HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016 STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS MICE UNTUK MEWUJUDKAN KOTA SURAKARTA SEBAGAI KOTA MICE Junaedi Politeknik Indonusa Surakarta [email protected] ABSTRAKSI Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan Kota Solo pada tahun 2015 telah merencanakan berbagai acara menarik dengan mengemas pariwisata dan budaya kota tersebut untuk memikat wisatawan lebih banyak. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Solo telah menyiapkan 59 acara yang dibagi atas 29 acara utama dan 30 acara pendukung. Beberapa acara utama yang sudah terkenal adalah Solo Great Sale, Solo Batik Carnival, Solo Carnaval, Solo International Performing Art, Kirab Malam Satu Sura dan lain-lain. Tujuan kegiatan budaya dan pariwisata tersebut adalah untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke kota Solo. Selain itu kegiatan tersebut juga untuk mendukung wisata MICE di kota Solo yang sedang dicanangkan pemerintah kota Surakarta dan pemerintah Indonesia. Untuk itu fasilitas MICE terus ditingkatkan terutama di daerah agar menjadi destinasi MICE kelas dunia. Studi ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang menjadi keunggulan kompetitif Kota Surakarta sebagai kota MICE, mengetahui faktor yang menjadi keberhasilan kritis yang diperlukan Kota Surakarta sebagai kota MICE dan mengetahui strategi yang dibutuhkan untuk pengembangan Kota Surakarta menuju kota MICE. Penelitian dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif untuk menilai kapasitas dan validitas manajemen Kota Surakarta memenuhi MICE. Penelitian kuantitatif ditujukan untuk memprediksi perkembangan Kota Surakarta dan mengukur kemampuan strategi sebagai kota MICE. Alat analisis yang digunakan adalah analisis SWOT dan Matrik Daya Tarik Industri. Untuk mewujudkan kota MICE, berdasarkan analisis SWOT Kota Surakarta berada dalam kategori S > W dan O > T dengan demikian strategi yang diperlukan adalah melakukan perluasan (ekspansi). Analisis grand strategy berdasarkan matrik strategi pengembangan Kota Surakarta dengan cara meningkatkan pertumbuhan, mendominasi pasar dan meningkatkan investasi secara maksimum. Kata Kunci: MICE, Keunggulan Kompetitif, Keunggulan Kritis 2015. Peran Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) yang sekarang menjadi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), para pelaku bisnis MICE, INCCA (Indonesia Congress and Convention Association), dan perguruan tinggi penting dalam mendukung perkembangan dan pertumbuhan bisnis MICE dalam konteks promosi pariwisata di Indonesia. Keberadaan Direktorat MICE di Kemenparekraf diharapkan mampu mendorong semakin meningkatnya industri jasa MICE di negara ini. Usaha jasa MICE tidak dapat dipisahkan dari mata rantai usaha di bidang kepariwisataan dan berbagai sektor usaha lainnya. Penyelenggaraan MICE selalu melibatkan banyak sektor usaha atau industri I. PENDAHULUAN Salah satu penentu perkembangan dunia pariwisata di suatu daerah adalah terbukanya daerah itu terhadap pertumbuhan pariwisata di tingkat lebih luas, baik nasional maupun internasional. Di Indonesia, peningkatan kepercayaan dari dunia internasional terhadap negara ini sebagai tujuan wisata yang menarik mendorong tumbuhnya bisnis MICE (Meeting, Incentive, Conference, and Exhibition), terutama sejak 2007. Dampak besar bisnis MICE dapat dilihat dari perolehan devisa pariwisata dengan diadakannya sejumlah kegiatan konvensi internasional skala besar seperti PATA Travel Mart dan Global Climate Change yang berhasil diadakan di Indonesia pada 2010 dan pertemuan APEC pada tahun 45 HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016 dan banyak pihak, yang menimbulkan pengaruh ekonomi berlipat ganda (multiplier effect) yang menguntungkan dan dapat dirasakan oleh banyak pihak, khususnya karena daya pengeluaran finansial (spending power) dari segmen MICE tinggi, sekitar 810 kali wisatawan biasa. Di antara pihak yang potensial mendapatkan keuntungan besar bisnis MICE adalah Percetakan, Hotel, Perusahaan Sovenir, Biro Perjalanan Wisata, Transportasi, Professional Conference Organizer (PCO), Usaha Kecil dan Menengah (UKM), dan Event Organizer. Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan Kota Solo pada tahun 2015 telah merencanakan berbagai acara menarik dengan mengemas pariwisata dan budaya kota tersebut untuk memikat wisatawan lebih banyak. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Solo telah menyiapkan 59 acara yang dibagi atas 29 acara utama dan 30 acara pendukung. Beberapa acara utama yang sudah terkenal adalah Solo Great Sale, Solo Batik Carnival, Solo Carnaval, Solo International Performing Art, Kirab Malam Satu Sura dan lain-lain. Tujuan kegiatan budaya dan pariwisata tersebut adalah untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke kota Solo. Selain itu kegiatan tersebut juga untuk mendukung wisata MICE di kota Solo yang sedang dicanangkan pemerintah kota Surakarta dan pemerintah Indonesia. Event MICE menjadi andalan dalam menarik kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia yang tahun ini mentargetkan 10 juta wisman. Untuk itu fasilitas MICE terus ditingkatkan terutama di daerah agar menjadi destinasi MICE kelas dunia. Kota Surakarta merupakan daerah tujuan wisata MICE yang banyak diminati berbagai kalangan, karena memiliki fasilitas yang cukup lengkap untuk mendukung kegiatan itu. Di kota ini, misalnya, banyak terdapat hotel dan gedung pertemuan yang mempunyai standar MICE dan siap menggelar berbagai kegiatan, baik skala nasional maupun internasional. Pada September 2013, di Kota Solo, terdapat 28 hotel bintang dan 77 hotel melati dengan jumlah kamar mencapai 4.500 unit. Jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan 2007 lalu yang hanya ada 10 hotel bintang dan 70 hotel non-bintang dengan jumlah kamar hanya 2.800 kamar (kompas.com, 21 Januari 2014) Banyaknya peserta seminar, konvensi, pameran maupun kegiatan lainnya berskala nasional maupun internasional yang digelar di Kota Surakarta menunjukkan bahwa posisi Surakarta sebagai salah satu daerah pariwisata berbasis MICE semakin kokoh. Pengembangan kegiatan bisnis MICE menjadi salah satu prioritas program pengembangan pariwisata karena kegiatan yang digelar akan berdampak positif terhadap sektor pariwisata. Di samping itu, banyaknya kegiatan MICE dapat memberikan keuntungan, yaitu meningkatkan penghasilan, termasuk para pemangku kepentingan (stakeholder) pariwisata. Misalnya, produk kerajinan, rumah makan atau restoran, dan hotel banyak diuntungkan. Sebagai kota wisata, Surakarta terus berbenah dan menambah berbagai fasilitas yang dibutuhkan wisatawan. Bertambahnya hotel, restoran, pusat perbelanjaan dan fasilitas olah raga tentu semakin memanjakan para wisatawan untuk merasa nyaman berkunjung ke Surakarta. Selain itu, kondisi kota ini yang aman menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk mengadakan acara skala nasional, regional maupun internasional, baik seminar, pameran, pertemuan, dan lain sebagainya. Dengan kondisi seperti itu banyak pelaku jasa wisata menyambut optimis dan mendukung berbagai kegiatan dalam kerangka bisnis MICE. Beragamnya fasilitas penyelenggaraan kegiatan budaya dan pariwisata di Surakarta menjadi daya tarik luar biasa dalam penyelenggaraan acara pertemuan, insentif, konvensi dan pameran untuk memeriahkan obyek-obyek wisata yang ada. Pengembangan yang disengaja atas bisnis MICE ini tentu akan memicu perkembangan acara itu di masa yang akan datang. Karena itu, dapat dikatakan bahwa usaha wisata MICE memiliki dampak berlipatganda (multiplier effect) yang sangat erat kaitannya dengan mata-rantai usaha kepariwisataan lainnya, mulai dari usaha yang besar seperti hotel berbintang, usaha transportasi, akomodasi sampai usaha terkecil dan informal seperti usaha pembuatan dan penjualan cenderamata. 46 HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016 Pemerintah juga dapat menetapkan pajak dengan lebih banyak obyek dan subyek pajak terkait dengan berbagai acara bisnis MICE yang diadakan di berbagai gedung pertemuan besar. Uraian mengenai keterkaitan antar-sektor usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan bisnis MICE tersebut memperlihatkan keunggulan bisnis MICE dibandingkan atraksi atau usaha pariwisata lainnya. Penyelenggaraan suatu acara bisnis MICE akan memberikan efek berlipat ganda (multiplier effect) yang lebih luas dan lebih besar terhadap sektorsektor pendukung pariwisata yang lain. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa wisata MICE dapat memberikan manfaat yang besar bagi usaha kepariwisataan dan pemerintah. Oleh karena itu, harus dikembangkan dan dikaji secara lebih komprehensif agar wisata MICE ini memberikan hasil yang maksimal pendapatan daerah khususnya di Surakarta. Pada penelitian ini akan lebih difokuskan pada strategi untuk mengembangkan wisata MICE dengan mengkaji faktor-faktor internal dan eksternal yang dihadapi oleh Pemerintah Kota Surakarta, baik itu berupa kekuatan, kelemahan, peluang maupun ancaman yang dapat menghambat pertumbuhan wisata MICE di kota Surakarta. Selain itu, penelitian ini juga mengkaji strategi yang tepat dan menjadi prioritas bagi pengembangan wisata MICE di Kota Surakarta. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Tiyanto, Widodo dan Baharudin (2011) yang meneliti tentang strategi pengembangan kota Semarang menuju kota MICE. Hasil penelitiannya menemukan bahwa untuk menjadikan kota Semarang menjadi kota MICE diperlukan strategi memperbaiki kelemahan dan membangun keunggulan kota Semarang. Penelitian lain dengan kajian MICE juga dilakukan oleh Herawati dan Akbar (2011), penelitian ini mengkaji potensi wisata MICE kota Solo dalam rangka meningkatkan daya saing daerah. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kota Solo memiliki image keramahtamahan penduduk yang bersahaja, akar budaya yang kuat yaitu budaya kesultanan, alam dan landscape yang indah, destinasi wisata cukup banyak dan bernilai historis, sarana penunjang wisata MICE (EO, Venue, gedung Conference), serta memiliki warisan budaya dari UNESCO yaitu Batik dan Keris. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut di atas selain dari waktu penelitian juga dari metode analisis yang digunakan, sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi usaha pengembangan wisata MICE di Kota Surakarta. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Faktor apakah yang menjadi keunggulan kompetitif Kota Surakarta sebagai kota MICE? 2. Faktor apakah yang menjadi keberhasilan kritis yang diperlukan Kota Surakarta sebagai kota MICE? 3. Bagaimana strategi yang dibutuhkan untuk pengembangan Kota Surakarta menuju kota MICE? II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Bisnis MICE Bisnis MICE merupakan bisnis jasa kepariwisataan yang bergerak di seputar Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition, yang disingkat MICE). Keempat jenis kegiatan kepariwisataan ini merupakan usaha untuk memberi jasa pelayanan bagi suatu pertemuan sekelompok orang, khususnya para pelaku bisnis, cendekiawan, eksekutif pemerintah dan swasta, untuk membahas berbagai persoalan yang berkaitan dengan kepentingan bersama, termasuk memamerkan produk-produk bisnis (Prayudi, 2011). Pertama, meeting merupakan rapat atau pertemuan sekelompok orang yang tergabung dalam sebuah asosiasi, di mana perusahaan yang mempunyai kesamaan minat dengan tujuan dan kepentingan membahas suatu permasalahan bersama. Kedua, incentive mengacu pada perjalanan insentif yang merupakan suatu kegiatan perjalanan yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan untuk karyawan dan mitra usaha sebagai imbalan penghargaan atas prestasi mereka yang berkaitan dengan 47 HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016 penyelengaraan konvensi yang membahas perkembangan kegiatan perusahaan yang bersangkutan dan/atau kegiatan pameran. Ketiga, convention, yaitu pertemuan sekelompok orang (negarawan, usahawan, cendekiawan, profesional dan sebagainya) untuk mambahas masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama, biasanya dengan jumlah peserta banyak. Keempat, exhibition, yaitu bentuk kegiatan mempertunjukkan, memperagakan, memperkenalkan, mempromosikan, dan menyebarluaskan informasi hasil produksi barang atau jasa maupun informasi visual di suatu tempat tertentu dalam jangka waktu tertentu untuk disaksikan langsung oleh masyarakat dalam meningkatkan