772-1528-1-RV - E

advertisement
Strategi Pemasaran Pengusaha Event Organizer
Dalam Pariwisata MICE Di Yogyakarta
Yitno Purwoko
MKP UGM Yogyakarta
JL. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta
[email protected]
Abstract - Exhibition business grows rapidly in Yogyakarta. This is triggered by increasing business
competition among companies, so they need space to market their products. Accessibility, amenity
and attractions also trigger the growth of exhibition industry in Yogyakarta, which was awarded with
“The Most Popular MICE Destination” by the Ministry of Tourism and Creative Economy. This
condition is captured by exhibition businesspeople. In its development, new event organizers emerge
to join exhibition business in Yogyakarta, so competition grows among them. Marketing strategy is a
tool for businesspeople to market their products to consumers. Marketing strategy has a marketing mix
called 7P, which is promotion, product, process, price, place, physical evidence, people. There are
only a few studies on marketing strategies of event organizers. This study was aimed to determine the
marketing strategy performed by event organizers in Yogyakarta. The method used was qualitative
with categorization of themes in 7P dimension in marketing mix. The data collection technique was indepth interview with event organizers. Data analysis process was performed by collecting data (indepth interview, observation and documentation). After the data was collection, data reduction and
data selection were performed. Then, coding was performed to find keywords and group keywords
with the same meanings into certain categories. The next step was combining categories on
dimensions of marketing strategy performed by event organizers. This method determined that the
marketing mix dimensions used by most event organizers were promotion, place, and product. Several
event organizers also added price and people into the marketing mix. Physical evidence dimension
wasn’t found in the marketing mix of event organizers. Marketing strategy outside of 7P marketing mix
was also found, i.e. cooperation, maintenance customer, and evaluation.
Keywords: marketing strategy, event organizer, MICE tourism
Abstrak - Penelitian ini mengeksplorasi strategi pemasaran yang diterapkan oleh para pelaku bisnis
MICE di Yogyakarta. Eksplorasi dilakukan dengan metode kualitatif. Dengan memahami strategi
pemasaran yang selama ini diterapkan oleh para pelaku bisnis EO dalam memasarkan wisata MICE,
maka dimungkinkan untuk dilakukannya evaluasi untuk meningkatkan pemasaran wisata MICE
sehingga kualitas wisata MICE di Yogyakarta dapat terus meningkat.Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif, eknik pengumpulan data yang utama dilakukan melalui wawancara terhadap 7
narasumber dari beberapa perusahaan EO yang berbeda.Penulis menggunakan bauran pemasaran
7p (promotion, place, people, product, price, proses dan physical evidence). Meskipun tidak semua
aspek bauran pemasaran sesuai dengan hasil riset, meskipun demikian penelitian ini telah
mengungkap berbagai strategi baru dalam pengembangan perusahaan.Kerjasama antar perusahaan
dan customer harus dijaga dengan baik, disamping itu penelitian ini juga mengungkapkan seberapa
besar kepuasan yang diberikan kepada pengunjung.Saat ini EO perlu melakukan berbagai inovsi dan
memunculkan ide-ide kreatif, sehingga kerjasama perusahaan dengan para sponsor juga dianggap
sebagai aspek terpenting.
Keywords: marketing strategy, event organizer, MICE tourism
1.1. PENDAHULUAN
Pariwisata merupakan salah satu
industri raksasa dunia yang mendorong
pertumbuhan
sektor
ekonomi
paling
cepat(Diktipari.org, 2010 dalam Prayudi,
2011).Pariwisata diharapkan dapat menjadi
sektor yang dapat mengurangi angka
kemiskinan, mengingat
seluruh
lapisan
masyarakat
dengan
berbagai
macam
kemampuan dapat memanfaatkan setiap
peluang yang ada dalam kegiatan pariwisata.
Yogyakarta merupakan daerah tujuan
wisata
yang
dianggap
sangat
potensial.Berbagai macam objek wisata
disajikan dari wisata alam, religi, edukasi dan
budaya.Pertumbuhan pariwisata yang cukup
pesat juga mendorong Yogyakarta mulai
merambah kegiatan wisata yang cukup
modern seperti meeting, incentive, conference
dan exhibition. Yogyakarta telah menjadi salah
satu dari empat kota tujuan MICE di Indonesia
(Statistical Report on Visitor Arrivals to
Indonesia
2007-Passenger
Exit
Surveys,2007). Terdapat banyak EO dan
kontraktor pameran yang ada di Yogyakarta,
tentunya muncul kompetisi dalam usaha.
