan dan dapat
dirasakan oleh banyak pihak, khususnya
karena daya pengeluaran finansial (spending
power) dari segmen MICE tinggi, sekitar 810 kali wisatawan biasa. Di antara pihak
yang potensial mendapatkan keuntungan
besar bisnis MICE adalah Percetakan, Hotel,
Perusahaan Sovenir, Biro Perjalanan Wisata,
Transportasi,
Professional
Conference
Organizer (PCO), Usaha Kecil dan
Menengah (UKM), dan Event Organizer.
Kota Surakarta atau lebih dikenal
dengan Kota Solo pada tahun 2015 telah
merencanakan berbagai acara menarik
dengan mengemas pariwisata dan budaya
kota tersebut untuk memikat wisatawan
lebih banyak. Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Solo telah menyiapkan 59
acara yang dibagi atas 29 acara utama dan
30 acara pendukung. Beberapa acara utama
yang sudah terkenal adalah Solo Great Sale,
Solo Batik Carnival, Solo Carnaval, Solo
International Performing Art, Kirab Malam
Satu Sura dan lain-lain.
Tujuan kegiatan budaya dan pariwisata
tersebut adalah untuk meningkatkan
kunjungan wisatawan ke kota Solo. Selain
itu kegiatan tersebut juga untuk mendukung
wisata MICE di kota Solo yang sedang
dicanangkan pemerintah kota Surakarta dan
pemerintah Indonesia. Event MICE menjadi
andalan
dalam
menarik
kunjungan
wisatawan mancanegara (wisman) ke
Indonesia yang tahun ini mentargetkan 10
juta wisman. Untuk itu fasilitas MICE terus
ditingkatkan terutama di daerah agar
menjadi destinasi MICE kelas dunia.
Kota Surakarta merupakan daerah tujuan
wisata MICE yang banyak diminati berbagai
kalangan, karena memiliki fasilitas yang
cukup lengkap untuk mendukung kegiatan
itu. Di kota ini, misalnya, banyak terdapat
hotel dan gedung pertemuan yang
mempunyai standar MICE dan siap
menggelar berbagai kegiatan, baik skala
nasional maupun internasional. Pada
September 2013, di Kota Solo, terdapat 28
hotel bintang dan 77 hotel melati dengan
jumlah kamar mencapai 4.500 unit. Jumlah
tersebut lebih banyak dibandingkan 2007
lalu yang hanya ada 10 hotel bintang dan 70
hotel non-bintang dengan jumlah kamar
hanya 2.800 kamar (kompas.com, 21 Januari
2014)
Banyaknya peserta seminar, konvensi,
pameran maupun kegiatan lainnya berskala
nasional maupun internasional yang digelar
di Kota Surakarta menunjukkan bahwa
posisi Surakarta sebagai salah satu daerah
pariwisata berbasis MICE semakin kokoh.
Pengembangan kegiatan bisnis MICE
menjadi salah satu prioritas program
pengembangan pariwisata karena kegiatan
yang digelar akan berdampak positif
terhadap sektor pariwisata. Di samping itu,
banyaknya
kegiatan
MICE
dapat
memberikan
keuntungan,
yaitu
meningkatkan penghasilan, termasuk para
pemangku
kepentingan
(stakeholder)
pariwisata. Misalnya, produk kerajinan,
rumah makan atau restoran, dan hotel
banyak diuntungkan.
Sebagai kota wisata, Surakarta terus
berbenah dan menambah berbagai fasilitas
yang dibutuhkan wisatawan. Bertambahnya
hotel, restoran, pusat perbelanjaan dan
fasilitas
olah
raga
tentu
semakin
memanjakan para wisatawan untuk merasa
nyaman berkunjung ke Surakarta. Selain itu,
kondisi kota ini yang aman menjadi daya
tarik tersendiri bagi masyarakat untuk
mengadakan acara skala nasional, regional
maupun internasional, baik seminar,
pameran, pertemuan, dan lain sebagainya.
Dengan kondisi seperti itu banyak pelaku
jasa wisata menyambut optimis dan
mendukung berbagai kegiatan dalam
kerangka bisnis MICE.
Beragamnya fasilitas penyelenggaraan
kegiatan budaya dan pariwisata di Surakarta
menjadi daya tarik luar biasa dalam
penyelenggaraan acara pertemuan, insentif,
konvensi dan pameran untuk memeriahkan
obyek-obyek
wisata
yang
ada.