penjualan, memperluas pasar dan mencari hubungan dagang. Bisnis MICE tidak dapat dipisahkan dari mata rantai usaha di bidang kepariwisataan dan berbagai sektor usaha lainnya. Penyelenggaraan MICE melibatkan banyak sektor usaha atau industri dan banyak pihak, yang menimbulkan pengaruh ekonomi berlipat ganda (multiplier effect) yang menguntungkan dan dapat dirasakan oleh banyak pihak, khususnya karena kemampuan pengeluaran finansial (spending power) dari segmen MICE tinggi, sekitar 8-10 kali wisatawan biasa. Di antara pihak yang potensial mendapatkan keuntungan besar bisnis MICE adalah Percetakan, Hotel, Perusahaan Sovenir, Biro Perjalanan Wisata, Transportasi, Professional Conference Organizer (PCO), Usaha Kecil dan Menengah (UKM), dan Event Organizer. untuk mendukung kegiatan itu. Di kota ini, misalnya, banyak terdapat hotel dan gedung pertemuan yang mempunyai standar MICE dan siap menggelar berbagai kegiatan, baik skala nasional maupun internasional. Berdasarkan data kantor Dinas Pariwisata Kota Surakarta, sampai sekarang di daerah ini tercatat terdapat 28 hotel berbintang, dan 77 hotel melati, di samping sejumlah gedung pertemuan yang dapat mendukung Surakarta sebagai tujuan wisata MICE. Banyaknya peserta seminar, konvensi, pameran maupun kegiatan lainnya berskala nasional maupun internasional yang digelar di Kota Surakarta menunjukkan bahwa posisi Surakarta sebagai salah satu daerah pariwisata berbasis MICE semakin kokoh. Pengembangan kegiatan bisnis MICE menjadi salah satu prioritas program pengembangan pariwisata karena kegiatan yang digelar di kota akan berdampak positif terhadap sektor pariwisata. Banyaknya kegiatan MICE dapat memberikan keuntungan, yaitu meningkatkan penghasilan, termasuk para pemangku kepentingan (stakeholder) pariwisata. Misalnya, produk kerajinan, rumah makan atau restoran, dan hotel banyak diuntungkan banyaknya kegiatan MICE, baik nasional, regional maupun internasional. Sebagai kota wisata, Surakarta terus berbenah dan menambah berbagai fasilitas yang dibutuhkan wisatawan. Bertambahnya hotel, restoran, pusat perbe-lanjaan dan fasilitas olah raga tentu semakin memanjakan para wisatawan untuk merasa nyaman berkunjung ke Surakarta. Selain itu, kondisi kota ini yang aman menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk mengadakan acara skala nasional, regional maupun internasional, baik seminar, pameran, pertemuan, dan lain sebagainya. Dengan kondisi seperti itu banyak pelaku jasa wisata menyambut optimis dan mendukung berbagai kegiatan dalam kerangka bisnis MICE. Sekarang, fasilitas kebutuhan untuk masyarakat termasuk wisatawan di Surakarta semakin lengkap. Ketika 2. Bisnis MICE di Surakarta Surakarta adalah daerah tujuan wisata di Pulau Jawa. Kombinasi unik antara kraton, sejarah, tradisi, budaya, pendidikan dan pusat perbelanjaan menjadikan Surakarta sangat menarik untuk dikunjungi. Kota ini merupakan daerah tujuan wisata MICE yang banyak diminati berbagai kalangan, karena memiliki fasilitas yang cukup lengkap 48 HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016 wisatawan mau belanja, misalnya, pilihan wisata belanja semakin banyak tersedia, mengingat semakin banyak didirikannya pusat perbelanjaan modern di berbagai sudut kota ini. Tidak hanya urusan belanja, untuk wisata MICE yang lain di Surakarta sangat memadai. Banyak hotel berbintang, Solo Grand Mall, Solo Paragon, Solo Square, Kampoeng Batik, Java Expo, Diamond Covention Hall, adalah beberapa tempat konvensi dan pameran yang banyak diminati para pengunjung. Dibandingkan kota lainnya di Jawa Tengah, Kota Surakarta masih unggul karena memiliki fasilitas yang memadai.. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa salah satu fasilitas sangat penting dalam suatu penyelenggaraan konvensi adalah ruang pertemuan (hall) dan hotel. Pertumbuhan hotel dan jumlah kamar berikut fasilitas-fasilitasnya secara langsung akan berpengaruh terhadap penyediaan fasilitas pendukung untuk usaha wisata MICE. Di antara hotel yang sangat terkenal untuk penyelenggaraan bisnis MICE antara lain: hotel Bintang 5 (Kusuma Sahid Prince Hotel, Hotel Sahid Jaya); hotel Bintang 4 (Solo Paragon Hotel & Residence, The Royal Surakarta Heritage, The Sunan Hotel Solo, Hotel Novotel); hotel Bintang 3 (Hotel Indah Palace Solo, Rumah Turi Green Boutique Hotel, Riyadi Palace Hotel, Hotel Agas, Omah Sinten, Rumahku Heritage Hotel, Asia Hotel, Hotel Ibis Solo, Hotel Dana); hotel Bintang 2 (Pose In Hotel Solo, Lampion Hotel Solo, Fave Hotel Adisucipto Solo) (Dinas Pariwisata Kota Surakarta, 2015). Perkembangan hotel yang ada di Surakarta sangat dipengaruhi pula oleh akses dari dan/atau ke dunia pariwisata internasional. Dibukanya Bandara Adi Sumarmo Surakarta sebagai bandara udara internasional telah membuka peluang sangat lebar bagi pengembangan pariwisata internasional, termasuk bisnis MICE di kota budaya ini. Lokasi geografisnya yang strategis jelas membuat kota Surakarta mudah dijangkau baik menggunakan transportasi udara maupun darat. Untuk transportasi udara, jarak Bandara Adi Sumarmo hanya sekitar 10 km dari pusat kota, dan didukung dengan transportasi lokal yang relatif memadai, terutama armada angkutan darat dalam kota, seperti taksi, Transbatik Solo, bis umum, kereta api dengan tarif relatif murah. Kondisi ini didukung dengan kondisi jalan yang baik dan lalu-lintas yang relatif tidak sering mengalami kemacetan. Hal ini sangat berpengaruh pada kenyamanan dan kemudahan bagi wisatawan konvensi, baik selama berlangsungnya konvensi maupun setelah acara itu selesai. Selain itu, ada juga fasilitas yang sangat mendukung berkembangnya bisnis MICE, yaitu tersedianya sarana telekomunikasi secara memadai. Surakarta banyak memiliki tempat yang melayani jasa telekomunikasi yang dapat digunakan untuk tujuan lokal, interlokal, dan interlokal. Berkembangnya Warnet (Warung Internet), jaringan telpon kabel yang dipadu dengan speedy dari Telkom, jaringan komunikasi wireless 3G dan 4G untuk koneksi Internet, dan pesatnya perkembangan inovatif berbagai merek komputer dan handphone dengan kualitas jauh lebih tinggi memperbesar peluang berkembangnya pariwisata, termasuk bisnis MICE. Semua fasilitas telekomunikasi tersebut sangat membantu pengguna jasa telekomunikasi, baik untuk penduduk lokal maupun untuk wisatawan. Kehadiran wisatawan di Surakarta tidak dapat dilepaskan juga dari berkembangnya wisata kuliner di kota ini. Berdirinya berbagai hotel berbintang yang menyediakan berbagai jenis masakan dan fasilitas restoran yang bertaraf internasional sangat mendukung pertumbuhan bisnis MICE internasional. Di lokasi tengah kota dan pinggiran kota juga terdapat rumah makan dengan berbagai tipe dengan berbagai jenis makanan seperti Indonesian Food, Chinese Food, European Food, Sea Food, Pizza, Fried Chicken, Japanese 49 HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016 Food, dan lain-lain menambah khasanah wisata kuliner di Surakarta. Dengan demikian Surakarta mempunyai jumlah dan jenis rumah makan yang cukup banyak untuk melayani selera wisatawan, termasuk mereka yang terlibat dalam penyelenggaraan bisnis MICE. Beragamnya fasilitas penyelengga-raan pariwisata di Surakarta menjadi daya tarik luar biasa dalam penyelenggaraan acara pertemuan, insentif, konvensi dan pameran untuk memeriahkan obyekobyek wisata yang ada. Pengembangan yang disengaja atas bisnis MICE ini tentu akan memicu perkembangan acara itu di masa yang akan datang. Karena itu, dapat dikatakan bahwa usaha wisata MICE memiliki dampak berlipatganda (multiplier effect) yang sangat kaitannya dengan mata-rantai usaha kepariwisataan lainnya, mulai dari usaha yang besar seperti hotel berbintang, usaha transportasi, akomodasi sampai usaha terkecil dan informal seperti usaha pembuatan dan penjualan cenderamata. Pada tingkat yang lebih riil, di antara pihak yang mendapat keuntungan dari perkembangan bisnis ini adalah: pengusaha transportasi, baik tingkat lokal, interlokal, nasional maupun internasional; akomodasi, baik hotel berbintang maupun tak-berbintang; restoran; hiburan; shooping; cenderamata. Akhirnya, pemerintah juga dapat menetapkan pajak dengan lebih banyak obyek dan subyek pajak terkait dengan berbagai acara bisnis MICE yang diadakan di berbagai gedung pertemuan besar. mengukur kemampuan strategi sebagai kota MICE. 2. Responden Penelitian Responden atau narasumber dalam penelitian ini meliputi: pelaku bisnis pariwisata, birokrasi ( SKPD terkait); masyarakat. 