Adanya persaingan diantara pelaku bisnis EO
secara tidak langsung akan mendukung
perkembangan wisata MICE di Yogyakarta.
Hal tersebut dikarenakan pelaku bisnis EO
akan berusaha memasarkan produknya sebaik
mungkin sehingga pada akhirnya kualitas
wisata MICE di Yogyakarta dapat semakin
meningkat.
Adapun penelitian sebelumnya dalam
bidang MICE diantaranya: (1). Darmadi (2010),
menyatakan
bahwa
faktor-faktor
pengembangan
komponen
produk
kepariwisataan yang berpengaruh terhadap
perkembanangan Yogyakarta sebagai MICE
adalah aspek amenitas, aksesibilitas dan
atraksi wisata. (2). Kalalo (2009) kualitas
produk
wisata
MICE
kota
Surabaya
mempunyai nilai above average dan berada
pada area kelompok destinasi evoked set.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam
perencanaan dan pengembangan destinasi
wisata MICE adalah Jumlah hotel berbintang
3-5, kualitas SDM bidang MICE, fasilitas
meeting,
aksesibilitas,
pemerintah,
permodalan, extra-conference opportunities,
EO MICE lokal, ketersediaan informasi wisata
MICE, dan citra wilayah. (3). Nursanty (2008),
stabilitas
perekonomian,
amenitas
dan
keamanan merupakan faktor penyebab wisata
bisnis dan MICE Jakarta berkembang pesat
jika dibandingkan wisata rekreasi. Kurangnya
keterpaduan promosi, managemen produk
terpadu wisata, citra, transportasi dan harga
merupakan faktor yang menyebabkan wisata
bisnis MICE cenderung menrun.Stabilitas
perekonomian, keamanan suatu destinasi
wisata, teknik operasional dan pemeliharaan,
keterpaduan pemngembangan produk (atraksi,
amenitas,
aksesibilitas),
promosi
dan
pemasaran merupakan faktor-faktor untuk
membuat suatu destinasi wisata menjadi
destinasi terpadu wisata bisnis, MICE dan
rekreasi.
Penelitian terdahulu terfokus pada
pengembangan wisata MICE, sehingga
penulis akan mmelihat sudut pandang berbeda
yaitu
dengan
mengeksplorasi
strategi
pemasaran yang diterapkan oleh para pelaku
bisnis MICE di Yogyakarta. Untuk mengetahui
lebih jauh maka peneliti telah menetukan 7
pelaku EO MICE yang akan di wawancarai
secara mendalam.
1.2. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan
melakukan
wawancara
menggunakan
judgement
sampling
dalam
penentuan
responden
wawancara,
yaitu
peneliti
menentukan
narasumber
dengan
pertimbangan
seberapa
banyak
calon
narasumber mengetahui informasi terkait topik
wawancara.
Data primer diperoleh secara langsung
melalui wawancara dan observasi terhadap
narasumber,
yaitu
EO
wisata
MICE.
Sementara itu, data sekunder merupakan data
pendukung yang diperoleh dari studi pustaka
terkait topik penelitian.Jenis analisis kualitatif
dalam penelitian ini yang bersifat deskriptif
analitik. Setelah data diperoleh kemudian
dianalisis untuk menghasilkan keluaran berupa
pemaparan gambaran mengenai gejala atau
situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam
analisis data meliputi editing, kategorisasi, dan
interpretasi data, yaitu melakukan kegiatan
menghubungkan,
membandingkan,
dan
mendeskripsikan data sesuai fokus masalah
untuk diberi makna.
2.1. Tinjauan pustaka
2.1.1. Pariwisata
Pariwisata dalam Undang-undang RI
No. 10 tahun 2009 merupaakan berbagai
macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
pemerintah dan pemerintah daerah.Industri
pariwisata telah menciptakan berbagai macam
produk wisata yang memiliki dampak positif
dalam perkembangannya.Salah satu produk
dari industri pariwisata adalah wisata MICE.