Pengembangan yang disengaja atas bisnis
MICE ini tentu akan memicu perkembangan
acara itu di masa yang akan datang. Karena
itu, dapat dikatakan bahwa usaha wisata
MICE memiliki dampak berlipatganda
(multiplier effect) yang sangat erat kaitannya
dengan mata-rantai usaha kepariwisataan
lainnya, mulai dari usaha yang besar seperti
hotel berbintang, usaha transportasi,
akomodasi sampai usaha terkecil dan
informal seperti usaha pembuatan dan
penjualan cenderamata.
46
HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016
Pemerintah juga dapat menetapkan
pajak dengan lebih banyak obyek dan
subyek pajak terkait dengan berbagai acara
bisnis MICE yang diadakan di berbagai
gedung pertemuan besar. Uraian mengenai
keterkaitan antar-sektor
usaha
yang
berhubungan dengan penyelenggaraan bisnis
MICE tersebut memperlihatkan keunggulan
bisnis MICE dibandingkan atraksi atau
usaha pariwisata lainnya. Penyelenggaraan
suatu acara bisnis MICE akan memberikan
efek berlipat ganda (multiplier effect) yang
lebih luas dan lebih besar terhadap sektorsektor pendukung pariwisata yang lain.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa wisata MICE dapat
memberikan manfaat yang besar bagi usaha
kepariwisataan dan pemerintah. Oleh karena
itu, harus dikembangkan dan dikaji secara
lebih komprehensif agar wisata MICE ini
memberikan
hasil
yang
maksimal
pendapatan daerah khususnya di Surakarta.
Pada penelitian ini akan lebih difokuskan
pada strategi untuk mengembangkan wisata
MICE dengan mengkaji faktor-faktor
internal dan eksternal yang dihadapi oleh
Pemerintah Kota Surakarta, baik itu berupa
kekuatan, kelemahan, peluang maupun
ancaman
yang
dapat
menghambat
pertumbuhan wisata MICE di kota
Surakarta. Selain itu, penelitian ini juga
mengkaji strategi yang tepat dan menjadi
prioritas bagi pengembangan wisata MICE
di Kota Surakarta.
Penelitian ini mengacu pada penelitian
yang dilakukan oleh Tiyanto, Widodo dan
Baharudin (2011) yang meneliti tentang
strategi pengembangan kota Semarang
menuju kota MICE. Hasil penelitiannya
menemukan bahwa untuk menjadikan kota
Semarang menjadi kota MICE diperlukan
strategi memperbaiki kelemahan dan
membangun keunggulan kota Semarang.
Penelitian lain dengan kajian MICE juga
dilakukan oleh Herawati dan Akbar (2011),
penelitian ini mengkaji potensi wisata MICE
kota Solo dalam rangka meningkatkan daya
saing
daerah.
Hasil
penelitiannya
menunjukkan bahwa kota Solo memiliki
image keramahtamahan penduduk yang
bersahaja, akar budaya yang kuat yaitu
budaya kesultanan, alam dan landscape yang
indah, destinasi wisata cukup banyak dan
bernilai historis, sarana penunjang wisata
MICE (EO, Venue, gedung Conference),
serta memiliki warisan budaya dari
UNESCO yaitu Batik dan Keris. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian tersebut di
atas selain dari waktu penelitian juga dari
metode analisis yang digunakan, sehingga
hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi yang nyata bagi
usaha pengembangan wisata MICE di Kota
Surakarta. Berdasarkan latar belakang
masalah di atas, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Faktor apakah yang menjadi keunggulan
kompetitif Kota Surakarta sebagai kota
MICE?
2. Faktor
apakah
yang
menjadi
keberhasilan kritis yang diperlukan Kota
Surakarta sebagai kota MICE?
3. Bagaimana strategi yang dibutuhkan
untuk pengembangan Kota Surakarta
menuju kota MICE?
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Bisnis MICE
Bisnis MICE merupakan bisnis
jasa kepariwisataan yang bergerak di
seputar Pertemuan, Insentif, Konvensi,
dan Pameran (Meeting, Incentive,
Convention, and Exhibition, yang
disingkat MICE). Keempat jenis
kegiatan kepariwisataan ini merupakan
usaha untuk memberi jasa pelayanan
bagi suatu pertemuan sekelompok
orang, khususnya para pelaku bisnis,
cendekiawan, eksekutif pemerintah dan
swasta, untuk membahas berbagai
persoalan yang berkaitan dengan
kepentingan
bersama,
termasuk
memamerkan produk-produk bisnis
(Prayudi, 2011).