3. Variabel dan Pengukuran Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel internal dan variabel eksternal. Indikator variabel internal meliputi convention dan ekshibition center, hotel, transportasi, kompetensi SDM,organizer, place interest, post convention tour, biro konvensi. (Tiyanto, dkk; 2011) Indikator variabel eksternal meliputi Analisis variabel eksternal meliputi globalisasi, potensi wisata, struktur industry, ekonomi, teknologi, dan pemerintah. Pengukuran variabel internal menggunakan kriteria berikut: +2: sangat unggul; +1: unggul; 0 = sama; -1 : tidak unggul; -2 : sangat tidak unggul. Pengukuran variabel eksternal menggunakan criteria berikut: + 2 : peluang besar; +1 peluang kecil; 0 : stabil; -1 : ancaman kecil; - 2 : ancaman besar. Besaran masing-masing bobot ditentukan berdasarkan: a. Urgensi b. Focus Group Disscussion (FGD) c. Inter depth interview. 4. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini dilakukan dengan pola triangulasi, yakni data dikumpulan dari tiga segmen yang berbeda (Sugiyono, 2007) , yaitu: observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi yang merupakan penggalian data primer langsung pada sarana fisik dan pendukung pariwisata. 5. Data dan sumber data a. Data primer, data yang dikumpulkan peneliti, mencakup variabel internal dan eksternal b. Data sekunder, data yang diperoleh dari sumber lain atau dinas / pihakpihak yang terkait 6. Teknik Analisis Data Analisis data primer yang bersifat kualitatif dan hasil wawancara mendalam dan FGD dilakukan secara III. METODE PENELITIAN 1. Rancangan Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif untuk menilai kapasitas dan validitas manajemen Kota Surakarta memenuhi MICE. Penelitian kuantitatif ditujukan untuk memprediksi perkembangan Kota Surakarta dan 50 HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016 deskriptif - kualitatif. Melalui cara tersebut diharapkan diperoleh hasil yang bersifat komprehensif. Sedangkan untuk data kuantitatif diolah dengan analisis dekriptif, yaitu analisis tabel frekuensi dan analisis persentase. Untuk menjawab perumusan masalah pada penelitian ini menggunakan metode analisis Strength & Weakness dan Opportunity & Threat ( SWOT Analysis) dan Matrik Daya Tarik Industri. Teknik pengolahan data primer yang bersifat kuantitatif dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu editing, coding dan tabulating dengan menggunakan software SPSS for windows. Pengolahan data sekunder menggunakan program Excel. kuliner - letak geografis yang berbeda - banyaknya tawaran kerjasama investor - Event terjadi berulang ulang berkembang - Banyak kemacetan dan rawan kecelakaan KEKUATAN Letak geografis menarik Memiliki Branding Kota yang Spesifik Banyak jejaring swasta Banyak perencanaan kegiatan dikaitkan pariwisata Adanya dukungan dari pemerintah kota Promosi dan advertising melalui internet Cepat merespons pasar dengan investor, pelanggan Perbaikan tata kota yang berkelanjutan Kerjasama berkelanjutan Kerjasama dalam partnership Tersedia sarana transportasi perkotaan Pembenahan dalam infrastruktur dan wajah kota Banyak tempat kegiatan budaya dan ekonomi Banyak produk yang dapat ditawarkan Ada perbedaan budaya dengan kota lain Ketercukupan hotel KELEMAHAN Tempat budaya belum tertata maksimal Terdapat event sama berulangulang Tidak memiliki Wisata alam Wisata kuliner kurang tertata Tempat event belum dimaksimalkan Belum melibatkan Semua potensi yang dimiliki Kota Surakarta Event belum berdampak nyata bagi kesejahteraan rakyat Masih sedikit TIC (tourisme iformation centre) Masyarakat kota masih banyak yang belum sadar wisata Masih berpikir untung rugi belum berpikir benefit jangka panjang - IV. HASIL PEMBAHASAN Data Untuk menganalisis pengembangan strategi bisnis MICE di Kota Surakarta menggunakan analisis SWOT dan Matrik Daya Tarik Industri. Hasil analisis SWOT dan Matrik Daya Tarik Industri dijabarkan di bawah ini: - 1. Analisis SWOT Berdasarkan data dari hasil focus group discussion, wawancara, dan analisa