MICE merupakan salah satu produk
wisata yang tercipta dari tren pasar industri
pariwisata yang terus berkembang. Hingga
saat ini di negara-negara maju, wisata MICE
telah menjadi sebuah produk andalan dari
industri pariwisata yang patut diperhitungkan
dan
dikembangkan
mengingat
produk
pariwisata ini memiliki potensi yang besar
untuk mengembangkan suatu negara atau
wilayah. Hal ini diperkuat dengan penjelasan
Indrajaya (2015) bahwa dampak besar bisnis
MICE dapat dilihat dari perolehan devisa
pariwisata dengan diadakannya sejumlah
kegiatan
konvensi
nasional
ataupun
internasional dalam skala besar
2.1.2. Wisata MICE
Wisata MICE adalah jenis wisata masa
(mass tourism) karena dilakukan secara
kelompok dan terjadi karena adanya banyak
pertemuan nasional maupun internasional
untuk membicarakan berbagai masalah. MICE
diartikan sebagai wisata konvensi, dengan
batasan usaha jasa konvensi, perjalanan
insentif dan pameran yaitu dengan memberi
jasa pelayanan bagi suatu pertemuan
sekelompok orang (negarawan, usahawan dan
cendekiawan) untuk membahas masalahmasalah yang berkaitan dengan kepentingan
bersama.
MICE merupakan akronim dari meeting,
insentive, conference dan exhibition.Meeting
merupakan suatu pertemuan atau persidangan
yang diselenggarakan oleh kelompok orang
yang tergabung dalam asosiasi, perkumpulan
atau
perserikatan
dengan
tujuan
mengembangkan
profesionalisme,
peningkatan
sumber
daya
manusia,
menggalang kerja sama anggota dan
pengurus, menyebarluaskan informasi terbaru,
publikasi,
hubungan
kemasyarakatan.
Insentivediartikan
sebagai
hadiah
atau
penghargaan yang diberikan oleh suatu
perusahaan kepada karyawan, klien, atau
konsumen, bentuknya bisa berupa uang, paket
wisata atau barang. Konferensi dan meeting
memiliki makna yang sama, akronim MICE
sendiri
megngambarkan
perencanaan,
pelaksanaan dan penyelenggaraan meeting,
incentive, conference dan exhibition.
2.1.3.
Wisatawan MICE
Berdasarkan UU no. 10 tentang
Kepariwisataan tahun 2009, wisatawan adalah
orang yang melakukan wisata. Wisatawan
MICE memiliki tujuan yang berbeda dengan
wisatawan dalam produk wisata lainnya.
Wisatawan MICE mengunjungi suatu destinasi
wilayah atau negara dikarenakan tujuan bisnis,
disamping itu wisatawan MICE memiliki
karakter-karakter khusus yang tidak dapat
disamakan dengan wisatawan produk wisata
lain dalam indusri pariwisata. Wisatawan MICE
memiliki indikator yang berdampak besar bagi
suatu wilayah maupun negara dari sektor
ekonomi antara lain jumlah wisatawa dalam
sebuah kegiatan MICE, domisili wisatawan
MICE dan lama tinggal.
2.1.4.
Motivasi Wisatawan MICE
Swarbrooke
dan
Horner
(2007)
menyebutkan bahwa motivasi menjadi hal
yang cukup kompleks karena banyak faktor
yang memberikan pengaruh terhadap motivasi
seseorang dalam melakukan perjalanan wisata
a)Kepribadian dan gaya hidup; b)Pengalaman;
c)Teman
seperjalanan;
d)Karakteristik
demografi dan e)Perencanaan perjalanan
yang telah matang
Beberapa hal yang menjadi motivasi
wisatawan MICE antara lain (1) Pengalaman
dan faktor demografi, wisatawan cenderung
akan mencari hal-hal yang bertolak belakang
dengaan apa yang ditemuinya setiap hari. (2)
Faktor sosial seperti interaksi, dalam hal ini
berkaitan dengan beberapa hal seperti gengsi
dan peningkatan nilai diri. (3) Efektifitass dan
ekonomis. Dalam satu event pameran akan
diikuti banyak peserta yang kemungkinan
datang dari luar daerah, hal ini menjadi
kesempatan
bagi
pengunjung
untuk
menemukan produk daerah tanpa harus
berkunjung ke daerah teersebut.
2.1.5. Destinasi Wisata MICE
Destinasi merupakan suatu tempat yang
dikunjungi dengan waktu yang signifikan
selama perjalanan seseorang dibandingkan
dengan tempat lain yang dilalui selama
perjalanan (misalnya daerah transit). Destinasi
dalam kegiatan wisata MICE merupakan
sebuah produk. Produk yang dihasilkan oleh
destinasi antara lain: pemandangan, atraksiatraksi, keramahan penduduk setempat,
akomodasi dan lain-lain.