Pertama, meeting merupakan
rapat atau pertemuan sekelompok orang
yang tergabung dalam sebuah asosiasi,
di mana perusahaan yang mempunyai
kesamaan minat dengan tujuan dan
kepentingan
membahas
suatu
permasalahan bersama. Kedua, incentive
mengacu pada perjalanan insentif yang
merupakan suatu kegiatan perjalanan
yang diselenggarakan oleh suatu
perusahaan untuk karyawan dan mitra
usaha sebagai imbalan penghargaan atas
prestasi mereka yang berkaitan dengan
47
HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016
penyelengaraan
konvensi
yang
membahas perkembangan kegiatan
perusahaan yang bersangkutan dan/atau
kegiatan pameran.
Ketiga,
convention,
yaitu
pertemuan
sekelompok
orang
(negarawan, usahawan, cendekiawan,
profesional dan sebagainya) untuk
mambahas masalah yang berkaitan
dengan kepentingan bersama, biasanya
dengan
jumlah
peserta
banyak.
Keempat, exhibition, yaitu bentuk
kegiatan
mempertunjukkan,
memperagakan,
memperkenalkan,
mempromosikan, dan menyebarluaskan
informasi hasil produksi barang atau
jasa maupun informasi visual di suatu
tempat tertentu dalam jangka waktu
tertentu untuk disaksikan langsung oleh
masyarakat
dalam
meningkatkan
penjualan, memperluas pasar dan
mencari hubungan dagang.
Bisnis MICE tidak dapat
dipisahkan dari mata rantai usaha di
bidang kepariwisataan dan berbagai
sektor usaha lainnya. Penyelenggaraan
MICE melibatkan banyak sektor usaha
atau industri dan banyak pihak, yang
menimbulkan
pengaruh
ekonomi
berlipat ganda (multiplier effect) yang
menguntungkan dan dapat dirasakan
oleh banyak pihak, khususnya karena
kemampuan
pengeluaran
finansial
(spending power) dari segmen MICE
tinggi, sekitar 8-10 kali wisatawan biasa.
Di antara pihak yang potensial
mendapatkan keuntungan besar bisnis
MICE adalah Percetakan, Hotel,
Perusahaan Sovenir, Biro Perjalanan
Wisata,
Transportasi,
Professional
Conference Organizer (PCO), Usaha
Kecil dan Menengah (UKM), dan Event
Organizer.
untuk mendukung kegiatan itu. Di kota
ini, misalnya, banyak terdapat hotel dan
gedung pertemuan yang mempunyai
standar MICE dan siap menggelar
berbagai kegiatan, baik skala nasional
maupun internasional.
Berdasarkan data kantor Dinas
Pariwisata Kota Surakarta, sampai
sekarang di daerah ini tercatat terdapat
28 hotel berbintang, dan 77 hotel melati,
di samping sejumlah gedung pertemuan
yang dapat mendukung Surakarta
sebagai tujuan wisata MICE. Banyaknya
peserta seminar, konvensi, pameran
maupun kegiatan lainnya berskala
nasional maupun internasional yang
digelar di Kota Surakarta menunjukkan
bahwa posisi Surakarta sebagai salah
satu daerah pariwisata berbasis MICE
semakin kokoh.
Pengembangan kegiatan bisnis
MICE menjadi salah satu prioritas
program pengembangan pariwisata
karena kegiatan yang digelar di kota
akan berdampak positif terhadap sektor
pariwisata. Banyaknya kegiatan MICE
dapat memberikan keuntungan, yaitu
meningkatkan penghasilan, termasuk
para
pemangku
kepentingan
(stakeholder) pariwisata. Misalnya,
produk kerajinan, rumah makan atau
restoran, dan hotel banyak diuntungkan
banyaknya kegiatan MICE, baik
nasional, regional maupun internasional.
Sebagai kota wisata, Surakarta
terus berbenah dan menambah berbagai
fasilitas yang dibutuhkan wisatawan.
Bertambahnya hotel, restoran, pusat
perbe-lanjaan dan fasilitas olah raga
tentu semakin memanjakan para
wisatawan untuk merasa nyaman
berkunjung ke Surakarta. Selain itu,
kondisi kota ini yang aman menjadi
daya tarik tersendiri bagi masyarakat
untuk mengadakan acara skala nasional,
regional maupun internasional, baik
seminar, pameran, pertemuan, dan lain
sebagainya. Dengan kondisi seperti itu
banyak pelaku jasa wisata menyambut
optimis dan mendukung berbagai
kegiatan dalam kerangka bisnis MICE.