urgensi dibuat analisis SWOT, berdasarkan hasil analisis SWOT ini dapat dilihat secara garis besar yang menjadi menjadi kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman , Kota Surakarta menjadi kota MICE. - Tabel 1 SWOT Kota Surakarta PELUANG ANCAMAN - Banyak events festival - Banyak events pameran - Banyak tempat terbuka untuk Event - banyak tempat mall tersedia - banyak daya tarik budaya dan sejarah - banyak daya tarik religi - banyak tempat - Produk asing yang membanjiri Kota Surakarta - Perubahan teknologi kurang diantisipasi - Belum banyak event berskala nasional dan - Internasional - Budaya konsumtif makin marak - Budaya produktif kurang - - - - - - - - - Analisis SWOT dilihat dari faktor internal ditujukan pada kekuatan (strength) 51 HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016 yaitu kebutuhan pelanggan yang bisa atau sudah dipenuhi. Sedangkan kelemahan (weakness) dihubungkan dengan kebutuhan pelanggan yang perlu diminimalisir. Selain itu faktor eksternal ditunjukan peluang (opportunity) yang bisa dikembangkan di Kota Surakarta, dan ancaman (threats) yang diminimalkan. Di dalam mengembangkan kota MICE. strategi yang dikembangkan apabila S>W dan O>T digunakan strategi perluasan (expansion) dan bila S<W dan O<T di gunakan strategi konsolidasi. Hasil identifikasi dapat digabungkan S-O, S-T, WO, dan W-T, sebagai berikut terlihat pada Tabel 2 Tabel 2 Matrik SWOT mengidentifikasi berbagai indikator dominan yang mempengaruhi keberhasilan organisasi dan dilakukan dengan memberikan bobot serta kondisi yang dibandingkan dengan pesaing, terutama untuk variabel-variabel internal. Tahap ketiga, mengetahui posisi bisnis organisasi, dalam penelitian ini digunakan Matrik Daya Tarik Industri (MDTI), dan Akhimya posisi yang dicapai oleh organisasi maupun SBU-SBU-nya dirumuskan strateginya. Di dalam menentukan bobot disusun berdasarkan kepentingan serta urgensinya, dan dilakukan penilaian melalui FGD dan inter depth interview, sehingga hasil pembobotan berbeda satu sama lain. Analisis Kondisi Internal Analisis internal pengembangan menuju Kota MICE mencakup variabel sebagai berikut; 1. Lokasi penyelenggaran pameran (covention dan exhibition center ); 2. Tempat penginapan (hotel); 3.Transportasi; 4. Kompetensi Penyelenggara pameran (competency); 5.Organisasi penyelenggara; 6.Tuntutan kebutuhan konvensi (place interest); 7.Paket wisata dalam konvensi (post convention tour); 8. Organisasi konvensi. Berdasarkan hasil studi di lapangan masing-masing variabel nampak pada Tabel 3. Tabel 3 Nilai Rata-rata Variabel Internal Hasilnya dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa di Kota Surakarta masuk kategori S > W dan O > T dengan demikian strategi yang harus dilakukan adalah perluasan (ekspansif). Analisa Strategi pengembangan dimaksudkan untuk menentukan perencanaan jangka panjang yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk merealisasikan tujuan perlu menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan. Faktor internal akan memberikan tingkat kekuatan dan kelemahan, sedangkan faktor eksternal memberikan kesempatankesempatan maupun ancaman. Proses strategis dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut : 1. Identifikasi variabel internal dan eksternal, 2.Penilaian variabel internal dan eksternal, 3. Penentuan posisi bisnis, 4. Perumusan strategis. Tahap pertama dan kedua diakukan dengan NO 1 2 3 4 5 6 7 8 Faktor Internal Lokasi Hotel Transportasi Kompetensi Organisasi Penyelenggara Place Interest Post Convention Tour Organisasi Konvensi Jumlah Rata-Rata 1.6 1.9 1.7 0.2 0.9 0.3 1.0 0.5 1.0 Analisis Kondisi Eksternal Analisis variabel eksternal meliputi globalisasi, potensi wisata, struktur industry, 52 HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016 ekonomi, teknologi, dan pemerintah. Nilai nilai variable eksternal sebagai berikut lihat Tabel 4. di bawah. Tabel 4 Nilai Rata-rata Variabel Eksternal Tabel 5. Matrik Strategi Pengembangan Kota Surakarta No 1 2 3 4 5 6 Pada tabel 3. dan 4 nilai variabel internal sebesar 0.5 (kondisi sedang ) dan variabel eksternal 1.1 (kondisi peluang tinggi) . Dengan mendasarkan pada