Secara umum, unsur-unsur destinasi
yang mesti dipenuhi oleh objek wisata agar
memiliki daya tarik yang berhubungan dengan
kualitas jasa (Suwantoro, 2001), antara lain
danya sumber daya yang dapat menimbulkan
rasa senang, indah dan bersih. Adanya
aksebilitas
yang
tinggi
untuk
dapat
mengunjunginya.
Adanya
ciri
khusus/spesifikasi yang bersifat langka.
Adanya sarana dan prasarana penunjang
untuk melayani para wisatawan yang hadir.
Objek wisata alam mempunyai daya tarik
tinggi karena keindahan alam, pegunungan,
sungai, pasir, hutan dan sebagainya.Objek
wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi
kerena memilki nilai khusus dalam bentuk
atraksi kesenian, upacara adap, nilai luhur,
yang terkandung dalam suatu objek buah
karya manusia masa lampau.
Rahayu (2015) menyampaikan bahwa
apabila suatu kota atau wilayah memenuhi 9
kriteria berikut ini, maka layak dianggap
sebagai destinasi wisata MICE:
1. Aksebilitas
2. dukungan stakeholder(asosiasi profesi dan
industri,
Destination
Marketing
Organization, pemerintah)
3. atraksi
4. akomodasi
5. fasilitas meeting
6. fasilitas pameran
7. citra destinasi
8. keadaan lingkungan
9. Profesionalitas sdm
2.1.6. EO Sebagai Profesi
Daya tarik MICE saat ini bukan hanya
terbatas pada peluang ekonomi secara lebar,
akan
tetapi
integritas
EO
yang
menyelenggarakan MICE semakin meningkat.
Hal ini diketahui melalui upaya pemerintah
dalam
penyelenggaraan
sertifikasi
dan
peningkatan kompetensi EO serta SDM
industri MICE (Suparta, 2015). Sertifikasi
profesi EO dan SDM MICE tidak ditangani
secara langsung oleh Badan Nasional
Sertifikasi Profesi (BNSP), hal ini karena
begitu banyaknya jenis dan ragam profesi.
Dalam skala nasional, lembaga yang akan
melakukan sertifikasi tersebut melakukan
presentasi
di
hadapan
BNSP
untuk
memperoleh sertifikasi kerja. Di Indonesia
terdapat Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP)
MICE dan Pusat Kajian dan Pengembangan
Program MICE, pada taraf internasional sudah
terdapat beberapa lembaga yang menaungi
industri MICE ASEAN (Maharani, Hari dan
Azelia: 2009).
1. International Congres and Convention
Association (ICCA)
2. International Associaotion Professional
Conference Organizer (ISPCO)
3. Meeting Professional Internasional (MPI)
4. Union of International Fairs (UFI)
5. National Bussiness Travel Association
(NBTA)
2.1.7. EO Sebagai Salah Satu Stakeholder
Wisata MICE
Pihak yang berpotensi mendapatkan
keuntungan besar bisnis MICE adalah
percetakan, hotel, perusahaan souvenir, biro
perjalanan wisata, transportasi, professional
conference organizer (PCO), usaha kecil dan
menengah (UKM), dan event organizer (EO).
Natodirjo (2011) menjelaskan bahwa EO
adalah sebuah bisnis dan profesi yang
menawarkan jasa. EO mengumpulkan dan
mempertemukan khalayak untuk sebuah
tujuan.
Bertanggung
jawab
melakukan
penelitian,
membuat
desain
event,
merencanakan,
melakukan
koordinasi,
supervisi,
dan
pengawasan
terhadap
pelaksanaan, kelangsungan, realisasi dan
keberhasilan sebuah event.