Sekarang, fasilitas kebutuhan untuk
masyarakat termasuk wisatawan di
Surakarta semakin lengkap. Ketika
2. Bisnis MICE di Surakarta
Surakarta adalah daerah tujuan
wisata di Pulau Jawa. Kombinasi unik
antara kraton, sejarah, tradisi, budaya,
pendidikan dan pusat perbelanjaan
menjadikan Surakarta sangat menarik
untuk dikunjungi. Kota ini merupakan
daerah tujuan wisata MICE yang banyak
diminati berbagai kalangan, karena
memiliki fasilitas yang cukup lengkap
48
HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016
wisatawan mau belanja, misalnya,
pilihan wisata belanja semakin banyak
tersedia, mengingat semakin banyak
didirikannya pusat perbelanjaan modern
di berbagai sudut kota ini.
Tidak hanya urusan belanja,
untuk wisata MICE yang lain di
Surakarta sangat memadai. Banyak hotel
berbintang, Solo Grand Mall, Solo
Paragon, Solo Square, Kampoeng Batik,
Java Expo, Diamond Covention Hall,
adalah beberapa tempat konvensi dan
pameran yang banyak diminati para
pengunjung. Dibandingkan kota lainnya
di Jawa Tengah, Kota Surakarta masih
unggul karena memiliki fasilitas yang
memadai..
Berdasarkan penjelasan di atas,
dapat diketahui bahwa salah satu
fasilitas sangat penting dalam suatu
penyelenggaraan konvensi adalah ruang
pertemuan
(hall)
dan
hotel.
Pertumbuhan hotel dan jumlah kamar
berikut
fasilitas-fasilitasnya
secara
langsung akan berpengaruh terhadap
penyediaan fasilitas pendukung untuk
usaha wisata MICE. Di antara hotel
yang
sangat
terkenal
untuk
penyelenggaraan bisnis MICE antara
lain: hotel Bintang 5 (Kusuma Sahid
Prince Hotel, Hotel Sahid Jaya); hotel
Bintang 4 (Solo Paragon Hotel &
Residence, The Royal Surakarta
Heritage, The Sunan Hotel Solo, Hotel
Novotel); hotel Bintang 3 (Hotel Indah
Palace Solo, Rumah Turi Green
Boutique Hotel, Riyadi Palace Hotel,
Hotel Agas, Omah Sinten, Rumahku
Heritage Hotel, Asia Hotel, Hotel Ibis
Solo, Hotel Dana); hotel Bintang 2
(Pose In Hotel Solo, Lampion Hotel
Solo, Fave Hotel Adisucipto Solo)
(Dinas Pariwisata Kota Surakarta,
2015).
Perkembangan hotel yang ada di
Surakarta sangat dipengaruhi pula oleh
akses dari dan/atau ke dunia pariwisata
internasional. Dibukanya Bandara Adi
Sumarmo Surakarta sebagai bandara
udara internasional telah membuka
peluang
sangat
lebar
bagi
pengembangan pariwisata internasional,
termasuk bisnis MICE di kota budaya
ini. Lokasi geografisnya yang strategis
jelas membuat kota Surakarta mudah
dijangkau
baik
menggunakan
transportasi udara maupun darat. Untuk
transportasi udara, jarak Bandara Adi
Sumarmo hanya sekitar 10 km dari pusat
kota, dan didukung dengan transportasi
lokal yang relatif memadai, terutama
armada angkutan darat dalam kota,
seperti taksi, Transbatik Solo, bis umum,
kereta api dengan tarif relatif murah.
Kondisi ini didukung dengan kondisi
jalan yang baik dan lalu-lintas yang
relatif
tidak
sering
mengalami
kemacetan. Hal ini sangat berpengaruh
pada kenyamanan dan kemudahan bagi
wisatawan konvensi, baik selama
berlangsungnya
konvensi
maupun
setelah acara itu selesai.
Selain itu, ada juga fasilitas
yang sangat mendukung berkembangnya
bisnis MICE, yaitu tersedianya sarana
telekomunikasi
secara
memadai.
Surakarta banyak memiliki tempat yang
melayani jasa telekomunikasi yang
dapat digunakan untuk tujuan lokal,
interlokal,
dan
interlokal.
Berkembangnya
Warnet
(Warung
Internet), jaringan telpon kabel yang
dipadu dengan speedy dari Telkom,
jaringan komunikasi wireless 3G dan 4G
untuk koneksi Internet, dan pesatnya
perkembangan inovatif berbagai merek
komputer dan handphone dengan
kualitas jauh lebih tinggi memperbesar
peluang berkembangnya pariwisata,
termasuk bisnis MICE. Semua fasilitas
telekomunikasi
tersebut
sangat
membantu
pengguna
jasa
telekomunikasi, baik untuk penduduk
lokal maupun untuk wisatawan.