kedua nilai variabel tersebut maka posisi Surakarta MICE dapat dilihat pada gambar di bawah . Faktor Eksternal Globalisasi Potensi wisata Struktur Industri Ekonomi Teknologi Pemerintah Jumlah RataRata 0.5 1.6 0.1 0.0 0.1 0.7 0.5 Pada gambar di atas. interval kekuatan bisnis dan daya tarik ditentuntukan dengan nilai : -2 -1 Tinggi > -1 1 Sedang >1 2 Tinggi Berdasarkan posisioning Surakarta MICE terletak pada kondisi variabel internal sebesar 0.5 (kondisi sedang ) dan variabel eksternal 1.1 (kondisi peluang tinggi) maka pilihan strategi nampak pada gambar 2, berikut ini : Hasil SWOT menyimpulkan bahwa Kota Surakarta masih berada S > W dan O > T dengan demikian memerlukan strategi perluasan. V. PENUTUP 1. Faktor Keunggulan Bersaing sebagai Kota MICE dilakukan melalui sektor pendukung wisata MICE seperti peningkatan investasi, ketersediaan fasilitas wisata yang lengkap dan memuaskan, situasi pasar yang menguntungkan konsumen (low cost), peran sumber daya manusia yang professional dan keunggulan kompetensi dengan daerah lain. 2. Faktor Kunci Keberhasilan Kritis, pelaksanaan MICE tergantung ketersediaan fasilitas fisik, seperti hotel, ruang meeting; ruang incentive; ruang konferensi; dan ruang pameran dan sarana penunjang sesuai tuntutan kebutuhan. Selain itu tuntutan sumber daya manusia profesional untuk Berdasarkan SWOT di atas dapat di buat suatu matrik strategi pengembangan Kota Surakarta sebagai kota MICE menuju percepatan Kota Surakarta sebagai kota MICE lihat Tabel 5. Matrik sebagai berikut: 53 HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016 mengelola dan mengorganisir konvensi tersebut. 3. Untuk mewujudkan kota MICE, berdasarkan analisis SWOT Kota Surakarta berada dalam kategori S > W dan O > T dengan demikian perlu melakukan perluasan (ekspansi) Analisis grand strategy berdasarkan matrik strategi pengembangan Kota Surakarta dengan cara meningkatkan pertumbuhan, mendominasi pasar dan meningkatkan investasi secara maksimum. Daerah. Jurnal Epigram. Vol 8 No 2 hal 78-84 Oktober. Porter, M.E. 1993 "Towards a Dynamic Theory of Strategy", Strategic Management Journal, 12 (Winter Special Issue), pp. 95–117. Prayudi, M Agus. 2011. Bisnis MICE Sebagai Potensi Unggulan Pariwisata di Yogyakarta. Jurnal Pariwisata. Vol 2 No 2, September Saran 1. Meningkatkan jumlah even-even baik skala nasional maupun internasional yang menarik dan unik serta bervariasi sehingga menarik wisatawan untuk berkunjung atau mengikuti kegiatan even-even tersebut. 2. Menguatkan brand image atau branding kota Surakarta sebagai kota MICE dengan cara meningkatkan TIC dan mempromosikan even-even pariwisata, budaya, religi, kuliner dan lain sebagainya. 3. Untuk meningkatkan investasi di kota Surakarta perlu dilakukan kerjasama dengan para investor baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Thompson, Arthur A., and Strickland, Jr., A. J., 2010 Strategic Management : concepts and cases, III. Boston : Irwin/McGraw-Hill, Thompson, Arthur A., and Strickland, Jr., A. J., 2010 Strategic management : concepts and cases, III. Boston : Irwin/McGraw-Hill, Tiyanto, Prihatin; Widodo dan Baharudin, Agus. 2011. Strategi Pengembangan Kota Semarang Menuju Kota MICE, Upaya Percepatan Pembangunan Menuju Kota Semarang Setara. Jurnal Riptek Vol 5, No II, Hal 924. Zulkarnaen, H. O. dan Sutopo. 2013. Analisis Strategi Pemasaran Pada Usaha Kecil Menengah (UKM) Makanan Ringan (Studi Penelitian UKM Snack Barokah di Solo). Journal of Management 2 (3): 1-13. UNDIP. Semarang. www.kompas.com, 21 Januari 2014) www.surakarta.go.id Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfa Beta. DAFTAR PUSTAKA Fred R David. 2012. Strategic Management Concepts & Cases. Pearson Academic; 14th edition Fretes, R.A.; Santoso, P. B.; Soenoko, R.; dan Astuti, M. 2013. Strategi Perencanaan dan Pengembangan Industri Pariwisata dengan Menggunakan Metode SWOT dan QSPM (Studi Kasus Kecamatan Leitimur Selatan Kota Ambon). Jurnal Rekayasa Mesin 4 (2): 109118. Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Herawati, Tuty dan Akbar, Juni. 2011. Kajian Pengembangan Potensi Wisata MICE Kota Solo Dalam Rangka Meningkatkan Daya Saing 54