EO adalah pelaksana acara yang
melakukan pekerjaannya atas permintaan
klien (orang yang memiliki hajat atau
penyelenggara acara). 2.1.8. Strategi Pemasaran
Strategi dapat didefinisikan sebagai
program untuk menentukan dan mencapai
tujuan organisasi dan mengimplementasikan
misinya. Makna yang terkandung dari strategi
ini adalah bahwa para manager memainkan
peranan aktif, sadar dan rasional dalam
merumuskan strategi organisasi. Marketing
mix merupakan strategi mencampur kegiatankegiatan marketing agar dicari kombinasi
maksimal sehingga mendatangkan hasil yang
paling memuaskan.Kotler dan Amstrong
(2012) menambahkan bahwa di dalam
pemasaran usaha jasa, bauran pemasaran
memiliki 7 elemen yaitu product, price, place,
promotion, physical evidence, people dan
process.Elemen dalam bauran pemasaran
tersebut digunakan sebagai alat analisis untuk
memahami strategi pemasaran yang dilakukan
oleh pelaku bisnis EO dalam memasarkan
wisata MICE.
3.1. Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini bersumber dari tujuh studi
kasus, Event Organizer (EO) di Yogyakarta.
Tujuh EO tersebut adalah PT. Dyandra
Promosindo, CV. Suluh Media Kreasi, PT. GM
Production, PT. Mavindo Pratama, Mahkota
Event Organizer, PT. Klapa Production, PT.
Interpro Reka Cipta Media, dan PT. Medialink
International. Dari hasil penelitian, diperoleh
data berupa Produk EO, Pasar Jasa EO,
Strategi Pemasaran EO, integrasi Strategi
Pemasaran EO.
1. Produk Event Organizer
a. PT. Dyandra Promosindo memiliki
produk exhibition yang mencakup
beberapa bidang seperti IT, otomotif,
franchaise, tour & travel. Selain
exhibition, PT. Dyandra promosindo
juga
melayani
gathering
dan
launching.
b. CV. Suluh Media Kreasi menjadi Event
Organizer dalam exhibition IT.
c. GM promosindo memiliki produk jasa
launching product, expo gathering, dan
rental equioment.
d. PT.
Mavindo
Pratama
memiliki
peluang bisnis dalam bidang pameran
dan fokus padabiding property dan
furniture, interior.
e. Mahkota Event Organizer memberikan
produk jasa pengurusan pernikahan
dan sebagai Event Organizer yang
menyelenggarakan pameran tentang
pernikahan.
f. Klapa Production memiliki produk
berupa wedding organizer dan fokus
pada bidang tersebut.
g. PT. Interpro Media Reka Cipta Media
memberikan
produk
berupa
kepengurusan pameran terkait dengan
sarana dan prasarana. Kemudian,
seiring berjalannya waktu PT. Interpro
Reka Cipta Media juga mengadakan
pameran.
2. Strategi Pemasaran Evebt Organizer
a. PT Dyandra Promosindo memiliki 5
aspek pemasaran penting yaitu
promosi, produk, proses, harga dan
tempat.
b. CV Suluh Media Kreasi memiliki 3
aspek
yang
digunakan
dalam
pemasaran yaitu promosi, penentuan
waktu dan tempat. Strategi pemasaran
lainnya yang tidak termasuk dalam
teori 7P antara lain maintaining
peserta dan evaluasi. Menurut pemilik
EO, kepuasan peserta merupakan hal
yang penting untuk dievaluasi dan
menjadi strategi promosi event
berikutnya, sehingga peserta tetap
hadir
atau
mengikuti
event
selanjutnya.
c. GM Production, aspek yang digunakan
dalam melakukan strategi pemasaran
meliputi promosi, proses, produk dan
evaluasi.
d. PT. Mavindo Pratama, Strategistrategi pemasaran yang menonjol
berdasarkan hasil wawancara meliputi
produk, promosi, dan tempat. Produk
merupakan barang atau jasa yang
diberikan oleh perusahaan. Menurut
hasil wawancara, produk yang dijual
dari Event Organizer tersebut adalah
pameran property dan furniture.
Dengan adanya segmentasi produk
tersebut, Event Organizer ini juga
sudah
memiliki
segmentasi
pengunjung.
Selain
itu,
dalam
pameran tersebut, Event Organizer ini
memiliki peran sebagai pemborong.