Kehadiran
wisatawan
di
Surakarta tidak dapat dilepaskan juga
dari berkembangnya wisata kuliner di
kota ini. Berdirinya berbagai hotel
berbintang yang menyediakan berbagai
jenis masakan dan fasilitas restoran yang
bertaraf internasional sangat mendukung
pertumbuhan bisnis MICE internasional.
Di lokasi tengah kota dan pinggiran kota
juga terdapat rumah makan dengan
berbagai tipe dengan berbagai jenis
makanan seperti Indonesian Food,
Chinese Food, European Food, Sea
Food, Pizza, Fried Chicken, Japanese
49
HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016
Food, dan lain-lain menambah khasanah
wisata kuliner di Surakarta. Dengan
demikian Surakarta mempunyai jumlah
dan jenis rumah makan yang cukup
banyak
untuk
melayani
selera
wisatawan, termasuk mereka yang
terlibat dalam penyelenggaraan bisnis
MICE.
Beragamnya
fasilitas
penyelengga-raan
pariwisata
di
Surakarta menjadi daya tarik luar biasa
dalam
penyelenggaraan
acara
pertemuan, insentif, konvensi dan
pameran untuk memeriahkan obyekobyek wisata yang ada. Pengembangan
yang disengaja atas bisnis MICE ini
tentu akan memicu perkembangan acara
itu di masa yang akan datang. Karena
itu, dapat dikatakan bahwa usaha wisata
MICE memiliki dampak berlipatganda
(multiplier effect) yang sangat kaitannya
dengan
mata-rantai
usaha
kepariwisataan lainnya, mulai dari usaha
yang besar seperti hotel berbintang,
usaha transportasi, akomodasi sampai
usaha terkecil dan informal seperti usaha
pembuatan dan penjualan cenderamata.
Pada tingkat yang lebih riil, di antara
pihak yang mendapat keuntungan dari
perkembangan bisnis ini adalah:
pengusaha transportasi, baik tingkat
lokal, interlokal, nasional maupun
internasional; akomodasi, baik hotel
berbintang maupun tak-berbintang;
restoran;
hiburan;
shooping;
cenderamata. Akhirnya, pemerintah juga
dapat menetapkan pajak dengan lebih
banyak obyek dan subyek pajak terkait
dengan berbagai acara bisnis MICE
yang diadakan di berbagai gedung
pertemuan besar.
mengukur kemampuan strategi sebagai
kota MICE.
2. Responden Penelitian
Responden atau narasumber dalam
penelitian ini meliputi: pelaku bisnis
pariwisata, birokrasi ( SKPD terkait);
masyarakat.
3. Variabel dan Pengukuran
Variabel dalam penelitian ini meliputi
variabel internal dan variabel eksternal.
Indikator
variabel internal meliputi
convention dan ekshibition center, hotel,
transportasi,
kompetensi
SDM,organizer, place interest, post
convention
tour,
biro
konvensi.
(Tiyanto, dkk; 2011)
Indikator variabel eksternal
meliputi Analisis variabel eksternal
meliputi globalisasi, potensi wisata,
struktur industry, ekonomi, teknologi,
dan pemerintah. Pengukuran variabel
internal menggunakan kriteria berikut:
+2: sangat unggul; +1: unggul; 0 =
sama; -1 : tidak unggul; -2 : sangat tidak
unggul. Pengukuran variabel eksternal
menggunakan criteria berikut: + 2 :
peluang besar; +1 peluang kecil; 0 :
stabil; -1 : ancaman kecil; - 2 : ancaman
besar. Besaran masing-masing bobot
ditentukan berdasarkan:
a. Urgensi
b. Focus Group Disscussion (FGD)
c. Inter depth interview.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini dilakukan dengan
pola triangulasi, yakni data dikumpulan
dari tiga segmen yang berbeda
(Sugiyono, 2007) , yaitu: observasi
partisipatif, wawancara mendalam, dan
dokumentasi
yang
merupakan
penggalian data primer langsung pada
sarana fisik dan pendukung pariwisata.
5. Data dan sumber data
a. Data primer, data yang dikumpulkan
peneliti, mencakup variabel internal
dan eksternal
b. Data sekunder, data yang diperoleh
dari sumber lain atau dinas / pihakpihak yang terkait
6. Teknik Analisis Data
Analisis data primer yang
bersifat kualitatif dan hasil wawancara
mendalam dan FGD dilakukan secara
III. METODE PENELITIAN
1. Rancangan Penelitian
Penelitian
dilaksanakan
dengan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Penelitian kualitatif untuk menilai
kapasitas dan validitas manajemen Kota
Surakarta memenuhi MICE. Penelitian
kuantitatif ditujukan untuk memprediksi
perkembangan Kota Surakarta dan
50
HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016
deskriptif - kualitatif. Melalui cara
tersebut diharapkan diperoleh hasil yang
bersifat komprehensif. Sedangkan untuk
data kuantitatif diolah dengan analisis
dekriptif, yaitu analisis tabel frekuensi
dan
analisis
persentase.
Untuk
menjawab perumusan masalah pada
penelitian ini menggunakan metode
analisis Strength & Weakness dan
Opportunity & Threat ( SWOT Analysis)
dan Matrik Daya Tarik Industri. Teknik
pengolahan data primer yang bersifat
kuantitatif dilakukan melalui beberapa
tahap, yaitu editing, coding dan
tabulating
dengan
menggunakan
software SPSS for windows. Pengolahan
data sekunder menggunakan program
Excel.
kuliner
- letak geografis
yang berbeda
- banyaknya tawaran
kerjasama investor
- Event terjadi
berulang ulang
berkembang
- Banyak kemacetan
dan rawan
kecelakaan
KEKUATAN
Letak geografis
menarik
Memiliki Branding
Kota yang Spesifik
Banyak jejaring
swasta
Banyak
perencanaan
kegiatan dikaitkan
pariwisata
Adanya dukungan
dari pemerintah
kota
Promosi dan
advertising melalui
internet
Cepat merespons
pasar dengan
investor, pelanggan
Perbaikan tata kota
yang berkelanjutan
Kerjasama
berkelanjutan
Kerjasama dalam
partnership
Tersedia sarana
transportasi
perkotaan
Pembenahan dalam
infrastruktur dan
wajah kota
Banyak tempat
kegiatan budaya
dan ekonomi
Banyak produk
yang dapat
ditawarkan
Ada perbedaan
budaya dengan
kota lain
Ketercukupan hotel
KELEMAHAN
Tempat budaya
belum tertata
maksimal
Terdapat event
sama berulangulang
Tidak memiliki
Wisata alam
Wisata kuliner
kurang tertata
Tempat event
belum
dimaksimalkan
Belum melibatkan
Semua potensi
yang dimiliki Kota
Surakarta
Event belum
berdampak nyata
bagi kesejahteraan
rakyat
Masih sedikit TIC
(tourisme
iformation centre)
Masyarakat kota
masih banyak yang
belum sadar wisata
Masih berpikir
untung rugi belum
berpikir benefit
jangka panjang
-
IV. HASIL PEMBAHASAN
Data
Untuk
menganalisis
pengembangan strategi bisnis MICE di Kota
Surakarta menggunakan analisis SWOT dan
Matrik Daya Tarik Industri. Hasil analisis
SWOT dan Matrik Daya Tarik Industri
dijabarkan di bawah ini:
-
1. Analisis SWOT
Berdasarkan data dari hasil focus group
discussion, wawancara, dan analisa urgensi
dibuat analisis SWOT, berdasarkan hasil
analisis SWOT ini dapat dilihat secara garis
besar yang menjadi menjadi kekuatan,
kelemahan, peluang serta ancaman , Kota
Surakarta menjadi kota MICE.
-
Tabel 1
SWOT Kota Surakarta
PELUANG
ANCAMAN
- Banyak events
festival
- Banyak events
pameran
- Banyak tempat
terbuka untuk
Event
- banyak tempat mall
tersedia
- banyak daya tarik
budaya dan sejarah
- banyak daya tarik
religi
- banyak tempat
- Produk asing yang
membanjiri Kota
Surakarta
- Perubahan
teknologi kurang
diantisipasi
- Belum banyak
event berskala
nasional dan
- Internasional
- Budaya konsumtif
makin marak
- Budaya produktif
kurang
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Analisis SWOT dilihat dari faktor
internal ditujukan pada kekuatan (strength)
51
HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016
yaitu kebutuhan pelanggan yang bisa atau
sudah dipenuhi. Sedangkan kelemahan
(weakness) dihubungkan dengan kebutuhan
pelanggan yang perlu diminimalisir. Selain
itu faktor eksternal ditunjukan peluang
(opportunity) yang bisa dikembangkan di
Kota Surakarta, dan ancaman (threats) yang
diminimalkan. Di dalam mengembangkan
kota MICE. strategi yang dikembangkan
apabila S>W dan O>T digunakan strategi
perluasan (expansion) dan bila S<W dan
O<T di gunakan strategi konsolidasi. Hasil
identifikasi dapat digabungkan S-O, S-T, WO, dan W-T, sebagai berikut terlihat pada
Tabel 2
Tabel 2
Matrik SWOT
mengidentifikasi berbagai indikator dominan
yang mempengaruhi keberhasilan organisasi
dan dilakukan dengan memberikan bobot
serta kondisi yang dibandingkan dengan
pesaing, terutama untuk variabel-variabel
internal. Tahap ketiga, mengetahui posisi
bisnis organisasi, dalam penelitian ini
digunakan Matrik Daya Tarik Industri
(MDTI), dan Akhimya posisi yang dicapai
oleh organisasi maupun SBU-SBU-nya
dirumuskan
strateginya.