Strategi pemasaran lainnya yang tidak
termasuk dalam teori 7P meliputi
konsep pemasaran yang dibuat oleh
beberapa pihak seperti marketing dan
direktur, kerjasama dengan mall dan
mewaspadai kompetitor baru yang
mungkin juga bisa memiliki bounding
dengan mall lain
e. Mahkota Event Organizer, strategi
pemasaran
yang
menonjol
berdasarkan hasil wawancara meliputi
produk, proses, dan promosi.
f. Klapa Production, hasil penelitian
menunjukkan
beberapa
strategi
pemasaran yang menonjol yang
digunakan PT. Klapa Production
antara lain promosi, tempat dan
kerjasama. PT. Klapa Production juga
memaksimalkan strategi pemasaran
melalui kerjasama dengan pihak atau
agency
lain
untuk
memelihara
eksistensi Klapa Production.
g. PT. Interpro Reka Cipta Media
menggunakan
beberapa
strategi
pemasaran untuk memaksimalkan
penjualan produk pameran. Beberapa
strategi pemasaran tersebut antara
lain fokus pada produk, promosi,
harga, tempat, dekorasi, kerjasama
dengan pihak lain untuk penyediaan
media promosi, bertahan untuk
memasarkan event yang sudah ada
atau tidak memunculkan event baru,
membuat
sistem
pembayaran,
menggunakan SDM untuk bidang
marketing
termasuk
account
executive.
3.2. Integrasi Strategi Pemasaran Event
Organizer
Berdasarkan teori bauran pemasaran
7P, enam dimensi bauran pemasaran yang
ditemukan
dari
hasil
penelitian
ini
menunjukkan bahwa tidak semua perusahaan
menggunakan ketujuh bauran pemasaran
secara utuh.Terdapat satu dimensi yaitu
sarana fisik (physical evidence) yang tidak
ditemukan dari hasil penelitian ini.Dengan
demikian masing-masing perusahaan dalam
penelitian ini memiliki bauran pemasaran yang
berbeda-beda.
Dimensi bauran pemasaran yang
digunakan oleh semua perusahaan dalam
penelitian ini adalah promosi (promotion).
Dimensi lain dalam strategi pemasaran yang
ada pada beberapa perusahaan adalah tempat
(place) dan orang (people), dimensi produk
(product) proses (process) dan harga (price).
Akan tetapi dimendi-dimensi proses (process)
dan harga (price) tidak banyak digunakan oleh
perusahaan dan dimensi dalam strategi
pemasaran yang tidak muncul pada setiap
perusahaan adalah sarana fisik (physical
evidence). Hal ini mengindikasikan bahwa
tidak semua perusahaan menggunakan semua
bauran pemasaran seperti teori Katler &
Amstrong (2012), ada yang menitikberatkan
pada satu atau beberapa dimensi, dan tidak
menggunakan
beberapa
dimensi
yang
termasuk pada teori baruan pemasaran.
Dalam teori bauran pemasaran, dimensi
proses (process) dan sarana fisik (physical
evidence) merupakan dimensi tambahan
dalam bauran pemasaran. Dengan demikian
dimensi-dimensi tersebut tidak terlalu terlihat
dalam bauran pemasaran dalam perusahaanperusahaan yang menjadi responden dalam
penelitian ini, karena dimensi proses (process)
dan sarana fisik (physical evidence) bersifat
dimensi tambahan dalam pemasaran jasa.
Selain itu, terdapat beberapa dimensi
yang tidak termasuk dalam teori bauran
pemasaran 7P berdasarkan hasil penelitian ini.
Dimensi-dimensi
tersebut
antara
lain
kerjasama, evaluasi, maintaining peserta,
kompetitor. Dimensi kerjasama menjadi
dimensi baru yang dipakai oleh sebagian
besar
perusahaan
untuk
mendukung
pemasaran produk perusahaan.Kerjasama
karena evaluasi menghasilkan penilaian
tersebut meliputi kerjasama dengan agency
tentang event atau pameran yang diproduksi
atau asosiasi di luar perusahaan untuk
oleh perusahaan dan digunakan sebagai dasar
mempromosikan pameran pada peserta atau
untuk memproduksi event atau pameran
berikutnya.Maintaining
peserta
juga
memelihara komitmen peserta pameran agar
tetap mengikuti pameran selanjutnya. Selain
merupakan hal yang dipandang penting dalam
itu, dalam kerjasama tersebut juga dibutuhkan
strategi
pemasaran
pada
perusahaanpemeliharaan hubungan atau relasi yang baik
perusahaan di penelitian ini. Disamping itu,
dengan beberapa rekanan atau instansi
beberapa perusahaan juga mewaspadai
tertentu seperti mall. Evaluasi dipandang
beberapa kompetitor, yaitu perusahaan yang
sebagai
salah
satu
dimensi
strategi
mengerjakan produk dalam bidang yang sama.
pemasaran yang dapat mendukung promosi
Tabel 1. Kategorisasi Dimensi Pemasaran
No.