Di
dalam
menentukan bobot disusun berdasarkan
kepentingan serta urgensinya, dan dilakukan
penilaian melalui FGD dan inter depth
interview, sehingga hasil pembobotan
berbeda satu sama lain.
Analisis Kondisi Internal
Analisis internal pengembangan menuju
Kota MICE mencakup variabel sebagai
berikut; 1. Lokasi penyelenggaran pameran
(covention dan exhibition center ); 2.
Tempat penginapan (hotel); 3.Transportasi;
4. Kompetensi Penyelenggara pameran
(competency); 5.Organisasi penyelenggara;
6.Tuntutan kebutuhan konvensi (place
interest); 7.Paket wisata dalam konvensi
(post convention tour); 8. Organisasi
konvensi. Berdasarkan hasil studi di
lapangan masing-masing variabel nampak
pada Tabel 3.
Tabel 3
Nilai Rata-rata Variabel Internal
Hasilnya dapat di tarik suatu
kesimpulan bahwa di Kota Surakarta masuk
kategori S > W dan O > T dengan demikian
strategi yang harus dilakukan adalah
perluasan (ekspansif). Analisa Strategi
pengembangan
dimaksudkan
untuk
menentukan perencanaan jangka panjang
yang dapat digunakan untuk mencapai
tujuan organisasi. Untuk merealisasikan
tujuan perlu menentukan faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan pencapaian
tujuan. Faktor internal akan memberikan
tingkat kekuatan dan kelemahan, sedangkan
faktor eksternal memberikan kesempatankesempatan maupun ancaman. Proses
strategis dilakukan dengan tahap-tahap
sebagai berikut : 1. Identifikasi variabel
internal dan eksternal, 2.Penilaian variabel
internal dan eksternal, 3. Penentuan posisi
bisnis, 4. Perumusan strategis. Tahap
pertama dan kedua diakukan dengan
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
Faktor Internal
Lokasi
Hotel
Transportasi
Kompetensi
Organisasi
Penyelenggara
Place Interest
Post Convention
Tour
Organisasi
Konvensi
Jumlah
Rata-Rata
1.6
1.9
1.7
0.2
0.9
0.3
1.0
0.5
1.0
Analisis Kondisi Eksternal
Analisis
variabel
eksternal
meliputi
globalisasi, potensi wisata, struktur industry,
52
HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016
ekonomi, teknologi, dan pemerintah. Nilai
nilai variable eksternal sebagai berikut lihat
Tabel 4. di bawah.
Tabel 4
Nilai Rata-rata Variabel Eksternal
Tabel 5. Matrik Strategi Pengembangan
Kota Surakarta
No
1
2
3
4
5
6
Pada tabel 3. dan 4 nilai variabel internal
sebesar 0.5 (kondisi sedang ) dan variabel
eksternal 1.1 (kondisi peluang tinggi) .
Dengan mendasarkan pada kedua nilai
variabel tersebut maka posisi Surakarta
MICE dapat dilihat pada gambar di bawah
.
Faktor Eksternal
Globalisasi
Potensi wisata
Struktur Industri
Ekonomi
Teknologi
Pemerintah
Jumlah
RataRata
0.5
1.6
0.1
0.0
0.1
0.7
0.5
Pada gambar di atas. interval kekuatan bisnis
dan daya tarik ditentuntukan dengan nilai :
-2
-1
Tinggi
> -1 1
Sedang
>1
2
Tinggi
Berdasarkan posisioning Surakarta
MICE terletak pada kondisi variabel internal
sebesar 0.5 (kondisi sedang ) dan variabel
eksternal 1.1 (kondisi peluang tinggi) maka
pilihan strategi nampak pada gambar 2,
berikut ini :
Hasil SWOT menyimpulkan bahwa
Kota Surakarta masih berada S > W dan O >
T dengan demikian memerlukan strategi
perluasan.
V. PENUTUP
1. Faktor Keunggulan Bersaing sebagai
Kota MICE dilakukan melalui sektor
pendukung wisata MICE seperti
peningkatan investasi, ketersediaan
fasilitas wisata yang lengkap dan
memuaskan,
situasi
pasar
yang
menguntungkan konsumen (low cost),
peran sumber daya manusia yang
professional dan keunggulan kompetensi
dengan daerah lain.
2. Faktor Kunci Keberhasilan Kritis,
pelaksanaan
MICE
tergantung
ketersediaan fasilitas fisik, seperti hotel,
ruang meeting; ruang incentive; ruang
konferensi; dan ruang pameran dan
sarana penunjang sesuai tuntutan
kebutuhan. Selain itu tuntutan sumber
daya manusia profesional untuk
Berdasarkan SWOT di atas dapat di buat
suatu matrik strategi pengembangan Kota
Surakarta sebagai kota MICE menuju
percepatan Kota Surakarta sebagai kota
MICE lihat Tabel 5. Matrik sebagai berikut:
53
HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016
mengelola dan mengorganisir konvensi
tersebut.
3. Untuk mewujudkan kota MICE,
berdasarkan analisis SWOT Kota
Surakarta berada dalam kategori S > W
dan O > T dengan demikian perlu
melakukan perluasan (ekspansi) Analisis
grand strategy berdasarkan matrik
strategi pengembangan Kota Surakarta
dengan
cara
meningkatkan
pertumbuhan, mendominasi pasar dan
meningkatkan
investasi
secara
maksimum.
Daerah. Jurnal Epigram. Vol 8 No 2
hal 78-84 Oktober.
Porter, M.E. 1993 "Towards a Dynamic
Theory
of
Strategy", Strategic
Management Journal, 12 (Winter
Special Issue), pp. 95–117.
Prayudi, M Agus. 2011. Bisnis MICE
Sebagai
Potensi
Unggulan
Pariwisata di Yogyakarta. Jurnal
Pariwisata. Vol 2 No 2, September
Saran
1. Meningkatkan jumlah even-even baik
skala nasional maupun internasional
yang menarik dan unik serta bervariasi
sehingga menarik wisatawan untuk
berkunjung atau mengikuti kegiatan
even-even tersebut.
2. Menguatkan brand image atau branding
kota Surakarta sebagai kota MICE
dengan cara meningkatkan TIC dan
mempromosikan even-even pariwisata,
budaya, religi, kuliner dan lain
sebagainya.
3. Untuk meningkatkan investasi di kota
Surakarta perlu dilakukan kerjasama
dengan para investor baik di dalam
negeri maupun di luar negeri.
Thompson, Arthur A., and Strickland, Jr.,
A. J., 2010 Strategic Management :
concepts and cases, III. Boston :
Irwin/McGraw-Hill,
Thompson, Arthur A., and Strickland, Jr.,
A. J., 2010 Strategic management :
concepts and cases, III. Boston :
Irwin/McGraw-Hill,
Tiyanto, Prihatin; Widodo dan Baharudin,
Agus. 2011. Strategi Pengembangan
Kota Semarang Menuju Kota MICE,
Upaya Percepatan Pembangunan
Menuju Kota Semarang Setara.
Jurnal Riptek Vol 5, No II, Hal 924.
Zulkarnaen, H. O. dan Sutopo. 2013.
Analisis Strategi Pemasaran Pada
Usaha Kecil Menengah (UKM)
Makanan Ringan (Studi Penelitian
UKM Snack Barokah di Solo).
Journal of Management 2 (3): 1-13.
UNDIP. Semarang.
www.kompas.com, 21 Januari 2014)
www.surakarta.go.id
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis.
Bandung: CV Alfa Beta.
DAFTAR PUSTAKA
Fred R David. 2012. Strategic Management
Concepts
& Cases.
Pearson
Academic; 14th edition
Fretes, R.A.; Santoso, P. B.; Soenoko, R.;
dan Astuti, M. 2013. Strategi
Perencanaan dan Pengembangan
Industri
Pariwisata
dengan
Menggunakan Metode SWOT dan
QSPM (Studi Kasus Kecamatan
Leitimur Selatan Kota Ambon).
Jurnal Rekayasa Mesin 4 (2): 109118.
Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis
Multivariate
Dengan
Program
SPSS. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro. Semarang.
Herawati, Tuty dan Akbar, Juni. 2011.
Kajian
Pengembangan
Potensi
Wisata MICE Kota Solo Dalam
Rangka Meningkatkan Daya Saing
54
Download