Tema
Kategori
Responden
Jumlah
responden
1. Promosi
/ 1) Media
PT. Dyandra P.
7
promotion
2) Promosi pada peserta
CV. Suluh Media K.
3) Promosi pada pengunjung
GM Production
4) Menonjolkan kemasan produk
PT. Mavindo P.
5) Branding
Mahkota EO
6) Ide-ide menarik
PT. Klapa P.
7) Target
PT. Interpro R C M.
8) Proses promosi
2. Tempat
/ 1) Ukuran tempat
PT. Dyandra P.
6
place
2) Akses jalan
CV. Suluh Media K.
3) Akses transportasi
GM Production
4) Tempat parkir
PT. Mavindo P.
5) Kategori tempat (mall/gedung)
PT. Klapa P.
PT. Interpro R C M.
3. Orang
/ 1) Divisi
PT. Dyandra P.
6
people
2) Operasional
CV. Suluh Media K.
3) SDM inti
GM Production
4) Biaya promosi
PT. Mavindo P.
5) Account Executive
Mahkota EO
PT. Interpro R C M.
4. Produk
/ 1) Business to business
PT. Dyandra P.
5
product
2) Business to costumer
CV. Suluh Media K.
GM Production
PT. Mavindo P.
Mahkota EO
5. Proses
/ 1) Menggunakan supplier
PT. Dyandra P.
3
process
2) Implementasi
masing-masing PT. Mavindo P.
divisi
Mahkota EO
6. Harga
/ 1) Biaya
pameran
untuk PT. Dyandra P.
2
price
pengunuung
PT. Interpro R C M
2) Harga booth
3) Biaya promosi
7. Kerjasama
1) Asosiasi
PT. Dyandra P.
6
2) Hotel
CV. Suluh Media K.
3) Agency
PT. Mavindo P.
4) Rekanan
Mahkota EO
PT. Klapa P.
PT. Interpro R C M.
8. Evaluasi
1) Evaluasi kepuasan peserta dan PT. Dyandra P.
3
pengunjung
CV. Suluh Media K.
PT. Mavindo P.
9. Peserta
1) Maintaining peserta
PT. Dyandra P.
2
PT. Mavindo P.
10. Kompetitor
1) Kompetitor baru
PT.
Dyandra
P. 2
2) Spesifikasi
PT. Mavindo P.
Daftar Pustaka
[1] Indrajaya, Titus. 2015. Potensi Industri MICE (Meeting, Incentive Trip, Conference, Exhibition) di
Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Jurnal Ilmiah Widya, Volume 3 Nomor 2 SeptemberDesember 2015. Universitas Respati Indonesia.
[2] Kalalo, Rocky. B. 2009. Thesis: Faktor-Faktor Pengaruh Dalam Perencanaan Dan
Pengembangan Destinasi Wisata MICE. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
[3] Kotler, Bowen J dan Gary Amstrong. 2012. Principles Of Marketing, Global Edition, 14 Edition,
Pearson Education.
[4] Maharani, Tiara; Bayu Hari dan Dian Era Azelia. 2009. Zaman Baru Dunia MICE dalam Venue
No.9/ Maret 2009.
[5] Prayudi, Agus. 2011. Bisnis MICE Sebagai Potensi Unggulan Pariwisara di Yogyakarta.Jurnal
Vol. 2 No. 2 September 2011. Yogyakarta.
[6] Rahayu, Anita. 2015. Strategi Komunikasi Pemasaran Kota Solo Sebagai Destinasi MICE
(Meeting, Incentive Trip, Conference, Exhibition). Tesis Studi Ilmu Komunikasi
Minat Utama:
Manajemen Komunikasi. Universitas Sebelas Maret Surakarta. (tidak diterbitkan).
[7] Suparta, I Komang. 2015. Kemenpar Upaya Sertifikasi Lokasi Wisata MICE dalam
http://www.antarabali.com/berita/75740/kemenpar-upaya-sertifikasi-lokasi-wisata-mice.
[8] Suwantoro, Gamal. 2004. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi.
[9] Swarbrooke, John dan Susan Horner. 2007. Consumer Behaviour in Tourism Second Edition.
Oxford: Elsevier.
[10] Undang-undang Republik Indonesia No 10 Tahun 1999 tentang Kepariwisataan. Jakarta: Setneg
Republik Indonesia.
Download